Tugas Sistem Informasi Geografis Proyeks (2)

Tugas Sistem Informasi Geografis
“Proyeksi Peta”

Nama

: I Made Adi Palguna

NIM

: 1215051010

Kelas

: 5C

Jurusan

: Pendidikan Teknik Informatika

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014

Proyeksi Peta

1. Pengertian Proyeksi Peta
1.1 Proyeksi Peta
Proyeksi Peta adalah suatu teknik untuk menyajikan suatu objek
dengan bentuk dan dimensi tertentu ke dalam bentuk dan dimensi lain.
Proyeksi peta berarti cara untuk mengkonversi posisi tiga dimensi dari
suatu titik di permukaan bumi ke representasi posisi dua dimensi pada
media peta.Contoh penerapan proyeksi peta adalah bentuk permukaan
bumi yang melengkung perlu di datar kan untuk direpresentasikan dalam
peta. Proyeksi peta mengandung arti segala sesuatu yang menyangkut
gambaran dari permukaan bumi dalam bentuk 2 dimensi.
Unsur – unsur yang harus terkandung dalam proyeksi peta
a. Segala bentuk yang terdapat di atas permukaan bumi tidak mengalami
perubahan, persis seperti pada gambar peta di globe bumi.
b. Jarak atau luas permukaan tidak berubah (setelah memperhitungkan
faktor skala)

c. Jarak antar titik di atas permukaan bumi yang diproyeksikan harus
tetap (setelah memperhitungkan faktor skala)
d. Arah dan sudut antara titik yang satu dengan yang lain harus tetap dan
tidak mengalami perubahan sedikitpun (setelah memperhitungkan
faktor skala).
1.2 Teknik Dasar Proyeksi Peta
Sistem Koordinat: (x, y) sistem koodinat pada data peta Sebelum
melakukan proyeksi peta, terlebih dahulu harus dibuat atau diasumsikan
sebuah model bagi bumi. Hal ini dilakukan karena bumi tidak berbentuk

bulat sempurna, melainkan lebih mendekati bentuk telur (ellipsoid) dengan
permukaan yang tidak rata. Istilah Ellipsoid ini sinonim dengan Spheroid
yang dipakai untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform
(tidak seragam permukaannya), maka terkadang digunakanlah istilah
Geoid untuk menyatakan bentuk Ellipsoid yang tidak rata. Selain itu,
bentuk bumi di daerah khatulistiwa lebih menggelembung dibandingkan
daerah kutub yang justru cenderung datar. Diameter di khatulistiwa
ternyata lebih besar daripada di kutub.
Model dan tahap proyeksi peta
a. Referensi Ellipsoid

Referensi Elpsoid merupakan model matematis bumi. Model ini terdiri
dari tiga parameter, yaitu jari-jari kutub, jari-jari ekuator, serta kerataan
atau kegepengan (flattening).
Secara matematis, model ini dapat dituliskan sebagai berikut:
a = jari-jari ekuator = sumbu panjang
b = jari-jari kutub = sumbu pendek
f = kerataan (kegepengan) = flattening = (a - b) / a

b = Sumbu Pendek
Semi Minor Axis

b

a = Sumbu Panjang
Semi Major Axis

a
f = Fattening
= Kerataan


b. Datum Geodetik
Pemilihan sistem koordinat dengan mengadopsi suatu bentuk ellipsoid
serta menetapkan posisi dan orientasi ellipsoid tersebut terhadap Bumi,
dinamakan Datum Geodetik. Ellipsoid Referensi yang dipilih adalah yang
dianggap paling akurat, sesuai, atau yang terbaik untuk daerah obyek
pemetaan (paling mendekati kenyataan). Datum Geodetik merupakan
acuan untuk melakukan proyeksi bumi pada suatu daerah tertentu . Maka
tiap satu daerah dengan daerah lain, bisa saja memiliki datum geodetik
yang berbeda saat melakukan proyeksi peta
c. Penentuan Teknik Proyeksi
Tahap selanjutnya setelah Datum Geodetiknya ditentukan adalah
menentukan teknik proyeksi yang akan digunakan. Ada berbagai macam
teknik proyeksi yang bisa dibedakan berdasarkan bidang proyeksi, titik
singgung proyeksi, sifat asli yang dipertahankan, serta posisi sumbu
proyeksinya.
Cara proyeksi peta bisa dipilah sebagai:
1. Proyeksi langsung (direct projection): Dari ellipsoid langsung ke
bidang proyeksi.
2. Proyeksi tidak langsung (double projection): Proyeksi dilakukan
menggunakan "bidang" antara, ellipsoid ke bola dan dari bola ke

bidang proyeksi.

Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada:
1. Ciri-ciri tertentu atau ciri asli yang ingin dipertahankan, sesuai dengan
tujuan pembuatan / pemakaian peta
2. Ukuran dan bentuk daerah yang akan dipetakan
3. Letak daerah yang akan dipetakan.

2. Pembagian Sistem Proyeksi
Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan
pertimbangan
a. ekstrinsik dan intrinsik.
1. Pertimbangan Intrinsik
2. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
3. Berdasarkan cara penurunan peta
b. Pertimbangan Ekstinsik
1. Berdasarkan sumbu proyeksi
2. Berdasarkan media proyeksi
3. Berdasarkan titik singgung dengan bidang proyeksi
3. Sistem Proyeksi

a. Berdasarkan Sifat yang Dipertahankan
Hasil proyeksi peta yang baik harus bisa menyajikan luas, bentuk, arah
(sudut), dan jarak yang diproyeksikan dengan sekecil mungkin distorsi.
Sementara bentuk bumi sendiri akan membuat tak satupun sistem proyeksi
yang bisa menghasilkan peta dengan terpenuhinya persyaratan tersebut.
Upaya mempertahankan salah satu unsur berakibat terjadinya distorsi pada

unsur yang lain. Maka dalam melakukan proyeksi, biasanya ditentukan
prioritas untuk mempertahankan unsur tertentu saja,
b. Berdasarkan Cara Penurunan Peta
1. Proyeksi Geometris disebut juga proyeksi perspektif atau proyeksi
sentral.
2. Proyeksi Matematis hasil yang diperoleh dari proyeksi, diturunkan
dalam peta dengan perhitungan matematis.
3. Proyeksi Semi Geometris sebagian peta diperoleh dengan cara
proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis.
c. Berdasarkan Posisi Sumbu Proyeksi
1. Normal : sumbu simetris bidang proyeksi berhimpit dengan sumbu
bumi, atau bidang proyeksinya menyinggung wilayah kutub.


Proyeksi normal
2. Transversal : sumbu simetris bidang proyeksinya tegak lurus dengan
sumbu bumi. Disebut juga Proyeksi ekuatorial karena bidang proyeksi
menyinggung ekuator.

3. Oblique : sumbu simetris bidang proyeksinya membentuk sudut
terhadap sumbu bumi. Digunakan untuk memetakan wilayah diantara
kutub dan ekuator.

Proyeksi Oblique
d. Berdasarkan Media Proyeksi
1. Azhimuthal : proyeksi azhimuthal berarti media proyeksinya
berbentuk bidang datar.

Proyeksi Azimuthal
2. Conical : proyeksi conical berarti bidang proyeksinya berbentuk
kerucut. Proyeksi ini sangat cocok untuk memetakan wilayah lintang
tengah. Pada proyeksi kerucut normal, garis paralel (garis lintang)
akan berbentuk lengkungan, sedangkan garis meridian (garis bujur)
akan menyerupai jari-jari. Lihat gambar berikut.


Contoh hasil proyeksi kerucut
e. Cylindrical : media proyeksi pada proyeksi cylindrical berbentuk seperti

slinder (tabung).

Proyeksi Cylindrical
4. Proyeksi Gubahan (Arbitraty)
Proyeksi Gubahan berarti proyeksi yang didasarkan pada teknik proyeksi
tertentu ditambah beberapa kombinasi atau modifikasi, sesuai kebutuhan
pemetaan. Sebagai contoh, proyeksi Lambert Conformal Conical, berarti
medianya berbentuk kerucut (conic), dengan sumbu media proyeksinya
berhimpit dengan sumbu bumi, serta mempertahankan bentuk-bentuk atau
sudut peta sesuai dengan aslinya (conformal).
Beberapa proyeksi gubahan yang terkenal akan dijelaskan berikut ini
a. Azimuthal Equidistant digunakan untuk peta skala besar dan biasa dipakai
untuk menyajikan lintasan penerbangan atau jalur komunikasi radio.

Proyeksi Azimuthal Equidistant
b. Lambert Azimuthal Equal Area : digunakan untuk daerah yang besarnya

cenderung sama dari suatu titik pusat, seperti benua Asia atau Samudera
Pasifik. Diperkenalkan kali pertama oleh Lambert pada tahun 1772.

Proyeksi Lambert Azimuthal Equal
c. Orthographic : digunakan untuk melihat secara perspektif bentuk bumi,
bulan, atau bentuk benda langit lainnya. Sudah dikenal sejak 2.000 tahun
silam di tengah kebudayaan Mesir dan Yunani.

Proyeksi Orthografik
d. Stereographic : digunakan untuk memetakan daerah atau benua yang luas
dengan bentuk yang relatif serupa di segala arah. Juga digunakan untuk
peta topografi bagi keperluan navigasi di kawasan di atas garis lintang 80
LU.

Proyeksi Sereographic
e. Proyeksi Albers Equal Area Conic : digunakan Diguankan untuk
memetakan daerah yang orientasinya Timur- Barat dan membutuhkan
penyajian equal area. Banyak dugunakan untuk peta tematik. Peta-peta
yang dihasilkan bisa digabungkan hanya jika memiliki standar paralel
yang sama dengan skala yang sama pula. Diperkenalkan kali pertama oleh

HC Albers pada tahun 1805.

Skema proyeksi Albers Equal Area Conic
f. Equidistant Conic Proyeksi ini, seperti halnya proyeksi kerucut lainnya,
digunakan untuk memetakan wilayah lintang tengah (middle latitudes)
atau wilayah antara khatulistiwa dan kutub. Digunakan untuk memetakan
daerah lintang tengah, antara khatulistiwa dan kutub. Prototipe pertamanya
dibuat oleh Ptolemy pada tahun 150 yang kemudian dikembangkan oleh
De I'lsle sekitar tahun 1745.

Proyeksi Equidistant Conic
g. Lambert Conformal Conic : seperti proyeksi kerucut lainnya, proyeksi ini
juga biasanya digunakan di area antara khatulistiwa dan kutub dengan
orientasi Barat-Timur. Peta- peta yang dibuat menggunakan sistem

proyeksi Lambert ini, saat ini banyak digunakan secara luas di Amerika
Serikat. Proyeksi ini sebenarnya mirip seperti proyeksi Albers Equal Area
Conic, namun ada perbedaan pada hasil spasi antar garisnya.
Diperkenalkan pertama kali oleh pak Lambert pada tahun 1772.


Proyeksi Lambert Conformal Conic
h. Polyconic : digunakan untuk memetakan daerah dengan orientasi UtaraSelatan. Banyak digunakan pada masa-masa awal peta USGS. Meridian
tengah berupa garis lurus, meridian lainnya berupa kurva dengan bentuk
kompleks. Konsepnya diperkenalkan kali pertama oleh pak Hassler pada
tahun 1820.

Proyeksi Polyconic
i. Mercator proyeksi Mercator, kali pertama dikenalkan oleh Gerardus
Mercator (1512-1594). Merupakan proyeksi silinder normal conform
(berarti: bidangproyeksinya berbentuk slinder, sumbu bidang proyeksinya
berimpit dengan sumbu bumi, dan mempertahankan sudut-sudut atau arah
peta sesuai aslinya).

j. Transverse Mercator : dilihat dari namanya, bisa disimpulkan bahwa
proyeksi ini sama dengan proyeksi Mercator tetapi dengan sumbu yang
tegak lurus dengan sumbu bumi. Proyeksi ini digunakan secara luas di
dunia dalam berbagai skala. Peta-peta yang dihasilkan bisa digabungkan
jika hanya berada pada zona yang sama dengan satu meridian tengah.
Meskipun proyeksi Mercator diperkenalkan kali pertama oleh Gerardus
Mercator pada tahun 1569, namun proyeksi Transverse Mercator
dikembangkan oleh pak Lambert pada tahun 1772.

Proyeksi Transverse Mercator
k. Universal Transverse Mercator
Sebenarnya istilah UTM lebih mengacu kepada suatu system grid dan
penomoran. Sebab pada dasarnya, UTM merupakan Proyeksi Transverse
Mercator dengan beberapa ketentuan tambahan, yaitu:
Merupakan sistem proyeksi cylindrical, conformal, secant, dan
Transversal

Bidang silinder memotong bola bumi pada dua meridian yang disebut
meridian standar dengan faktor skala 1
Lebar tiap zone 6° dan memiliki meridian tengah sendiri
Tinggi tiap zone adalah 8°. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah
adalah 84° LU dan 80° LS
Perbesaran di meridian tengah = 0.9996 (mendekati 1, karena bidang
berimpit dengan bumi.

l. Oblique Mercator : proyeksi ini diprioritaskan untuk memetakan daerah di
luar khatulistiwa ataupun kutub, dan dikenal sebagai wilayah "Great
Circle". Diperkenalkan kali pertama oleh Rosenmund, Laborde, Hotine
dkk pada masa 1900—1950.

Proyeksi Oblique Mercator

m. Space Oblique Mercator : proyeksi ini dirancang untuk menunjukkan
gambar hasil pencitraan lengkungan bumi oleh satelit Landsat. Ada sedikit
distorsi sepanjang hasil penjejakan satelit, namun hanya dalam pita sempit,
yaitu sekitar 15 .o Dikembangkan kali pertamanya oleh by AP.
Colvocoresses, JP. Snyder, and JL. Junkins pada tahun 1973–79.

Proyeksi Space Oblique Mercator
n. Cylindrical Equal Area : proyeksi ini menghasilkan garis Lintang dan
Bujur yang lurus dengan spasi antar garis lintang yang seragam namun
spasi antara garis bujur tidak sama. Bisa dibagi menjadi Normal,
Transversal, serta Oblique, sesuai dengan posisi sumbu proyeksinya. Peta
yang dihasilkan akan memiliki skala yang benar pada garis tengah. Karena
sifatnya pula, distorsi akan terjadi sesuai dengan bertambahnya jarak dari
garis tengah peta.

Proyeksi Behrman's Cylindrical Equal Area
o. Miller Cylindrical : digunakan untuk memetakan seluruh bumi dalam
suatu bingkai persegi panjang. Proyeksi ini menghasilkan peta dengan
garis Lintang dan Bujur yang lurus. Tapi garis-garis ini tidak memiliki
Azimuth yang konstan. Sekilas mirip hasil proyeksi Mercator, namun peta
yang dihasilkan tidakbisa digunakan untuk navigasi. Diperkenalkan kali
pertama oleh OM. Miller pada tahun 1942

Proyeksi Miller Cylindrical
5. Penggunaan Proyeksi
Dengan beragamnya jenis proyeksi ini, maka banyak pula pilihan bagi
pembuat peta. Masing-masing proyeksi ini punya kelebihan sesuai
dengan sifatnya, dan hanya cocok bila digunakan untuk memetakan
wilayah tertentu.

Area yang akan Dipetakan
Seluruh Dunia

Proyeksi yang Dianjurkan
Gunakan proyeksi Robinson atau
Miller Cylindrical.
Proyeksi Robinson cukup sesuai
untuk peta tematik.

Benua

Untuk wulayah Amerika Utara dan
Eurasia,gunakan proyeksi Lambert
Conformal Conical.
- Untuk wilayah Amerika Selatan
dan Afrika,gunakan Lambert
Azimuthal Equal Area
atauOrtografik.
- Untuk wilayah Australia dan
Antartika,gunakan Ortografik.

Daerah dengan orientasi
Timur - Barat

- Untuk wilayah semacam Amerika
Serikat, Kanada,
Rusia,atau RRCina, gunakan
Lambert Conformal Conic.
- Untuk wilayah Eropa, baik
Lambert Conformal Conic atau
Ortografik bisa digunakan.
-Untuk wilayah lain yang
daerahnya berorientasi Timur Berat, gunakan Ortografik atau
Lambert Azimuthal Equal Area

Kutub

Ortografik atau Lambert Azimuthal
Equal Area

Samudera

Ortografik atau Lambert Azimuthal
Equal Area

Negara / Daerah Kecil
Daerah dengan orientasi
Utara - Selatan

Ortografik
Daerah yang panjang, sempit, dan
arahnya utara selatan

seperti negara Cili, sangat cocok
menggunakan proyeksi
Transvere Mercator. Daerah
"oblique" seperti alaska,
biasanya dipetakan dengan
proyeksi Oblique Mercator