Konferensi Asia Afrika Relevansi dalam K

Konferensi Asia Afrika : Relevansi dalam Konteks Kekinian
dan Manfaatnya untuk Indonesia
Oleh :
Nur Aslamiah Supli, BIAM1, MSc2 (SS)
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sriwijaya, Palembang
Email : nur.supli@outlook.com
Abstract
This paper aims to discuss and analyze the relevance of the Asian-African Conference (AAC)
and its benefits for Indonesia. Through desk research, the study found AAC is still considered
relevant for today situation. AAC mission related problems such as abolish colonization,
discrimination and domination haven’t been achieved. This is somehow proves that Independent
is never be enough, it doesn’t put domination of superpower countries to end, doesn’t erase
discrimination, poverty and inequality in the world. AAC still has an important role in the
realization of AAC mission which is peaceful coexistence, eliminate domination, equalizes race
and nation, and fostering solidarity that will led to development of Asia-Africa countries. All of
this matters will eventually be a solution for Asia-African national interests especially for
Indonesia itself.
Keyword(s) : Asia-Africa Conference; Relevance; Benefit; Indonesia.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan dan menganalisis relevansi Konferensi Asia-Afrika
(KAA) dan manfaatnya bagi Indonesia. Melalui kajian literatur, studi ini menemukan KAA

dinilai masih relevan dengan keadaan masa kini. Misi KAA terkait masalah menghapus
penjajahan, diskriminasi dan dominasi masih belum terwujud. Hal ini membuktikan
kemerdekaan tidak lah cukup, tidak mengakhiri dominasi negara adidaya, diskriminasi ras,
kemiskinan dan ketimpangan di dunia. KAA masih memiliki peran penting dalam perealisasian
misi KAA yaitu hidup berdampingan dengan damai, menghapuskan dominasi, menyetarakan ras
dan bangsa, memupuk solidaritas yang berujung dengan pengembangan negara masing-masing.
Hal-hal inilah yang pada akhirnya akan menjadi solusi yang bermanfaat untuk kepentingan
nasional Indonesia.
Kata Kunci : Konferensi Asia-Afrika; Relevansi; Manfaat; Indonesia.

1 Bachelor International Affair Management, Universiti Utara Malaysia (UUM)
2 Master of Science in Strategic Studies, Universiti Utara Malaysia (UUM)

Pendahuluan

Konferesi Asia Afrika (KAA) 1955 merupakan sejarah besar di dunia, momen penting dimana
untuk pertama kalinya semua perwakilan dari mantan bangsa-bangsa terjajah bersatu dan maju
kedepan menentang penjajahan. Dipicu oleh rasa solidaritas antara bangsa, Negara Asia dan
Afrika menuntut pembebasan negara-negara yang masih terjajah pada masa itu. Konferensi ini
dapat dikatakan berjasa dalam banyak hal, mengapa tidak, Konferensi ini telah memungkinkan

negara-negara Asia dan Afrika bergabung di dalam Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan
mendapatkan pengakuan untuk negara-negara yang masih terjajah untuk segera di merdekakan.
Disisi lain konferensi yang hadir di tengah-tengah perang dingin antara blok barat atau blok
kapitalis (liberal) dan blok timur atau blok sosialis (komunis) ini telah mempelopori kemunculan
gerakan non blok. Gerakan ini berarti bangsa-bangsa yang ikut didalamnya tidak memihak pada
blok manapun. Bangsa-bangsa yang baru Merdeka ini bebas untuk menentukan ideologi maupun
kepentingan mereka sendiri dengan kedaulatan yang mereka punya.
Sejauh ini belum banyak tulisan yang mendiskusikan relevansi dan manfaat konferensi ini untuk
Indonesia. Keliat (2015) berpendapat KAA merupakan bagian identitas diplomasi dan politik
luar negeri Indonesia sehingga keberadaannya masih relevan karena tidak mungkin Indonesia
mengingkari identitas yang telah di letakan pertama kali oleh Soekarno tersebut. Viqran (2015)
juga berpendapat KAA masih relevan dalam konteks kekinian dikarenakan adanya peningkatan
solidaritas dengan kerjasama antar negara peserta. Menurut Agus Subagyo (2015) KAA masih
relevan karena misi KAA sudah diarahkan kepada kemitraan strategis perdagangan, investasi dan
bisnis antar negara Asia-Afrika mengingat kemiskinan, pengangguran dan kelaparan di Afrika
akibat perang saudara dan menurutnya juga dengan KAA indonesia dapat menikmati manfaat
ideology, pertahana, ekonomi dan tata internasional. Makalah ini bertujuan untuk mendiskusikan
dan menganalisis relevansi Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan manfaatnya bagi Indonesia.

Sejarah Lahirnya Konferensi Asia Afrika (KAA)

Konferensi ini pertama kali di kemukakan oleh Perdana Menteri RI Ali Satroadmidjojo (atas
perintah Presiden Indonesia saat itu, Soekarno (Asianafricanmuseum.org diakses pada tanggal
18/11/2015)) melalui konferensi pendahulu sebelum Konferensi Asia Afrika yaitu Konferensi
Kolombo (dikenal juga dengan nama Konferensi Pancanegara I). Ide tersebut didukung oleh
negara Pakistan, Srilanka, Myanmar dan India diwakili oleh Perdana menterinya a). Pakistan :
Muhammad Ali Jinnah, b). Sri Lanka : Sir John Kotelawala, c). Myanmar : U Nu, d). India :
Jawaharlal Nehru yang hadir dalam konferensi tersebut. Sebagai persiapan sebelum KAA,
mereka kembali bertemu dalam Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II) dan memutuskan
Konferesi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955, hal
tersebut membuat konferensi ini juga dikenal sebagai Konferensi Bandung 1955. Konferensi ini
dihadiri oleh 29 negara peserta, 5 negara pengundang meliputi : Indonesia, India, Pakistan, Sri
Lanka dan Burma (Mynmar), dan 24 negara yang di undang 6 negara Afrika seperti Mesir,
Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Gold Coast/Pantai emas, 18 negara Asia yaitu Filipina,
Thailand, Kamboja, Laos, Republik Rakyat Cina (RRC), Jepang, Vietnam Utara, Vietnam
Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria, Yordania, Lebanon, Turki, dan
Yaman. Mereka berkumpul membahas perdamaian, keamanan dan pembangunan ekonomi di
tengah-tengah permasalahan yang muncul di berbagai belahan dunia.
Konferensi Bandung 1955 ini telah melahirkan idiom baru yaitu “Bandung Spirit”. Darwis
Khudori (2015) dalam Conference report: Rethinking Emerging Force 2015 mengatakan
“Bandung Spirit” dapat bermakna 5 hal yaitu 1). Hidup Berdampingan secara damai antar

negara, 2) Pembebasan dunia dari hegemoni dari negara adidaya manapun, dari penjajahan, dan
dari segala jenis dominasi negara satu terhadap negara lain, 3). Kesetaraan antara ras dan bangsa,
4). membangun rasa solidaritas terhadap yang miskin, terjajah,yang dieksploitasi, lemah dan
yang mereka yang menjadi lemah karena tatanan dunia dan 5). dan untuk perkembangan negara
masing-masing.
Sepanjang 60 tahun Konfensi Asia-Afrika telah menghasilkan prinsip-prinsip yang di kenal
dengan Dasasila Bandung 1955 (10 Prinsip yang mencerminkan komitmen bangsa-bangsa untuk
mempraktekkan toleransi dan kedamaian hidup satu sama lain sebagai tetangga yang baik) dan
Nawasila 2005 (sembilan prinsip mengenai komitmen kerja sama untuk memajukan kepentingan

bersama. KAA juga menghasilkan tiga dokumen penting yaitu Pesan Bandung 2015 (berisi pesan
visioner untuk mengedepankan kerja sama baru secara nyata, revitalisasi penguatan kemitraan
Asia-Afrika. Tiga pilar utama dalam kemitraan tersebut adalah solidaritas politik, kerja sama
ekonomi, dan hubungan sosial-budaya), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia
Afrika (NAASP, berisi langkah nyata untuk mewujudkan Pesan Bandung); dan Deklarasi
mengenai Palestina (mengandung 8 poin penting yaitu, 1).Dukungan untuk kemerdekaan
palestina, 2).Apresiasi perjuangan Palestina dan Keuletannya, 3).Mempromosikan solusi dua
negara (Israel dan Palestina), 4).Mengutuk pendudukan Israel. 5).Mengutuk Serangan Israel,
6).Dukungan untuk rekonstruksi Gaza, 7). Mendorong realisasi permohonan Palestina untuk
menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangas (PBB) dan 8). Mendorong negara-negara AsiaAfrika untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara (Bagi yang belum mengakuinya).


Relevansi Konferensi Asia Afrika (KAA) Dewasa Ini
Perayaan ke-60 KAA April 2015 lalu banyak memunculkan pertanyaan di kalangan masyarakat
seperti, mengapa merayakan KAA? Apakah Konferensi tersebut masih dapat dikatakan penting
dan relevan? Apakah signifikasi KAA 60 tahun yang lalu itu terhadap kerja sama antarnegara
Asia-Afrika (Dikenal juga dengan istilah Kerja Sama Selatan-Selatan)?. Ada sejumlah alasan
mengapa KAA selalu penting dan relevan, bagi bangsa Indonesia khususnya. Kembali merujuk
kepada Darwis Khudori (2015) dalam makalahnya berjudul Bandung Spirit as a Tool of Analysis
of Global Present, Darwis berpendapat KAA yang menimbulkan lima isu yang harus diberi
perhatikan kembali yaitu :
1). Hidup berdampingan
KAA hadir pada masa dimana negara-negara mempunyai system politik dan ekonomi yang
berbeda-beda yaitu kapitalisme (Blok Barat), sosialisme (Blok Timur) dan netralisme (Non
Blok). Dan sekarang setelah jatuhnya blok timur, Apakah ada bangsa yang bersatu dalam
kesatuan sosial dan tidak jatuh dalam control kapitalisme global? Apakah setiap bangsa di dunia
telah hidup berdampingan dengan damai?
2). Dominasi

Sebelumnya dunia didominasi oleh blok hegemoni negara adidaya. Apakah setelah 60 tahun
berlalu dominasi tersebut menghilang? Apakah tidak ada dominasi dalam hal ilmu pengetahuan,

teknologi, media, keuangan, komunikasi, akses ke sumber daya alam, militer dan senjata
pemusnah masal? Apakah tidak ada lagi dominasi dalam kehidupan bermasyarakat?
3). Kesetaraan antara ras dan bangsa
Pada masa penjajahan, salah satu kebijakan penjajah ialah pemisahan ataupun pembagian ras
ataupun diskriminasi, Apartheid. Ketika sekarang penjajahan telah resmi menghilang, Apakah
diskriminasi rasial dan apartheid ikut menghilang?
4). Solidaritas
Sebelumnya KAA terbentuk karena rasa solidaritas terhadap bangsa-bangsa dalam perjuangan
meraih kemerdekaan. Sekarang setelah meraih kemerdekaan, Apakah gerakan separatis telah
lenyap? Apakah gerakan solidaris ini telah mencoba untuk mengurangi kemiskinan masal,
kelaparan dan penyakit diseluruh dunia?
5). Pengembangan
Pengembangan sudah menjadi emansipasi Asia-Afrika dari negara terjajah, terdiskriminasi,
terekspolitasi dan tertindas menuju negara Merdeka, berdaulat, bebas, berpendidikan. Namun
dewasa ini apakah penjajahan, diskriminasi, eksploitasi dan penindasan menghilang didunia?
Apakah semua orang mendapatkan kedaulatan, kebebasan, dan hak asasi dalam berbangsa dan
bernegara?
Untuk setiap pertanyaan dan poin-poin berikut kita dapat menilai keadaan sekarang Bandung
Spirit belum mencapai target yang diinginkan. Penulis menilai Konferensi Bandung ini bukanlah
akhir akan tetapi adalah bagian dari perjuangan untuk kedamaian dan keadilan di peringkat

global. Atas dasar ini KAA telah memberikan inspirasi politik yang sangat kuat untuk
mendorong kerja sama yang lebih haik. Sebagai ekspresi simbolik bahwa pernyataan
kemerdekaan tidak lah cukup, fakta menunjukkan dekolonisasi tidak lah cukup, tidak mengakhiri
kemiskinan dan ketimpangan di dunia. Dengan sebagian besar penduduk dunia hidup dengan
pendapatan yang rendah, Kerja sama Selatan-Selatan ini adalah bagian yang harus ditempu untuk
menwujudkan dekolonisasi yang legal (Makmur, 2015).

Manfaat Konferensi Asia Afrika (KAA) Bagi Indonesia
Layaknya mahluk sosial suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensinya dengan menjalin
kerja sama dengan bangsa lain. Sejatinya ada Konferensi Asia Afrika dapat memberikan banyak
manfaat dalam berbagai bidang kehidupan kepada bangsa Asia-Afrika khususnya Bangsa
Indonesia. Untuk mengetahui apakah manfaat KAA bagi Indonesia kita dapat menilai apakah
KAA tersebut memenuhi kepentingan negara Indonesia. Menurut Teori Kepentingan Nasional
Versi Lemhanas Kepentingan suatu negara ada lima yaitu 1).kepentingan ideologi, 2).
kepentingan politik, 3).Kepentingan hankam, 4).kepentingan ekonomi dan 5). kepentingan sosial
budaya

atau

dikenal


juga

dengan

sebutan

kepentingan

ipoleksosbudhankam

(Agus

Subagyo,2011).

1). Ideologi
Manfaat KAA bagi Indonesia dari segi kepentingan ideology ialah Ideologi Polugri Indonesia
yaitu tidak memihak blok sosialis dan blok kapitalis ditiru oleh negara-negara Asia Afrika. Hal
ini membantu Indonesia dalam menghindari tersebarnya pengaruh antara blok sosialisme dan
kapitalisme pada masa perang dingin. Dewasa ini KAA bermanfaat untuk Indonesia

mempromosikan keungulan Ideologi Pancasila untuk perdamaian dunia dan khususnya
perdamaian Indonesia. Asad Said Ali (Didalam Antara News, 2015) berpendapat penerapan
Pancasila sebagai dasar negara terbukti membuat situasi negara menjadi stabil karena multi etnik
dan agama terikat menjadi satu dalam Pancasila. Diharapkan dengan mempromosikan ideologi
Pancasila kepada negara-negara Asia-Afrika sebagai sistem politik didunia membantu untuk
menghindari terjadinya konflik seperti yang terjadi sekarang ini.
2). Politik
Dalam segi politik, KAA bermanfaat sebagai wadah untuk mempromosikan pengakuan
kedaulatan Republik Indonesia dalam kancah Internasional. Memelihara identitas politik
Indonesia, mensosialisasikan Indonesia sebagai negara Demokrasi Pancasila. Meningkatkan dan

memperat tali persahabat atau hubungan diplomatik Indonesia dengan bangsa-bangsa AsiaAfrika yang nantinya berdampak pada sektor-sektor lain seperti ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan keamanan negara. KAA juga memberikan kesempatan untuk membuktikan kepada
dunia bahwa Indonesia menepati janjinya didalam pembukaan undang-undang dasar 1945 alenia
IV yaitu bahwa bangsa Indonesia ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dan keamanan dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, keamanan negara dan keadilan sosial (Kalimat
tersebut merupakan tonggak landasan politik luar negeri bebas aktif).

3).Pertahanan Keamanan (HanKam)
Pada mulanya KAA bermanfaat untuk menjaga indepensi/netralitas antara Indonesia dengan blok

barat dan blok timur. Disisi lain KAA juga membantu Indonesia untuk mendapat dukungan
tentang pembebasan Irian Barat dari hegemoni Belanda saa ini. Dewasa ini KAA membantu
Indonesia untuk memelihara identitas fisik Indonesia, mengenalkan secara fisik/wilayah
Indonesia sebagai negara berdaulat di negara-negara Asia-Afrika. Selain itu KAA bermanfaat
untuk Indonesia memperluas koneksi dan jaringan sehingga disegani didunia karena dipandang
sebagai negara yang mempunya banyak teman dan sekutu.

4). Ekonomi
Indonesia juga diuntungkan KAA dalam kepentingan ekonomi. KAA bermanfaat sebagai
jembatan penghubung antara Indonesia dan negara-negara Asia-Afrika untuk menjalin kerjasama
perdagangan antarnegara. Hal ini dapat membantu Indonesia untuk memajukan perdagangan,
meningkatkan kestabilan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Manfaat dari kerja
sama dalam bidang ekonomi ini nantinya merambat kebidang-bidang lainnya seperti
infrastruktur lalu lintas, investasi dan pembinaan lingkungan hidup.

5). Sosial dan Budaya
KAA membantu Indonesia untuk memelihara identitas kultural, mempromosikan adat istiadat,
budaya, Bahasa, dan kerukunan antar umar beragama, dengan mayoritas penduduk islam terbesar

di dunia. Selain KAA juga membuat kesempatan dalam meningkatkan pendidikan dan sektorsektor dimana kita masih kekurangan tenaga ahli dengan mendatangkan tenaga ahli dan

Beasiswa bagi pelajar.

Penutup
Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 merupakan tonggak penting dalam sejarah dunia,
khususnya dalam sejarah bangsa-bangsa Asia-Afrika dimana para delegasi negara-negara asiaafrika berkumpul dan duduk bersama membahas dan mencari solusi untuk perdamaian,
keamanan, pembangunan ekonomi ditengah pergejolakan yang muncul di berbagai belahan
dunia. Konferensi ini telah menyampaikan dan mencoba menyadarkan dan mengingatkan
kembali kepada dunia bahwa kondisi kehidupan dunia masih tidak seimbang dan sama sekali
jauh dari keadilan dan kedamaian. Hal ini membuktikan bahwa KAA dengan ‘Bandung
Spirit’nya dirasa masih sangat relevan dengan konteks kekinian. Dengan berhasilnya
mewujudkan langka nyata untuk menindak lanjuti kerja sama yang ada secara konkrit KAA
memberi manfaat untuk bangsa-bangsa Asia-Afrika khususnya Indonesia. KAA melengkapi
kepentingan-kepentingan bangsa Indonesia dari segi ideologi, pertahanan negara, politik,
ekonomi, dan sosial budaya. Tantangannya saat ini ialah bagaimana Indonesia bersama negaranegara Asia-Afrika memanfaatkan kerjasama yang sudah dibina sejak lama. Untuk memajukan
kerjasama selatan-selatan ini diperlukan keseriusan dan focus pada kerja sama yang konkrit
sehingga hal yang sudah dilakukan dan dana yang sudah dihabiskan untuk penyelenggaran KAA
ini tidak menjadi sia-sia.

Daftar Pustaka
Keliat, M. (2015, April 20). Relevansi Konferensi Asia Afrika. Jakarta, Indonesia. Diakses Pada
tanggal 18 November 2015, dari http://print.kompas.com/baca/2015/04/20/RelevansiKonferensi-Asia-Afrika
Khan, V. S. (2014, April 21). Relevansi Konferensi Asia Afrika dalam Konteks Kekinian. R iakses
Pada tanggal 18 November 2015, dari Radio Republik Indonesia:
http://voi.rri.co.id/voi/post/berita/75541/fokus/relevansi_konferensi_asia_afrika_dalam_k
onteks_kekinian.html

Khudori, D. (2015). RETHINKING EMERGING FORCES 60 YEARS AFTER THE
BANDUNG CONFERENCE: Building Sovereignty, Preventing Hegemony. Bandung
Conference (p. 40). Bandung: PDII-LIPI,PKAA-UNPAD,CISMEBCS, MKAA,
CODESRIA, GRIC.
Mukhlisun. (2015, April 11). KAA 2015 - PBNU: Pancasila Solusi Sistem Politik Dunia. Jakarta,
Indonesia. iakses Pada tanggal 18 November 2015, dari
http://www.antarasumbar.com/berita/143998/kaa-2015--pbnu-pancasila-solusi-sistempolitik-dunia.html
Museum Konperensi Asia Afrika. (2015). Sejarah Konferensi Asia Afrika. Diakses Pada tanggal
18 November 2015, dari Asian African Museum: http://asianafricanmuseum.org/sejarahkonferensi-asia-afrika/
Putri, M. L. (2015, April 26). KAA 2015: Dari Penguatan Kemitraan Hingga Deklarasi
Kemerdekaan Palestina. Diakses Pada tanggal 18 November 2015, dari
http://ganecapos.com/2015/04/kaa-2015-dari-penguatan-kemitraan-hingga-deklarasikemerdekaan-palestina/
Subagyo, A. (2015, February 8). Analisis Politik Luar Negeri Indonesia pada masa demokrasi
parlementer : Studi Kasus Konferensi Asia Afrika. Diakses Pada tanggal 18 November
2015, dari Wordpress: https://agussubagyo1978.files.wordpress.com/2015/02/presentasistudi-kasus-kaa-bandung.pdf
Tabloid Diplomasi. (2015, April 15). Konferensi Asia Afrika Sebagai Tonggak Sejarah. Jakarta
Pusat, Indonesia: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.