Spesifikasi Dalam Proyek Konstruksi

W u l f r a m I. E r v i a n t o

SPESIFIKASI DALAM PROYEK KONSTRUKSI
Wulfram I. Ervianto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik ,Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 44 Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 487711 Fax 0274) 487748
[email protected]

“Proses” merupakan salah satu bagian penting dari model input-output pada industri
manufaktur maupun industri jasa. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah
posisioningnya, dalam industri jasa “proses” dilaksanakan di kemudian hari atau setelah
terjadinya transaksi sedangkan dalam manufaktur “proses” dilaksanakan sebelum terjadinya
transaksi. Para pengguna jasa dalam industri manufaktur tidak perlu kawatir tentang
kualitas yang diperolehnya sedangkan industri jasa masih bertanya-tanya tentang kualitas
yang akan diperolehnya. Dengan kondisi seperti tersebut diatas sudah selayaknya
dibutuhkan sebuah standar yang jelas sebagai alat bagi penyedia jasa dalam pemenuhan
kualitas yang ditetapkan. Dokumen yang dapat mengakomodasi hal-hal tersebut diatas
disebut dengan spesifikasi. Tujuan dalam tulisan ini adalah melihat kembali spesifikasi yang
ada dan digunakan dalam berbagai proyek konstruksi serta mendapatkan perimbangan
risiko bagi pengguna dan penyedia jasa.

Informasi dalam pembentukan beserta implementasi spesifikasi di lapangan didapat dari
berbagai sumber referensi, diantaranya adalah buku referensi, jurnal, majalah ilmiah
popular, berbagai dokumen proyek konstruksi dan sumber lain dengan menggunakan media
elektronik atau lainnya.
Dari kajian diperoleh beberapa hal tentang fungsi spesifikasi dalam proyek konstruksi
diantaranya adalah sebagai penterjemah antara kehendak pengguna jasa dengan penyedia
jasa; sebagai salah satu dokumen penentu dalam penetapan penawaran pekerjaan; sebagai
dokumen yang harus dipatuhi dalam proses realisasi pekerjaan; masih terdapat klausul
yang dapat menimbulkan arti ganda dalam interpretasinya; perimbangan risiko kurang
berimbang antara pengguna jasa dengan penyedia jasa.
Kata kunci : spesifikasi; risiko; proyek konstruksi

PENDAHULUAN
Proyek dalam pandangan kebanyakan orang dikonotasikan negatif dalam arti sarat dengan
permainan-permainan yang menguntungkan beberapa pihak saja. Sebagian orang
beranggapan bahwa proyek bergelimang rupiah. Terlepas dari persepsi negatif tersebut
hampir sebagian dari manusia pernah berurusan dengan proyek, entah untuk membangun
rumah sendiri, fasilitas di kampung, bangunan infrastruktur pada tingkat kabupaten, kota
madya, propinsi atau skala nasional. Terciptanya persepsi negatif lebih dikarenakan
mekanisme yang terjadi dalam merealisasikan berbagai jenis bangunan ini tidak serupa

dengan mekanisme dalam industri manufaktur.

1

W u l f r a m I. E r v i a n t o

Bagi pihak yang kurang memahami mekanisme dalam proyek konstruksi akan menjadi tidak
proporsional jika kemudian menilai sebuah proyek yang didasarkan pada pemahaman yang
dimilikinya. Pada umumnya timbulnya konotasi negatif ini dimulai dari terjadi perbedaan
cara pandang terhadap proyek itu sendiri. Perbedaan yang secara fundamental
membedakan antara proyek konstruksi dengan manufaktur terletak pada “proses” nya.
Dalam industri jasa konstruksi “proses” dilaksanakan setelah terjadi kontrak/transaksi
antara pengguna jasa dengan penyedia jasa, sedangkan dalam industri manufaktur
“proses” dilaksanakan sebelum terjadinya transaksi antara penjual dengan pembeli.
Melihat karakteristik industri jasa konstruksi dimana “proses” dilaksanakan kemudian
setelah terjadinya kontrak sudah seharusnya mekanisme kontrolnya juga berbeda dengan
industri manufaktur. Pengguna jasa wajib menyediakan dokumen yang dapat
mengakomodasi semua harapan dari aspek dimensi, bentuk, dan kualitas, sedangkan bagi
penyedia jasa dokumen tersebut merupakan pedoman yang harus dipenuhi. Dokumen yang
berfungsi sebagai alat kontrol bagi kedua belah pihak tersebut dinamakan spesifikasi teknis.

Peran spesifikasi teknis ini menjadi sangat penting bagi kedua belah pihak karenanya
diperlukan kecermatan dalam penyusunannya sehingga tidak menjadikan salah satu pihak
kurang diuntungkan. Berdasarkan hal tersebut, sepatutnya dokumen ini dikaji lebih
mendalam tentang beberapa aspek yang mendasar, diantaranya adalah penggunaan
kata/kalimat yang dapat merugikan salah satu pihak dalam arti implisit maupun eksplisit,
perimbangan risiko yang ditimbulkan oleh klausula-klausula yang telah disepakati.

APAKAH SPESIFIKASI ITU ?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia spesifikasi adalah perincian tentang rencana [1], jika
dikaitkan dengan sebuah produk maka dapat diartikan sebagai perincian tentang rencana
dari sebuah produk. Dalam industri jasa konstruksi produk yang dihasilkan adalah bangunan
fisik, yang terdiri dari berbagai komponen utama bangunan (fondasi, sloof, kolom, balok,
plat) dan komponen arsitekturalnya (dinding, kusen, plafon, lampu, penutup lantai dan
lainnya). Komponen bangunan utama maupun arsitektural proses produksi dilakukan
setelah terjadi kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam batasan biaya,
waktu dan mutu yang telah ditetapkan. Tiga batasan inilah yang kemudian dikenal dengan
triple constrain dalam proyek konstruksi. Tindakan nyata dari penyedia jasa sebagai usaha
pemenuhan triple constrain ini umumnya dibutuhkan sumberdaya dan organisasi.
Sumberdaya minimum dalam proyek konstruksi adalah : (a) material, (b) alat, (c) pekerja,
(d) metoda, (e) uang. Material sebagai bahan utama pembentuk fisik bangunan

membutuhkan dana berkisar ± 60 % dari biaya proyek, sehingga pengadaannya perlu
diberikan sebuah pedoman agar kualitasnya sesuai dengan harapan dari pengguna jasa.
Dokumen inilah yang selanjutnya disebut dengan spesifikasi.
Sebuah pertanyaan sederhana yang perlu dijawab adalah “mengapa perlu mempelajari
spesifikasi ? “.

DEFINISI SPESIFIKASI
Spesifikasi dapat didefinisikan sebagai deskripsi secara tertulis dari sebuah produk (dalam
industri jasa berupa bangunan fisik) atau metoda secara lengkap sehingga dapat digunakan
sebagai acuan oleh penyedia jasa untuk memenuhi semua keinginan pengguna jasa.
Spesifikasi dapat berupa sebuah gambar, sebuah model, atau paparan secara tertulis [3].
2

W u l f r a m I. E r v i a n t o

Ketiga hal tersebut diatas dapat terpisah satu sama lain atau saling melengkapi. Apabila
sebuah keinginan dapat diekspresikan menggunakan sebuah gambar dan pihak lain yang
akan memenuhi harapan tersebut dapat memahaminya maka gambar tersebut merupakan
spesifikasi. Pada umumnya kombinasi antara gambar dan paparan tertulis lebih dapat
memberikan informasi yang akurat dalam pemenuhan harapan pihak pengguna jasa.


TUJUAN ADANYA SPESIFIKASI
Spesifikasi merupakan dokumen legal yang harus dipenuhi dan merupakan bagian dari
sebuah kontrak antara pengguna jasa dengan penyedia jasa/kontraktor. Tujuan utama
adanya spesifikasi adalah menyamakan persepsi antara pengguna jasa dengan penyedia
jasa, hal ini menjadi sangat penting mengingat karakteristik proyek konstruksi berbeda
dengan industri manufaktur [4].
Bagi penyedia jasa, spesifikasi merupakan pedoman dalam pemenuhan harapan/keinginan
dari pengguna jasa melalui proses pelaksanaan kegiatan di lokasi pekerjaan yang
didasarkan pada gambar-gambar rencana dan spesifikasi. Gambar rencana sebagai
pedoman untuk mewujudkan aspek bentuk, dimensi bangunan sedangkan spesifikasi
sebagai pedoman untuk mewujudkan aspek kualitas bangunan.
Bagi estimator, spesifikasi menjadi hal yang sangat penting dikarenakan hal tersebut
menyatakan kualitas dari material yang akan digunakan. Notasi untuk material tertentu
dituliskan/digambarkan sama meskipun dari aspek kualitasnya berbeda, hal ini akan
menjadi sumber konflik apabila tidak ada penjelasan tertulis yang merepresentasikan
tentang kualitas material tersebut. Misalnya cat yang akan digunakan untuk sebuah dinding,
dalam gambar hanya dituliskan warna catnya saja sedangkan penjelasan tentang kualitas
cat yang akan digunakan dituangkan dalam spesifikasi. Implikasi dari hal ini tentu saja pada
masalah harga material itu sendiri yang secara keseluruhan akan mempengaruhi harga

bangunan.

JENIS SPESIFIKASI
Menuangkan dalam sebuah spesifikasi para pembuat spesifikasi yang mempunyai latar
belakang dan pengalaman berbeda akan menghasilkan paparan yang berbeda, selain itu
metoda untuk mewujudkannya juga akan berbeda. Berbagai cara penyedia jasa/konsultan
menuliskan spesifikasi dari seluruh komponen bangunan sebuah proyek. Berbagai jenis
spesifikasi yang dapat dimanfaatkan untuk merepresentasikannya diantaranya adalah [2] :
(a) performance specification, (b) descriptive specification, (c) brand-name specification, (d)
closed specification, (e) open specification, (f) reference specification, (g) combination
specification, (h) procedure specification, (i) end result specification.

Performance specification, spesifikasi jenis ini berupa paparan kinerja dari produk itu
sendiri, tidak mensyaratkan proses pembuatan produknya melainkan hanya difokuskan
pada pemenuhan kriteria yang disyaratkan oleh pengguna jasa. Descriptive specification,
spesifikasi jenis ini berupa paparan secara rinci dan lengkap terhadap suatu produk,
difokuskan pada pemenuhan aspek teknis dan aspek estetika. Brand-name specification,
spesifikasi jenis ini digunakan dengan cara menyebut nama produk yang diberikan oleh
pabrik atau menyebutkan nama pabrik dan nomor kode yang yang diberikan oleh pabrik.
Closed specification, spesifikasi jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu : (a) spesifikasi

tunggal dan (b) spesifikasi ganda. Open specification, spesifikasi ini merupakan kebalikan
3

W u l f r a m I. E r v i a n t o

dari closed specification, disebut dengan “open” karena semua pabrik yang memproduksi
barang dengan jenis yang sama dapat digunakan. Performance specification dan descriptive
specification termasuk dalam open specification. Reference specification, spesifikasi jenis
ini menunjuk pada nomor/kode dari spesifikasi yang telah dipublikasikan. Combination
specification, sangat memungkinkan digunakan kombinasi dari beberapa jenis spesifikasi
secara bersamaan. Hal yang jelas tidak mungkin melakukan kombinasi antara spesifikasi
terbuka dengan tertutup, tetapi memungkinkan menggabungkan spesifikasi kinerja,
deskripsi dan referensi. Misalnya saja sebuah produk yang disyaratkan secara spesifik
bentuk fisiknya namun juga mengenai kinerjanya.

INTERPRETASI SPESIFIKASI
Bagian terpenting setelah spesifikasi selesai disusun adalah terciptanya pemahaman yang
sama antara pembuat spesifikasi dengan pengguna spesifikasi, dalam hal ini adalah
penyedia jasa. Tidak jarang spesifikasi menjadi sumber perselisihan antar pihak di
lapangan, hal ini terjadi dikarenakan terganggunya proses komunikasi antar pihak.

Pembuat spesifikasi sudah seharusnya memaparkan seluruh keinginan pengguna jasa
melalui bahasa tulis sedemikian rupa sehingga dapat menunjuk pada sesuatu yang spesifik.
Harus dihindari dalam penyusunan spesifikasi adalah terciptanya arti samar, arti ganda,
atau bahkan tidak ada artinya. Spesifikasi yang memuat arti ganda sebaiknya dihindari,
kondisi demikian ini yang menyebabkan timbulnya perselisihan antar pihak dan apabila
tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka akan dilanjutkan dengan proses tuntut
menuntut yang tentunya akan merugikan kedua belah pihak. Spesifikasi adalah sesuatu
yang sangat berarti bagi berbagai pihak yang berkepentingan, apabila tidak terdefinisi
dengan baik maka akan terjadi distorsi dari keinginan pengguna jasa pada setiap tahapan
proyek.

ISI RENCANA KERJA DAN SYARAT
Rencana Kerja dan Syarat (RKS) ditempatkan sebagai dokumen penting selain gambar
rencana sebagai kelengkapan dari dokumen tender. Keberadaannya sangat menentukan
kepentingan dari berbagai pihak yang akan terlibat dalam realisasi pekerjaan, dimulai sejak
tahap awal dari proses realisasi ide dari pemilik proyek. RKS ini diperlukan tidak hanya pada
pekerjaan baru saja, namun juga diperlukan untuk pekerjaan perbaikan dan renovasi
bangunan, pekerjaan pemeliharaan dan pekerjaan-pekerjaan lain yang spesifik (listrik,
pemipaan, gas, mesin).
Umumnya, isi dari RKS terdiri dari lima bagian, yaitu : (1) keterangan, dalam bagian ini

dipaparkan mengenai pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pemberi tugas, konsultan
perencana, konsultan pengawas, kontraktor. Termasuk juga hak dan kewajiban dari setiap
pihak yang terlibat. Hal yang kedua dituliskan lampiran-lampiran yang disertakan, dengan
menyebutkan macam-macam gambar dan jumlah selengkapnya. Hal ini harus disampaikan
sebagai tindakan antisipasi apabila dalam dokumen tender terdapat ketidaklengkapan
gambar (2) penjelasan umum, hal-hal yang dipaparkan dalam bagian ini antara lain
adalah : (a) jenis pekerjaan, informasi tentang pekerjaan yang akan dikerjakan apakah itu
bangunan gedung, bangunan jalan, bangunan jembatan atau yang lain perlu disampaikan
disini, (b) peraturan-peraturan yang digunakan baik yang bersifat nasional maupun
lokal/setempat; penjelasan mengenai berita acara penjelasan pekerjaan dan keputusan
akhir yang digunakan, (c) status dan batas-batas lokasi pekerjaan beserta patok duga yang
4

W u l f r a m I. E r v i a n t o

digunakan, hal ini bagian terpenting pada saat kontraktor akan memulai pekerjaannya
dikarenakan implikasinya sangat besar terhadap perencanaan pelaksanaan. (3) peraturan
teknis, rincian dari setiap bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dimulai pekerjaan
persiapan sampai dengan pekerjaan penyelesaian. Kadangkala disebutkan pula metoda
kerja pelaksanaan pekerjaan, bahan-bahan yang akan digunakan beserta persyaratannya.

(4) syarat pelaksanaan, penjelasan lengkap mengenai (a) rencana pelaksanaan
pekerjaan, misalnya pembuatan time schedule, perlengkapan kantor, ketersediaan obatobatan, peralatan pemadam kebakaran, perlengkapan di lapangan sesuai dengan peraturan
kesehatan dan keselamatan kerja. (b) persyaratan dan pemeriksaan bahan yang akan
digunakan, baik secara visual maupun laboratorium beserta jumlah sample yang harus diuji.
(c) rencana pengaturan pelaksanaan di tempat pekerjaan, misalnya letak dan besar kantor
proyek dan direksi, system aliran barang di lokasi pekerjaan, letak peralatan konstruksi,
lokasi bedeng pekerja, bengkel kerja, tempat-tempat penyimpanan material beserta
sistemnya. (5) peraturan administrasi, dijelaskan tentang teknik dan tata cara
administrasi yang harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instansi
pemilik proyek. Ketentuan administrasi antara proyek swasta dengan proyek pemerintah
tentunya akan berbeda, esensinya adalah bagaimana cara mempertanggungjawabkan
kepada pihak lain. Dalam peraturan administrasi dibedakan pula antara peraturan
administrasi keuangan dan teknis. Administrasi keuangan mencakup hal-hal sebagai berikut
: harga penawaran termasuk didalamnya biaya pelelangan, ketentuan apabila terjadi
pekerjaan tambah kurang, persyaratan yang harus dipenuhi dari setiap jenis jaminan yang
digunakan (tender bond, performance bond), ketentuan mengenai denda yang disebabkan
karena keterlambatan, kelalaian pekerjaan, pemutusan kontrak, pengaturan pembayaran
kepada kontraktor, resiko akibat naiknya harga upah dan bahan. Administrasi teknis
memuat hal-hal sebagai berikut : ketentuan apabila terjadi perselisihan beserta cara-cara
penyelesaiannya, syarat-syarat penawaran dan pelulusan pekerjaan, tata cara pelelangan

(kelengkapan surat penawaran, ketentuan penyampaian dokumen penawaran dan sampul
penawaran, syarat peserta lelang dan sangsi yang harus diberikan apabila melakukan
pelanggaran, hak sanggah dan kegagalan pelelangan, persyaratan pengadaan
subkontraktor dan kualifikasinya. Hal lain yang dijelaskan adalah peraturan
penyelenggaraan, misalnya pembuatan laporan kemajuan pekerjaan (baik format maupun
isi pelaporan), cara penyelenggaraan penyerahan pekerjaan, cara pembuatan time
schedule.

DATA DAN ANALISIS DATA
Penelusuran data dilakukan terhadap beberapa spesifikasi untuk jenis proyek bangunan
gedung. Pertimbangan utama dalam pengumpulan data adalah mendapatkan pernyataan
yang mempunyai arti ganda atau arti samar. Media internet dan data cetak pada proyekproyek yang telah selesai dilaksanakan merupakan sarana dalam melakukan pengumpulan
data. Dari penelusuran ditemukan pernyataan-pernyatan seperti pada tabel 1.
Tabel 1 : Temuan arti samar dan arti ganda pada bangunan gedung
BAB
1
2
3

JENIS PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan
Pembersihan
Lapangan
Pengamanan
Lapangan dan

SUB BAB
3

KLAUSULA
17

ARTI SAMAR
1

%
5.88

RISIKO
Kontraktor

1

5

-

0.00

-

15

15

-

0.00

-

5

W u l f r a m I. E r v i a n t o

BAB
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

JENIS PEKERJAAN
Pengadaan Sarana
Penentuan Peil dan
Ukuran
Tanah
Pondasi
Konstruksi Beton
Rangka Atap,
Penutup Atap dan
Talang
Batu Bata
Finishing Batuan
Plesteran
Kayu
Rangka dan
Penutup Plafond
Lantai dan Tile
Penggantung dan
Pengunci
Partisi, Besi dan
Aluminium
Cat dan Kaca
Jaringan Pipa dan
Sanitary Fixtures
Saluran Drainasi
Penangkal Petir
Listrik
Fire Alarm
Fire Hydrant dan
Fire Extinguisher
Lain-lain

SUB BAB

KLAUSULA

ARTI SAMAR

%

RISIKO

3

3

-

0.00

-

4
4
2

11
13
20

2
2
1

18.18
15.38
5.00

Kontraktor
Kontraktor
Kontraktor

4

21

0.00

-

4
3
8
2

19
4
12
10

2
1
1
2

10.53
25.00
8.33
20.00

Kontraktor
Kontraktor
Kontraktor
Kontraktor

7

7

1

14.29

Kontraktor

3

3

2

66.67

Kontraktor

6

6

3

50.00

Kontraktor

6

6

-

0.00

-

7

7

1

14.29

Kontraktor

17

29

2

6.90

Kontraktor

4
6
7
4

4
6
22
4

-

0.00
0.00
0.00
0.00

-

2

2

-

0.00

-

1
123

1
247

21

0.00
10.85

-

Tabel 2 : Pernyataan yang berpotensi menimbulkan konflik
No

1

PERNYATAAN
PEKERJAAN ASESORIS
Slot pintu digunakan setara merk
“kuda
Terbang”,
harus
dengan

persetujuan konsultan pengawas.

2

3

Slot tanam untuk daun pintu selain
pintu KM/WC, menggunakan merk
SESS dengan handel yang menyatu
dari jenis yang setara dengan yang
terpasang pada bangunan yang sudah
ada.
PEKERJAAN TANAH
Semua permukaan lapangan dikupas,
agar bebas dari unsur-unsur perusak
(akar-akar tanaman atau rumputrumputan). Bahan galian dari daerah
pembangunan dapat dipergunakan,
bila memadai untuk urugan dan

6

INTERPRETASI
Pernyataan “Setara
merk” tidak jelas
ukuran
kesetaraannya
(kualitas atau harga)
Tidak jelas yang
dimasud “setara”,
dalam hal kualitas
atau harga

RISIKO
Risiko lebih besar
berada pada pihak
penyedia jasa

Ukuran pengupasan
permukaan tanah
tidak jelas.

Risiko lebih besar
berada pada pihak
penyedia jasa.

W u l f r a m I. E r v i a n t o

No

4

5

6

7

8

PERNYATAAN
penanggulan. Bahan urugan harus
bersih dari unsur-unsur perusak dan
harus disetujui Tim Pengawas.
PEKERJAAN FONDASI BATU KALI
Bahan batu kali memenuhi syaratsyarat :
1. Bahan batu adalah sejenis batu
yang keras, berat dan berwarna
kehitam-hitaman dan mempunyai
muka lebih dari 3 (tiga) muka.
2. Tidak ringan dan porous.
3. Bahan asal adalah batu besar yang
kemudian dibelah/dipecah-pecah
menjadi ukuran normal menurut
tata cara pekerjaan yang
bersangkutan.
4. Memenuhi Peraturan Umum
Pemeriksaan Bahan Bangunan
(NI.3-1970).
PASANGAN BATA
Bahan batu bata harus memenuhi
syarat-syarat :
a. Berkualitas baik terlihat dari warna
pembakaran dan kematangan pada
bagian tengah serta persentase
yang pecah sampai ke lokasi proyek
maksimal 5 %.
PENUTUP LANTAI
Lantai basement, I, II, III, dan IV
menggunakan tegel keramik kualitas
satu, ukuran 30x30 cm2 merk Roman
atau yang sekualitas.
PEKERJAAN PARTISI
Partisi ruang kayu terbuat dari rangka
kayu kamper ukuran 5/7 cm, ditutup
panel dobel triplex 9 mm, dan diisi
dengan glasswool.
KAWAT BRONJONG
a) Haruslah baja berlapis seng yang
memenuhi AASHTO M279 Kelas 1,
dan ASTM A239. Lapisan galvanisasi
minimum haruslah 0,26 kg/m2.
b) Karakteristik kawat bronjong adalah :
 Tulangan tepi, diameter : 5,0 mm,
6 SWG
 Jaringan, diameter4,0 mm, 8
SWG
 Pengikat, diameter2,1 mm, 14
SWG
 Kuat Tarik4200 kg/cm2
 Perpanjangan diameter10%
(minimum)
c) Anyaman : Anyaman haruslah merata

7

INTERPRETASI

Kekerasan batu kali
tidak ada parameter
yang pasti

RISIKO

Risiko lebih besar
berada pada pihak
penyedia jasa

Berat batu kali tidak
ada parameter yang
pasti.
Porousitas tidak
terukur dengan baik

Tidak jelas definisi
“berkualitas baik”
Warna pembakaran
yang seperti apa?

Tidak jelas maksud
dari “sekualitas”.

Risiko lebih besar
berada pada pihak
penyedia jasa

Tidak jelas mengenai
corak dan tekstur
keramik.
Tidak ada spesifikasi
yang jelas dari
glasswool

Risiko lebih besar
berada pada pihak
penyedia jasa

Jelas

Risiko berimbang

W u l f r a m I. E r v i a n t o

No

9

10

PERNYATAAN
berbentuk segi enam yang teranyam
dengan tiga lilitan dengan lubang
kira-kira 80 mm x 60 mm yang dibuat
sedemikian rupa hingga tidak lepaslepas dan dirancang untuk diperoleh
kelenturan dan kekuatan yang
diperlukan. Keliling tepi dari anyaman
kawat harus diikat pada kerangka
bronjong sehingga sambungansambungan yang diikatkan pada
kerangka harus sama kuatnya seperti
pada badan anyaman.
d) Keranjang haruslah merupakan unit
tunggal dan disediakan dengan
dimensi yang disyaratkan dalam
gambar dan dibuat sedemikian
sehingga dapat dikirim ke lapangan
sebelum diisi dengan batu.
BATU
Batu untuk pasangan batu kosong dan
bronjong harus terdiri dari batu yang
keras dan awet dengan sifat sebagai
berikut :
a) Keausan agregat dengan mesin Los
Angeles harus kurang dari 35 %.
b) Berat isi kering oven lebih besar dari
2,3.
c) Peyerapan Air tidak lebih besar dari 4
%.
d) Kekekalan bentuk agregat terhadap
natrium sulfat atau magnesium sulfat
dalam pengujian 5 siklus (daur)
kehilangannya harus kurang dari 10
%.
Batu untuk pasangan batu kosong
haruslah bersudut tajam, berat tidak
kurang dari 40 kg dan memiliki dimensi
minimum 300 mm. Direksi Pekerjaan
dapat memerintahkan batu yang
ukurannya lebih besar jika kecepatan
aliran sungai cukup tinggi.
LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum diatur atau belum
tercantum dalam persyaratan Teknis
Bangunan, tetapi ada pada gambar,
tetap dianggap mengikat. Sedang jika
dalam hal ini belum tercantum sama
sekali, sedang dalam pelaksanaan
pekerjaan diperlukan, maka peraturan
atau gambar dimaksud akan
disusulkan dan ditentukan kemudian
oleh Tim Perencana dan atas
persetujuan Tim Pengawas

8

INTERPRETASI

Jelas

Tidak jelas status
tambahan gambar
yang dimasud,
apakah dianggap
termasuk dalam
kontrak atau
tambahan pekerjaan
?

RISIKO

Risiko berimbang

W u l f r a m I. E r v i a n t o

Dari paparan data dalam tabel 1 terdapat 123 BAB dengan 247 klausula, sebanyak 21
klausula mengandung arti samar/tidak jelas. Hal ini menyebabkan penyedia jasa/kontraktor
harus menanggung risiko yang besar finansialnya belum dketahui. Dari semua klausula
yang ada tidak nampak risiko yang harus ditanggung oleh pengguna jasa selain tidak dapat
dipenuhinya kualitas hasil pekerjaan dari penyedia jasa. Jika terjadi sesuatu yang diluar
prediksi dari penyedia jasa/kontraktor, salah satu jalan keluar dalam menyelesaikannya
adalah dengan mengurangi kualitas pada beberapa pekerjaan yang memungkinkan (tidak
mudah terdeteksi secara visual). Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan aspek finansial
antara rencana anggaran biaya dengan rencana anggaran pelaksanaannya. Posibilitas untuk
mengurangi kualitas produk ini tidak mungkin dilakukan dalam industri manufaktur yang
disebabkan “proses” dilaksanakan sebelum transaksi terjadi, sedangkan dalam industri jasa
konstruksi jasa “proses” terjadi kemudian setelah transaksi.
Ditinjau dari besarnya prosentasenya (10,85%) kiranya tidak terlalu banyak klausula yang
tidak jelas, namun jika dilihat dari aspek finansialnya tidak serta merta dapat dijelaskan
dengan besarnya prosentasi ini. Misalnya saja satu klausula yang tidak jelas dan berisiko
besar pada aspek pembiayaannya yang disebabkan karena volume pekerjaannya cukup
besar (seperti dalam Bill of Quantity).
Salah satu klausula yang mempunyai arti samar adalah “Lantai basement, I, II, III, dan IV
menggunakan tegel keramik kualitas satu, ukuran 30x30 cm 2 merk Roman atau yang
sekualitas.”. Dalam hal ini, timbulnya ketidak jelasan akibat pernyataan “sekualitas”, apakah
sekualitas dalam “harga keramik” atau sekualitas dalam hal “mutu keramik”. Sebagai
ilustrasi, seandainya luas lantai setiap tingkat adalah 1000 m 2, akibat klausula tersebut
penyedia jasa/kontraktor menanggung selisih harga Rp.1000; (karena lebih mahal jika
dibandingkan dengan rencana anggaran biaya) maka total biaya yang ditanggung akibat
satu klausula tersebut adalah 1000 m2 x 5 x Rp.1.000; = Rp.5.000.000;.

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : (1) Pernyataan yang
mengandung arti samar pada item : (a) pekerjaan lantai dan tile sebesar 66,67%; (b)
penggantung dan pengunci sebesar 50%; (c) pekerjaan finishing batuan sebesar 25% dan
(d) pekerjaan kayu sebesar 20%. (2) Dari semua klausula yang tidak jelas seluruh risiko
ditanggung oleh penyedia jasa/kontraktor. (3) Klausula yang mengandung arti samar
ditimbulkan oleh kalimat dengan menggunakan kata “setara” dan disetujui oleh pengawas.

DAFTAR PUSTAKA
1. …….., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gitamedia Press,
2. Ayers C., 1975, Specification for Architecture Engineering and Construction , McGrawHill, Inc.
3. Ervianto W.I., 2005, Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
4. Fisk E.R., 1992, Construction Project Administration, Fourth Edition, Prentice Hall,New
Jersey.

9