ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 1 , Januari - Juni 2017

ISSN :2407-1072

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA DALAM MENILAI AKUNTABILITAS
KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Jumania Septariani
Dosen PNS Dpk STIE Rahmaniyah Sekayu
Email :jseptariani@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja pendapatan dan belanjadalam
menilai akuntabilitas kinerja keuangan pada Pemerintah Kinerja Pendapatan pada Pemerintah
Kabupaten Musi Banyuasin.data yang digunakan Penulis pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2010 sampai 2014.Hasil yang
di dapat berdasarkan realisasinya sudah baik, dilihat dari pertumbuhan dan kemandirian keuangan
masih rendah sekali atau belum mandiri.Namun dinilai dari analisis rasio efektivitas dan efisiensi sudah
sangat efektif dan sangat efisiensi.Sedangkan Kinerja Belanja Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dalam menentukan anggaran belanja
sudah baik.

Kata kunci :Kinerja Pendapatan dan Belanja , Akuntabilitas Kinerja Keuangan Kabupaten Musi
Banyuasin
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengelolaan
akuntabilitas
keuangan
pemerintah daerah tidak bisa lepas dari anggaran
pemerintah daerah. Wujud dari penyelenggaraan
otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya
yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif,
adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas
publik. Anggaran merupakan alat perencanaan
manajerial dalam bentuk keuangan yang berisi
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selama
periode waktu tertentu sebagai acuan kegiatan
organisasi dan menunjukkan tujuan organsiasi.
Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber
daya untuk mencapai kejelasan sasaran anggaran
yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk

menciptakan akuntabilitas laporan keuangan
terhadap masyarakat. Sektor publik di Indonesia
mengenal Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (RAPBD). RAPBD diartikan
sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Rancangan tersebut
memuat pos-pos pendapatan dan belanja yang
menjadi sasaran atau target yang hendak dicapai
selama 1 (satu) tahun.
Perubahan-perubahan
atas
rencana
anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya lazim

dilakukan. Praktik yang berlaku adalah anggaran
murni dan anggaran perubahan. Anggaran murni
adalah anggaran awal seperti terdapat dalam
RAPBD. Anggaran perubahan adalah anggaran
yang ditetapkan setelah RAPBD berjalan. Selisih

besaran antara realisasi dengan anggaran yang
ditetapkan ini menjadi perhatian utama. Besaran
angka
tersebut
secara
tidak
langsung
mengungkapkan
kapasitas
pegawai
dalam
penyusunan anggaran.
Kesalahan
memprediksi
akan
mengacaukan rencana yang telah disusun dan
berdampak
terhadap
penilaian
kinerjanya.

Anggaran pada sektor publik meliputi aspek
perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek
akuntabilitas
publik.
Anggaran
sebagai
perencanaan yang dimaksud adalah anggaran
merupakan rencana kegiatan yang terjadi dari
sejumlah target yang akan dicapai oleh para
pimpinan dari suatu instansi dalam melaksanakan
kegiatan tertentu pada masa yang akan datang.
Anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan
keuangan dalam sistem pengendalian manajemen,
tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi,
komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi yang
menyebabkan penelitian di bidang anggaran pada
pemerintah daerah, menjadi relevan dan penting.

1


Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 1 , Januari - Juni 2017

Kabupaten Musi Banyuasin adalah salah
satu dari 16 Kabupaten/ Kota yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan. Banyak potensi daerah yang
dapatdigali untuk dijadikan sumber pendapatan
dari berbagai sektor tersier dan sekunder secara
dominan yaitu sektor perdagangan/hotel/restoran,
telekomunikasi dan transportasi, dan industri
pengelolaan yang dapat meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD).Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Musi Banyuasin sudah cukup

ISSN :2407-1072

baik.Namun masih ada beberapa masalah dalam
meningkatkan penerimaan APBD dan PAD
terutama dalam Kinerja Pendapatan dan Kinerja
Belanja.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)Kabupaten Musi Banyuasin selalu terjadi
selisih antara anggaran yang ditetapkan
sebelumnya dengan realisasinya. Berikut ini
disajikan data APBD Kabupaten Musi Banyuasin
dari Tahun 2010 sampai 2014 pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1
Anggaran dan Realisasi APBDKabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2010 sampai 2014
(Dalam Rupiah)
Tahu
n
2010
2011
2012
2013
2014

Pendapatan

Anggaran

Realisasi

1.586.182.417.0
00
1.893.640.121.4
74
2.325.660.452.6
72
2.930.291.085.1
93
3.466.891.379.3
95

1.833.103.311.5
57
2.166.923.987.4
56
2.580.875.509.0

83
3.067.053.341.6
19
3.143.669.713.5
85

Belanja Daerah
Persenta
se (%)
115,57
114,43
110,97
104,67
90,68

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, dapat
jelaskan bahwa tingkat pencapaian pendapatan
Kabupaten Musi Banyuasindari Tahun 2010
sampai dengan 2014 selalu mengalami penurunan
yaitu tingkat pencapaian pendapatan pada Tahun

2010 sebesar 115,57% dengan realisasi pendapatan
sebesar Rp. 1.833.103.311.557, pada Tahun 2011
mengalami penurunan 1,14% dengan tingkat
pencapaian sebesar 114,43% dengan realisasi
pendapatan sebesar Rp. 2.166.923.987.456, pada
Tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,46%
dengan tingkat pencapaian sebesar 110,43%
dengan realisasi pendapatan sebesar Rp.
2.580.875.509.084, pada Tahun 2013 tingkat
pencapaian pendapatan mengalami penurunan
sebesar 5,76% dengan tingkat pencapaian sebesar
104,67% dengan realisasi pendapatan sebesar Rp.
3.067.053.341.619 dan pada Tahun 2014
mengalami penurunan sebesar 13,99% dengan
tingkat pencapaian sebesar 90,68% dengan
realisasi
pendapatan
sebesar

2


Anggaran

Realisasi

1.619.763.746.5
19
2.246.451.675.0
00
2.679.757.978.0
90
3.306.113.384.1
00
3.912.844.933.7
17

1.467.076.604.3
99
2.072.586.785.7
76

2.457.920.024.1
09
2.938.283.773.3
42
3.517.904.364.3
88

Persenta
se (%)
90,57
92,26
91,72
88,87
89,91

Rp.3.143.669.713.585. Hal ini menunjukkan
bahwa
pengelolaan
pendapatan
belum
dilaksanakan secara maksimal. Padahal pendapatan
sangat berpengaruh dalam pengalokasian belanja.
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah
mengalokasikan target belanja setiap tahunnya,
akan tetapi target tersebut tidak terealisasi 100%.
Hal ini dikarenakan kurangnya pendapatan yang
diperoleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
sehingga belanja daerah yang telah ditetapkan
tidak terlaksana sepenunhnya.
Dalam pelaksanaan kinerja belanja,
permasalahan secara umum belanja pada APBD
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin adalah
terlambatnya pengesahan APBD Tahun Anggaran,
terlambatnya pengesahan APBD Perubahan Tahun
Anggaranatau Revisi Anggaran, adanya bencana
alam (banjir) yang mengakibatkan penghentian dan
pemutusan
kontrak
pekerjaan,
sehingga
berpengaruh terhadap penyerapan anggaran.

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 1 , Januari - Juni 2017

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
AnalisisKinerja Pendapatan dan Belanja dalam
Menilai Akuntabilitas Kinerja Keuangan Pada
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut
di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana Kinerja
Pendapatan dan Belanja
dalam Menilai
Akuntabilitas Kinerja Keuangan pada Pemerintah
Kabupaten Musi Banyuasin ?.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana kinerja pendapatan dan
belanjadalam menilai akuntabilitas kinerja
keuangan pada Pemerintah Kabupaten Musi
Banyuasin.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Akuntansi Sektor Publik
Halim (2012:
2),
mengungkapkan
akuntansi sektor publik adalah sebuah kegiatan
jasa dalam rangka menyediakan informasi
kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dari
entitas pemerintah guna pengambilan keputusan
ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang
berkepentingan atas berbagai alternatif arah
tindakan.
Mardiasmo (2012: 2), mengungkapkan
bahwa akuntansi sektor publik dapat dipahami
sebagai proses pencatatan, pengklasifikasian,
penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan
dari suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan
dengan usaha untuk menghasilkan barang dan
pelayananan publik dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan hak publik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa akuntansi sektor publik adalah
suatu proses pencatatan, pengklasifikasian,
penganalisisan suatu transaksi keuangan sektor
publik guna untuk menyusun laporan keuangan
sektor publik.
2.2 Konsep Anggaran Sektor Publik
Mardiasmo (2012: 23), mengungkapkan
anggaran publik berisi rencana kegiatan yang
dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan
pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.
Dalam bentuk yang paling sederhana anggaran
publik merupakan suatu dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu

ISSN :2407-1072

organisasi yang meliputi informasi mengenai
pendapatan, belanja, dan/aktivitas.
2.3Konsep Pengelolaan Keuangan Daerah
2.3.1 Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran daerah secara
keseluruhan mencakup penyusunan Kebijakan
Umum APBD sampai dengan disusunnya
Rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan
proses perencanaan anggaran daerah. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negaraserta Undang-undang Nomor2
Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dengan Pemerintah Daerah.
2.3.2 Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran melibatkan lebih
banyak orang daripada persiapannya dan
mempertimbangkan umpan balik dari pengalaman
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pelaksanaan
anggaran harus: (a) menjamin bahwa anggaran
akan dilaksanakan sesuai dengan wewenang yang
diberikan baik dalam aspek keuangan maupun
kebijakan; (b) menyesuaikan pelaksanaan anggaran
dengan perubahan signifikan dalam ekonomi
makro; (c) memutuskan adanya masalah yang
muncul dalam pelaksanaannya; (d) menangani
pembelian dan penggunaan sumber daya secara
efisien dan efektif. Sistem pelaksanaan anggaran
harus menjamin adanya ketaatan terhadap
wewenang anggaran dan memiliki kemampuan
untuk melakukan pengawasan dan pelaporan yang
dapat langsung mengetahui adanya masalah
pelaksanaan
anggaran
serta
memberikan
fleksibilitas bagi para manajer.
2.3.3 Pelaporan/Pertanggungjawaban Anggaran
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran SKPD dilaksanakan secara periodik yang
mencakup :
a. Laporan realisasi anggaran SKPD
b. Neraca SKPD
c. Catatan atas laporan keuangan SKPD
Kepala SKPD menyusun dan melaporkan
arus kas secara periodik kepada kepala daerah,
laporan tersebut disusun dan disajikan sesuai
dengan peraturan pemerintah yang mengatur
tentang standar akuntansi pemerintahan.
2.4 Konsep Anggaran dan Penganggaran Sektor
Publik
Mardiasmo(2012:
32),
mengungkapkananggaran publik berisi rencana
kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk

3

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 1 , Januari - Juni 2017

rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam
satuan moneter. Dalam bentuk yang paling
sederhana anggaran publik merupakan suatu
dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan
dari suatu organisasi yang meliputi informasi
mengenai apa yang hendak dilakukan dalam
beberapa periode yang akan datang.
Mardiasmo(2012: 34), mengungkapkan
penganggaran sektor publik terkait dengan proses
penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
program dan aktivitas dalam satuan moneter Proses
penganggaran organisasi sektor publik dimulai
ketika perumusan strategi dan perencanaan strategi
telah selesai dilakukan.
2.5. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Mardiasmo (2012: 47), mengungkapkan
bahwa prinsip-prinsip anggaran sektorpublik
meliputi :
1. Otorisasi oleh Legislatif. Anggaran publik harus
mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan
anggaran tersebut.
2. Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan
semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Oleh karena itu, adanya dana nonbudgetair
pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif.
3. Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan
belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum.
4. Nondiscretionary Appripriation. Jumlah yang
disetujui oleh dewan legislatif harus
termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan
efektif.
5. Periodik. Anggaran merupakan suatu proses
yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun
multitahunan.
6. Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak
memasukkan cadangan yang tersembunyi
(hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai
kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi

ISSN :2407-1072

anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya
underestimate pendapatan dan overestimate
pengeluaran.
7. Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat
dipahami
masyarakat,
dan
tidak
membingungkan.
8. Diketahui
publik.
Anggaran
harus
diinformasikan kepada masyarakat luas.
2.6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)
2.6.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)
Pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan
daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran
terhitung 1 Januari sampai 31 Desember.
Sedangkan Bastian (2012: 5), mengungkapkan
APBD merupakan rencana kerja pemda dalam
bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahun
dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.
Mardiasmo (2012: 89),mengungkapkan
anggaran sektor publik merupakan instrumen
akuntabilitas atas pengelolaan dan publik dan
pelaksanaan program-program yang dibiayai dari
uang publik penganggaran sektor publik terkait
dalam proses penentuan jumlah alokasi dana untuk
tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan
moneter.
2.7 Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD)
Bastian (2012: 92), mengungkapkan
kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan, program atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujun, misi, dan visi
organisasi. Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan, dengan memperhitungkan
indikator masukan (input), keluaran (output), hasil,
manfaat, dan dampak.

2.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digambarkan secara sederhana sebagai berikut:
Kinerja Pendapatan dan
Belanja Kabupaten Musi
Banyuasin

Akuntabilitas Kinerja
Keuangan Kabupaten Musi
Banyuasin
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

4

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 1 , Januari - Juni 2017

Adanya
rencana
untuk
melaksanakan
kegiatan/program yang akan memudahkan
pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin
untuk
menyusun
target-target
anggaran.
Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun
akan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai
pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Hal ini
berimplikasi pada kinerja pendapatan dan belanja
daerah.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam setiap penelitian yang dilakukan
perlu sekali adanya objek penelitian begitu juga
dengan penelitian ini, yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah PemerintahKabupaten Musi
Banyuasin. Waktu penelitian dilakukan selama 2
(dua) bulan.
3.2 Metode Penelitian
Sugiyono (2012: 131), menyatakan metode
penelitian terdiri dari metode kuantitatif dan
metode kualitatif.
1. Metode Kuantitatif
Adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Pengumpulan data bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipopenelitian
yang telah ditetapkan.
2. Metode Kualitatif
Adalah analisis yang dilakukan terhadap data
yang berupa informasi, uraian dalam bentuk
bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data
dari pihak karyawan atau instansi terkait untuk
mendapatkan gambaran yang sudah ada atau
sebaliknya.
Berdasarkan uraian tersebut, dalam
penelitian ini Penulis menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yang
digunakan adalah perhitungan kinerja pendapatan
dan belanja daerah. Sedangkan metode kualitatif
dalam penelitian ini yaitu melakukan analisis
kinerja pendapatan dan belanja dalam menilai
akuntabilitas kinerja keuangan Pemerintah
Kabupaten Musi Banyuasin.
1.3 Jenis dan Sumber Data
Sugiyono (2012: 137), menyatakanjenis
dan sumber data terdiri dari:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui media
perantara) data primer dapat berupa opini
subjek (orang) secara individual atau kelompok,

ISSN :2407-1072

hasil observasi terhadap suatu benda atau fisik,
kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber
yang telah ada, biasanya sudah dalam publikasipublikasi.
Adapun jenis dan sumber data yang
digunakan Penulis pada penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2010
sampai 2014.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2012:132), menyatakan data
pada penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
Menelaah teori-teori yang bersumber dan bukubuku teks, teori-teori dan literatur, jurnal dan
sebagainya untuk mendapatkan landasan teoritis
yang berhubungan dengan penelitian.
b. Penelitian Lapangan
Dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
langsung pada objek penelitian dengan cara
sebagai berikut :
1) Wawancara
Yaitu melakukan wawancara atau tanya
jawab dengan pihak-pihak terkait yang
berhubungan dengan judul penelitian.
2) Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan cara
mengalir atau mengambil data-data dari
catatan, dokumentasi, administrasi yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.
Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh Penulis pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Studi Pustaka
Pada penelitian ini Penulis menelaah teoriteori yang bersumber dari buku-buku teks,
undang-undang, peraturan pemerintah dan
jurnal penelitian untuk mendapatan landasan
teoritis yang berhubungan dengan penelitian
ini.
b. Penelitian Lapangan
Pada penelitian ini Penulis mengadakan
penelitian langsung pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah
Kabupaten Musi Banyuasin dengan cara
sebagai berikut :
1) Wawancara

5

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 1 , Januari - Juni 2017

Pada penelitian ini Penulis melakukan
wawancara berstruktur, dimana Penulis
bebas
mewawancarai
dan
tidak
menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan data. Penulis
melakukan wawancara dengan pegawai
bagian akuntansi Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Musi Banyuasin.
2) Dokumentasi
Pada
penelitian
ini
Penulis
mendokumentasikan data-data tentang
laporan realisasi anggaranserta struktur
organisasi Dinas Pengelolah Pendapatan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
Kabupaten Musi Banyuasin.
3.5.
Teknik Analisis Data
Sugiyono (2012: 133), menyatakan teknik
analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, pencatatan lapangan, kategori
penjabaran ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Adapun teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitatif dan kualitatif.

ISSN :2407-1072

4. PEMBAHASAN
Dari uraian teoritis dan data yang
diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah yang tertuang dalam
data penelitian serta dikaitkan dengan masalah
yang dibahas dalam penulisan ini, maka dilakukan
analisis dan pembahasan terhadap data-data
tersebut dengan mengacu pada uraian teoritis yang
ada.
Dengan menggunakan data Anggaran dan
Realisasi APBD, dilakukan Analisis Pendapatan
dan Analisis Belanja serta pembiayaan dengan
menggunakan cara analisis:
4.1 Analisis Kinerja Pendapatan Pemerintah
Kabupaten Musi Banyuasin
4.1.1 Analisis
Varians
(Selisih)
PendapatanPemerintah
Kabupaten
Musi Banyuasin
Pada analisis varians (selisih) pendapatan
ini dianalisis atau dihitung untuk mengetahui
berapa besar selisih yang didapatkan setiap
tahunnya dalam 3 (tiga) tahun terakhir.Dengan
demikian dapat dilihat apakah realisasi lebih besar
dari anggaran atau sebaliknya. Berikut ini
perhitungan rasio varians anggaran pendapatan
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun
2010 sampai dengan 2014:

Tabel 4.1
Rasio Varians Anggaran Pendapatan Daerah
Pada Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2010 sampai dengan 2014
Tahun

Anggaran

Realisasi

Varians
Anggaran
Pendapatan

2010
2011
2012
2013

1.586.182.417.000
1.893.640.121.474
2.325.660.452.672
2.930.291.085.194

1.833.103.311.557
2.166.923.987.456
2.580.875.509.083
3.067.053.341.619

246.920.894.557
273.283.865.982
255.215.056.411
136.762.256.425

%
Varians
Anggaran
Pendapatan
15,57
14,43
10, 98%
4, 67%

2014

3.466.891.379.396

3.143.669.713.585

(323.221.665.811)

(9, 33%)

Kriteria
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang
Baik

Sumber : Rasio Varians Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, 2015, data diolah

Dari Tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa
berdasarkan perhitungan rasio varians anggaran
pendapatan pada Tahun 2010 sebesar Rp.
246.920.894.557 dengan persentase varians
anggaran
pendapatannya
15,57%dimana
menunjukkan bahwa rasio tersebut baik karena

6

realisasi lebih besar dari yang dianggarkan. Tahun
2011 sebesar Rp. 273.283.865.982 dengan
persentase varians anggaran pendapatannya
sebesar 14,43%dimana menunjukkan bahwa rasio
tersebut baik karena realisasi lebih besar dari yang
dianggarkan.
Tahun
2012
sebesar
Rp.

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 1 , Januari - Juni 2017

ISSN :2407-1072

255.215.056.411 dengan persentase varians pada Tahun 2014 salah satu penyebabnya
anggaran
pendapatannya
10,98%
dimana dikarenakan dividen dari Bank Sumsel Babel
menunjukkan bahwa rasio tersebut baik karena Cabang Sekayu belum diterima pada Tahun 2014
realisasi lebih besar dari yang dianggarkan.Rasio dan dialihkan atau diterima pada tahun berikutnya
varians anggaran pendapatan pada Tahun 2013 yaitu pada Tahun 2015. Dari 5 (lima) tahun
sebesar Rp. 136.762.256.425 dengan persentase terakhir, dapat disimpulkan bahwa varians
varians
anggaran
sebesar
4,67%dimana anggaran pendapatan daerah Kabupaten Musi
menunjukkan bahwa rasio varians anggaran Banyuasin sudah memenuhi kriteria Baik.
pendapatan tersebut juga baik karena realisasi lebih 4.1.2 Analisis
Pertumbuhan
Pendapatan
besar dari yang dianggarkan.
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
Berikut ini perhitungan rasio pertumbuhan
Berdasarkan
wawancaradenganKepala
Pemerintah
Kabupaten
Musi
Bidang Akuntansi Dinas Pendapatan, Pengelolaan pendapatan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2010 sampai dengan 2014:
Banyuasin (2016), bahwa terjadinya penurunan
Tabel 4.2
Rasio Pertumbuhan Pendapatan
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2010 sampai dengan 2014
%
Naik /
Kenaikan /
Turun
Penurunan
2010
1.833.103.311.557
2011
2.166.923.987.456
18,21%
18,21%
Naik
2012
2.580.875.509.083
19,10%
0,89
Naik
2013
3.067.053.341.619
18, 84%
(0,26%)
Turun
2014
3.143.985.844.223
2, 50%
(16,34%)
Turun
Sumber : Rasio Pertumbuhan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, 2015, data diolah
Tahun

Realisasi
Pendapatan

Rasio
Pertumbuhan Pendapatan

Berdasarkan Tabel 4.2 tentangperhitungan
rasio pertumbuhan pendapatandari Tahun 2010
sampai 2014kinerja pendapatan Kabupaten Musi
Banyuasin mengalami naik turunatau fluktuasi.
Pada Tahun 2011 pertumbuhan pendapatan
Kabupaten
Musi
Banyuasin
mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
18,21%.Pada Tahun 2012 mengalami peningkatan
lagi yaitu sebesar 0,89% dengan rasio
pertumbuhan sebesar 19,10%. Pada tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 0,26% dengan rasio
pertumbuhan sebesar 18,84% dan pada Tahun
2014 mengalami penurunan yaitu sebesar
16,34%.Penurunan ini disebabkan oleh penerimaan
dari dana bagi hasil dari provinsi dan dari hasil
bagi pajak hanya sebesar 48%. Rasio pertumbuhan

Tahun
2010
2011

pendapatan pada Tahun 2013 sebesar 18,84%
menjadi
2,50%
pada
Tahun
2014.
Namunberdasarkan indikator rasio pertumbuhan
pendapatan daerah, dapat dikatakan baik apabila
realisasi pendapatan daerah lebih besar dari yang
dianggarkan. Maka pertumbuhan pendapatan
daerah sudah dikatakan baik karena dari Tahun
2012 sampai dengan Tahun 2014 realisasi
pendapatan yang tercapai selalu melebihi jumlah
yang di anggarkan atau ditargetkan.
4.1.3 Analisis Rasio Keuangan Pemerintah
Kabupaten Musi Banyuasin
4.1.3.1 Rasio Derajat Desentralisasi
Berikut ini perhitungan rasio derajat
desentralisasi Pemerintah Kabupaten Musi
Banyuasin Tahun 2010 sampai dengan 2014 :

Tabel 4.3
Rasio Derajat Desentralisasi
Pada Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2012 sampai dengan 2014
Pendapatan Asli
Total Pendapatan
Rasio
Kriteria
Daerah
Daerah
(%)
64.030.061.006
1.833.103.311.557
3,49%
Belum Mandiri
80.664.883.689
2.166.923.987.456
3,72%
Belum Mandiri

7

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 1 , Januari - Juni 2017

2012
2013
2014

96.732.351.087
2.580.875.509.083
3.067.053.341.619
112.649.472.590
172.924.886.330
3.143.669.713.585
Rata-Rata

ISSN :2407-1072

3, 75%
3, 67%
5, 50%
4,03%

Belum Mandiri
Belum Mandiri
Belum Mandiri
Belum Mandiri

Sumber : Rasio Derajat Desentralisasi Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin,2015, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dilihat
bahwa perhitungan rasio derajat desentralisasi
dapat diketahui bahwa analisis rasio keuangan
yang dihitung dengan menggunakan rasio derajat
desentralisasi Tahun 2010 sebesar 3,49% dimana
rasio derajat desentralisasi menunjukkan belum
mandiri karena kurang dari 50%.Pada Tahun 2011
rasio derajat desentralisasi mengalami peningkatan
dengan rasio sebesar 3,72% dimana rasio derajat
desentralisasi menunjukkan belum mandiri karena
kurang dari 50%. Tahun 2012 sebesar 3,75%
dimana rasio derajat desentralisasi menunjukkan
bahwa belum mandiri karena kurang dari 50%.
Rasio derajat desentralisasi pada Tahun 2013
dibandingkan pada tahun sebelumnya mengalami
penurunan yakni dengan rasio sebesar 3,67% yang

menunjukkan bahwa rasio tersebut belum mandiri
karena kurang dari 50%. Pada Tahun 2014 rasio
derajat desentralisasi sebesar 5,50% mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya.Namun rasio
tersebut belum bisa dikatakan mandiri karena
masih kurang dari 50%. Kinerja pengelolaan
anggaran pendapatan Pemerintah Kabupaten Musi
Banyuasin secara rata-rata sebesar 4,03% dengan
kriteria belum mandiri karena belum mencapai
persentase lebih dari 50%.Hal ini berarti
pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin belum
mandiri.
4.1.3.2 Rasio Kemandirian Keuangan
Berikut
ini
perhitungan
rasio
kemandirian keuangan Pemerintah Kabupaten
Musi Banyuasin Tahun 2010 sampai dengan 2014 :

Tabel 4.4
Rasio Kemandirian Keuangan
Pada Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2010 sampai dengan 2014
Tahun

PAD

Total Pendapatan
Daerah

Rasio
(%)

Kriteria

2010
2011
2012
2013
2014

64.030.061.006
1.833.103.311.557
3,49%
Rendah Sekali(