PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF. doc

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(Student Team Achievement Division) DAPAT MENINGKATKAN
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI
KELAS III SDN 16 SENDORENG

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh
NURHAN
NIM : F 34209534

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012

P

endidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian suatu individu yang

lebih baik, manusia yang lebih berbudaya, dan manusia yang memiliki
keperibadian yang lebih baik. Suatu system pendidikan disebut
bermutu, jika pembelajaran yang bermajna serta bertunjang oleh
sumber daya yang memandai. Efektivitas pembelajaran digambarkan oleh hasil
Nurhan979@yahoo.co.id
belajar siswa yang memadai,
secara umum pembelajaran IPS di Indonesia saat ini
belum berorientasi pada proses belajar, namu lebih mementingkan pada produk
belajar, yakni penjelasan interkasi guru dan siswa sekedar transfer pengetahuan
dan seorang guru kepada siswa. Pendekatan dalam pembelajaran masih bersifat
instan dan konversional.
Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran IPS di Kelas III SDN 16
sendoreng Kec. Monterado, aktivitas belajar siswa masih rendah. Patisipasi siswa
hanya mencatat dan hanya mendengarkan penjelasan guru. Sedikit menjawab
pertanyaan guru.
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti sebagai guru ingin melakukan
perbaikan dalam proses pembelajaran. Peneliti meyakini strategi yang dapat
digunakan untuk mengembangkan aktivitas siswa dan hasil belajar adalah yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dikecualikan
pendekatan kooperatif tipe STAD memilih beratkan siswa pada aktivitas dan

kreativitas untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental bahkan
pendekatan ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara
nyata bertindak sebagai ilmuan atau penemu.
Tujuan dari pebelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas fisik siswa kelas
III SDN 16 Sendoreng (2) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas mental siswa kelas III SDN
16 Sendoreng (3) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa dalam pelajaran IPS kelas
IIO SDN 16 Sendoreng.
Menurut Wilton dan Mallau pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial disebut
juga sebagai Synthetil karena kosep generalisasi dan tema-tema penelitian
ditentukan atas abservasikan setelah fakta terjasi. Menurut (Nurhadi dkk 1993)
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhana adaptasi seleksi dan
modifikasi dari disiplin dan social yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah. Menurut Soemantri (dalam yatna : 2008) IPS merupakan perpaduan antara
konsep-konsep dan social dengan kosep-konsep pendidikan yang dikaji secara
sistematis, psikologis dan fungsional sesuai dengan perkembangan anak didik.
Pendidikan dasar IPS memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik
untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga


Negara dan anggota umat manusia serta persiapan peserta didik mengikuti
pendidikan menengah.
Hal tersebut selaras dengan prinsip pembelajaran IPS di sekolah dasar
yang mengacu pada asas DAP (Developpmentaly Appropriate Practice) atau asas
kecernaan yang dicarikan dengan : (1) mulai belajar dari apa yang dekat dan dapat
dijangkau akan (asas kedekatan immediacy) (2) jenjang yang serba factual
(operasi konkrit) ke jenjang abstraksi (konseptual) (3) memberikan segala suatu
yang dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu (4) melakukan
aktarksi belajar yang penuh makna melalui proses manipulasi sambil bermain
Penerapan Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang
yang paling sederhana dan paling praktis dari pendekatan pembelajaran kooperatif
tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik kepada siswa setiap
minggi dalam pengajian tertulis maupun lisan.
Langkah-langkah penerapan STAD adalah sebagai berikut : (1)
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkrontruksi sendiri pengetahuan dan
keterangan barunya.
Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun non

fisik. Menurut Mulyono (2011:26) aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan, jadi
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non fisik merupakan suatu aktivitas.
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,
perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran untuk menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang
terlibat aktivitas belajar. Meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan
menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi
pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris, yang
dilakukan guru akan mampu membawa siswa ke dalam situasi yang lebih
kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta peka dalam kegiatan
belajar mengajar indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari mayoritas siswa
beraktivitas dalam pembelajaran dan mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas
yang diberikan guru melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang
meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Menurut Diedrich (dalam
Sardiman, 2010:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara
lain sebagai berikut: (1) Visual Activities yang termasuk di dalamnya, membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain (2) Oral

Activities seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran,

mengemukakan pendapat, mengadakan interview, diskusi dan interupsi (3)
Listening Activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, music pidato (4)
Writing Activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin
(5) Drawing Activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola
(5) Motor Activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,
mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang (6) Mental Activities seperti
menanggap, menginat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan (7) Emotional Activities seperti menaruh minat, merasa
bosan, gembira, berani, tenang, gugup.
Soli Abimanyu dkk (2008:4-6) keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Keterlibatan fisik seperti melakukan
pengukuran/perhitungan, pengumpulan dan pengolahan data dan atau
memperagakan suatu konsep/prinsip dan lain-lain (2) Keterlibatan Mental,
meliputi: (3) Keterlibatan intelektual yang dapat berbentuk mendengarkan
informasi dengan cermat, berdiskusi dengan teman sekelas, melakukan
pengamatan terhadap suatu fakta atau peristiwa dan sebagainya sehingga member
asimilasi dan atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru tersebut (4)
Keterlibatan intelektual dalam bentuk latihan keterampilan intelektual seperti

menyusun rencana/program, menyatakan gagasan dan sebagainya (5) Keterlibatan
emosional dapat berbentuk penghayatan terhadap gagasan, nilai, sikap dan
sebagainya dalam ranah kognitif.
Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran yang sedang
berlangsung telah optimal, perlu diamati indikator atau gejala yang tampak dalam
perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun rangkaian
kegiatan tersebut seperti, aktivitas fisik siswa, aktivitas mental siswa, dan aktivitas
emosional siswa.

METODE PENELITIAN
Dalam suatu penelitian diperlukan metode, Metode penelitian adalah suatu
cara yang digunakan dalam memecahkan masalah dalam penelitian, hal ini sesuai
dengan Surachmad (1998:96) “metode adalah cara utama yang digunakan untuk
mencapai tujuan, misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesa dengan
mempergunakan teknik dan alat tertentu.”
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara
yang ditempuh untuk memecahkan suatu masalah yang sedang diteliti. Berarti
untuk mencapai suatu tujuan penelitian diperlukan jumlah data yang sesuai
dengan masalahnya. Oleh karena itu metode yang akan digunakan haruslah sesuai
dengan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat sehingga untuk dapat

memecahkan masalah penelitian secara objektif.

Menurut Hadari Nawawi (1993:61) penggunaan metode yang tepat dalam
penelitian dimaksudkan untuk: (1) Menghindari cara pemecahan masalah dan cara
berpikir yang spekulatif dalam mencari kebenaran ilmu, terutama dalam bidang
ilmu sosial yang variabelnya sangat dipengaruhi oleh sikap subyektifitas manusia
yang mengungkapkannya (2) Menghindari cara pemecahan masalah atau cara
kerja yang bersifat trial and error sebagai cara yang tidak menguntungkan bagi
perkembangan ilmu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern (3)
Meningkatkan sifat obyektifitas dalam menggali kebenaran pengetahuan yang
tidak saja penting artinya secara teoritis tetapi juga sangat besar pengaruhnya
terhadap penggunaan hasil penelitian.
Sehubungan dengan itu untuk memecahkan masalah dalam suatu
penelitian menurut Hadari Nawawi (1990:62) ada beberapa metode yang daapat
digunakan yaitu: (1) Metode deskriptif (2) Metode eksperimen (3) Metode historis
dan documenter (4) Metode filosofis dan bibliografi
Bertolak dari pendapat di atas maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan untuk
memecahkan masalaah yang didasarkan aatas fakta aktual sebagaimana adanya
berkenaan dengan ini Hadari Nawawi (1990:63) mengatakan bahwa “metode

deskriptif diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seorang
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya”.
Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa metode deskriptif
menggambarkan cara pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang didasarkan
pada fakta atau kenyataan dan kondisi yang aktual pada saat peneliti melakukan
penelitian ini.
Bentuk penelitian merupakan salah satu kondisi metode penelitian yang
dipergunakan, dalam suatu metode penelitian terdapat beberapa macam bentuk
penelitian yang dapat digunakan. Pemilihannya harus didasarkan pada
pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan jenis variasi gejala yang diambil.
Sehubungan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni
metode deskriptif, maka menurut Yousda (1993:21) ada beberapa bentuk
penelitian dalam metode penelitian ini yaitu: (1) Survey (2) Case study (3) Causal
correlational (4) Studies correlational (5) Development
Dari kelima bentuk di atas, yang dianggap sesuai dengan masalah
penelitian ini adalah bentuk penelitian survey.
Penelitian ini bersifat kualitatif, sesuai dengan metode yang dipilih yaitu
metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2009:8), metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafah postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen). Dalam
penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting).
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Recearch) yang dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Menurut
Susilo (2009:16), penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh
guru kelas atau sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan
atau peningkatan praktik dan proses pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 16 Sendoreng
Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang di Kelas III.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 16
Sendoreng Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang yang berjumlah 36
orang, terdiri dari 19 orang siswa perempuan dan 17 orang siswa laki-laki serta
teman sejawat yang berfungsi sebagai observasi melalui pengamatan observasi

dalam proses pembelajaran siswa secara berkelompok.
Teknik Pengumpulan data dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini
menggunakan beberapa teknik menurut (Hadari Nawawi:1985) adalah : (1)Teknik
Observasi Langsung adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui
pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang
pelaksanaannya langsung pada tempat dimana sutau peristiwa, keadaan atau
situasi yang sedang terjadi (2) Teknik Komunikasi Langsung adalah cara
mengumpulkan data yang seseorang peneliti mengadakan kontak langsung
secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang senagja dibuat untuk
keperluan tersebut (3) Teknik Dokumenter adalah cara mengumpulkan data yang
dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun
buku-buku, Koran, majalah dan lain-lain (4) Teknik Pengukuran adalah cara
mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif dan mengetahui tingkat atau aspek
tertentu.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Teknik Observasi Langsung, dimana cara mengumpulkan data yang dilakukan
melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek
penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana sutau peristiwa,

keadaan atau situasi yang sedang terjadi.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Pedoman Observasi adalah alat pengumpul data dengan teknik observasi langsung
memuat indikator-indikator yang diamati yang seharusnya muncul dalam

gejala/indikator yang muncul (2) Tes, yaitu tes tertulis yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa.
Teknik analisis data setelah data dari setiap kegiatan terkumpul kemudian
dianalisis secara deskriptip, data tersebut berasal dari: (1) Implementasi tindakan
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang materi Lingkungan Alam
dan Buatan (2) Aktivitas siswa dalam menganalisa tingkat keaktifannya dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang materi Lingkungan Alam dan
Buatan (3) Hasil belajar siswa, dengan melihat perbandingan hasil belajar pada
siklus I dan siklus II dengan mempresentasikan hasil rata-ratanya dengan
menggunakan rumus sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (2005: 216)
sebagai berikut:

X =

n
x 100
N

Keterangan :
X%
: Persentase Hasil Perhitungan
n
: Jumlah siswa yang memperoleh nilai tertentu
N
: Jumlah seluruh siswa
Aspek yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini adalah aktivitas belajar
siswa atau aktivitas belajar, maka diperlukan indikator untuk mengukur
keberhasilan aspek yang ditingkatkan tersebut. Berikut ini tabel indikator untuk
mengukur keberhasilan aspek yang ditingkatkan.
Tabel 1 Hasil Tes Setelah Menggunakan Strategi Kooperatif
Pada Siklus I
No
Nama Siawa
1
AHEN
2
ANGELINA HIASINTA
3
ANITA
4
ANASTASIA ASTRID
5
AYUNI
6
ANDRE
7
BOY
8
BETI APRIANTI
9
CHERRY
10
CHRYSTOFORUS RONI
11
HELDA
12
DINI KARTIKA
13
DARMAWAN
14
DARWIN KRISTIANTO
15
ELDO
16
EFENDI
17
FIKTOR

Nilai
65
50
65
70
50
65
55
60
65
65
70
65
60
50
55
55
65

18
HENDRIANUS
19
IYANG
20
JERY
Jumlah
Rata-rata

50
55
70
1.205
60,25

Tabel 2 Hasil Observasi Siklus 1
No Aspek-Aspek yang diamati
1
Menyiapkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran
Menyediakan
media/alat
bantu
kegiatan
2
pembelajaran (bila dibutuhkan)
Menyampaikan materi dengan menggunakan model
3
Tipe STAD materi IPS
4
Memberikan Evaluasi : Tugas Kelompok
Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk
5
menguasai materi
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri
6
dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan
tinggi
Sistem penghargaan yang berorientasi kepada
7
kelompok daripada individu
8
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menyediakan
media/alat
bantu
kegiatan
9
pembelajaran (biladibutuhkan)
Menyampaikan materi dengan menggunakan model
10
Tipe STAD materi IPS
11 Memberikan Evaluasi : Tugas Kelompok
Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk
12
menguasai materi
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri
13 dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan
tinggi
Sistem penghargaan yang berorientasi kepada
14
kelompok daripada individu

Ya


Tidak















Beberapa hal yang dapat dicermati dari hasil observasi di atas adalah
sebagai berikut : (1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah
maksimal dilakukan oleh guru (2) Tidak tampak media pembelajaran yang
memudahkan proses pembelajaran (3) Tidak tampak strategi kooperatif secara rill
pada proses pembelajaran (4) Mengajak siswa membaca materi secara bersama
sudah maksimal (5) Evaluasi sesuai dengan indikator pencapaian (6) Pembagian

kelompok belum sesuai dengan kemampuan setiap siswa (7) Minta siswa belum
tampak dalam pembelajaran (8) Guru lebih efektif dibandingkan siswa
Sedangkan persepsi siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
kooperatif dari hasil pengamatan dapat diuraikan seperti di bawah ini. (Hasilnya
terlampir di daftar lampirkan PTK ini).
Dari di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa pada pertemuan
pertama dan pertemuan kedua dalam siklus I, terjadi perbedaan yaitu 54,4 < 60,25
artinya aktivitas siswa dalam belajar masih di bawah criteria ketuntasan, sehingga
keaktifan siswa tersebut perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya karena
belum mencukupi kriteria ketuntasan minimal yaitu 69 %.
Yang berhubungan dengan hasil belajar siswa pada siklus I, dari hasil
analisis ternyata hasil rata-rata pertemuan pertama dan kedua adalah 68,75 atau
40% dibawah nilai standar minimal, sedangkan siswa yang tuntas yang mendapat
nilai 60 ke atas pada pertemuan pertama ada 10 orang (50 %). Dengan demikian
hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran pada siklus I masih dibawah
dari harapan yang diinginkan karena jumlah siswa 50% masih kurang dari (65)
ketuntasan minimal dari sekolah. Maka dilanjutkan dengan siklus II.
2.

Siklus kedua (II)

Tabel 3 Hasil Tes Setelah Menggunakan Strategi Kooperatif
Pada siklus II
No
Nama Siawa
1
AHEN
2
ANGELINA HIASINTA
3
ANITA
4
ANASTASIA ASTRID
5
AYUNI
6
ANDRE
7
BOY
8
BETI APRIANTI
9
CHERRY
10
CHRYSTOFORUS RONI
11
HELDA
12
DINI KARTIKA
13
DARMAWAN
14
DARWIN KRISTIANTO
15
ELDO
16
EFENDI
17
FIKTOR
18
HENDRIANUS

Nilai
65
50
65
70
50
65
55
60
65
65
70
65
60
50
55
55
65
50

19
IYANG
20
JERY
JUMLAH
RATA-RATA

Tabel 4 Hasil Observasi Siklus II
No Aspek-Aspek yang diamati
1
Menyiapkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran
Menyediakan
media/alat
bantu
kegiatan
2
pembelajaran (bila dibutuhkan)
Menyampaikan materi dengan menggunakan model
3
Tipe STAD materi IPS
4
Memberikan Evaluasi : Tugas Kelompok
Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk
5
menguasai materi
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri
6
dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan
tinggi
Sistem penghargaan yang berorientasi kepada
7
kelompok daripada individu
8
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menyediakan
media/alat
bantu
kegiatan
9
pembelajaran (biladibutuhkan)
Menyampaikan materi dengan menggunakan model
10
Tipe STAD materi IPS
11 Memberikan Evaluasi : Tugas Kelompok
Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk
12
menguasai materi
Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri
13 dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang dan
tinggi
Sistem penghargaan yang berorientasi kepada
14
kelompok daripada individu

55
70
1.205
60,25

Ya



Tidak
















Beberapa hal yang dapat dicermati dari hasil observasi di atas adalah
sebagai berikut : (1) Siswa bergairah dalam mengikuti pembelajaran materi IPS
(2) Jumlah siswa mengalami kesulitan IPS semakin kurang karena sua=dah
dimotivasi gurunya (3) Siswa memperlihatkan minat dan gairah belajarnya
semakin tinggi sekaligus kegairahan untuk bertanya terhadap bahan ajar semakin
bertamba.

Berdasarkan rincian hasil dan pembahasan di atas, maka tabulasi data tes
awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Data Hasil Belajar Siswa Kelas III
Nilai
No

Nama Siswa

1
AHEN
2
ANGELINA HIASINTA
3
ANITA
4
ANASTASIA ASTRID
5
AYUNI
6
ANDRE
7
BOY
8
BETI APRIANTI
9
CHERRY
10 CHRYSTOFORUS RONI
11 HELDA
12 DINI KARTIKA
13 DARMAWAN
14 DARWIN KRISTIANTO
15 ELDO
16 EFENDI
17 FIKTOR
18 HENDRIANUS
19 IYANG
20 JERY
Jumlah
Rata-Rata

Sebelum
Penerapan
Kolaboratif
60
40
50
70
50
40
50
60
50
70
70
70
60
50
50
50
60
40
50
50
1.090
54,5

Setelah
Penerapan
Kolaboratif
Siklus I
65
50
65
70
50
65
55
60
65
65
70
65
60
50
55
55
65
50
55
70
1.205
60,25

Setelah
Penerapan
Kolaboratif
Siklus II
75
65
65
70
65
70
70
65
65
65
70
75
60
65
75
65
65
70
85
70
1.375
68,75

Prosedur Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri yang
bertujuan memperbaiki kinerjanya selama dalam proses pembelajaran sebagai
seorang tenaga pendidik, untuk memberikan motivasi siswa dalam belajar
sehingga memperoleh hasil yang optimal.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan-tindakan kelas yang
dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa daalam pembelajaran pendekatan
yang digunakan kooperatif tipe STAD, untuk mengurangi kejenuhan dan
kebosanan siswa dalam proses pembelajaran di kelas dilakukan dengan 2 siklus

yang terdiri dari empat rangkaian kegiatan menurut KTSP (2006) yang terdiri
dari: (1) Perencanaan (2) Tahap pelaksanaan tindakan (3) Observasi (4) Refleksi
Siklus 1
Identifikasi
masalah

Perencanaan

Siklus 2

Perbaikan perencanaan

Pelaksanaan

Permasalahan baru hasil refleksi

Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Perubahan

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan pada tahap pembahasan ini diantaranya menyusun instrument
penelitian dapat membuat RPP, guru secara kolaboratif mengadakan kegiatan
sebagai berikut (1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang
menghambat dan kemudahan apa tidak diperoleh guru dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial sebelumnya (2) Mendiskusikan terlebih dahulu teknik
pembelajaran yang sudah digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial sebelumnya (3) Menyusun strategi pembelajaran yang berkaitan dengan
waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi pembelajaran yang telah
direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
kemudian guru membagi kelompok 4 kelompok masing-masing kelompok
beranggotakan 3 orang dan 1 kelompok beranggotakan 4 orang.
Pelaksanaaan penelitian pada tahap ini dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran tipe STAD sesuai dengan RPP yang dibuat.
Pada tahap observasi pengamatan dilakukan bersama-sama dengan teman
sejawat untuk melakukan pemantauan dari data yang telah dibuat dengan
menggunakan lembar observasi, pengumpulan data dilakukan bersama acuan
untuk melakukan refleksi.
Komponen ini merupakan komponen yang penting karena memberi
kesempatan untuk melihat kembali apa yang sudah dikerjakan termasuk kemajuan
belajar dan hambatan yang ditemui pada tahap refleksi ini guru bersama teman

sejawat mendiskusikan hasil dan pengamatan maupun masalah-masalah yang
dirasakan oleh guru tentang pemahaman meteri yang disampaikan dan keaktifan
siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan data dalam tabel di atas hasil belajar rata-ratanya adalah
68,75 jasi hasil belajar yang diperoleh dari 20 siswa pada siklus II terlihat
peningakatan, sehingga diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus II sudah memenuhi kriteria ketuntasan sehingga tidak perlu perbaikan pada
tahap berikutnya.
Tabel 6 Hasil Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
No

Nama Siswa

1
AHEN
2
ANGELINA HIASINTA
3
ANITA
4
ANASTASIA ASTRID
5
AYUNI
6
ANDRE
7
BOY
8
BETI APRIANTI
9
CHERRY
10
CHRYSTOFORUS RONI
11
HELDA
12
DINI KARTIKA
13
DARMAWAN
14
DARWIN KRISTIANTO
15
ELDO
16
EFENDI
17
FIKTOR
18
HENDRIANUS
19
IYANG
20
JERY
Jumlah
Rata-Rata

Nilai
Siklus I
65
50
65
70
50
65
55
60
65
65
70
65
60
50
55
55
65
50
55
70
1.205
60,25

Siklus II
65
50
65
70
50
65
55
60
65
65
70
65
60
50
55
55
65
50
55
70
1.375
68,75

Data tersebut di atas, menunjukkan bahwa kondisi siswa yang terlibat
aktif dalam proses pembelajaran, bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan
pendapat dan melaksanakan tugas dalam kerja kelompok telah memenuhi kriteria
yang ditetapkan. Peningkatan aktifitas siswa yang diiringi dengan peningkatan
hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan

pendekatan model pembelajaran tipe STAD dalam upaya peningkatan aktivitas
siswa pada pembelajaran IPS kelas III SDN 16 Sendoreng dikatakan berhasil.
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dalam penelitian tentang model
pembelajaran kooperatif tipe stad (student team achivement division) dalam
pembelajaran IPS tentang lingkungan alam dan buatan untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa SDN 16 Sendoreng dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team achivement
division) dalam pembelajaran IPS tentang lingkungan alam dan buatan pada siswa
kelas III SDNN 16 Sendoreng dapat dilakukan oleh guru dengan sangat baik
terbukti dengan melihat peningkatan dari prestasi rata-rata siklus I sebesar 73,5%
pada siklus II naik menjadi 84,45% berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan
minimal dimana ketuntasan minimal sekolah adalah 60%. Dengan demikian
bahwa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team
achivement division) pada pembelajaran IPS tentang lingkungan alam dan buatan
sudah banyak aktivitas yang dilakukan oleh guru seperti memberi penguatan
kepada siswa, memberi motivasi kepada siswa yang aktif sehingga semua siswa
bisa terlibat dalam proses pembelajaran dan ikut berpartisipasi dalam kelompok
sehingga siswa bersemangat dan senang mengikuti pelajaran (2) Aktivitas siswa
SDN 16 Sendoreng saat mengikuti pembelajaran IPS tentang lingkungan alam dan
buatan di kelas III, dapat meningkat karena terbukti dengan melihaat peningkatan
dari setiap pertemuan yaitu dilihat dari peningkatan persentase rata-rata aktivitas
pada siklus I sebesar 45% meningkat menjadi 85% pada siklus II berarti sudah
memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 60%. Dengan demikian
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team
achivement division) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas III SDN 16
Sendoreng, karena hampir semua siswa sudah melakukan aktivitas yang sangat
signifikan, seperti aktif menjawab pertanyaan, aktif bertanya, aktif mengeluarkan
pendapat, dan bersemangat dalam proses pembelajaran yang sifatnya tanpa
paksaan (3) Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team achivement
division) sudah mencapai standar ketuntasan, karena terbukti dari persentase ratarata hasil belajarnya pada siklus II sebesar 67% bila dibandingkan dengan ratarata persentase hasil belajar pada siklus I terjadi kenaikan yang cukup berarti,
yaitu dari rata-rata 55,25% pada siklus I menjadi 67% bila dibandingkan dengan
rata-rata persentase hasil belajar pada siklus I terjadi kenaikan yang cukup berarti,
yaitu dari rata-rata 55,25% pada siklus I menjaadi 67% bila dibandingkan dengan

rata-rata persentase hasil belajar pada siklus I terjadi kenaikan yang cukup berarti,
yaitu dari rata-rata 55,25% pada siklus I menjadi 67% pada siklus II berarti sudah
memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 60%. Denagn demikian dapat
disimpulkan bahwa dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran IPS tentang lingkungan alam dan buatan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe stad (student team achivement division) dapat
mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa SDN 16 Sendoreng.
Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan,
maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut : (1) Pembelajaran
IPS memerlukan ketrampilan dan kemampuan dari guru dalam memilih
pendekatan yang tepat, sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan dan
mudah dipahami oleh siswa, dalam hal ini peneliti menyarankan agar guru
mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team
achivement division) dalam pembelajaran IPS, karena dengan model pembelajaran
kooperatif tipe stad (student team achivement division) berdasarkan penelitian
yang pernah dilakukan, siswa sangat antusias dalam belajar dan hasil belajarpun
mengalami peningkatan yang cukup berarti dan cukup bermakna bagi siswa (2)
model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team achivement division)
merupakan salah satu pendekatan yang dapat dipilih dalam kegiatan pembelajaran
dan bukan hanya pada mata pelajaran IPS saja, tetapi dapat diaplikasikan pada
mata pelajaran yang lain (3) Guru hendaknya selalu berusaha melakukan inovasi
dalam mengelola pembelajarannya di kelas agar selalu berfikir ke depan dan
berusaha melakukan yang terbaik, terutama dalam upaya meningkatkan aktivitas
belajar siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team
achivement division) yang bersifat inovatif (4) Pemberian motivasi dan penguatan
oleh guru perlu dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif tipe stad
(student team achivement division), sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
guna memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya belajar dengan
sungguh-sungguh (5) Hendaknya agar ada penelitian lanjutan dari pihak lain
dengan model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team achivement
division) dalam pembelajaran IPS pada konsep yang sama atau berbeda, pada
kelas yang sama atau kelas yang berbeda.

DAFTAR RUJUKAN
Hadari Nawawi. (1993). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Mulyono (2011). Belajar dan Mengajar. Jakarta: Kencana.
Nurhadi dkk. (1993). Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sardiman. (2010). Pembelajaran untuk Siswa Sekolah Dasar. Bandung:
Alfabeta.
Soli Abimanyu dkk. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Surachmad (1998). Penelitian Tindakan kelas. Cipayung: Gaung Persada Pers.
Susilo. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks
Tim Penulis Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Yatna, 2008). Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan.
Yousda. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62