KARAKTERISTIK BUKU PANDUAN BELAJAR BAHAS

PANDUAN UMUM BUKU PANDUAN BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SMA
KELAS X-XII
A. KARAKTERISTIK BUKU PANDUAN BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SMA KELAS X-XII
Buku PANDUAN BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SMA/MA KELAS X-XII
disusun berdasarkan KTSP dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Standar ISI (SI), dan berpedoman pada Panduan Umum yang ditetapkan oleh
oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Juli 2006. Sebagaimana dianjurkan oleh
BNSP, materi-materi yang dikembangkan dalam buku ini sebagian besar merujuk pada
model KTSP yang dibuat oleh BNSP sehingga siap dipergunakan
oleh guru-guru di
sekolah yang dalam penyusunan KTSP-nya juga mengambil langkah sama. Namun,
tidak sedikit juga indikator yang ditambahkan untuk memperdalam penguasaan suatu
kompetensi.
Buku PANDUAN BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SMA/MA ini terbit
secara lengkap dan ditunjang/dilengkapi beberapa produk lain. Buku ini terdiri atas 3
jilid, yaitu PANDUAN BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SMA/MA jilid 1
untuk kelas X , jilid 2 untuk kelas XI, dan jilid 3 untuk kelas XII. Produk lain yang secara
khusus dibuat untuk menunjang buku ini adalah buku GELADI DAN UJI KOMPENTENSI
untuk BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SMA/MA. Buku tersebut berisi latihan-latihan

dan tes-tes untuk memahirkan dan mengukur kompetensi siswa baik secara mandiri atau
terbimbing. Selain itu juga disertai perangkat audio visual (kaset/CD/VCD) yang berisi
teks-teks lisan baik sebagai model maupun bahan simakan/bacaan.
Setiap buku terdiri atas 12 unit dan dalam setiap unit yang dibingkai oleh sebuah tema
disajikan 3 pembelajaran Kompetensi Dasar. Kompetensi Dasar setiap unit disajikan
berkelanjutan dan komposisinya bervariasi, sehingga guru dan peserta didik tidak lekas
jenuh dan lebih mudah mengikutinya. Selanjutnya dalam setiap pokok pembelajaran
Kompetensi Dasar disajikan serangkaian aktivitas yang menarik, menantang, dan
memacu siswa untuk lebih cepat menguasai kompotensi yang dipelajari. Serangakain
aktivitas tersebut adalah Geladi Diri, Geladi Mandiri, Geladi Kelompok, Uji Kompetensi
Diri, Uji Kompetensi Kelompok, Kuis Uji Teori, dan Asah Kata.
Geladi Diri berisi latihan-latihan yang harus dikerjakan secara pribadi, dilakukan di kelas
di bawah bimbingan dan pengawasan nlangsung oleh Guru. Geladi Mandiri berisi latihan
atau pengayaan latihan baik secara pribadi maupun kelompok yang diselesaikan siswa di
rumah tanpa pengawasan dan bimbingan langsung dari Guru. Geladi Kelompok sama
seperti Geladi Diri, tetapi dikerjakan secara berkelompok. Uji Kompetensi Diri dan Uji
Kompetensi Kelompok adalah pengujian atas kompetensi siswa setelah melakukan
serangkaian latihan. Kuis Uji Teori adalah serangkaian pertanyaan singkat untuk menguji
sejauh mana siswa telah menguasai konsep-konsep teoritis yang telah dipelajari. Kuis ini
juga dapat dijadikan sarana untuk me-review materi dari awal sehingga pemahaman

siswa akan semakin baik. Asah Kata berisi 15 daftar kata kajian, kata-kata sulit, istilahistilah khusus yang telah dipilih dari teks-teks bacaan dalam satu unit yang harus
dipahami siswa. Dengan adanya Asah Kata ini, perbendaharaan kata siswa akan terus
diperkaya.
1

Di samping itu, buku ini juga diperkaya dengan fitur-fitur yang disisipkan di sisi-sisi
samping teks utama. Meskipun berukuran mini, fitur ini sarat informasi kebahasaan,
kesusasteraan, dan pengetahuan umum yang dapat memperluas wawasan siswa. Fitur
INFO LINGUISTIK berisi kajian-kajian singkat dan akurat gejala-gejala bahasa yang
ditemukan dalam teks bacaan. INFO SASTRA mengulas istilah-istilah atau konsepkonsep sastra yang terkait dengan materi pembelajaran, juga kadang berisi info profil
sastrawan, penyair, atau tokoh-tokoh penting dalam dunia sastra yang karyanya
diapresiasi. INFO PLUS berisi informasi-informasi menarik dan penting diketahui siswa
terkait isi teks bacaan.
Untuk membantu Guru melakukan tes formatif, di setiap akhir 2 unit buku ini disajikan Tes
Uji Kompetensi Komulatif. Tes
Tertulis berbentuk pilihan ganda,
esai, dan
penugasan/tagihan ini dapat dipergunakan langsung atau pun sekedar sebagai model.
Guru dapat memodifikasi isi maupun peruntukannya sesuai kebutuhan siswa.
Keunikan dari buku ini adalah teks-teks lisan bahan simakan yang harus diperdengarkan

kepada siswa disajikan dengan cetak terbalik Dengan cara ini, keinginan siswa untuk
mengintip dan membaca sendiri teks dapat diminimalisir
sehingga kegiatan
mendengarkan diharapkan dapat berlangsung lebih murni.
Untuk memfasilitasi Guru dalam melakukan pembelajaran mendengarkan, buku ini juga
melengkapi diri dengan sarana audio visual berupa kaset/CD/VCD. Namun bilamana
kesulitan mendapatkan dan mengoperasikannya, Guru atau murid yang ditunjuk dapat
membacakan transkripnya. Juga untuk mendukung terselenggaranya pembelajaran yang
lebih menarik dan efektif, buku ini juga dilengkapi program Power Point.
B. DASAR-DASAR PENTING PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
1. FUNGSI DAN TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Pembelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk:
a) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa,
b) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan
pengembangan budaya,
c) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
d) sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai
keperluan menyangkut berbagai masalah,
e) sarana pengembangan penalaran, dan

f) sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusasteraan
Indonesia.
Secara umum tujuan pemelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
(nasional) dan bahasa negara.
2

b) Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan,
keperluan, dan keadaan.
c) Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.
d) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).
e) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
f) Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
2. PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah

proses penyampaian maksud dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi
dapat berupa pengungkapan pikiran, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi
tentang suatu peristiwa, dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasaan
berupa kata, kalimat, paragraph, ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis. Sedangkan
dalam bahasa lisan perlu diperhatikan unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan,
tempo)
Dalam berkomunikasi ada pihak penyampai dan penerima pesan. Kedua pihak itu harus
bekerja sama agar proses komunikasi berlangsung dengan baik. Kerjasama itu diciptakan
dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi proses komunikasi yaitu siapa yang
diajak berkomunikasi, situasi, tempat, isi pembicaraan, dan media yang dipergunakan.
Bertolak dari uraian tersebut, maka pendekatan
pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi. Siswa harus lebih banyak diberi
kesempatan untuk berlatih berkomunikasi secara lisan maupun tertulis, secara aktif
maupun reseptif. Pembelajaran bahasa tidak diarahkan pada penguasaan konsepkonsep kebahasaan atau pengetahuan berbahasa. Begitu pula untuk pembelajaran sastra
tidak dibawa pada penguasaan pengetahuan sastra, tetapi langsung diajak untuk
menggeluti karya sastra agar semakin mampu menikmati, memahami, dan menghayati
isinya.
3. PENILAIAN
Salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran adalah penilaian. Penilaian

memiliki berbagai macam tujuan dan cara. Beberapa tujuan atau fungsi penialaian yaitu
mengevaluasi program pembelajaran, menganalisis keberhasilan peserta didik,
mengidentifikasi kemungkinan terjadi kesalahan konsep, dan memberi umpan balik
kepada guru.
Berbagai cara penilaian terus dikembangkan untuk mendapatkan jenis penilaian yang
paling efektif. Salah satunya adalah penilaian berbasis kelas (class room based
assessment). Penilaian yang menggunakan acuan dan standar ini membutuhkan
informasi yang otentik, variasi, dan luas dari setiap peserta didik. Untuk keperluan ini Guru
3

perlu menghimpun fakta-fakta dan dokumen berlajar yang diperoleh melalui observasi,
portofolio, projek, produk, interview, dll. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan
objektif, guru perlu melengkapi diri dengan format penilaian.
Penilaian berbasis kelas dilakukan Guru pada saat proses pembelajaran, baik di dalam
maupun di luar ruang kelas. Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian internal yang
menjadi bagian integral dari penilaian eksternal oleh pihak luar sekolah. Selain dapat
berfungsi sebagai bahan pertimbangan penentuan kenaikan kelas, juga berfungsi untuk
umpan balik guru, alat motivasi peserta didik, juga berfungsi sebagai alat evaluasi dan
intropeksi diri peserta didik terhadap kompetensi yang telah dicapai.
Prinsip-prinsip penitng yang harus diperhatikan dalam penilaian berbasis kelas, yaitu:

a) pemberi motivasi
b) valid
c) adil
d) terbuka
e) berkesinambungan
f) bermakna
g) menyeluruh (aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik)
h) edukatif
Jenis-jenis Penilaian Berbasis Kelas
Pada dasarnya tidak ada satu pun alat / jenis penilaian yang tepat digunakan untuk setiap
kompetensi yang diukur. Karena itu, Guru harus mengembangkan dan memberdayakan
macam-macam jenis penilaian yang dapat dipergunakan dalam penilaian berbasis kelas.
Jenis-jenis penilaian tersebut adalah:
a) Penilaian tes tertulis: menjawab pertanyaan, memberi tanggapan, PG, isian singkat,
uraian (esai)
b) Tes Perbuatan:
c) Pemberian Tugas
d) Penilaian projek
e) Penilaian produk
f) Penilaian sikap

g) Penilaian portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen yang menjadi objek penilaian untuk mengetahui
perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Objek
Penilaian (evidence) dapat berwujud:
a) Hasil karya siswa di dalam kelas
b) Hasil karya siswa di luar kelas (
c) Hasil pengamatan Guru atau pihak lain terhadap siswa
d) Hasil karya yang disiapkan khusus untuk porto folio.
Evidence sebaiknya dikumpulkan dari berbagai sumber, berbagai tempat, dan berbagai
tenggang waktu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
4

b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui

kesulitan peserta didik.
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedial bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi
peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan
proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
B. ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN BAHASA
1. MENDENGARKAN
Menyimak atau mendengarkan merupakan bentuk komunikasi lisan yang bersifat reseptif.
Mendengarkan dilakukan dengan atensi dan itensi. Pendengar harus memasang telinga
dengan baik-baik, memusatkan konsentrasi, dan menimbulkan suatu kebutuhan untuk
memperoleh informasi. Hal ini berbeda dengan kegiatan mendengar yang berarti dalam
keadaan mampu atau dapat menangkap suatu bunyi/ suara dengan telinga. Meskipun
demikian, mendengar dan mendengarkan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Kegiatan mendengarkan terdiri atas tindakan mendengar, memahami, dan mengapresiasi
atau menanggapi. Ada tiga tahapan penting dalam proses mendengarkan, yaitu:

a) Tahap Interpretasi: pendengar menafsirkan makna atau pesan yang terkandung dalam
informasi yang didengar.
b) Tahap Evaluasi: pendengar membuat penilaian atas informasi yang didengar dan
mengambil suatu keputusan.
c) Tahap Reaksi: pendengar melakukan suatu tindak lanjut sebagai bentuk respon atau
tanggapan atas informasi yang didengar.
Menyimak merupakan tindakan aktif reseptif, pendengar tidak sekedar menolah atau
menerima informasi, tetapi mengolah atau memprosesnya. Dalam proses pengolahan itu
terjadi interaksi aktif antara informasi yang diperoleh dengan informasi/pengetahuan awal
yang dimiliki pendengar. Kemampuan pendengar memahami dan memproses informasi
sangat dipengaruhi oleh tujuan menyimak serta wawasan yang dimiliki.
Pembelajaran menyimak tidak disajikan secara terlepas, tetapi terpadu (integrative)
dengan aspek-aspek pembelajaran bahasan yang lain, misalnya dikaitkan dengan
pembelajaran menulis dan berbicara. Hal ini sejalan dengan rambu-rambu yang terdapat
dalam pengantar KTSP 2006 yang mengatakan bahwa pembelajaran bahasa mencakup
aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang dilaksanakan secara
terpadu dan dengan porsi yang seimbang.
5

Kegiatan pembelajaran mendengarkan siswa SMA sangat beragam. Berdasarkan bahan

atau sumber simakan, meliputi kegiatan mendengakan: siaran berita radio dan televisi,
sambutan atau khotbah, pembicaraan dalam diskusi atau seminar, pembicaraan
wawancara, laporan lisan, cerita secara langsung atau rekaman, pementasan drama,
pembacaan cerpen, pembacaan penggalan novel, pembacaan teks drama, pembacaan
puisi.
Sedangkan berdasarkan tujuannya, pembelajaran menyimak dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
a) Mendengarkan untuk menangkap ide-ide pokok
b) Mendengarkan untuk menangkap detail-detail penting
c) Mendengarkan untuk memahami urutan peristiwa
d) Mendengarkan untuk membuat prediksi dengan mengembangkan daya imajinasi
e) Mendengarkan melakukan apresiasi karya sastra
Untuk mencapai hasil yang optimal, pembelajaran menyimak harus dikembangkan
dengan berstrategi. Ada 3 tahap yang harus dilewati sebagai bagian dari strategi
pembelajaran menyimak, yaitu:
a) Tahap Pramenyimak: guru membangkitkan skemata siswa, yaitu pengetahuan awal
dan pengalaman hidup siswa yang berhubungan dengan topic simakan. Hal ini bisa
dilakukan secara visual dengan menunjukkan sebuah gambar yang menarik.
b) Tahap Menyimak: secara garis besar meliputi proses interpretasi / memahami dan
mengevaluasinya.
c) Tahap Pascamenyimak: yaitu tahap pengukuhan atas pengetahuan baru yang diraih
siswa, dilanjutkan dengan memotivasi dan memfasilitasi siswa untuk melakukan
reaksi positif baik secara lisan dan tertulis
2. MEMBACA
Di tengah arus informasi yang semakin deras merasuki kehidupan siswa, kompetensi
membaca menjadi suatu kemutlakan untuk dimiliki. Tanpa kemampuan membaca yang
baik, niscaya siswa akan kedodoran mengakses informasi yang melimpah tersebut.
Oleh karena itu, pembelajaran membaca yang efisien dan efektif mendapat perhatian
besar dalam standar isi KTSP 2006 di semua jenjang.
Membaca secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses memahami pesan atau
informasi yang terkandung dalam suatu teks. Membaca dilakukan untuk berbagai
maksud dan dengan berbagai cara. Antara maksud dan cara tersebut terdapat hubungan
erat. Pemilihan cara membaca mana yang akan digunakan, didasarkan pada tujuan
yang hendak dicapai. Untuk sekedar mendapatkan kesan umum dan informasi pokok
suatu teks, kita tidak perlu membaca secara intensif, tetapi cukup secara sekilas
(skimming).
Perlu ditekankan bahwa dalam pembelajaran membaca, terdapat perbedaan antara
keterampilan membaca dan membacakan. Hal ini terkait dengan tanggung jawab yang
harus dipikul pembaca. Pada saat membacakan, pembaca harus memperhatikan factorfaktor penting yang dapat mempengaruhi ketersampaian pesan/informasi. Pembaca harus
6

memperhatikan pelafalan/artikulasi, lagu kalimat, intonasi, jeda, dsb sehingga
informasi yang disampaikan dapat dipahami mudah oleh orang lain.
Takkalah penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran membaca adalah pemilihan
teks bacaan. Pemilihan teks harus memperhatikan tingkat kemampuan dan kondisi
siswa, alokasi waktu, tema, dan kebutuhan siswa sendiri. Guru tidak wajib menggunakan
teks yang ada dalam buku teks. Dengan alasan tertentu, teks bisa diganti dengan teks lain
yang lebih relevan dengan kondisi lokal dan kebutuhan siswa.
Ada berbagai jenis keterampilan membaca yang dikembangkan dalam pembelajaran
bahasa, yaitu membaca teknik/nyaring, membaca intensif, membaca ekstensif, membaca
cepat, dan membaca indah.
1. Membaca Teknik/Nyaring
Membaca teknik adalah cara membaca bersuara dengan memperhatikan artikulasi kata,
intonasi frase, intonasi kalimat, serta kandungan isi bacaan itu sendiri. Pembaca dituntut
untuk bisa membedakan secara jelas intonasi kalaimat berita, kalimat tanya, kalimat seru
atau perintah. Pembaca harus bisa membedakan lagu kalimat bernada marah, takut,
gembira, sedih, dan suasana hati lainnya. Oleh karena itu, pungtuasi atau tanda baca
menjadi hal penting sekali untuk dicermati.
Kompetensi Dasar membaca dalam standar isi KTSP 2006 SMA yang termasuk
membaca teknik yaitu: membaca naskah berita, membaca teks pidato, membaca
laporan, membaca puisi, pembacaan cerpen, dan pembacaan penggalan novel.
2. Membaca Intensif
Membaca intensif adalah membaca dalam hati atau tanpa suara untuk memahami secara
mendalam dan mendetail informasi yang terkandung dalam teks.
Motivasi diri, kondisi eksternal/lingkungan, serta kebiasaan-kebiasaan tertentu menjadi
factor penentu dalam mencapai hasil yang optimal. Perlu dihindarkan pada saat
membaca intensif yaitu kebiasaan membaca dengan bersuara (vokalisasi) dan membaca
dengan kepala, tangan, jari, dan bibir bergerak. Untuk meminimalisir gerakan itu,
pembaca perlu memiliki luas jangkauan mata yang memadai. Dan hal sangat penting
yang harus dilakukan adalah pemusatan konsentrasi pada saat membaca.
Kompetensi Dasar membaca dalam standar isi KTSP 2006 SMA yang termasuk
membaca intensif yaitu: membaca cerpen, membaca sastra melayu klasik, membaca
paragraph deduktif dan induktif, membaca hikayat, membaca novel, membaca tajuk
rencana, dan membaca artikel ilmiah.
Untuk teks sastra, membaca intensif bertujuan untuk menelaah dan mengidentifikasi
unsure-unsur intrinsic dan ekstrinsik. Sementara untuk teks nonsastra, bertujuan untuk
mengidentifikasi gagasan pokok dan gagasan penjelas.
3. Membaca Ekstensif
7

Membaca ekstensif atau membaca secara luas merupakan bagian dari membaca dalam
hati. Membaca ektensif
dipraktikkan dengan membaca teks sebanyak mungkin dalam
waktu yang singkat. Bertolak belakang dengan membaca intensif, membaca ekstensif
sekedar untuk mendapat informasi secara dangkal atau umum.
Membaca ekstensif
meliputi membaca survey (survey reading), membaca sekilas (skimming), dan membaca
dangkal ( superficial reading).
a) Membaca Survei adalah membaca untuk melihat-lihat secara sekilas garis besar isi
buku, koran, majalah, atau suatu artikel tertentu. Membaca survey dilakukan dengan
membaca secara cepat indeks, daftar isi, bagan, skema, atau judul-judul dalam
Koran/majalah.
b) Membaca Sekilas (skimming) adalah membaca sepintas kilas dengan mata bergerak
cepat untuk mendapatkan informasi atau kesan umum isi suatu buku, artikel, Koran,
atau majalah. Membaca skimming dilakukan dengan membuka-buka halaman secara
cepat pada bagian halaman judul, kata pengantar, daftar isi, indeks, judul bab, judul
subbab, skema, diagram. Khusus untuk membaca berita koran, dapat dilakukan
dengan membaca sekilas bagian paragraph awal (teras/lead) dan paragraph akhir.
Pada kedua bagian paragraph itu, penulis biasanya mengutarakan pokok-pokok
masalah dan sikap pandangan penulis atas suatu permasalahan.
c) Membaca Dangkal adalah membaca untuk mendapat pemahaman yang dangkal
atau bagian sisi luarnya. Hal ini tidak terlepas dari bahan bacaan yang bersifat ringan
seperti cerita humor, anekdot, cerpen, dsb. Membaca dangkal biasanya dilakukan di
waktu senggang dan bertujuan untuk fun atau kesenangan semata.
4. Membaca Cepat (Speed Reading)
Membaca cepat bukan sekedar membaca secara kuantitatif atau membaca sebanyakbanyaknya tulisan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Membaca cepat bertujuan untuk
dapat memahami gagasan-gagasan penting suatu teks secara cepat dan cermat. Oleh
karena itu, ukuran kecepatan efektif membaca (KEM) seseorang harus dikaitkan dengan
kemampuan memahami apa yang dibacanya.
Rumus untuk menghitung hasil
pengukuran membaca cepat adalah:
Jumlah kata dalam teks
---------------------------------------X ...% pemahaman =…kpm (kata per menit)
Jumlah menit membaca
Jika jumlah kata teks: 300; waktu baca 2 menit; persentase pemahaman 70%, maka
KEM-nya adalah: ( 600:4) x 70%= 105 kpm.
Kemampuan membaca cepat dipengaruhi oleh banyak factor, di antaranya kemampuan
daya konsentrasi, wawasan dan latar belakang budaya, pengetahuan bahasa, kecepatan
gerak mata melakukan fiksasi, dsb. Oleh karena itu, standar KEM (Kemampuan Efektif
Membaca) yang ditetapkan untuk setiap jenjang berbeda di mana semakin bertambah
usia dan tingkat pendidikan standarnya juga semakin tinggi. Untuk siswa di Indonesia,
standar kompetensi membaca cepat yang ditetapkan dengan tingkat pemahaman 75%,
yaitu: siswa (kelas akhir) SD adalah 100-150 kpm, siswa (kelas akhir) SLTP 300 kpm, dan
siswa (kelas akhir) SLTA 350 kpm.

8

Untuk mengukur pemahaman isi bacaan, siswa dapat menjawab pertanyaan pemahaman
yang diajukan secara lisan. Atau diminta mengidentifikasi ide pokok paragraph dengan
bantuan kata kunci setiap paragraph. Hal penting untuk diperhatikan, dalam mengerjakan
tugas tersebut siswa tidak boleh sambil membaca teks, tetapi mengandalkan ingatannya.
Pada saat pengukuran dilakukan, Guru sebelumnya sudah menghitung jumlah kata teks
bacaan dan menyediakan alat pencatat waktu, seperti arloji atau stop wacth.
4. SQ3R
Membaca buku secara efisien dan efektif memerlukan sistem atau teknik tertentu. Salah
satu system yang kini banyak diterapkan adalah SQ3R singkatan dari SURVEIQUESTION-READ- RECITE-REVIEW. Teknik ini terbukti efektif untuk menemukan ide
pokok dan detail penting yang menjadi pendukung ide pokok serta membuat pembaca
lebih awet mengingatnya.
SURVEI – tahap prabaca untuk mendapatkan gambaran umum atau abstraksi dari buku
yang akan dibacanya. Dilakukan dengan melihat sekilas bagian daftar isi, kata pengantar,
pendahuluan, halaman indeks, daftar table/grafik/bagan, dan survey bab-bab.
QUESTION – Pembaca menimbulkan beberapa pertanyaan tentang isi bacaan sesuai
informasi yang dibutuhkan dengan memanfaatkan informasi awal yang terdapat pada
judul atau subjudul. Untuk memfokuskan pertanyaan, dapat menggunakan rumusan 5W
+H.
READ – membaca secara intensif halaman demi halaman buku. Longkapi atau percepat
pada bagian-bagian tidak penting.
RECITE /RECALL – berhenti membaca dan mencernanya setelah selesai membaca satu
bab atau bagian buku. Bisa dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
disediakan atau diajukan sendiri. Bila tidak bisa menjawabnya, bisa membaca sekali lagi.
REVIEW – menelusuri kembali judul-judul bab dan subbab dan bagian-bagian penting
dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu diingat setelah selesai membaca
buku.

9

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

ANALISIS KARAKTERISTIK MEKANIK BRIKET LIMBAH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON DENGAN VARIASI TEKANAN

32 323 106

PERUBAHAN KARAKTERISTIK DINAMIK PORTAL BERTINGKAT DENGAN VARIASI DIMENSI KOLOM

5 111 2

VARIASI PENGGUNAAN AGREGAT BENTUK PECAH DAN BENTUK BULAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

6 148 2

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62