PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH School Actio

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
(School Action Research )

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU
MELALUI TEKNIK LESSON STUDY SECARA
KOLABORATIF DAN RUTIN DI TKIT BABUSSALAM LINGGAMULYA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mengikuti Tes Kepala Sekolah Berprestasi

Disusun Oleh:

ADE SAJAAH, S.Pd
NUPTK: 2337.7416.4430.0023

TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU BABUSSALAM
UPTD PENDIDIKAN TK, SD, PLS KECAMATAN LEUWISARI
KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBAR PENGESAHAN


Nama

: ADE SAJAAH, S.Pd

NUPTK

: 2337.7416.4430.0023

Unit Kerja

: TKIT BABUSSALAM
UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS
Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya

"PTS ini mengangkat masalah kinerja guru melalui teknik lesson study secara
kolaboratif dan rutin di TKIT Babussalam-Linggamulya”

Mengetahui
Pengawas TK/SD Kec.Leuwisari,


Leuwisari, Mei 2014
Penulis,

Drs.YUYUN SURYANA
NIP.195808131986031009

ADE SAJAAH, S.Pd
NUPTK: 2337.7416.4430.0023

Mengetahui,
Kepala UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS
Kecamatan Leuwisari,

Drs. KUSWARA, M.M.Pd
NIP.196102101983051004

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena atas petunjuk dan ijin-Nya, penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan

Sekolah (PTS) ini sebagai salah satu cara untuk menemukan pendekatan yang tepat
dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) ini berjudul "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study
Secara

Kolaboratif

dan

Rutin

Di

Taman

Kanak-kanak Islam Terpadu

Babussalam-Linggamulya ".

Pendekatan ini saya laksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

Babussalam-Linggamulya UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan Leuwisari
dikarenakan saya sebagai Kepala Sekolah ingin membentuk tenaga pendidik yang
produktif profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara
mengontrol dan mengevaluasi sejauh mana persiapan guru sebelum melaksanakan
tugasnya di kelas. Di samping memberi motivasi kepada guru dan membina
kekompakan antara guru dan kepala sekolah dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam visi dan misi TKIT Babussalam. Upaya memberikan pertolongan
kepada guru dalam proses pembelajaran di kelas adalah sebagai suatu terobosan yang
saya coba untuk membentuk tenaga pendidik yang handal dan profesional.
Penulis berharap Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bermanfaat sebagai
bahan masukkan bagi para guru, dan kepala sekolah terutama dalam peningkatan
mutu pelajaran di Sekolah Dasar.
Kepada semua pihak yang telah membantu sampai terealisasinya Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) ini, penulis ucapkan terima kasih semoga mendapat balasan
yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.

Linggamulya, Mei 2014
Penulis

Abstrak

untutan masyarakat saat ini adalah pendidikan yang bermutu,
sekolah dituntut memperbaiki atau meningkatkan pencitraan publik
sehingga masyarakat yakin bahwa sekolah tersebut layak menjadi pilihan
putra-putrinya. Lesson study dengan karakteristiknya nampaknya dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga pencitraan publik sekolah meningkat.
Memang Lesson Study banyak menekankan pada pembelajaran di
kelas namun dampak kegiatan ini bisa pada aspek yang lain misal:
peningkatan sarana pembelajaran, inovasi sekolah, perubahan visi dan misi
sekolah, motivasi guru dan pimpinan sekolah, serta muncul aktivitas
ekstrakurikuler dan lain-lain.
Lesson study berbasis sekolah yang dilakukan secara rutin akan
muncul inovasi pada sekolah sehingga dapat digunakan sebagai upaya
memperbaiki citra publik sekolah, kegiatan bisa berlangsung dengan baik
perlu adanya komitmen kepala sekolah dan kemauan guru untuk memperbaiki
diri.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah
persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan
alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu
manajemen sekolah. Namun demikian, indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota,
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan,
sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah
khususnya melalui Departemen Pendidikan Nasional terus menerus berupaya
melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah
satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha
pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G.
Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan
bahwa "educational change depends on what teachers do and think...". Pendapat
tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan

sangat bergantung pada "what teachers do and think", atau dengan kata lain
bergantung pada penguasaan kompetensi guru.
Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya
masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri
krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

(work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru
belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai,
oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan
kompetensi guru.
Berdasarkan masalah di atas, maka berbagai pihak mempertanyakan apa
yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Kurangnya pemahaman guru
akan tugasnya sebagai agen pembelajaran, merupakan salah satu faktor rendahnya
mutu pembelajaran. Guru sebagai agen pembelajaran harus memiliki beberapa
kompetensi diantaranya adalah kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Apabila guru mampu menguasai
kompetensi tersebut maka mutu pendidikan akan meningkat.
Dari uraian di atas, penulis selaku kepala sekolah melakukan terobosan
untuk menyikapi sekaligus memperbaiki pola-pola pemikiran yang salah dengan
memberikan pengarahan/ pembinaan guru berbasis sekolah yang dinamakan

dengan (Lesson Study) secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsipprinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar,
untuk membekali guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran.
Kata kuncinya adalah "rutinitas" penulis mempunyai keyakinan bahwa dengan
pengarahan secara rutin, terprogram dengan baik dan kontrol terhadap persiapan
guru sebelum melaksanakan tugas mengajar di kelas maka akan terbentuk tenaga
pendidik

yang

produktif/

profesional

dan

mampu

meningkatkan

mutu


pembelajaran. Memang, dalam awal-awal pelaksanaan program ini ada beberapa
diantara guru yang menunjukkan sikap acuh tak acuh, tetapi dengan kesabaran dan
ketekunan akhirnya guru tersebut sangat antusias setelah merasakan dampak dan
manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan program tersebut.
Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab,
didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila
diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan Kepala Sekolah dengan guru-

guru lainnya harus beriangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara
lainnya, dan hubungan kepala sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah
dengan anak.
Maka berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan upaya
perbaikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Taman Kanakkanak Islam Terpadu (TKIT) Babussalam-Linggamulya Kecamatan Leuwisari
Kabupaten Tasikmalaya melalui Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan judul:
"Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara
Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu BabussalamLinggamulya"

B. Rumusan Masalah
Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:
1) Bagaimana perencanaan guru dalam melaksanakan tugas mengajar
agar mutu pembelajaran meningkat?
2) Bagaimana pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen
pembelajaran?
3) Bagaimana guru menerapkan teknik praktek rencana pembelajaran di
kelas untuk meningkatkan mutu pembelajaran?
4) Apakah tingkat kesadaran dan tanggung jawab guru sebagai pendidik
sudah seimbang dengan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan oleh
pemerintah?

C. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti berupaya:
1. Melakukan pengamatan terhadap kinerja guru-guru.
2. Mengadakan supervisi klinis

3. Melakukan pembinaan dengan cara mengumpulkan guru TKIT
Babussalam-Linggamulya Kecamatan Leuwisari dengan kegiatan
(tidakan): Penjelasan tentang pentingnya Lesson Study Secara Rutin


D. Tujuan
Secara khusus tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan
fungsinya yang dibebankan oleh orang tua, masyarakat dan pemerintah.
b. Menyusun dan mengevaluasi perencanaan guru dalarn melaksanakan
tugas mengajar agar mutu pembelajaran meningkat.
c. Meningkatkan pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen
pembelajaran.
d. Membentuk dan menciptakan disiplin kerja serta iklim budaya kerja
sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

E. Manfaat
1) Manfaat Teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alternatif solusi dalam meningkatkan
kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat berperan
sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat dilain
waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta
mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses
belajar-mengajar.
Memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk
dapat:

-

Memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan
dibelajarkan kepada siswa.

-

Memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk
kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah
persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta
kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan.

-

Mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran
melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan lesson study),

-

Belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat
menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa.

-

Mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan
maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,

b. Manfaat bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi pembinaan dan
pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan
pendidikan.
c. Manfaat Bagi Siswa
Siswa akan menikmati pembelajaran yang lebih tertib dan bermutu karena
guru telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

BAB II
KAJIAN TEORITIS

Kajian teoritis adalah kajian atas tanggapan terhadap teori dan informasi lain
dengan masalah yang diidentifikasikan. Oleh karena itu sifatnya selektif sedangkan
penelitian hendaknya kritis, kreatif dan analitis.
Tujuan dan maksud kajian teoritis adalah untuk memperjelas penganalisasian
dan pembahasan masalah yang sedang diteliti. Penelitian yang tidak ditunjang oleh
sumber pustaka, diragukan kekuatannya secara ilmiah.
Ada beberapa sumber yang digunakan dalam kajian teoritis ini antara lain
buku-buku teks makalah, artikel, e-books, panduan dan sumber lain yang diakui
kebenaran ilmiah.
A. Tugas Pokok Kepala Sekolah
Tugas pokok Kepala Sekolah adalah merencanakan, melaksanakan
program manajamen sekolah termasuk memantau, menilai mensupervisi,
membina, dan melaporkan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, kinerja
sekolah dalam mengelola pendidikan. Sofyan Salim (2007) tugas yang harus
dilakukan Kepala Sekolah adalah melakukan pembinaan pengembangan kualitas
sekolah, kinerja sekolah, kinerja guru dan kinerja seluruh staf sekolah. Kepala
sekolah managerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/
bimbingan mulai dari rencana program, proses dan sampai dengan hasil.
Fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai mitra guru, pembaru (inovator ),
penyuluh (konselor ), pendorong (motivator ), kerjasama (kolabolator ), penilaian
(asesor ), konsultan didalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya
terhadap kinerja guru dalam pembelajaran dan kinerja kepala sekolah dalam
mengelola pendidikan.
Salim (2007) mengemukakan Kepala Sekolah satuan pendidikan
melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi

manajerial. Adapun sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, mengembangkan
interaksi pembelajaran (metode, strategi, teknik, model, pendekatan dan lain-lain)
yang tepat guna.
Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan
kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.

Proses

pengendalian

kegiatan

kelompok

tersebut

mencakup

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating),
dan pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi
aksi.
Engkoswara (2001; 2) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan
dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata
sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan
bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta dalam
mencapai tujuan yang di sepakati bersama.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa penataan mengandung makna
mengatur, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Sumber daya terdiri dan
sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan),
sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga
pendidikan untuk mencapai tujuan), serta fasilitas (peralatan, barang, dan
keuangan yang menunjang kemungkinkan terjadinya pendidikan). Tujuan
pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektif dan suasana atau proses
efisien, sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif
dapat dilihat dari sudut administrative psikologis, dan ekonomis.

B. Peran Kepala Sekolah
Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut
memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun,
jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis
kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif
kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu
yang sederhana. Untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru
diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran
kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan
bahwa "kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja
personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru." Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama
kepala sekolah yaitu, sebagai:(1) educator (pendidik); (2) manajer ; (3)
administrator ; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim

kerja; dan (7) wirausahawan;
Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan
oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan
antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan
guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah.
Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar disekolahnya tentu
saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya,
sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar
para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

2. Kepala sekolah sebagai manajer

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus
dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya
dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru
untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai
kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti:
MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan
sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah,
seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan
pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
3. Kepala sekolah sebagai administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk
tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.
Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan
kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi
para

gurunya.

Oleh

karena

itu

kepala

sekolah

seyogyanya

dapat

mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi
guru.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan
pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan
supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan
dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat
diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan,

selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga
guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan
keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
5. Kepala sekelah sebagai leader (pemimpin)

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat
menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus

dapat mendorong terhadap

peningkatan kompetensi guru?. Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita
mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi
pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan
kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan
kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat
sebagai berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani
mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan
(7) teladan (E. Mulyasa, 2003).
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap
guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang
disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam
upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) para guru akan
bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan
menyenangkan; (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan
diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia
bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut; (3)
para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya; (4)

pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman
juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik
guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa
tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan
peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat
menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan
berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat
akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya,
termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas,
secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa
efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
C. Lesson Study Dalam Kegiatan Pembelajaran
Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui

pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas
belajar.
Lesson Study adalah program yang diterapkan oleh SISTTEMS,

(Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science
Education at Junior Secondary Level) yaitu bentuk kerjasama antara JICA (Japan
International Cooperation Agency) dan MONE / Depdiknas (Ministry of National
Education / Departemen Pendidikan Nasional) Indonesia.
Lesson Study bukan merupakan metoda atau strategi pembelajaran tetapi

kegiatan yang dapat menerapkan berbagai metoda dan strategi pembelajaran yang

sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan komunitas pembelajaran serta berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.
Lesson Study adalah metode yang berorientasi pada praktek untuk

meningkatkan keterampilan mengajar oleh guru-guru itu sendiri.
D. Teknik Lesson Study
Lesson Study biasanya terdiri dari tahapan-tahapan berikut:

1. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran (PLAN-tahap perencanaan),
2. Salah seorang guru mempraktekkan rencana pembelajaran di kelas yang
sesungguhnya, sedangkan para guru pendamping yang lain dan kepala sekolah
mengamati pembelajaran tersebut (DO-tahap pembelajaran terbuka),
3. Setelah pembelajaran, guru pengajar dan para guru pengamat mendiskusikan
hasil pembelajaran, kemudian disampaikan kepada kepala sekolah untuk
menyampaikan umpan balik pada guru pengajar.
Kelebihan dari metode ini adalah, peran guru yang dapat berubah-ubah:
siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru
pengamat dilain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti
serta mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses
belajar-mengajar. Bermacam-macam istilah yang digunakan untuk metode sejenis
ini diberbagai sumber pustaka, misalnya: "action research", "coaching", dan
"clinical supervision". Dalam program ini, lesson study akan digunakan sebagai

istilah umum untuk kegiatan yang berusaha untuk mengembangkan profesi guru.
Revolusi pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan Lesson Study
telah menunjukkan hasil yang luar biasa. Indikator keberhasilannya itu dapat
dilihat diantaranya:
1. Tumbuhnya semangat guru dalam mencari dan menerapkan berbagai metoda
atau strategi pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap dilaksanakan
implementasi Lesson Study, guru dituntut untuk memilih metoda atau strategi

pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam implementasiimplementasi sebelumnya.
2. Tumbuhnya prinsip kolegalitas diantara guru-guru mata pelajaran, khususnya
yang sejenis. Hal ini ditunjukkan dengan semakin efektifnya kegiatan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sebelumnya, kegiatan MGMP
itu, kalaupun ada, hanya terbatas bila menghadapi ujian nasional saja. Bahkan
kegiatan MGMP pun biasanya diselenggarakan oleh sub rayon, bahkan rayon,
yang tentu secara domisili kesulitan dijangkau oleh transportasi, terutama di
sekolah-sekolah yang berada di pinggiran. Melalui kegiatan MOMP yang
diselenggarakan di Base Camp, lebih mudah dijangkau oleh guru-guru
anggota MOMP, sehingga silaturrahmi dan kolegalitas, sebagai ruh Lesson
Study, dapat tercipta.

3. Dukungan moril dan materil dari pimpinan sekolah semakin kuat. Hal ini bisa
dilihat pada setiap kegiatan Lesson Study melalui MGMP mendapat dukungan
dari kepala sekolah. Bahkan hampir setiap kegiatan Lesson Study dihadiri
langsung oleh kepala sekolah-kepala sekolah, khususnya dalam satu base
camp. Tentunya, dengan dukungan yang besar dari pimpinan akan memberi
motivasi bagi untuk mengikuti kegiatan MGMP. Tetapi sebaliknya, bila
pimpinan sekolah tidak memberi motivasi, maka gurunya pun tidak akan
semangat mengikuti kegiatan MGMP.
4. Guru mendapat banyak pencerahan, selain dari teman sejawat, juga dari para
dosen pembimbing (fasilitator ) yang setiap pertemuan selalu hadir untuk
memberikan dukungan, baik ketika melakukan PLAN (perencanaan), DO
(pelaksanaan/implementasi) dan SEE (refleksi).
Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kegiatan Lesson Study agar
berjalan lebih baik harus mendapat perhatian dan merupakan tugas dan tanggung
jawab bersama, baik bagi guru-guru, kepala sekolah, dinas pendidikan dan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terlibat langsung dengan kegiatan
Lesson Study.

E. Tahapan Lesson Study
Lalu bagaimana kiatnya agar Lesson Study yang kita lakukan efektif?
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai
beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan
melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA).
Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam
Lesson Study, yaitu: (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3)
Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dan University of
Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang
bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan
dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim mendiskusikan apa yang akan
dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai
tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan
pembelajaran,

sementara

yang

lainnya

melakukan

pengamatan,

mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan
dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapantahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana
dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang
ada.

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007)
dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas
tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson
Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti
tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan
fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat diketahui berbagai
kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran.
Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan
segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan
permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan
RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat
matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang
akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap
awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1)
kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru
yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang
telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang
dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca:
guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang
bertindak sebagai pengamat/observer).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,
diantaranya:

1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun
bersama.
2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang
wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan
adanya program Lesson Study.
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa.
4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa,
siswa-bahan

ajar,

siswa-guru,

siswa-lingkungan

lainnya,

dengan

menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan
disusun bersama-sama.
5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan
untuk mengevalusi guru.
6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan
diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya
proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan
dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang
tercantum dalam RPP.
3. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman
analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang

diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta
lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan
umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya,
misalnya mengenai

kesulitan dan permasalahan

yang dirasakan

dalam

menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara
bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru
yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-sarannya, pengamat harus
didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan
opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan
umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan
proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki
catatan-catatan pembiearaan yang berlangsung dalam diskusi.
4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau
keputusan-keputusan

penting

guna

perbaikan

dan

peningkatan

proses

pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang
disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi
modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer
untuk mengembangkan proses pembelajaran kearah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah
sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah
masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan
disekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak
disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara
langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang

sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran,
sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk
mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Sebagai mekanisme penelitian yang dapat menggambarkan tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan maka ditempuhlah prosedur penelitian tindakan
sekolah ini dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Pelaksanaan penelitian kualitatif ditempuh dengan cara penelitian lebih
banyak melibatkan norma-norma berfikir rasional dan logis berdasarkan data-data
atau kesimpulan yang terdapat pada buku panduan atau acuan literatur yang
dijadikan obyek penelitian. Dalam hal ini penelitian menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a) Menentukan Sumber Data
i.

Jenis data
Data yang diperoleh adalah berupa informasi dan atau keterangan hasil
pengamatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode Lesson Study.

ii. Sumber data pendukung diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
2. Guru
iii. Analisis Data
Setelah seluruh data yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah
mengolah data dan menganalisis data yang cara-caranya sebagai berikut:
1. Deduksi yaitu upaya memperoleh data yang bersifat khusus melalui penalaran
dan penganalisisan data-data yang bersifat umum.
2. Induksi upaya memperoleh data-data yang bersifat umum melalui penalaran
dan penganalisasian terhadap data yang bersifat khusus.

3. Menyandingkan beberapa keterangan atau data yang diperoleh untuk
mendapatkan argumentasi yang lebih serta mampu memberikan kejelasan
yang layak untuk dijadikan pegangan dalam penelitian.
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas sebagai berikut :
No

Nama

1

YULI HENDRAYANI

Pangkat/
Gol
Sukwan

2

RAHMAWATI DEWI

Sukwan

Jml. Jam

Kelas

Asal sekolah

24

A

TKIT Babussalam

24

A

TKIT Babussalam

C. Waktu Penelitian Tindakan Sekolah
Jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini direncanakan dan
dilaksanakan sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
No.

Tanggal

Siklus

Tindakan

1

2 Februari 2012

1

Pengamatan dan penilaian RPP guru-guru

2

7 Februari 2012

1

Melakukan Supervisi Klinis

3

15 Februari 2012

2

Mengadakan Pembinaan Melalui Metode
Lesson Study.

4

6 Maret 2012

2

Supervisi akademik (Pembuatan RPP)

D. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan Tindakan Sekolah dilakukan dengan penilaian terlebih dahulu
terhadap kebutuhan-kebutuhan guru yang diperoleh dari informasi hasil
pembicaraan dengan guru. Diperoleh kesimpulan bahwa guru memiliki
keterbatasan dalam menyusun RPP. Permasalahan ini diangkat menjadi isu
pembinaan dengan memberikan penyuluhan tentang penyusunan RPP.

Sebagai langkah pertama adalah melakukan penilaian terhadap RPP yang
disusun oleh guru dengan menggunakan instrumen penilaian RPP. Teknik dan alat
pengumpul data adalah menggunakan teknik observasi atau pengamatan terhadap
dokumentasi perangkat pembelajaran guru (RPP) dan eksen pembelajarannya di kelas
dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:
LEMBAR PENILAIAN
Petunjuk
Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari
angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1= sangat tidak baik
2= tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
No.

Aspek yang dinilai

1.

Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan
penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar)
Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta
didik)
Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan
kesesuaian dengan alokasi waktu)
Pemilihan sumber/ media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi
dan katakteristik peserta didik)
Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah, kegiatan
pembelajaran: awal, inti, dan penutup)
Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/
metode dan alokasi waktu pada setiap tahap)

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Skor
12345
12345
12345
12345
12345
12345

Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran

12345

Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran)

12345

Skor Total

................

Linggamulya, .....................................20.....
Penilai,

................................................

2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah dilakukan penilaian terhadap RPP, dilakukan penyuluhan penyusunan
RPP sesuai pedoman.
3. Observasi/Pengamatan
RPP yang sudah disusun dilaksanakan dikelas dengan menggunakan instrumen
sebagai berikut:

PENILAIAN MENGAJAR

No
1.

2.

Satuan Pendidikan

:.................................................................................

Nama Guru

:.................................................................................

Mata Pelajaran

:.................................................................................

Hari/ Tanggal

:.................................................................................

Aspek
Penilaian
Membuka
pelajaran

Indikator

Deskriptor

Apersepsi

1. Membuka pelajaran dengan doa/ salam/ memeriksa
kehadiran peserta.
2. Mengajukan pertanyaan/ menggali informasi
berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.

3. Mengemukakan kompetensi yang akan dicapai
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mengkaitkan peran/ manfaat penguasaan kompetensi
dalam kehidupan peserta.
Melaksanakan Penggunaan 1. Metode yang digunakan melibatkan peserta
kegiatan inti
Metode
mengalami/ melakukan aktivitas pembelajaran
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
2. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menemukan prosedur/ konsep/ prinsip/
karakteristik berkaitan dengan kompetensi yang
akan dicapai.
3. Metode yang digunakan melibatkan peserta
menerapkan apa yang telah ditemukan dalam
situasi yang baru/konteks yang berbeda.
4. Metode yang digunakan mengharuskan untuk
mengukuhkan temuan peserta.
Penggunaan 1. Menggunakan media yang otentik.
Media
2. Memberdayakan media yang ada disekeliling
peserta, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Media yang digunakan sesuai untuk mencapai
kompetensi yang akan dicapai.
4. Media yang digunakan memungkinkan peserta

Nilai
A B C D

No

Aspek
Penilaian

Indikator

Deskriptor
melakukan pengamatan, bertanya,
mengumpulkan data, menganalisis data dan
menarik kesimpulan.

Penguasaan
Kompetensi

1. Guru mendemonstrasikan perilaku pembelajaran
yang seharusnya dikuasai peserta melalui
contoh/ pemodelan.

2. Tugas yang diberikan kepada peserta
mencerminkan tahapan untuk mencapai
kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta.
3. Guru memberikan balikan secara jelas terhadap
perilaku pembelajaran yang sesuai/ tidak sesuai
dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai
peserta.
4. Guru dapat merespon pertanyaan dan komentar
peserta secara tepat dan memadai.
Pembelajaran 1. Guru memberdayakan permainan/ humor/
menyenangmetode yang bervariasi untuk menyegarkan
kan
suasana.
2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas
pembelajaran dan peserta melaksanakan aktivitas
pembelajaran dengan gembira.
3. Peserta tidak takut mengajukan pertanyaan/
saran/ pendapat.
4. Peserta tidak takut mengekspresikan
kegembiraan, misalnya dengan bertepuk tangan.
Keterkaitan
1. Metode yang digunakan melibatkan peserta
metode dengan
untuk melakukan kerjasama (Learning
pengembangan
community).
kecaka
2. metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mengajukan pertanyaan/ pendapat kritis
dan kreatif.
3. Metode yang digunakan bersifat menantang,
sehingga mendorong peserta melakukan
aktivitas secara sungguh- sungguh dan antusias.
4. Metode yang digunakan mendorong peserta
untuk mempertahankan pendapat dan
berpendapat yang berbeda.
3.

Refleksi dan
penilaian

refleksi

1. Guru mendorong peserta mengungkapkan apa
yang telah dipelajari.
2. Guru mendorong peserta mengungkapkan
kesan-kesan berkaitan dengan pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3. Guru mendorong peserta mengungkapkan saran
untuk perbaikan pembelajaran.
4. Guru memberikan penguatan/pujian

Nilai
A B C D

No

Aspek
Penilaian

Indikator

Deskriptor

Nilai
A B C D

terhadap upaya/kerja keras yang telah
dilakukan peserta.
Penilaian

1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan
kompetensi yang seharusnya dicapai.
2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur.

4.

Faktor penun
jang

3. Guru memberi kesempatan peserta untuk
melakukan self-assesment (penilaian diri sendiri)/
peer-assesment (penilaian antar teman) dengan
kriterian yang telah ditetapkan.
4. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah
aktivitas pembelajaran (proses dan produk).
Penggunaan 1. Ucapan jelas dan mudah dipahami.
bahasa
2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa
baku.
3. Kalimat-kalimat yang digunakan
bervariasi, tidak monoton.
4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat.
Rasa
1. Tatapan mata dan gerak tubuh
percaya diri
menunjukkan sikap tenang.
2. Nada suara dan intonasi menunjukkan
sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu.
3. Merespon setiap pertanyaan, tanggapan
atau saran dari peserta dengan emosi
yang stabil (tidak larut dalam emosi).
4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran
dijawab dengan tenang, tidak gugup dan penuh
rasa optimis
Jumlah Seluruh Skor
Nilai= Jumlah seluruh skor
10

Cara pemberian nilai untuk setiap indikator:
Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati
Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati
Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati
Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang tampak/teramati
Simpulan penilaian dan Rekomendasi :
....................................................................................................................................
........................................................................................................................................
Linggamulya, .....................20...
Penilai,

................................................

4. Refleksi
Tindakan-tindakan tersebut diimplementasikan dalam tiga siklus tindakan
dan setiap siklus diakhiri dengan refleksi. Siklus pertama penilaian RPP
menghasilkan penilaian perlunya diberi penyuluhan penyusunan RPP. Siklus
kedua yaitu melakukan pembinaan melalui tekhnik Lesson Study dan siklus ketiga
menghasilkan pembicaraan lebih lanjut tentang supervisi akademik (pembuatan
RPP).

BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Persiklus
Pelaksanaan PTS yang direncanakan oleh penulis dalam bentuk
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul "Upaya Peningkatan Kinerja
Guru Melalui Tekhnik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman
Kanak-kanak Islam Terpadu Babussalam-Linggamulya" berjalan sesuai dengan
perencanaan PTS.
Hasil penelitian yang direfleksi dari permasalahan yang menjadi fokus
penelitian menunjukan hasil yang membawa pengaruh positif pada guru. Terlihat
dari hasil penelitian.
Hasil penilaian dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2
REKAPITULASI HASIL PENILAIAN

No

Nama

Nilai Hasil Evaluasi
Siklus I
Siklus II

1

YULI HENDRAYANI

27

35

2

RAHMAWATI DEWI

26

31

JUMLAH

53

66

Rata-rata

26,5

33

Adapun dalam bentuk diagramnya adalah sebagai berikut:

35
30
25
20
15
10
5
0
Siklus I

Siklus II

Keterangan :
Penguasaan guru dalam melakukan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus
pertama ke siklus kedua setelah diberikan teknik short briefing secara rutin mengenai
penyusunan RPP yang benar, materi pelajaran yang akan disampaikan dari siklus ke
siklus.
Siklus ke I mencapai rata-rata nilai 26,5
Siklus ke II mencapai 33
Dari 2 guru kelas

Berdasarkan temuan-temuan yang didapat selama mengadakan penelitian
terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai kepala sekolah dan penerapan metode
Lesson Study secara rutin sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan

adanya peningkatan produktifitas, profesional dan mutu pembelajaran di kelas.

B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah guru-guru di TKIT BabussalamLinggamulya UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan Leuwisari
Kabupaten Tasikmalaya.
Tabe1 3
DAFTAR PERSONIL TKIT BABUSSALAM
NO
1
2
2
3
4
5
6

NAMA
ADE SAJAAH, S.Pd
MUROH MUNAWAROH
YULI HENDRAYANI
RAHMAWATI DEWI
DIAN NURBASARI
ENUR HAYATIN
OOS ROSYADAH

GOL

JABATAN

II/B
-

Kepala Sekolah
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas
Guru Kelas

MENGAJAR
DI KELAS
A
A
A
A
A
B
B

C. Pembahasan Tiap Siklus
Kondisi awal sebelum diterapkan metode Lesson Study secara rutin
sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan:
1. Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan fungsi
yang dibebankan oleh pemerintah.
2. Kurangnya perencanaan yang matang dalam melaksanakan tugas dan belum
siapnya guru untuk mengadakan perubahan kearah yang lebih maju sesuai
dengan perkembangan dunia pendidikan.
3. Kurangnya pemahaman guru akan tugasnya sebagai agen pembelajaran.
4. Belum terbentuknya disiplin sekolah dan iklim budaya kerja sekolah yang
mengacu pada peningkatan mutu pembelajaran.
Pemahaman guru terhadap tugas sebelum diterapkannya pendekatan
tersebut adalah dalam melaksanakan tugasnya hanya mengandalkan persiapan
seadanya bahkan kadang sama sekali tidak ada persiapan. Hal ini terjadi karena
fungsi kontrol sebagai salah satu tugas kepala sekolah tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Disamping itu seolah-olah guru hanya sekedar melaksanakan tugas
tanpa ada perancanaan yang matang dan tidak berpikir bagaimana hasil akhir

setelah melaksanakan tugas mengajar. Dapat dibayangkan jika seorang kepala
sekolah tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur, memimpin, mengelola
atau mengadministrasikan sumber daya meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pembinaan terhadap guru-guru sebagai bawahannya.
Teknik Lesson Study dikemas agar menarik, memukau dan apa yang kepala
sekolah sampaikan langsung masuk dan dapat diaplikasikan dalam kegiatan
pembelajaran oleh guru-guru.
Pertama kali yang harus disadari adalah apa yang akan kita sampaikan.
Kepala sekolah harus memahami visi sekolah. Visi sekolah akan menurunkan Misi
yang sekolah buat dalam waktu yang pendek. Misi yang sekolah buat inilah yang
akan menurunkan culture kerja. Culture kerja inilah yang kemudian akan
memunculkan Motivasi kerja. Jadi dengan memahami Visi, kepala sekolah akan
dapat menciptakan budaya kerja dalam tim sekolah dan sekaligus memunculkan
motivasi personil.
Yang kedua, yang harus kepala sekolah sadari bahwa pada saat teknik
Lesson Study dimulai, kepala sekolah harus menyadari secara sepenuhnya bahwa

teknik ini adalah teknik yang berkesinambungan, yang akan membutuhkan waktu
untuk bisa beradaptasi dengan teknik baru, maka diperlukan keuletan dan
kesabaran dalam mengolah manajemen di sekolah.
Strategi melaksanakan lesson study berdasarkan hasil penelitian penulis:
1. Perencanaan (Plan )

Gambar 1.
Guru sebidang studi secara kolaborasi mengidentifikasi
permasalahan pembelajaran dan menghasilkan perangkat pembelajaran

A. Identifikasi Masalah Pembelajaran
1. Materi Ajar
a. kedalaman materi
b. kesesuaian dengan tuntutan kurikulum
c. tingkat kesulitan
2. Strategi Pembelajaran
a. pendahuluan
memotivai siswa belajar
b. kegiatan inti
aktivitas belajar yang diharapkan
rancangan interaksi siswa dengan bahan ajar
rancangan interaksi siswa dengan siswa
rancangan interaksi siswa dengan guru
1. penutup
aktivitas siswa yang diharapkan untuk menyimpulkan pelajaran
B. Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Lembar Kegiatan Siswa
4. Alat tes
C. Menentukan Observer
1. Kepala Sekolah
2. Guru
3. Pengawas Sekolah
D. Menentukan Guru Model (pelaksana pembelajaran di kelas)

II. Pelaksanaan (Do)

Gambar 2.
Guru model mengajar dan observer mengobservasi pelaksanaan pembelajaran

a. Pertemuan singkat (briefing) dipimpin fasilitator (kepala sekolah).
b. Guru model mengemukakan rencana singkat (rencana pembelajaran, tujuan,
kedudukan materi ajar dalam kurikulum, perkiraan kemungkinan respon siswa).
c. Kepala sekolah mengingatkan observer untuk tidak mengintervensi proses
belajar mengajar.
d. Observer dipersilahkan memilih tempat strategis sesuai rencana pengamatan.
e. Guru model melaksanakan proses belajar mengajar.
Observasi
Observer membuat catatan tentang:
A. Komentar siswa dalam diskusi.
B. Kerja sama siswa.
C. Aktivitas belajar.
D. Strategi penyelesaian masalah.
Pedoman observer:
a. Kejelasan tujuan pembelajaran.
b. Aktivitas mengarah ke pencapaian tujuan.
c. Langkah-langkah pembelajaran berkaitan mendukung pemahaman siswa.
d. Media pembelajaran mendukung pencapaian tujuan.
e. Diskusi kelas membantu pemahaman konsep.
f. Materi ajar sesuai tingkat kemampuan siswa.
g. Penggunaan pengetahuan awal untuk mendukung pemahaman konsep.
h. Pertanyaan guru mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa.

i. Pemberian penghargaan gagasan siswa.
j. Kesimpulan didasarkan pendapat siswa.
k. Kesimpulan sesuai tujuan.
l. Pemberian penguatan.
III. Refleksi (See)
A. Menentukan fasilitator.
B. Fasilitator mengenalkan observer dengan spesifikasi bidang ilmu.
C. Fasilitator menyampaikan agenda refleksi.
D. Fasilitator menyampaikan aturan main.
1. berbicara dengan tertib (jadi pendengar yang baik)
2. berbicara sopan tidak untuk mengadili guru model
3. setiap peserta diberi kesempatan berbicara
4. berbicara berdasarkan temuan pengamatan
5. masukan difokuskan pada "bagaimana siswa belajar"
E. Guru model menyampaikan:
1. kejadian yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan harapan.
2. sesuatu yang berubah dari rencana.
F. Team pengembang memberi komentar.
G. Fasilitator mem

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

13 162 19

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (SD)

2 94 23

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG

6 60 62

KAJIAN ASPEK HYGIENE SANITASI TERHADAP KONDISI KANTIN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Sekolah Dasar Kota Bandar Lampung)

40 194 64