Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Stunting pada Balita
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima

tahun, sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini.
Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan batita merupakan konsumen
pasif. Sedangkan usia pra-sekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif. Anak usia 13 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang
masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam
sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Pada usia pra-sekolah
anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang
disukainya. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga
mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan
pemilihan maupun penolakan terhadap makanan (Uripi, 2004). Anak balita
merupakan golongan rawan gizi karena berhubungan dengan proses pertumbuhan
yang relatif pesat dan memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar.


7
Universitas Sumatera Utara

8

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses lanjutan sejak dari
konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan (Soetjiningsih, 1995). Menurut Khomsan (2004) pertumbuhan fisik
seseorang dipengaruhi oleh dua faktor dominan yaitu lingkungan dan genetis.
Kemampuan genetis dapat muncul secara optimal jika didukung oleh faktor
lingkungan yang kondusif, yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah asupan
gizi. Apabila terjadi tekanan terhadap dua faktor di atas akan terjadi growth faltering.
Pengukuran pertumbuhan penting untuk menentukan status gizi (Atmarita dan
Veronica, 1992).
Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan
zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita,
aktifitas, pemeliharan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan
proses biologis lainnya di dalam tubuh. Kebutuhan bahan makanan pada setiap
individu berbeda karena adanya variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan

dalam proses metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan yang optimal
tanpa disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan turut berperan
dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi dan
dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal (Depkes RI, 2008).
Dalam menentukan status gizi seseorang stunted / pendek dapat dilakukan
dengan metode antropometri. Metode antropometri merupakan metode pengukuran
ukuran fisik dan komposisi tubuh. Pengukuran dibedakan berdasarkan umur (kadang
juga berdasarkan jenis kelamin dan ras) dan tingkat kebutuhan gizi. Dengan

Universitas Sumatera Utara

9

pengukuran antropometri dapat diperoleh informasi terhadap status gizi masa lampau.
(Gibson, 2005). Penilaian status gizi secara antropometrik (menggunakan ukuranukuran tubuh) merupakan cara yang paling sering digunakan. Cara ini merupakan
cara yang sederhana, bisa dilakukan oleh siapa saja yang telah dilatih, menggunakan
alat yang relatif murah dan mudah dibawa, dan terdapat baku referensi yang
memastikan validitas dari cara ini. Namun, pengukuran gizi antropometri tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi status gizi makro serta kesalahan saat pengukuran akan
mempengaruhi validitas dan analisis status gizi.

Menurut

Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia

Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak, pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
panjang badan menurut umut (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Zscore untuk kategori pendek adalah -3 SD sampai dengan

Dokumen yang terkait

Gambaran Faktor-Faktor Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010)

19 95 155

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Balita Usia 12-59 Bulan di Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013)

0 30 139

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 16

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 0 2

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 6

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013) Chapter III VI

0 0 58

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

1 2 10

Pendidikan Ibu dan faktor lainnya sebagai determinan kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di Provinsi Sumatera Utara (Analisis Data Riskesdas 2013)

0 1 52

FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12 SAMPAI 60 BULAN

0 0 8

DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN RANGAS KECAMATAN BANGGAE KABUPATEN MAJENE TAHUN 2017

1 0 168