makalah keterlibatan Campa dalam sistim

Keterlibatan Campa dalam Sistem Maritim
Cina, Jawa dan Filipina
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Sejarah Asia Tenggara”
yang diampu oleh Novi Triana Habsari, M.Pd

Kelompok 4
Anggota :
Yeti Ika Nur Hayati

(14.231.018)

Imam Fauzi

(14.231.016)

Iis Wahyuningsih

(14.231.022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

IKIP PGRI MADIUN
2015

Kata Pengantar

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Keterlibatan Campa
dalam Sistem Maritim Cina, Jawa dan Filipina“ dapat selesai dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini pula penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Abraham Nurcahyo, M.Hum. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun.
2. Ibu Novi Triana Hapsari, M.Pd. selaku pembimbing yang telah sabar dan
meluangkan waktu untuk memberi bimbingnan dan arahan kepada penyusun
dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Teman – teman dari prodi sejarah yang telah memberikan semangat, yang tidak
bisa penyusun ungkapkan satu persatu. Serta berbagai pihak yang telah
membantu selama proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih belum

sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak dan semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin.

Madiun, April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..................................................................................................1
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................2

Tujuan ..........................................................................................................2
Batasan Masalah ..........................................................................................2
Metode ........................................................................................................2

Bab II Pembahasan...................................................................................................3
A. Keterlibatan Campa dengan sistem maritim Cina........................................3
B. Keterlibatan Campa dengan sistem maritim Jawa.......................................4
C. Keterlibatan Campa dengan sistem maritim Filipina...................................6
Bab III Penutup ......................................................................................................8
A. Simpulan......................................................................................................8
Daftar Pustaka..........................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman kehidupan Asia Tenggara yang amat luar biasa telah
dipenggal – penggal oleh kolonialisme Eropa menjadi lusinan negara kolonial
dengan tapal – tapal batas yang jelas. Kolonialisme dan nasionalisme merupakan
penyebab utama dalam memantapkan berbagai pranata dan identitas kesatuan di

dalam garis batas itu. Sehingga tidak ada ruang bagi kemajemukan dan mobilitas
identitas yang sebelumnya selalu menjadi ciri dunia maritim Asia Tenggara.
Untuk rakyat yang identitasnya tidak sesuai dengan garis – garis perbatasan baru
tersebut, orang Campa adalah contoh menonjol, kecenderungan historiografis
semacam itu jelas tidak banyak manfaatnya.
Bagaimana pun juga, kajian ilmiah dewasa ini telah menemukan kembali
laut sebagai pemersatu sejarah Asia Tenggara dan tidak lagi terlalu menggubris
tapal – tapal batas daratan yang digambarkan secara sepihak oleh nasionalisme
kolonial Eropa. Para pedagang asal Kanton, Fujian, Yunan, Handramaut, Pantai
Koromandel, Patani atau Minangkabau serta para ilmuwan pengelana dalam
tradisi Muslim, Budha, Konfusius atau Kristen menjalankan fungsi di Asia
Tenggara sebagai makelar barang dan gagasan yang memungkinkan setiap orang
terjalin satu sama lain.
Kebangkitan kembali perhatian terhadap Campa adalah cermin dari
apresiasi baru keanekaragaman dan ambivalensi kawasan ini. Campa merupakan
sesuatu yang memalukan baik bagi nasionalisme Vietnam maupun Khmer,
mengingatkan bahwa garis tapal batas tidak selalu seperti yang ada sejak jaman
kolonial dan identitas kelompok sama sekali tidak tetap atau tak dapat berubah.
Mereka adalah orang bahari dan selalu berpindah – pindah dengan pengaruhnya
terasa sampai tanah seberang Jawa, sulawesi dan Filipina tetapi selalu menentang

setiap upaya yang menarik garis di atas peta yang menunjukkan tempat asal
mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterlibatan Campa dengan sistem maritim Cina?
2. Bagaimana keterlibatan Campa dengan sistem maritim Jawa?
3. Bagaimana keterlibatan Campa dengan sistem maritim Filipina?
C. Tujuan
1. Mengetahui keterlibatan Campa dengan sistem maritim Cina

2. Mengetahui keterlibatan Campa dengan sistem maritim Jawa
3. Mengetahui keterlibatan Campa dengan sistem maritim Filipina
D. Batasan Masalah
Karena luasnya bahasan mengenai keterlibatan Campa dengan sistem
Maritim Asia Tenggara maka kami hanya membatasi pembahasan ini mengenai
keterlibatan Campa dengan sistem maritim yang ada di Cina, Jawa dan Filipina.
E. Metode
Kami menggunakan metode make a match. Metode ini dikembangkan
oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan metode ini adalah mahasiswa
mencari pasangan atau patner sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a

match sebagai berikut:
1. Kami menyiapkan kartu sesuai jumlah mahasiswa, satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap mahasiswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap mahasiswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang dengan
durasi waktu selama 5 menit.
4. Setiap mahasiswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya dengan
durasi waktu 10 menit.
5. Jika mahasiswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan
hukuman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterlibatan Campa dengan Sistem Maritim Cina
Bandar – bandar pelabuhan Campa memiliki beberapa jalinan hubungan
yang sangat kokoh yang dapat dijelaskan melalui sistem perdagangan di Laut Cina
Selatan. Hal pertama yang perlu ditegaskan adalah bahwa Cina merupakan pusat
manufaktur dengan jumlah penduduk terbesar di dunia sepanjang periode
kejayaan Campa (300 – 1500 M). Bagi negara – negara maritim Asia Tenggara,
penukaran hasil – hasil hutan dan laut mereka dengan barang – barang logam dan

manufaktur Cina merupakan kiat tercepat dalam mendapatkan sumber – sumber
daya material untuk menegakkan suatu kerajaan. Relasi upeti dengan istana Cina

merupakan cara paling aman dan saling menguntungkan bagi penguasa yang
terlibat dalam perdagangan semacam itu. Dukungan dari kekaisaran Cina melalui
hubungan itu akan memberikan keuntungan yang besar kepada mereka
dibandingkan dengan apa yang diperoleh para pesaing.
Campa menempati lokasi paling menguntungkan di Asia Tenggara dalam
perniagaan dengan Cina. Semua kapal yang berlayar antara Cina dengan berbagai
tempat tujuan (kecuali kepulauan Filipina dan jepang) menyusuri pantai Campa
setidak – tidaknya ketika menempuh lima ratus kilometer antara Tanjung Varella
dan Pulau Cham (sedikit ke selatan Danang sekarang) biasanya untuk kapal –
kapal yang berlayar dari selat Malaka (umumnya terus melanjutkan perjalanan e
India) atau Siam menempuh jarak yang sama kearah selatan mendekati Delta
Mekong.
Sebagai pelabuhan terakhir yang disinggahi sebelum arus pelayaran ini
melintasi Teluk Tonkin menuju Cina Selatan, Campa aktif terlibat dalam
perdagangan, pengiriman umpeti dan perjalanan ziarah yang bergerak memasuki
dan keluar dari Cina. Bahkan kapal – kapal tidak bersahabat akan berhenti sejenak
di salah satu pelabuhan alam itu sekedar mengisi pembekalan air, sedangkan kapal

– kapal yang bersahabat akan mengangkut berbagai muatan barang, orang dan
gagasan. Kebanyakan kapal diawaki oleh orang – orang berbahasa Austronesia.
Sebagaimana bisa diduga dari letak geografisnya, selain kebutuhan
penguasa akan bantuan Cina dalam menghadapi Vietnam saingan lokalnya yang
senantiasa mengancam, Campa tampil dalam catatan – catatan Cina sebagai
pengirim misi upeti paling setia sepanjang tidak mengalami kesulitan. Pola ini
sudah dimulai sejak 248 M, ketika raja (Campa) Lin – Yin mengirim sebuah
utusan resmi membawa upeti ke Cina. Dalam hal ini dia banyak mendapat
bantuan Wen, kepala penasehatnya yang orang – orang Cina atau peranakan Cina,
yang berkunjung ke Cina pada 313 dan 316 serta memperoleh banyalk
pengalaman di negeri itu dan akhirnya mengambil alih kebijakan Lin – Yin pada
336. Sekitar dua puluh misi dikirim ke Cina pada abad ke – 7 dan jumlah yang

sama pada abad ke – 9 jauh lebih banyak dibanding negara – negara Asia
Tenggara yang lebih besar jumlah penduuduknya. Terlepas dari beberapa periode
kekacauan antara tahun 1391 – 1403, Campa tetap mengirim upeti nyaris setiap
tahun sejak berdirinya Dinasti Ming pada 1368 sampai 1446, justru ketika kaisar
mengeluarkan perintah supaya pengiriman utusan tidak lebih dari satu kali setiap
tiga tahun karena biaya yang teramat mahal.
Menurut saya letak Campa sangat strategis dalam menjalin hubungan

dengan Cina. Hal ini membuat Campa aktif terlibat dalam perdagangan,
pengiriman umpeti dan perjalanan ziarah yang bergerak memasuki dan keluar dari
Cina. Campa juga dapat menukarkan hasil – hasil hutan dan laut mereka dengan
barang – barang logam dan manufaktur Cina. Sehingga Campa bisa mendapatkan
sumber – sumber daya material untuk membangun kerajaannya. Campa juga
mendapatkan bantuan dari Cina untuk menghadapi Vietnam yang merupakan
saingan lokalnya. Atas sebab – sebab inilah menurut saya Campa tampil sebagai
pengirim misi upeti paling setia kepada Cina sepanjang tidak mengalami
kesulitan. Pola ini pun sudah dimulai sejak 248 M. (Iis Wahyuningsih 14.231.022)

B. Keterlibatan Campa dengan Sistem Maritim Jawa
Koneksi Campa dengan dunia Jawa dan Melayu kelihatan kokoh meski
tidak terdokumentasi dengan baik, dan hal ini sebaiknya dipahami sebagai produk
dari rute maritim para pedagang dan peziarah antara India dan Asia Tenggara di
satu sisi dengan Cina di sisi lainnya. Bagi para pelancong jarak jauh, tempat
perhentian utama lain di Asia Tenggara biasanya Jawa atau Sriwijaya, tergantung
mana yang lebih dulu dijangkau. Awal abad ke – 5 misalnya, seorang rahib
Buddha dari Kashmir bernama Gunawarman memperoleh banyak pengikut di
Jawa maupun Campa saat dia berkelana ke arah timur melalui jalan laut.
Koneksi Campa – Austronesia yang paling kokoh adalah selama periode

tertentu yaitu abad ke – 8 sampai abad ke 14, ketika Jawa telah bersatu dan cukup
kaya untuk mengirim sejumlah misi ke Cina. Orang – orang Jawa pertama yang

disebut dalam prasasti – prasasti Campa biasanya merujuk serbuan “para
perompak ganas, kejam, berkulit gelap” terhadap kota – kota Campa pada 778 dan
787 serta terhadap Tonkin pada 767, meski Hall berkeyakinan bahwa mereka ini
sebenarnya orang – orang perahu (nelayan) lokal.
Kerajaan Mataram di Jawa adalah pusat pengaruh Buddha Mahayana
terbesar yang kental dengan unsur – unsur Tantra sejak abad ke – 8 hingga abad
ke – 10. Pengaruh ini tampaknya tersebar luas disepanjang rute pelayaran menuju
Cina, Kamboja serta Campa. Beberapa sejarawan menyebut adanya suatu periode
berkembangnya pengaruh corak “Jawa” di Campa, terlihat jelas dari sejumlah
kesamaan antara candi Mi – Son di Campa dengan candi Borobudur di Jawa.
Sebuah prasati berangka tahun 911 M di Dong Duong merekam dua perjalanan
Rajadwara orang dari istana Campa yang berangkat ke Jawa untuk memelajari
rahasia – rahasia kekuasaan Raja menurut ajaran Tantra.
Jalinan hubungan antara Campa dengan Jawa semakin erat pada abad ke –
14. Kedua kerajaan saling bertukar putra – putri istana dan misi diplomatik dan
raja Che Nang memilih Jawa sebagai tempat mengungsi dari tekanan Vietnam
terhadap ibukota Campa pada tahun 1318. Jalinan hubungan ini barangkali kelak

menjadi acuan perayaan tahun baru radja di kalangan muslim – Vietnam Campa.
Baik tradisi Jawa maupun tradisi melayu banyak membeberkan koneksi
Campa – Jawa. Kronik Banjarmasin yang sangat pro – jawa, memasukkan Campa
sebagai pembayar upeti kerajaan Majapahit. Teks Melayu yang juga cukup
penting yaitu Sejarah Melayu mengklaim bahwa seorang penguasa Campa
berkunjung ke Majapahit untuk memberi penghormatan dan memperoleh anak
dari seorang putri Majapahit. Setelah dewasa anak ini menjadi penguasa terakhir
Campa sebelum Vijaya ( ibukota Campa ) ditaklukkan oleh orang – orang
Vietnam.

Majapahit

sendiri,

sebagaimana

jelas

tergambar

dalam

Negarakertagama, tentu mengenal Campa dengan baik beserta Kamboja, Aanam
dan Cina, tetapi mereka ini tidak harus sebagai pihak pembayar upeti. Banyak
cerita tradisi Jawa justru menggambarkan hubungan ketergantungan sebaliknya.
Setidak – tidaknya salah satu versi legenda Aji Saka (pembawa peradaban Hindu
di Jawa) mengatakan bahwa Aji Saka singgah di Campa dalam perjalan menuju
Jawa dan menikahi seorang putri Campa. Peranan dia dalam membangun

peradaban di Jawa diteruskan oleh Pangeran Prabakusuma, anak dari hasil
perkawinan itu. Cerita – cerita tradisi yang tersebar lebih luas malah menegaskan
bahwa Islam masuk ke istana Jawa melalui Putri Campa yang menikah dengan
Raja Majapahit serta melalui Raden Rahmat, saudara laki – lakinya. Segitiga
Austronesia ini semakin lengkap ketika Rahmat mengambil istri seorang
perempuan Tuban bernama Nyai Ageng Manila (barangkali menunjukkan Ia
kelahiran Filipina)
Koneksi Campa bergeser ke kawasan Selat malaka begitu Jawa mulai
terpecah – pecah dan negara – negara pelabuhan Melayu – Muslim menjadi lebih
penting pada abad 15. Catatan – catatan Cina memperlihatkan bahwa pada 1418
beberapa utusan berdatangan serentak ke Cina dari Campa, Malaka, Lamri dan
Shi-la-bei. Tahun 1438 raja Campa mengeluh bahwa utusan yang dia kirim ke
Samudra Pasai, negara Muslim terpentig di Asia Tenggara masa itu, dicegah dan
ditangkal menuju tempat tujuan mereka oleh orang – orang Siam. Campa
kemudian menjalin persekutuan erat dengan Melayu Johor melawan orang
Vietnam, Khmer dan Portugis.
Jalinan perdagangan antara Campa dan Jawa telah dimulai dari abad ke – 8,
ketika Jawa telah bersatu dan cukup kaya, sehingga dapat mengirim utusan
sampai ke Campa. Sangking eratnya hubungan ini kedua kerajaan pun saling
bertukar putra – putri istana, seperti yang di ceritakan dalam Sejarah Melayu.
Bahkan Cerita – cerita tradisi yang tersebar lebih luas malah menegaskan bahwa
Islam masuk ke istana Jawa melalui Putri Campa yang menikah dengan Raja
Majapahit. Hal ini menurut saya semakin menegaskan betapa eratnya hubungan
antara Campa dan Jawa. Ketika Jawa mulai terpecah – pecah pada sekitar abad ke
15, Campa mengalihkan koneksinya ke kawasan selat Malaka. (Yeti Ika Nur
Hayati 14.231.018)
C.

Keterlibatan Campa dengan Sistem Maritim Filipina
Koneksi maritim Campa lain yang juga penting adalah yang menuju arah
timur, Filipina dan Brunai. Ini membutuhkan sejumlah penjelasan pada awal masa
dinasti Ming, ketika interaksi orang Cina dengan Asia Tenggara relatif intens,
kapal-kapal Cina yang berlayar

kearah selatan bisa melalui rute barat lewat

Campa atau melalui rute timur lewat bagian selatan taiwan dan bagian barat luzon.

Kontak antara Campa dan Filipina ketika rute tersebut dipakai secara bersamaan
pada akhir tahun abad ke-14 dan pada awal abad ke-15, dan sekali lagi setelah
tahun 1567, masih sangat jarang pada periode lebih awal sebelum rute timur
berkembang, perdagangan dan upeti Filipina kelihatanya mencapai Cina Lewat
Campa. Buku tahunan Sung mencatat misi pengiriman upeti pertama sebelum
pulau Filipina – Butan di sebelah timur Mindanao pada 1001 M dengan deskripsi
“Sebuah negri kecil di laut Campa, lebih jauh dari pada Ma-i (Mindanao), sering
berhubungan dengan Campa , tetapa jarang berhubungan dengan Cina”. Butan
mengajukan petesi kepada kaisar pada 1007 mohon supaya diberi kedudukan
setara dengan Campa , tetapi dijawab dengan tegas “butan tetap di bawah
Campa“. Seot yakin bahwa rute langsung antara Lousen dan Fujian mulai lazim di
gunakan kira-kira menjelang abad ke-13 dan semua padagang menuju Cina
sebelumnya harus melewati Campa sepanjang tahun yang belakang banyak di
gambar dalam Shun Feng Xiang Song.
Kontak-kontak Luzon (khususnya daerah teluk manila) dengan Cina
bagian selatan, semakin bertambah intens akibat banyaknya misi-misi dari Cina
sepanjang rute timur ke Filipina antara tahun antara tahun 1372 sampai tahun
1427, ketika misi-misi pengiriman upeti dari “Luzon” dan lokasi-lokasi di Filipina
lainnya mulai terekam dalam cacatan. Periode ini menciptakan budaya perniagaan
di daerah teluk manila yang sangat di pengaruhi oleh Cina, bertalian dengan
budaya perniagaan lain di brunai dan Mindoro, namun kontak langsung dengan
Cina terputus pada pertengahan abad ke-15 ketika kaisar Ming kehilangan minat
pada upeda dan melarang perdagang swasta dari kawasan ini. Pedaagangan
kemudian di arahkan lagi ke malaka, “orang-orang luzon” di sini adalah para
pedagang yang di segani pada masa kedatangan portugis tahun 1511, mengirim
kapal-kapal merekabaik melalui jalur manila-manila-malaka maupun jalan Malaka
– Campa – Kanton jadi dapat dikatakan antara “Luzon” (orang-orang musli
tagalog dan Cina tagalog ) dan orang-orang Campa terdapat suatu hubungan tidak
langsung. Hubungan ini semakin bertambah erat ketika rute lama melalui Campa
(atau setidaknya Indocina) kembali pulih sekitar tahun 1500. Penegasan Pires

bahwa “orang Cina” mulai berlayar langsung ke brunei sekitar masa itu barangkali
harus ditafsirkan sebagai orang Cina atau orang Cina Asia Tenggara yang
berpangkal di Campa siam. Pelayaran awal orang-orang portugis maupun
ekspedisi magellan tidak pernah menyebut adanya orang-orang Cina dari Cina
yang berdagaang sampai Filipina atau brunei, tetapi pigafetta mengaku pernah
berpapasan dengan sebuah kapal dari “ciama" (Campa atau siam) di cepu. sumber
spanyol tahun 1590-an secara tersirat memperkirakan sumber pengaruh islam
Campa adalah “brunei dan negeri-negeri muslim lain”. Seorang pedagang inggris
yang berpengalaaman dan berpengetahuan luas melaporkan pada akhir tahun
1820-an bahwa ratusan kapal berlayar secara berkala antara pantai Campa dan
bagian utara Borneo serta Filipina bagian barat.
Memang lebih rumit untuk dijelaskan , namun pasti jaringan perniagaan
telah terjadin erat antara pelabuhan Filipina dengan pelabuhan-pelabuhan
sepanjang pantai Campa pada sekitar abad ke-12, dan sekali lagi terulang pada
tahun 1450 sampai 1567 (ketika rute langsung Cina-Filipina lewat jalur timur
sudah berjalan permanen). Ini mungkin menjelaskan koneksi dengan Campa
seperti ditemukan H.O beyer yang dihubungkan dari abad ke-9 hingga abad ke12. Hal lain lebih menarik adalah argumen yang dikembangkan oleh Geoff wade
(1993) bahwa naskah-naskah berbahasa india kuno yang digunakan orang Filipina
semasa penaklukan spanyol lebih dekat dekat dengan huruf-huruf Campa
ketimbang abjad sumatera atau sulawesi yang biasa dijadikan naskah bandingan.
Naskah-naskah Filipina tidak menerangkan konsonan akhir dari kata-kata yang
ada karena menurut pendapat Wede naskah ini dibawa dari Campa oleh orang
Cina yang memungkinkan telah mengajarkan konsonan-konsonan awal saat
menyalin bahsa mereka ke dalam naskah.
Menurut saya rute langsung antara Lousen dan Fujian mulai lazim di
gunakan kira-kira menjelang abad ke-13 dan semua padagang menuju Cina
sebelumnya harus melewati Campa. Kontak-kontak Luzon dengan Cina bagian
selatan pun semakin bertambah intens akibat banyaknya misi-misi dari Cina
sepanjang rute timur ke Filipina antara tahun antara tahun 1372 sampai tahun

1427. Menurut saya periode ini menciptakan budaya perniagaan di daerah teluk
manila yang sangat di pengaruhi oleh Cina, bertalian dengan budaya perniagaan
lain di brunai dan Mindoro, namun kontak langsung dengan Cina terputus pada
pertengahan abad ke-15 ketika kaisar Ming kehilangan minat pada upeda dan
melarang perdagang swasta dari kawasan ini. (Imam Fauzi 14.231.016)

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Campa menempati lokasi paling menguntungkan di Asia Tenggara dalam
perniagaan dengan Cina. Sebagai pelabuhan terakhir yang disinggahi sebelum
arus pelayaran melintasi Teluk Tonkin menuju Cina Selatan, Campa aktif terlibat
dalam perdagangan, pengiriman umpeti dan perjalanan ziarah yang bergerak
memasuki dan keluar dari Cina. Campa tampil dalam catatan – catatan Cina
sebagai pengirim misi upeti paling setia sepanjang tidak mengalami kesulitan.
Terlepas dari beberapa periode kekacauan antara tahun 1391 – 1403, Campa tetap
mengirim upeti nyaris setiap tahun sejak berdirinya Dinasti Ming pada 1368
sampai 1446. (Imam Fauzi 14.231.016)
Koneksi Campa – Austronesia yang paling kokoh adalah selama periode
tertentu yaitu abad ke – 8 sampai abad ke 14, ketika Jawa telah bersatu dan cukup

kaya untuk mengirim sejumlah misi ke Cina. Beberapa sejarawan menyebut
adanya suatu periode berkembangnya pengaruh corak “Jawa” di Campa . Jalinan
hubungan antara Campa dengan Jawa semakin erat pada abad ke – 14. Kedua
kerajaan saling bertukar putra – putri istana dan misi diplomatik . Koneksi Campa
bergeser ke kawasan Selat malaka begitu Jawa mulai terpecah – pecah dan negara
– negara pelabuhan Melayu – Muslim menjadi lebih penting pada abad 15. (Iis
Wahyuningsih 14.231.022)
Koneksi maritim Campa lain yang juga penting adalah yang menuju arah
timur, Filipina dan Brunai. Ini membutuhkan sejumlah penjelasan pada awal masa
dinasti Ming, ketika interaksi orang Cina dengan Asia Tenggara relatif intens,
kapal-kapal Cina yang berlayar

kearah selatan bisa melalui rute barat lewat

Campa atau melalui rute timur lewat bagian selatan taiwan dan bagian barat luzon.
Sumber spanyol tahun 1590-an secara tersirat memperkirakan sumber pengaruh
islam Campa adalah “brunei dan negeri-negeri muslim lain”. Seorang pedagang
inggris yang berpengalaaman dan berpengetahuan luas melaporkan pada akhir
tahun 1820-an bahwa ratusan kapal berlayar secara berkala antara pantai Campa
dan bagian utara Borneo serta Filipina bagian barat. Memang lebih rumit untuk
dijelaskan , namun pasti jaringan perniagaan telah terjadin erat antara pelabuhan
Filipina dengan pelabuhan-pelabuhan sepanjang pantai Campa pada sekitar abad
ke-12, dan sekali lagi terulang pada tahun 1450 sampai 1567. (Yeti Ika nur Hayati
14.231.018)

DAFTAR PUSTAKA
Nurcahyo, Abraham.2006.Hand Out Sejarah Asia Tenggara.Madiun : IKIP PGRI
Madiun