MODEL PEMBELAJARAN NON DIRECTIVE TEACHIN (2)
MODEL PEMBELAJARAN NON DIRECTIVE TEACHING
Dhia Rahadatul Aisy, Fauziah Maulina, Nabila Zakiya, Raden Ahmad Mukhlis
Teknologi Pendidikan - Fakultas Ilmu Pendidikan
[email protected]
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd, Ence Surahman, M.Pd
Makalah terdiri dari tiga bagian utama yakni pendahuluan, pembahasan dan penutup.
Penjelasan masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan
sumber daya manusia yang berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Upaya pengembangan pendidikan
melalui pemilihan strategi dan model pembelajaran harus sesuai
dengan proses pengajaran yang tepat agar peserta didik dapat
menerima pelajaran dengan baik. Proses pengajaran akan lebih hidup
jika terjalin kerjasama diantara siswa dan guru, maka proses
pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan
paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam
berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu
arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan
kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka
dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang
lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya
lebih baik. Agar terjalin kerjasama dan proses pembelajaran yang
hangat, efektif dan mampu meningkatkan daya berpikir siswa maka
lahirlah sebuah model pembelajaran “Non Directive Teaching”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi pengetahuan
dasar kepada pembaca mengenai model pembelajaran non directive
teaching. Makalah ini diharapkan dapat menjadi wawasan mahasiswa
dan/atau sederajat lebih luas mengenai model-model pembelajaran
khususnya model pembelajaran non-directive teaching. Namun selain
menjadi sumber pengetahuan, juga dapat menjadi bahan koreksi bagi
pembaca maupun penyusun.
Penyusun melakukan studi kepustakaan dalam menelusuri
informasi-informasi yang berkenaan dengan topik. Studi kepustakaan
di sini melingkupi pencarian materi dalam buku-buku, hasil penelitian,
ataupun artikel jurnal. Tak ada gading yang tak retak, begitupula
dengan makalah ini. Maka saran dan kritik akan diterima guna
perbaikan penulisan makalah selanjutnya di waktu yang akan datang.
B. Pembahasan
Dalam sebuah pembelajaran yang terencana, guru akan banyak mempertimbangkan
kebutuhan siswa, fasilitas yang tersedia dan kondisi siswa sebagai indivual serta
termasuk pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran di
kelas. Pemilihan model pembelajaran yang baik dalam perencanaan pembelajaran
adalah yang sesuai dengan mata pelajaran dan kebutuhan belajar siswa. Sederhananya,
model pembelajaran diartikan sebagai pola, acuan, atau pedoman terstruktur dan
sistematis yang digunakan oleh guru untuk mendukunng dan membantu proses
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran saat ini begitu banyak, sehingga dikasifikasikan berdasarkan
akar teorinya. Berikut beberapa rumpun model pembelajaran yang dikemukakan oleh
Joice dan Wells (dalam Suyanto, tanpa tahun, hlm.2) berdasarkan dasar teorinya: 1).
Information Processing, yaitu bagian dari kognitivisme yang membahas bagaimana otak
memperoleh informasi, memproses informasi, menyimpan, dan menggunakannya.
Contohnya diantaranya, Inquiry learning model, discovery learning model, dan
problem-based learning; 2). Personal Model, yaitu model yang didasarkan atas teori
perkembangan individu dan untuk mengembangkan kemampuan dalam diri seseorang.
Contoh model pembelajaran rumpun ini diantaranya, non-directive teaching, awareness
training,dan synecthics methods; 3). Social Model, rumpun ini mengembangkan
kemapuan sosial dan bekerjasama. Contoh rumpun model ini diantaranya, group
investigation, group discussion, role playing, dan social inquiry; 4). Model
Pembelajaran Terpadu, model-model pembelajaran dalam rumpun ini mencoba
mengatasi kekurangan pembelajaran terpisah yang umumnya dilakukan di sekolah.
Setiap kegiatan bembelajaran dari jam pertama sampai jam terakhir ada keterkaitannya
agar memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang dipalajari. Contoh rumpun
model ini diantaranya, connected (terkoneksi) , nested (tersarang), sequenced (terurut),
dan webbed (terjalin). Makalah ini akan secara khusus membahas tentang model
pembelajaran non-directive teaching yang termasuk dalam rumpun personal model.
Model pembelajaran non-directive teaching adalah model pembelajaran yang
membantu siswa untuk memperoleh proses dan pengalaman belajar yang baik. Model
ini dikembangkan oleh Carl Roger dan tokoh lain pengembang konseling Non-directive.
Roger (in Joyce and Weil, 2003, p.297) believed that positive human relationships
enable people to grow. Maksudnya adalah Roger meyakini bahwa hubungan manusia
yang positif dapat membantu individu berkembang. Oleh karena itu, pengajaran
didasarkan atas hubungan positif, bukan semata-mata didasarkan atas penguasaan
materi ajar belaka. Karena hal ini adalah hal yang sangat esensial bagi keberhasilan
sebuah proses pendidikan yang diharapkan.
Peran guru dalam model ini adalah sebagai guide (pendamping) dan fasilitator
dalam pembelajaran siswa. Adapun peran guru sebagai fasilitator adalah help students
explore ideas that pertain to their lives (membantu siswa mengeksplor pikiran, gagasan
atau ide tentang kehidupan siswa), students and teachers work together in a partnership
of learning (siswa dan guru bekerjasama dalam pembelajaran), dan builds long-term
learning styles rather than short-term content objectives (membangun tujuan gaya
pembelajaran jangka panjang daripada tujuan pembelajaran jangka pendek).
Komunikasi yang baik dalam model pembelajaran non-directive teachin harus
dibangun antara guru dan siswa. Menurut Rogers, iklim komunikasi yang dilakukan
oleh guru dan siswa harus memenuhi empat syarat, yaitu: 1). Guru harus menunjukkan
kehangatan dan tanggap atas masalah yang dihadapi siswa serta memperlakukannya
sebagaimana layaknya manusia; 2). Guru harus mampu membuat siswa
mengekspresikan perasaannya tanpa tekanan dengan cara tidak memberikan penilaian
(mencap salah/buruk); 3). Siswa harus bebas mengekspresikan secara simbolis
perasaannya; 4). Proses komunikasi harus bebas dari tekanan. Lebih jauh, rasa hormat
dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh seorang guru merupakan syarat utama
kesuksesan siswa; 5). Guru juga perlu membangun citra yang positif tentang dirinya jika
ingin agar siswanya memberi respon dan bisa diajak bekerja sama dalam proses
pembelajaran.
Rogers (in Joyce and Weil, 2003, p.302) mengelompokkan tahap-tahap atau sintaks
model pembelajaran non-directive teaching ke dalam lima tahap, yaitu: 1). the helping
situation is defined, yaitu siswa menemukan inti permasalahan yang dihadapi; 2). the
student is encouraged by the teacher's acceptance and clarification to express negative
and positive feelings and to state and explore the problem.Maksudnya adalah guru
mendorong (memancing) siswa agar dapat mengespresikan perasaannya, baik positif
maupun negatif. Disamping itu, guru harus mendorong (memancing) siswa agar dapat
menyatakan dan menggali permasalahannya; 3). the student gradually develops insight:
he or she perceives new meaning in personal experiences, sees new relationships of
cause and effect, and understands the meaning of his or her previous behavior. Artinya,
siswa secara betahap mengembangkan pemahaman (kesadaran) akan dirinya. Ia
berusaha menemukan makna dari pengalamannya, menemukan hubungan sebab dan
akibat dan pada akhirnnya memahami (menyadari) makna dari perilakunnya dari
sebelumnya. Dalam hal ini, dimana siswa berada dalam tahapan diantara upaya
menggali permasalahannya sendiri dan upaya memahami perasaannya, guru mendorong
siswa untuk membuat perencanaan dan pengambilan keputusan berkaitan dengan
masalah yang dihadapinya; 4). the student moves toward planning and decision making
with respect to the problem. The role of the teacher is to clarify the alternatives.Pada
tahap ini siswa bergerak menuju perencanaan dan pengambilan keputusan sehubungan
dengan masalah. Peran guru pada tahap ini adalah mengklarifikasi alternatif-aternatif;
5). the student reports the actions he or she has taken, develops further insight, and
plans increasingly more integrated and positive actions. Pada tahap ini siswa
melaporkan tindakan (berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah
diambilnya pada tahap ketiga diatas). Lebih jauh Ia merefleksikan ulang tindakan yang
telah diambilnya tersebut, dan berupaya membuatnya lebih baik dan efektif.
Model Pembelajaran non directive teaching bisa digunakan untuk
berbagai situasi masalah, baik masalah pribadi, sosial dan akademik.
Dalam masalah pribadi, siswa menggali perasaannya tentang dirinya.
Dalam masalah sosial, ia menggali perasaannya tentang
hubungannya dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan
tentang dirinya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Dalam
masalah akademik, ia menggali perasaannya tentang kompetensi dan
minatnya.
Untuk menggunakan model pengajaran non-directive secara efektif, seorang guru
harus mempunyai keinginan untuk menerima bahwa seorang siswa dapat memahai
dirinya dan kehidupannya sendiri. Guru tidak berusaha untuk menghakimi, menasehati,
menenangkan, atau membesarkan hati siswa. Guru tidak berusaha untuk mendiagnosa
permasalahan. Pada model ini, guru menentukan pikiran dan perasaan personal
sementara dan merefleksikan pikiran dan perasaan yang dimiliki siswa. Dengan
melakukan ini, guru menyampaikan pemahaman yang mendalam dan menerima
perasaan yang dimiliki siswa. Untuk menfungsikan peran seorang sahabat yang bisa
dipercayai, guru perlu mengembangkan sebuah kerangka referensi internal untuk
merasakan seperti yang siswa rasakan. Roger menyimpulkan bahwa beberapa kondisi
guru benar-benar sulit untuk merasakan prespektif yang dimiliki siswa, khususnya jika
siswa bingung. Strategi hanya bekerja jika guru memasukkan dunia pemahaman siswa
dan meninggalkan di belakang referensi ekternal tradisional. Mengembangkan sebuah
kerangka referensi internal tidaklah mudah pada awalnya, akan tetapi hal ini perlu jika
guru memahami siswa, tidak siswanya saja.
C. Penutup
Model pembelajaran non-directive teaching dikembangkan oleh Rogers. Roger
meyakini bahwa hubungan manusia yang positif dapat membantu individu berkembang.
Oleh karena itu, pengajaran didasarkan atas hubungan positif, bukan semata-mata
didasarkan atas penguasaan materi ajar belaka. Karena hal ini adalah hal yang sangat
esensial bagi keberhasilan sebuah proses pendidikan yang diharapkan.
Secara keseluruhan, pesan yang dapat di ingat untuk menerapkan model ini adalah
komunikasi yang baik dalam model pembelajaran non-directive teaching harus
dibangun antara guru dan siswa, guru menfasilitasi, siswa mengawali, dan pembahasan
dipusatkan pada permasalahan. Guru memberikan penghargaan terhadap persetejuan
pemahaman perilaku khusus, dan hukuman tidak diterapkan pada strategi ini.
Penghargaan merupakan sesuatu yang instrinsik dan meliputi penerimaan, kekosongan,
dan pemahaman guru.
Daftar Pustaka:
Joyce, and Weil.(2003). Models of Teaching, fifth edition.New Delhi: Prentice.HaII of
India
No Name.(No Year). Non Directive Teaching, the learner at the center. Downloaded
from
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiq
m_X6u5fTAhWHLo8KHYMXBvYQFghVMAg&url=https%3A%2F
%2Fal038.k12.sd.us%2FNondirective
%2520Teaching.ppt&usg=AFQjCNGcpju7ZeDjt00T3vrww49hVjglgg
PJ, and KIM.(No Year).Non Directive Teaching.(Online). Accessed from
http://teachingmodelscohort2.weebly.com/uploads/2/2/8/5/22853600/nondirective
_teaching.pdf
Suyanto, Slamet.(Tanpa Tahun).Model-Model Pembelajaran.(Online).Diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131930139/pendidikan/model+pembelajaran+2.p
df
Tanpa Nama.(Tanpa Tahun).Bab II Kajian Teori. (Online).Diakses dari
http://digilib.uinsby.ac.id/7710/5/bab2.pdf
Dhia Rahadatul Aisy, Fauziah Maulina, Nabila Zakiya, Raden Ahmad Mukhlis
Teknologi Pendidikan - Fakultas Ilmu Pendidikan
[email protected]
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd, Ence Surahman, M.Pd
Makalah terdiri dari tiga bagian utama yakni pendahuluan, pembahasan dan penutup.
Penjelasan masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan
sumber daya manusia yang berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Upaya pengembangan pendidikan
melalui pemilihan strategi dan model pembelajaran harus sesuai
dengan proses pengajaran yang tepat agar peserta didik dapat
menerima pelajaran dengan baik. Proses pengajaran akan lebih hidup
jika terjalin kerjasama diantara siswa dan guru, maka proses
pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan
paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam
berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu
arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan
kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka
dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang
lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya
lebih baik. Agar terjalin kerjasama dan proses pembelajaran yang
hangat, efektif dan mampu meningkatkan daya berpikir siswa maka
lahirlah sebuah model pembelajaran “Non Directive Teaching”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi pengetahuan
dasar kepada pembaca mengenai model pembelajaran non directive
teaching. Makalah ini diharapkan dapat menjadi wawasan mahasiswa
dan/atau sederajat lebih luas mengenai model-model pembelajaran
khususnya model pembelajaran non-directive teaching. Namun selain
menjadi sumber pengetahuan, juga dapat menjadi bahan koreksi bagi
pembaca maupun penyusun.
Penyusun melakukan studi kepustakaan dalam menelusuri
informasi-informasi yang berkenaan dengan topik. Studi kepustakaan
di sini melingkupi pencarian materi dalam buku-buku, hasil penelitian,
ataupun artikel jurnal. Tak ada gading yang tak retak, begitupula
dengan makalah ini. Maka saran dan kritik akan diterima guna
perbaikan penulisan makalah selanjutnya di waktu yang akan datang.
B. Pembahasan
Dalam sebuah pembelajaran yang terencana, guru akan banyak mempertimbangkan
kebutuhan siswa, fasilitas yang tersedia dan kondisi siswa sebagai indivual serta
termasuk pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran di
kelas. Pemilihan model pembelajaran yang baik dalam perencanaan pembelajaran
adalah yang sesuai dengan mata pelajaran dan kebutuhan belajar siswa. Sederhananya,
model pembelajaran diartikan sebagai pola, acuan, atau pedoman terstruktur dan
sistematis yang digunakan oleh guru untuk mendukunng dan membantu proses
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran saat ini begitu banyak, sehingga dikasifikasikan berdasarkan
akar teorinya. Berikut beberapa rumpun model pembelajaran yang dikemukakan oleh
Joice dan Wells (dalam Suyanto, tanpa tahun, hlm.2) berdasarkan dasar teorinya: 1).
Information Processing, yaitu bagian dari kognitivisme yang membahas bagaimana otak
memperoleh informasi, memproses informasi, menyimpan, dan menggunakannya.
Contohnya diantaranya, Inquiry learning model, discovery learning model, dan
problem-based learning; 2). Personal Model, yaitu model yang didasarkan atas teori
perkembangan individu dan untuk mengembangkan kemampuan dalam diri seseorang.
Contoh model pembelajaran rumpun ini diantaranya, non-directive teaching, awareness
training,dan synecthics methods; 3). Social Model, rumpun ini mengembangkan
kemapuan sosial dan bekerjasama. Contoh rumpun model ini diantaranya, group
investigation, group discussion, role playing, dan social inquiry; 4). Model
Pembelajaran Terpadu, model-model pembelajaran dalam rumpun ini mencoba
mengatasi kekurangan pembelajaran terpisah yang umumnya dilakukan di sekolah.
Setiap kegiatan bembelajaran dari jam pertama sampai jam terakhir ada keterkaitannya
agar memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang dipalajari. Contoh rumpun
model ini diantaranya, connected (terkoneksi) , nested (tersarang), sequenced (terurut),
dan webbed (terjalin). Makalah ini akan secara khusus membahas tentang model
pembelajaran non-directive teaching yang termasuk dalam rumpun personal model.
Model pembelajaran non-directive teaching adalah model pembelajaran yang
membantu siswa untuk memperoleh proses dan pengalaman belajar yang baik. Model
ini dikembangkan oleh Carl Roger dan tokoh lain pengembang konseling Non-directive.
Roger (in Joyce and Weil, 2003, p.297) believed that positive human relationships
enable people to grow. Maksudnya adalah Roger meyakini bahwa hubungan manusia
yang positif dapat membantu individu berkembang. Oleh karena itu, pengajaran
didasarkan atas hubungan positif, bukan semata-mata didasarkan atas penguasaan
materi ajar belaka. Karena hal ini adalah hal yang sangat esensial bagi keberhasilan
sebuah proses pendidikan yang diharapkan.
Peran guru dalam model ini adalah sebagai guide (pendamping) dan fasilitator
dalam pembelajaran siswa. Adapun peran guru sebagai fasilitator adalah help students
explore ideas that pertain to their lives (membantu siswa mengeksplor pikiran, gagasan
atau ide tentang kehidupan siswa), students and teachers work together in a partnership
of learning (siswa dan guru bekerjasama dalam pembelajaran), dan builds long-term
learning styles rather than short-term content objectives (membangun tujuan gaya
pembelajaran jangka panjang daripada tujuan pembelajaran jangka pendek).
Komunikasi yang baik dalam model pembelajaran non-directive teachin harus
dibangun antara guru dan siswa. Menurut Rogers, iklim komunikasi yang dilakukan
oleh guru dan siswa harus memenuhi empat syarat, yaitu: 1). Guru harus menunjukkan
kehangatan dan tanggap atas masalah yang dihadapi siswa serta memperlakukannya
sebagaimana layaknya manusia; 2). Guru harus mampu membuat siswa
mengekspresikan perasaannya tanpa tekanan dengan cara tidak memberikan penilaian
(mencap salah/buruk); 3). Siswa harus bebas mengekspresikan secara simbolis
perasaannya; 4). Proses komunikasi harus bebas dari tekanan. Lebih jauh, rasa hormat
dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh seorang guru merupakan syarat utama
kesuksesan siswa; 5). Guru juga perlu membangun citra yang positif tentang dirinya jika
ingin agar siswanya memberi respon dan bisa diajak bekerja sama dalam proses
pembelajaran.
Rogers (in Joyce and Weil, 2003, p.302) mengelompokkan tahap-tahap atau sintaks
model pembelajaran non-directive teaching ke dalam lima tahap, yaitu: 1). the helping
situation is defined, yaitu siswa menemukan inti permasalahan yang dihadapi; 2). the
student is encouraged by the teacher's acceptance and clarification to express negative
and positive feelings and to state and explore the problem.Maksudnya adalah guru
mendorong (memancing) siswa agar dapat mengespresikan perasaannya, baik positif
maupun negatif. Disamping itu, guru harus mendorong (memancing) siswa agar dapat
menyatakan dan menggali permasalahannya; 3). the student gradually develops insight:
he or she perceives new meaning in personal experiences, sees new relationships of
cause and effect, and understands the meaning of his or her previous behavior. Artinya,
siswa secara betahap mengembangkan pemahaman (kesadaran) akan dirinya. Ia
berusaha menemukan makna dari pengalamannya, menemukan hubungan sebab dan
akibat dan pada akhirnnya memahami (menyadari) makna dari perilakunnya dari
sebelumnya. Dalam hal ini, dimana siswa berada dalam tahapan diantara upaya
menggali permasalahannya sendiri dan upaya memahami perasaannya, guru mendorong
siswa untuk membuat perencanaan dan pengambilan keputusan berkaitan dengan
masalah yang dihadapinya; 4). the student moves toward planning and decision making
with respect to the problem. The role of the teacher is to clarify the alternatives.Pada
tahap ini siswa bergerak menuju perencanaan dan pengambilan keputusan sehubungan
dengan masalah. Peran guru pada tahap ini adalah mengklarifikasi alternatif-aternatif;
5). the student reports the actions he or she has taken, develops further insight, and
plans increasingly more integrated and positive actions. Pada tahap ini siswa
melaporkan tindakan (berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah
diambilnya pada tahap ketiga diatas). Lebih jauh Ia merefleksikan ulang tindakan yang
telah diambilnya tersebut, dan berupaya membuatnya lebih baik dan efektif.
Model Pembelajaran non directive teaching bisa digunakan untuk
berbagai situasi masalah, baik masalah pribadi, sosial dan akademik.
Dalam masalah pribadi, siswa menggali perasaannya tentang dirinya.
Dalam masalah sosial, ia menggali perasaannya tentang
hubungannya dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan
tentang dirinya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Dalam
masalah akademik, ia menggali perasaannya tentang kompetensi dan
minatnya.
Untuk menggunakan model pengajaran non-directive secara efektif, seorang guru
harus mempunyai keinginan untuk menerima bahwa seorang siswa dapat memahai
dirinya dan kehidupannya sendiri. Guru tidak berusaha untuk menghakimi, menasehati,
menenangkan, atau membesarkan hati siswa. Guru tidak berusaha untuk mendiagnosa
permasalahan. Pada model ini, guru menentukan pikiran dan perasaan personal
sementara dan merefleksikan pikiran dan perasaan yang dimiliki siswa. Dengan
melakukan ini, guru menyampaikan pemahaman yang mendalam dan menerima
perasaan yang dimiliki siswa. Untuk menfungsikan peran seorang sahabat yang bisa
dipercayai, guru perlu mengembangkan sebuah kerangka referensi internal untuk
merasakan seperti yang siswa rasakan. Roger menyimpulkan bahwa beberapa kondisi
guru benar-benar sulit untuk merasakan prespektif yang dimiliki siswa, khususnya jika
siswa bingung. Strategi hanya bekerja jika guru memasukkan dunia pemahaman siswa
dan meninggalkan di belakang referensi ekternal tradisional. Mengembangkan sebuah
kerangka referensi internal tidaklah mudah pada awalnya, akan tetapi hal ini perlu jika
guru memahami siswa, tidak siswanya saja.
C. Penutup
Model pembelajaran non-directive teaching dikembangkan oleh Rogers. Roger
meyakini bahwa hubungan manusia yang positif dapat membantu individu berkembang.
Oleh karena itu, pengajaran didasarkan atas hubungan positif, bukan semata-mata
didasarkan atas penguasaan materi ajar belaka. Karena hal ini adalah hal yang sangat
esensial bagi keberhasilan sebuah proses pendidikan yang diharapkan.
Secara keseluruhan, pesan yang dapat di ingat untuk menerapkan model ini adalah
komunikasi yang baik dalam model pembelajaran non-directive teaching harus
dibangun antara guru dan siswa, guru menfasilitasi, siswa mengawali, dan pembahasan
dipusatkan pada permasalahan. Guru memberikan penghargaan terhadap persetejuan
pemahaman perilaku khusus, dan hukuman tidak diterapkan pada strategi ini.
Penghargaan merupakan sesuatu yang instrinsik dan meliputi penerimaan, kekosongan,
dan pemahaman guru.
Daftar Pustaka:
Joyce, and Weil.(2003). Models of Teaching, fifth edition.New Delhi: Prentice.HaII of
India
No Name.(No Year). Non Directive Teaching, the learner at the center. Downloaded
from
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiq
m_X6u5fTAhWHLo8KHYMXBvYQFghVMAg&url=https%3A%2F
%2Fal038.k12.sd.us%2FNondirective
%2520Teaching.ppt&usg=AFQjCNGcpju7ZeDjt00T3vrww49hVjglgg
PJ, and KIM.(No Year).Non Directive Teaching.(Online). Accessed from
http://teachingmodelscohort2.weebly.com/uploads/2/2/8/5/22853600/nondirective
_teaching.pdf
Suyanto, Slamet.(Tanpa Tahun).Model-Model Pembelajaran.(Online).Diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131930139/pendidikan/model+pembelajaran+2.p
df
Tanpa Nama.(Tanpa Tahun).Bab II Kajian Teori. (Online).Diakses dari
http://digilib.uinsby.ac.id/7710/5/bab2.pdf