T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Mata Pelajaran TIK di Smp Negeri 7 Salatiga Tahu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Munifah (2010) tentang Penerapan Model
Reciprocal Teaching Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa. Selain itu penelitian juga dilakukan oleh Tri Widayati (2012)
tentang Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Reciprocal Teaching
Terhadap Prestasi Belajar Biologi Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar.
Pada penelitian tersebut cukup mempunyai keunggulan dalam penerapan model
pembelajaran sebagai sarana, karena sudah mendukung proses pembelajaran
didalam kelas sehingga siswa tidak merasa bosan. Akan tetapi dalam penelitian itu
belum meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam memahami materi
yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan penelitian yang sehubungan dengan model pembelajaran
tersebut, maka akan dilakukan penelitian yang membahas tentang model
pembelajaran kooperatif Reciprocal Teaching pada pembelajaran TIK untuk
sekolah menengah pertama (SMP) untuk siswa kelas VIII dengan menggunakan
teknologi multimedia. Model pembelajaran ini akan dibangun dengan
membagikan kelompok kepada siswa sesuai dengan urutan nomor yang sudah
ditentukan ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
kelas VIII.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan model pembelajaran TIK
yang baru dan menarik sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami
materi pembelajaran TIK. Selain itu, juga diharapkan penelitian ini dapat
membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran TIK dengan cara yang
mudah yaitu menerapkan model kooperatif tipe Reciprocal Teaching sebagai
media pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
kelas VIII.
5
2.2.
Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses kegiatan yang dapat membawa perubahan
individu. Dalam kenyataan belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap. Hamalik (1983 : 28) mengatakan bahwa: “Belajar adalah
suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku baru berkat pengalaman dan latihan”.
Muhammad (1999 : 37) mengatakan bahwa belajar adalah pekerjaan yang harus
dikerjakan sendiri, diusahakan sendiri dan tidak dapat menugaskan orang lain
untuk mengerjakannya. Belajar merupakan jenis pekerjaan yang harus melibatkan
diri secara langsung kedalam pekerjaan itu.
Untuk proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang fundamental. Yang berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung pada proses belajar mengajar yang berlangsung. Pandangan
seseorang
tentang
belajar
akan
mempengaruhi
tindakan-tindakan
yang
berhubungan dengan belajar. Tiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang belajar. Menurut Gie (1982:39) “Belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku seseorang melalui suatu aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
adalah perubahan dalam diri
penyempurnaan
kepribadian.
seseorang
Kemajuan
yang bersifat
dan
kemajuan atau
penyempurnaan
tersebut
dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak
didik yang sedang menuju kedewasaan. Perubahan yang terjadi pada diri anak
didik tersebut banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya. Oleh karena itu sudah
tentu tidak semua perubahan dalam diri anak didik merupakan perubahan dalam
arti belajar.
2.2.2. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasamya merupakan suatu proses komunikasi
antara guru, struktur dan siswa, baik komunikasi secara langsung dalam kegiatan
6
tatap muka maupun tidak langsung menggunakan media. Menurut R. Ibrahim,
(2002:85) model pembelajaran pada dasamya merupakan pengelolaan dan
pengembangan yang dilakukan terhadap komponen pembelajaran. Menurut Joice
dan Will (Winataputra, 2001:3) bahwa model pembelajaran diartikan sebagai
kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur
sistematis
yang
mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan' dan
melakukan aktivitas belajar.
Berdasarkan
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran adalah suatu pedoman atau salah satu alat yang digunakan oleh guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat melaksanakan
kegiatan belajamya untuk mencapai tujuan dan proses belajar mengajar.
2.2.3. Pengertian Tipe RT (Reciprocal Teaching)
Model pembelajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) adalah suatu
model yang dapat mengasah kemampuan membaca siswa dan mengasah kemampuan
siswa untuk menggali isi materi yang disampaikan guru seperti yang dikatakan oleh
Pressly (1998) bahwa ”model pembelajaran Timbal Balik mendorong siswa untuk
menjadi lebih aktif dalam perannya di kelompok, membantu siswa untuk lebih
memahami arti bacaan / materi yang diberikan guru, dan dengan model ini dapat
meningkatakan kognitif siswa”.
Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik adalah faktor internal
(biologis dan psikologis), faktor eksternal (lingkungan sekolah), faktor instrumental
(fasilitas dan guru). Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik mempengaruhi
sebagian besar pada faktor hasil belajar. Walaupun tidak mempengaruhi keseluruhan
faktor hasil belajar tetapi model pembelajaran Timbal Balik dapat membantu siswa
untuk memperoleh hasil belajar yang baik (Puri, 2013).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan pengertian tipe RT (Reciprocal
Teaching) adalah model pembelajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) memilki
empat komponen utama menurut Palincsar (1984), yaitu: ” 1) memprediksi, 2)
mengklarifikasi, 3) membuat pertanyaan, 4) meringkas/merangkum”.
7
2.2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe RT (Reciprocal
Teaching)
Langkah-langkah pembelajaran dalam model Reciprocal Teaching yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Munifah, 2010) :
1. Mengelompokkan Siswa dan Diskusi Kelompok Siswa dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok kecil. Pengelompokkan siswa didasarkan
pada kemampuan setiap siswa. Hal ini bertujuan agar kemampuan setiap
kelompok yang terbentuk hampir sama. Setelah kelompok terbentuk
mereka diminta untuk mendiskusikan student worksheet yang telah
diterima.
2. Membuat
Pertanyaan
(Question
Generating)
Siswa
membuat
pertanyaan tentang materi yang dibahas kemudian menyampaikannya di
depan kelas.
3. Menyajikan Hasil Kerja Kelompok Guru menyuruh salah satu
kelompok untuk menjelaskan hasil temuannya didepan kelas, sedangkan
kelompok yang lain menanggapi atau bertanya tentang hasil temuan yang
disampaikan.
4. Mengklarifikasi Permasalahan (Clarifying) Siswa diberi kesempatan
untuk bertanya tentang materi yang dianggap sulit kepada guru. Guru
berusaha menjawab dengan memberi pertanyaan pancingan. Selain itu,
guru mengadakan tanya jawab terkait materi yang dipelajari untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman konsep siswa.
5. Memberikan Soal Latihan yang Memuat Soal Pengembangan
(Predicting) siswa mendapat soal latihan dari guru untuk dikerjakan secara
individu. Soal ini memuat soal pengembangan dari materi yang akan
dibahas. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memprediksi materi apa
yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
6. Menyimpulkan Materi yang dipelajari (Summarizing) siswa diminta
untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas.
8
2.2.5. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Isjoni (2009:16) mengemukakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (Student Oriented), terutama
untuk mengatasi permasalahan yang ditemui guru dalam mengaktifkan siswa yang
tidak dapat bekerja sama dengan orang lain”.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan kelompok atau kerja kelompok.
Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok
karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga dapat memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan yang bersifat interpendensi efektif diantar anggota kelompok
(Sugandi,2002:14).
Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif
tentang apa yang bisa dilaksanakan siswa dapat mencapai keberhasilan belajar
bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu :
a.
Saling ketergantungan positif.
b.
Tanggung jawab perseorangan.
c.
Tatap muka.
d.
Komunikasi antar anggota.
e.
Evaluasi proses kelompok
Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian Model pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok - kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
2.2.6. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya :
a. Siswa
bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
9
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada
individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada
dalam model pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Forming (pembentukan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong (pengatur), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina
kerja sama diantara anggota kelompok.
c. Formating
(perumusan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang
dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan
menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif,
mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk
memperoleh kesimpulan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dalam proses
pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching memiliki tiga
karakteristik
masing-masing saling berhubungan untuk melihat keaktifan siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
2.2.7. Pengertian Keaktifan Siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas
menstransformasikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Belajar menurut Dave
Meier
yang dikutip Martinis Yamin (2007:75) adalah proses
mengubah
pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman
menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan.
10
Sedangkan menurut Sardiman (2001:98) menyatakan bahwa aktivitas
belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan
berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan katalain,
bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses
belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar aktif
bukan hanya melalui keaktifan siswa yang belajar secara fisik namun juga
keaktifan mental. Keaktifan (aktivitas) siswa dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan
dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.8. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26 - 27)
menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
11
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian - bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan - kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pada hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar TIK yang
mencakup dua tingkatan yaitu keaktifan dan hasil belajar siswa.
2.2.9. Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini kerangka berpikir sangat dibutuhkan karena dengan adanya
kerangka berpikir, dapat memberi kemudahan dalam melakukan penelitian dengan
langkah-langkah yang sudah dibuat sesuai dengan apa yang akan dilakukan dalam
penelitian ini.
12
Mengumpulkan Data
Mengidentifikasi Masalah
Merancang model pembelajaran
kooperatif tipe Reciprocal Teaching
Menerapkankan pada Kelas Eksperimen
menggunakan
model
kooperatif
tipe
Reciprocal Teaching Dan Kelas Kontrol
menggunakan model Sebelumnya.
Hasil Dari Proses
Pembelajaran
Analisis
Kesimpulan
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Keterangan :
a) Mengumpulkan Data : Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengumpulkan data, hal ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat mengetahui
masalah yang terjadi pada siswa kelas VIII pada saat mengikuti proses belajar
mengajar dikelas khususnya mata pelajaran TIK.
13
b) Mengidentifikasi Masalah : Langkah kedua setelah mengumpulkan data
adalah mengidentifikasi masalah tujuannya supaya mempermudah dalam
penerapan model kooperatif tipe Reciprocal Teaching pada saat proses
pembelajaran didalam kelas.
c)
Merancang Model Pembelajaran Tipe Reciprocal Teaching : Langkah
ketiga setelah mengindentifikasi masalah adalah merancang model pembelajaran
tipe Reciprocal Teaching ini bertujuan untuk mempermudah pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
d) Menerapkan
pada
Kelas
Eksperimen
menggunakan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Reciprocal Teaching Dan Kelas Kontrol
menggunakan model Sebelumnya ( ceramah) :
Langkah keempat setelah merancang model model pembelajaran tipe Reciprocal
Teaching adalah menerapkan pada kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Reciprocal
Teaching
dan
kelas
kontrol
menggunakan model sebelumnya (ceramah) ini bertujuan untuk melihat
perbedaan nilai keaktifan dan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
e)
Hasil Dari Proses Pembelajaran : Langkah kelima Setelah menerapkan
pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Reciprocal Teaching dan kelas kontrol menggunakan model sebelumnya
(ceramah) adalah melihat hasil dari proses pembelajaran tujuannya untuk
mengetahui hasil nilai keaktifan dan hasil belajar siswa.
f)
Analisis : Langkah keenam setelah melihat hasil dari proses pembelajaran
mengajar dikelas adalah melakukan analisis / evaluasi tujuannya supaya dapat
diketahui apakah ada perbedaan dari hasil keaktifan belajar siswa dikelas
eksperimen dan kelas kontrol.
g) Kesimpulan : Setelah melakukan analisis / evaluasi yang terakhir adalah
menyimpulkan tentang model pembelajaran pada kelas eksperimen dengan
menerapkan model kooperatif tipe reciprocal teaching dan
dikelas kontrol
menggunakan model sebelumnya (ceramah) tujuannya agar dapat mengetahui
14
apakah dengan menggunakan model kooperatif tipe reciprocal teaching sebagai
model pembelajaran dikelas dapat meningkatkan hasil belajar atau tidak.
15
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Munifah (2010) tentang Penerapan Model
Reciprocal Teaching Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa. Selain itu penelitian juga dilakukan oleh Tri Widayati (2012)
tentang Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Reciprocal Teaching
Terhadap Prestasi Belajar Biologi Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar.
Pada penelitian tersebut cukup mempunyai keunggulan dalam penerapan model
pembelajaran sebagai sarana, karena sudah mendukung proses pembelajaran
didalam kelas sehingga siswa tidak merasa bosan. Akan tetapi dalam penelitian itu
belum meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam memahami materi
yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan penelitian yang sehubungan dengan model pembelajaran
tersebut, maka akan dilakukan penelitian yang membahas tentang model
pembelajaran kooperatif Reciprocal Teaching pada pembelajaran TIK untuk
sekolah menengah pertama (SMP) untuk siswa kelas VIII dengan menggunakan
teknologi multimedia. Model pembelajaran ini akan dibangun dengan
membagikan kelompok kepada siswa sesuai dengan urutan nomor yang sudah
ditentukan ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
kelas VIII.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan model pembelajaran TIK
yang baru dan menarik sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami
materi pembelajaran TIK. Selain itu, juga diharapkan penelitian ini dapat
membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran TIK dengan cara yang
mudah yaitu menerapkan model kooperatif tipe Reciprocal Teaching sebagai
media pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
kelas VIII.
5
2.2.
Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses kegiatan yang dapat membawa perubahan
individu. Dalam kenyataan belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap. Hamalik (1983 : 28) mengatakan bahwa: “Belajar adalah
suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku baru berkat pengalaman dan latihan”.
Muhammad (1999 : 37) mengatakan bahwa belajar adalah pekerjaan yang harus
dikerjakan sendiri, diusahakan sendiri dan tidak dapat menugaskan orang lain
untuk mengerjakannya. Belajar merupakan jenis pekerjaan yang harus melibatkan
diri secara langsung kedalam pekerjaan itu.
Untuk proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang fundamental. Yang berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung pada proses belajar mengajar yang berlangsung. Pandangan
seseorang
tentang
belajar
akan
mempengaruhi
tindakan-tindakan
yang
berhubungan dengan belajar. Tiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang belajar. Menurut Gie (1982:39) “Belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku seseorang melalui suatu aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
adalah perubahan dalam diri
penyempurnaan
kepribadian.
seseorang
Kemajuan
yang bersifat
dan
kemajuan atau
penyempurnaan
tersebut
dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri anak
didik yang sedang menuju kedewasaan. Perubahan yang terjadi pada diri anak
didik tersebut banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya. Oleh karena itu sudah
tentu tidak semua perubahan dalam diri anak didik merupakan perubahan dalam
arti belajar.
2.2.2. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasamya merupakan suatu proses komunikasi
antara guru, struktur dan siswa, baik komunikasi secara langsung dalam kegiatan
6
tatap muka maupun tidak langsung menggunakan media. Menurut R. Ibrahim,
(2002:85) model pembelajaran pada dasamya merupakan pengelolaan dan
pengembangan yang dilakukan terhadap komponen pembelajaran. Menurut Joice
dan Will (Winataputra, 2001:3) bahwa model pembelajaran diartikan sebagai
kerangka
konseptual
yang
melukiskan
prosedur
sistematis
yang
mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan' dan
melakukan aktivitas belajar.
Berdasarkan
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran adalah suatu pedoman atau salah satu alat yang digunakan oleh guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat melaksanakan
kegiatan belajamya untuk mencapai tujuan dan proses belajar mengajar.
2.2.3. Pengertian Tipe RT (Reciprocal Teaching)
Model pembelajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) adalah suatu
model yang dapat mengasah kemampuan membaca siswa dan mengasah kemampuan
siswa untuk menggali isi materi yang disampaikan guru seperti yang dikatakan oleh
Pressly (1998) bahwa ”model pembelajaran Timbal Balik mendorong siswa untuk
menjadi lebih aktif dalam perannya di kelompok, membantu siswa untuk lebih
memahami arti bacaan / materi yang diberikan guru, dan dengan model ini dapat
meningkatakan kognitif siswa”.
Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik adalah faktor internal
(biologis dan psikologis), faktor eksternal (lingkungan sekolah), faktor instrumental
(fasilitas dan guru). Keunggulan model pembelajaran Timbal Balik mempengaruhi
sebagian besar pada faktor hasil belajar. Walaupun tidak mempengaruhi keseluruhan
faktor hasil belajar tetapi model pembelajaran Timbal Balik dapat membantu siswa
untuk memperoleh hasil belajar yang baik (Puri, 2013).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan pengertian tipe RT (Reciprocal
Teaching) adalah model pembelajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) memilki
empat komponen utama menurut Palincsar (1984), yaitu: ” 1) memprediksi, 2)
mengklarifikasi, 3) membuat pertanyaan, 4) meringkas/merangkum”.
7
2.2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe RT (Reciprocal
Teaching)
Langkah-langkah pembelajaran dalam model Reciprocal Teaching yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Munifah, 2010) :
1. Mengelompokkan Siswa dan Diskusi Kelompok Siswa dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok kecil. Pengelompokkan siswa didasarkan
pada kemampuan setiap siswa. Hal ini bertujuan agar kemampuan setiap
kelompok yang terbentuk hampir sama. Setelah kelompok terbentuk
mereka diminta untuk mendiskusikan student worksheet yang telah
diterima.
2. Membuat
Pertanyaan
(Question
Generating)
Siswa
membuat
pertanyaan tentang materi yang dibahas kemudian menyampaikannya di
depan kelas.
3. Menyajikan Hasil Kerja Kelompok Guru menyuruh salah satu
kelompok untuk menjelaskan hasil temuannya didepan kelas, sedangkan
kelompok yang lain menanggapi atau bertanya tentang hasil temuan yang
disampaikan.
4. Mengklarifikasi Permasalahan (Clarifying) Siswa diberi kesempatan
untuk bertanya tentang materi yang dianggap sulit kepada guru. Guru
berusaha menjawab dengan memberi pertanyaan pancingan. Selain itu,
guru mengadakan tanya jawab terkait materi yang dipelajari untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman konsep siswa.
5. Memberikan Soal Latihan yang Memuat Soal Pengembangan
(Predicting) siswa mendapat soal latihan dari guru untuk dikerjakan secara
individu. Soal ini memuat soal pengembangan dari materi yang akan
dibahas. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memprediksi materi apa
yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
6. Menyimpulkan Materi yang dipelajari (Summarizing) siswa diminta
untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas.
8
2.2.5. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Isjoni (2009:16) mengemukakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (Student Oriented), terutama
untuk mengatasi permasalahan yang ditemui guru dalam mengaktifkan siswa yang
tidak dapat bekerja sama dengan orang lain”.
Pembelajaran kooperatif dikenal dengan kelompok atau kerja kelompok.
Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok
karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat
kooperatif sehingga dapat memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan yang bersifat interpendensi efektif diantar anggota kelompok
(Sugandi,2002:14).
Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif
tentang apa yang bisa dilaksanakan siswa dapat mencapai keberhasilan belajar
bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu :
a.
Saling ketergantungan positif.
b.
Tanggung jawab perseorangan.
c.
Tatap muka.
d.
Komunikasi antar anggota.
e.
Evaluasi proses kelompok
Dari uraian diatas dapat disimpulkan pengertian Model pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok - kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
2.2.6. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya :
a. Siswa
bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
9
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada
individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada
dalam model pembelajaran kooperatif yaitu :
a. Forming (pembentukan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b. Functioniong (pengatur), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina
kerja sama diantara anggota kelompok.
c. Formating
(perumusan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang
dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan
menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif,
mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk
memperoleh kesimpulan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dalam proses
pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching memiliki tiga
karakteristik
masing-masing saling berhubungan untuk melihat keaktifan siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
2.2.7. Pengertian Keaktifan Siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas
menstransformasikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Belajar menurut Dave
Meier
yang dikutip Martinis Yamin (2007:75) adalah proses
mengubah
pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman
menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan.
10
Sedangkan menurut Sardiman (2001:98) menyatakan bahwa aktivitas
belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan
berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan katalain,
bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses
belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar aktif
bukan hanya melalui keaktifan siswa yang belajar secara fisik namun juga
keaktifan mental. Keaktifan (aktivitas) siswa dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan
dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.8. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari
puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26 - 27)
menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
11
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian - bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan - kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pada hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar TIK yang
mencakup dua tingkatan yaitu keaktifan dan hasil belajar siswa.
2.2.9. Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini kerangka berpikir sangat dibutuhkan karena dengan adanya
kerangka berpikir, dapat memberi kemudahan dalam melakukan penelitian dengan
langkah-langkah yang sudah dibuat sesuai dengan apa yang akan dilakukan dalam
penelitian ini.
12
Mengumpulkan Data
Mengidentifikasi Masalah
Merancang model pembelajaran
kooperatif tipe Reciprocal Teaching
Menerapkankan pada Kelas Eksperimen
menggunakan
model
kooperatif
tipe
Reciprocal Teaching Dan Kelas Kontrol
menggunakan model Sebelumnya.
Hasil Dari Proses
Pembelajaran
Analisis
Kesimpulan
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Keterangan :
a) Mengumpulkan Data : Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengumpulkan data, hal ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat mengetahui
masalah yang terjadi pada siswa kelas VIII pada saat mengikuti proses belajar
mengajar dikelas khususnya mata pelajaran TIK.
13
b) Mengidentifikasi Masalah : Langkah kedua setelah mengumpulkan data
adalah mengidentifikasi masalah tujuannya supaya mempermudah dalam
penerapan model kooperatif tipe Reciprocal Teaching pada saat proses
pembelajaran didalam kelas.
c)
Merancang Model Pembelajaran Tipe Reciprocal Teaching : Langkah
ketiga setelah mengindentifikasi masalah adalah merancang model pembelajaran
tipe Reciprocal Teaching ini bertujuan untuk mempermudah pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
d) Menerapkan
pada
Kelas
Eksperimen
menggunakan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Reciprocal Teaching Dan Kelas Kontrol
menggunakan model Sebelumnya ( ceramah) :
Langkah keempat setelah merancang model model pembelajaran tipe Reciprocal
Teaching adalah menerapkan pada kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Reciprocal
Teaching
dan
kelas
kontrol
menggunakan model sebelumnya (ceramah) ini bertujuan untuk melihat
perbedaan nilai keaktifan dan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
e)
Hasil Dari Proses Pembelajaran : Langkah kelima Setelah menerapkan
pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Reciprocal Teaching dan kelas kontrol menggunakan model sebelumnya
(ceramah) adalah melihat hasil dari proses pembelajaran tujuannya untuk
mengetahui hasil nilai keaktifan dan hasil belajar siswa.
f)
Analisis : Langkah keenam setelah melihat hasil dari proses pembelajaran
mengajar dikelas adalah melakukan analisis / evaluasi tujuannya supaya dapat
diketahui apakah ada perbedaan dari hasil keaktifan belajar siswa dikelas
eksperimen dan kelas kontrol.
g) Kesimpulan : Setelah melakukan analisis / evaluasi yang terakhir adalah
menyimpulkan tentang model pembelajaran pada kelas eksperimen dengan
menerapkan model kooperatif tipe reciprocal teaching dan
dikelas kontrol
menggunakan model sebelumnya (ceramah) tujuannya agar dapat mengetahui
14
apakah dengan menggunakan model kooperatif tipe reciprocal teaching sebagai
model pembelajaran dikelas dapat meningkatkan hasil belajar atau tidak.
15