T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemandirian Belajar dengan Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas VII A SMP Mardi Rahayu Ungaran T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial dan individu yang mempunyai
berbagai macam kebutuhan salah satunya yaitu kebutuhan akan penghargaan
diri dari orang lain. Seseorang yang mencapai aktualisasi diri memiliki sifatsifat khusus yaitu kebutuhan akan privasi dan kemandirian. Individu akan
selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri dalam mencapai
aktualisasi diri.
Kemandirian menurut Masrun (dalam Bahara, 2008) adalah suatu
sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan
sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan
dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh
inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri
dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Watson dan Lindgren (dalam Suherman, 2008) menyatakan bahwa
kemandirian adalah kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi
hambatan, gigih dalam usaha dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa
bantuan orang lain.
Klein (dalam


Slameto

2002) mengungkapkan

mandiri merupakan proses atau tujuan kegiatan

bahwa

sekolah,

dan

belajar
tidak

mensyaratkan pengetahuan sebelumnya. Dalam kaitan ini kemandirian
belajar terutama dimotivasi oleh sasaran siswa itu sendiri, diberi imbalan

1


atas

jerih

sekolah,

payahnya secara intrinsik, dilakukan dibawah pengawasan
dan diselenggarakan secara

mandiri

oleh

siswa

yang

bersangkutan dan atau dalam kelas biasa, atas prakarsa guru yang
bersangkutan.

Dalam setiap kegiatan belajar mandiri dapat terjadi kendala-kendala
belajar, seperti kurangnya sumber daya atau kurangnya waktu untuk belajar
yang dapat menyebabkan terganggunya proses belajar
Proses

belajar mandiri memerlukan tanggung jawab,

mandiri
inisiatif

siswa.
dan

keberanian dalam melaksanakannya.
Di era globalisasi ini, kemandirian telah berkembang lebih jauh
sebelum mencapai tahap dewasa. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan anakanak kecil yang sering mengatakan „tidak mau‟ terhadap berbagai hal yang
diminta atau disuruh oleh orang tua atau guru untuk dilakukan. Contoh ini
terlihat bahwa sejak dini seorang individu selalu mencoba untuk terlepas
dari orang lain dan memiliki „kekuasaan‟ atas dirinya sendiri. Kemandirian
berkembang ditiap tahapan-tahap perkembangan sesuai dengan usia dan

tuntunan pada tiap tahapnya.
Dalam

usaha

remaja

untuk

mencapaian

kemandirian

sangat

membutuhkan dukungan dari orang-orang disekitarnya, terutama dari
lingkungan terdekatnya yaitu lingkungan keluarga. Para remaja diharapkan
mampu mewujudkan kemandirian sebagai bekal menghadapi tantangan dan
tugas perkembangan di masa yang akan datang, yaitu masa dimana para
remaja menjadi dewasa. Sering dijumpai banyak remaja yang duduk di


2

bangku SMP masih menunjukkan perilaku yang kurang tepat dan bimbang
memutuskan kegiatan ekstrakulikuler yang akan diikuti, menyontek karena
tidak percaya diri dalam mengerjakan/menyelesaikan tugas dan ulangan,
ikut-ikutan teman dalam memilih sekolah lanjut, ragu-ragu dalam
menyampaikan pendapat, bingung dan bimbang dalam memilih cita-cita dan
sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan kurangnya kemandirian dalam
perilaku para remaja. Walaupun ada pula sebagian remaja yang lain mampu
menunjukkan kemandirian yang diharapkan, namun fenomena tersebut perlu
diwaspadai dan diupayakan pengubahannya karena dapat menyebabkan para
remaja cenderung bergantung pada orang lain dan enggan memikul
tanggung jawab.
Apabila hal ini diabaikan untuk perkembangan para remaja akan
berakibat fatal untuk masa sekarang dan masa depan anak. Jika anak-anak
remaja tidak segera dilayani, anak-anak akan terus menggantungkan dirinya
dengan orang lain, tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengambil
keputusan, tidak berani mengambil resiko, belum adanya inisiatif sehingga
anak-anak remaja tidak mendapatkan pengalaman hidup yang bermakna

bagi kehidupannya yang akan datang. Salah satu cara menanggulangi
dampak tersebut yaitu dengan cara memberikan layanan dengan bimbingan
kelompok.
Bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan
dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing atau konselor) yang

3

berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun
sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan
dalam pengambilan keputusan (Sukardi, 2002).
Fungsi utama dari bimbingan kelompok adalah fungsi pemahaman dan
fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Fungsi pemahaman, yaitu
pemahaman dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Fungsi pemeliharaan
dan pengembangan, yaitu fungsi yang akan menghasilkan terpeliharanya
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan (Sukardi, 2002).
Setelah melakukan wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling
SMP Mardi Rahayu Ungaran, diketahui bahwa kelas yang memiliki tingkat
kemandirian belajar yang paling rendah ada pada kelas VII A. Oleh karena

itu, peneliti memutuskan untuk memilih kelas VII A sebagai subjek
penelitian.
Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada 26 siswa kelas VII A
ditemukan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar kategori sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah seperti tampak pada tabel
berikut :
Tabel 1.1
Tabel Hasil Skala Kemandirian Belajar Siswa kelas VII A SMP Mardi
Rahayu Ungaran
Interval
Kategori
Frekuensi
Presentase (%)
126 – 150
Sangat Tinggi
2
7%
102 – 125
Tinggi
5

19 %
78 – 101
Sedang
3
11 %
54 – 77
Rendah
9
35 %
30 - 53
Sangat rendah
7
28 %
Total
26
100 %

4

Dari tabel 1.1 dapat diketahui terdapat 2 siswa mempunyai

kemandirian belajar dengan kategori sangat tinggi, terdapat 5 siswa
memiliki kemandirian belajar dengan kategori tinggi, 3 siswa memiliki
kemandirian belajar dengan kategori sedang, 9 siswa memiliki kemandirian
belajar dengan kategori rendah dan 7 siswa memiliki kemandirian belajar
dengan kategori sangat rendah. Oleh karena itu kemandirian belajar dengan
kategori rendah dan sangat rendah tersebut perlu dikembangkan. Apabila
kemandirian belajar siswa yang berkategori rendah dan sangat rendah tidak
diatasi maka siswa akan mengalami hambatan dalam pembelajaran.
Teknik sosiodrama dianggap efektif untuk meningkatkan kemandirian
belajar karena dalam Pratiwi (2009) menyebutkan salah satu manfaat dari
sosiodrama adalah untuk melatih individu tidak saja mengerti persoalan
sosiologis, tetapi juga melatih individu untuk ikut merasakan perasaaan dan
pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia.
Hasil penelitian Yoga Triatmoko (2012) yaitu, Meningkatkan
Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang
Melalui Konseling Kelompok; yang bertujuan mengetahui signifikansi
layanan konseling kelompok dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa
kelas VIII H SMP N 1 Bawen Kabupaten Semarang. Subjek dalam
penelitian ini adalah 16 orang siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bawen
Kabupaten Semarang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 8 orang siswa

sebagai kelompok kontrol dan 8 orang siswa sebagai kelompok eksperimen.
Hasil analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan ada perbedaan

5

kemandirian belajar siswa kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
terlihat dari hasil mean rank skor ranking rata-rata untuk kelompok
eksperimen = 12,06 dan skor ranking rata-rata kelompok control = 4,94 dan
nilai signifikansi 0.003 (