Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Kitab San Zi Jing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI
Bab II ini berisi tinjauan pustaka, konsep, dan kerangka teori yang digunakan pada
penelitian ini. Penulis mengutip beberapa konsep dan definisi yang terkait dengan objek
kajian, mengulas beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan Selanjutnya dijelaskan
tentang teori yang digunakan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan yang terdapat
didalam kitab San Zi Jing. Berikut adalah penjelasan tentang tinjauan pustaka, konsep
dan kerangka teori ini :
2.1 Penelitian yang Relevan
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dirujuk sehingga mendukung
penulis dalam mengkaji ajaran San Zi Jing dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya:
1.
Artikel berjudul 解读
字经
品味
文
(jiědú “sānzìjīng” pǐnwèi
chuánchéng wénhuà) ditulis oleh Forum Pendidikan Dasar (2013) yang
diterbitkan di situs China Academic Journal Electronic Publishing House.
Artikel ini membahas tentang arti pada setiap bait dari ajaran San Zi Jing. Arti
setiap bait yang terdapat di dalam artikel ini mempermudah penulis untuk lebih
memahami San Zi Jing. Metode yang digunakan oleh peneliti memberi
kontribusi kepada penulis dalam hal teknik analisis data.
2.
Buku Tiga Karakter Klasik China ditulis oleh Supapto (2011) diterbitkan oleh
Pustaka Internasional membahas sebagian cerita San Zi Jing, dalam bentuk
komik untuk menggungkapkan isi San Zi Jing yang sangat mendalam artinya.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana penelitian ini memfokuskan pada analisis nilai-nilai pendidikan
pada cerita-cerita sejarah yang terdapat di dalam kitab ini, maka buku ini sangat
bermanfaat bagi penulis dalam memahami perilaku tokoh sejarah dalam
bertindak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam ceritacerita kitab San Zi Jing.
3.
Artikel berjudul 浅谈
字经
的思想内涵
实意
(qiǎn tán sānzìjīng
de sīxiǎng nèihán yǔ xiànshí yìyì), ditulis oleh Zuo Zhao Hui dan diterbitkan di
situs China Academic Journal Electronic Publishing House pada bulan April
2010. Artikel ini membahas tentang peran penting dari nilai pendidikan ajaran
San Zi Jing, tetapi tidak difokuskan pada nilai pendidikan moral, sosial dan
budaya. Tulisan ini memberi kontribusi kepada penulis dalam memahami ajaran
San Zi Jing dan mempermudah penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan
moral, sosial dan budaya pada kitab San Zi Jing tersebut.
4.
Wang Pin dalam artikel yang berjudul
字经
的文
教育
值 (sānzìjīng”
de wénhuà jiàoyù jiàzhí) telah diterbitkan di situs China Academic Journal
Electronic Publishing House. Tulisan ini membahas tentang nilai-nilai budaya
pendidikan dan warisan nilai budaya San Zi Jing pada masyarakat China. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian
ini menganalisis tentang nilai-nilai budaya pendidikan, sedangkan penulis
memfokuskan pada nilai pendidikan moral, sosial, dan budaya. Penelitian pada
artikel ini memberi kontribusi pada penelitian ini, khususnya dalam memperkuat
Universitas Sumatera Utara
bagian penting dari nilai-nilai pendidikan budaya yang terdapat didalam kitab
San Zi Jing yang perlu diwariskan.
2.2 Konsep
2.2.1 Nilai
Nilai dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga, penghargaan, atau
tafsiran. Artinya, harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah objek. Objek yang
dimaksud adalah berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, atau perilaku. Nilai
adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret.
Hasan (1995:114) menyatakan nilai adalah “sesuatu yang menjadi kriteria
apakah suatu tindakan, pendapat, tau hasil kerja itu bagus/positif tau tidak
bagus/negatif”. Nilai ada yang dikembangkan secara pribadi sehingga menghasilkan
nilai pribadi dan ada yang dikembangkan dalam masyarakat dan warga negara bertindak,
berpikir, dan menghasilkan sesuatu berdasarkan nilai yang dianut atau diakui
masyarakat dan negara.
Nilai adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk
berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Nilai yang dimaksud
adalah nilai-nilai yang bersifat mendidik dan berguna bagi pembacanya, selain itu juga
dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman hidup dalam berfikir dan bertindak. Dengan
demikian, nilai memberikan manfaat yang sangat berarti bagi kehidupan manusia
(pembaca).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1. Nilai Pendidikan
Membicarakan tentang nilai pendidikan tentu tidak lepas dari membicarakan
tentang pendidikan. Menurut Ihsan (2005:4) pendidikan adalah proses di mana
seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
di dalam masyarakat di kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang
ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Menurut Tilaar (2002:435) hakikat
pendidikan adalah memanusiakan manusia dan juga dinyatakan bahwa anak dilahirkan
seperti kertas putih yang akan diisi oleh pendidikan.
Menurut Daroeso (1986:20) nilai adalah sesuatu atau hal yang dapat digunakan
sebagai dasar penentu tingkah laku seseorang, karena sesuatu hal itu menyenangkan
(pleasant), memuaskan (saflying) menarik (interest), berguna (believe). Nilai
mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai
bersifat normatif, merupakan keharusan (dassollen) untuk diwujudkan dalam tingkah
laku dalam kehidupan manusia.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan adalah suatu
yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam
kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Sehingga nilai pendidikan dalam karya sastra
di sini yang dimaksud adalah nilai-nilai yang bertujuan mendidik seseorang atau
individu agar menjadi manusia yang baik dalam arti berpendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Amalia (2010:33) nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra terbagi
empat, yaitu: Nilai Pendidikan Religius, Nilai Pendidikan Moral, Nilai Pendidikan
Sosial dan Nilai Pendidikan Budaya. Berikut adalah penjelasan tentang keempat nilai
tersebut.
1.
Nilai Pendidikan Religius
Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut
tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung
dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan
renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama.
Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal.
2.
Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik
manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan,
apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu
tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan
bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Moral
berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih
terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
3.
Nilai Pendidikan Sosial
Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya
kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan
individu lainnya. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu
Universitas Sumatera Utara
yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap,
bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu
juga termasuk dalam nilai sosial. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan
sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting,
memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan
mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku. Nilai sosial dapat
disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui
perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai
social merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh
masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang
penting.
4.
Nilai Pendidikan Budaya
Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan
berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain
dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai
intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada
struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai
kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Nilai Pendidikan
Budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu
kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan
melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan
Universitas Sumatera Utara
bendabenda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui
tindakan berpola.
Pada penelitian ini pembahasan difokuskan pada tiga nilai yaitu, Nilai Pendidikan
Moral, Nilai Pendidikan Sosial dan Nilai Pendidikan Budaya. Ketiga nilai tersebut
sangat erat kaitannya dengan pendidikan ajaran San Zi Jing. Pada penelitian ini Nilai
Pendidikan Religius tidak dibahas karena di dalam kitab San Zi Jing tidak terdapat
ajaran agama atau kandungan unsur keagamaan.
2.2.2 Kitab San Zi Jing
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata kitab yang diserap dari bahasa Arab, yang
memiliki arti buku. Kemudian pada penggunaan kata tersebut, kata kitab ditujukan
hanya kepada sebuah teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu. Biasanya kitab merujuk
kepada jenis tulisan kuno yang mempunyai implikasi hukum, atau dengan kata lain
merupakan undang-undang yang mengatur. Istilah kitab biasanya digunakan untuk
menyebut karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan sebagai
bukti sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa masa lampau.
Sejak 1500 SM masyarakat Tiongkok dahulu telah mengenal tulisan sejak yang
ditulis pada kulit penyu atau bambu. Pada awalnya huruf Tiongkok yang dibuat sangat
sederhana, yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti
Han (206-220SM), seni sastra Tiongkok kuno berkembang pesat seiring dengan
ditemukannya kertas. Sastra Tiongkok Kuno bersumber pada ajaran-ajaran filsafat.
Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak dikitabkan baik oleh filsuf itu sendiri
Universitas Sumatera Utara
maupun para pengikutnya. Pengaruh ajaran tersebut menjadikan keadaan pemerintahan
yang semula kacau menjadi baik.
San Zi Jing adalah sebuah kitab ajaran kuno yang ditulis oleh Wang Yinglin
pada zaman Dinasti Song. Kata “Jing” dalam San Zi Jing adalah ajaran yang selalu
benar. Pada zaman kuno sebuah buku yang disebut sebagai “Jing” berarti
menggambarkan sebuah karya yang bernilai tinggi. San Zi Jing adalah kitab yang wajib
dibaca sebelum mempelajari budaya Tiongkok dan merupakan perwakilan kitab kuno
yang paling diminati. Kitab San Zi Jing ini dibagi menjadi enam pokok pikiran :
1. Pengajaran dari orang tua dan guru kepada anak,
2. Menghormati guru dan orang yang lebih tua,
3. Pengetahuan umum dan dasar tentang kebajikan,
4. Isi dari Kitab kuno Tiongkok,
5. Belajar dari sejarah Tiongkok,
6. Cara dan sikap dalam belajar.
Kitab San Zi Jing menamankan nilai-nilai yang baik dari cara dan sikap belajar
maupun proses belajar. Nilai-nilai tersebut disajikan dalam bentuk cerita di mana di
dalam cerita-cerita tersebut digambarkan tokoh-tokoh sejarah dan para filosofi yang
dapat dijadikan teladan bagi pembaca.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Landasan Teori
Teori merupakan yang alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori hanya
ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan
(Koentjaraningrat, 1998:3). Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah
penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Penelitian skripsi yang berjudul “Analisis NilaiNilai Pendidikan dalam Kitab San Zi Jing
字经
” menggunakan teori
kesusastraan dan teori pendidikan untuk membahas lebih dalam tentang nilai-nilai
pendidikan moral, sosial dan budaya yang terdapat dalam Kitab San Zi Jing.
2.3.1 Teori Kesusastraan
Teori kesusastraan yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori sosiologi
sastra. Sosiologi sastra berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu,
berkawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari
akar kata sash (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberikan petunjuk
dan instruksi. Akhiran tras berarti alat, sarana. Merujuk dari defenisi tersebut, keduanya
memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat.
Zainal (1986: 11) berpendapat pendekatan sosiologi melihat segala macam nilainilai dalam masyarakat, institusi-institusi sosial, serta komunikasi atau individu dari
hasil karya tertentu. Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra,
seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan. Karya Sastra menerima
pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Yasa (2012: 21) mengatakan sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para
kritikus dan ahli sejarah sastra yang ditujukan pada cara-cara seorang pengarang
dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang
berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. Semua itu
terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra, salah satu aspek yang
membangun keutuhan sebuah cerita adalah perwatakan tokoh-tokohnya. Ciri-ciri
perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan dimana ia
hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya. Biasanya dalam setiap
cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan
mengungkapkan isi sebuah karya sastra.
San Zi Jing adalah salah satu karya sastra Tiongkok kuno yang menyenangkan
dan berguna karena karya ini tidak hanya memiliki cerita yang menghibur tetapi juga
memberikan manfaat pelajaran bagi manusia. Ratna (2004:332-333) mengemukakan
bahwa, sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin
oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek kehidupan yang
terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh
masyarakat.
3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisa, dipinjam melalui kompetensi
masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah
kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat,dan tradisi yang lain,
dalam karya sastra terkadang terkandung estetika,etik,bahkan logika.
Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat inter subjektifitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya sastra.
Dengan demikian sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu
dengan masyarakatnya dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra
dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya. Sosiologi sastra tidak hanya
membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarsakat dan lingkungan
serta kebudayaan yang menghasilkannya.
2.3.2 Teori Pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkualitas, memiliki
karakter yang kuat dan memiliki pengetahuan yang luas agar dapat meningkatkan
kesejahteraan dalam kehidupannya. Pendidikan dapat terbagi menjadi dua, yaitu teori
dan praktek. Seseorang mempelajari sebuah teori untuk dipahami dan diresapi
kemudian dipraktekkan dengan pola pikir maupun sikap dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan diterima oleh seseorang semenjak ia lahir dan didapat melalui proses
komunikasi maupun media pembelajaran.
Menurut O’Connor dalam Barnadib (2010:8) berpendapat bahwa:
“… Teori pendidikan perlu memiliki syarat-syarat seperti logis, deskriptif dan
menjelaskan. Logis artinya memenuhi syarat-syarat untuk berpikir lurus dan
benar, deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan secara jelas, sedangkan
menjelaskan berarti memberikan penerangan”.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, Pratte mengemukakan pendapat bahwa teori pendidikan harus
memiliki latar belakang yang benar, nyata dan dapat diterima oleh akal. Pratte dalam
Barnadib (2010:9) berpendapat bahwa:
“… Teori pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional
dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Disusun
sedemikian rupa dengan maksud untuk menemukan sejumlah penemuan dalam
praktek”.
Istilah direktif bermakna bahwa pendidikan mengarah pada tujuan yang pada
hakikatnya adalah terwujudunya kesejahteraan yang setinggi-tingginya pada subjek
didik.
Teori pendidikan ini digunakan untuk mengkaji nilai pendidikan moral, sosial
dan budaya yang terdapat dalam kitab San Zi Jing.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI
Bab II ini berisi tinjauan pustaka, konsep, dan kerangka teori yang digunakan pada
penelitian ini. Penulis mengutip beberapa konsep dan definisi yang terkait dengan objek
kajian, mengulas beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan Selanjutnya dijelaskan
tentang teori yang digunakan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan yang terdapat
didalam kitab San Zi Jing. Berikut adalah penjelasan tentang tinjauan pustaka, konsep
dan kerangka teori ini :
2.1 Penelitian yang Relevan
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dirujuk sehingga mendukung
penulis dalam mengkaji ajaran San Zi Jing dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya:
1.
Artikel berjudul 解读
字经
品味
文
(jiědú “sānzìjīng” pǐnwèi
chuánchéng wénhuà) ditulis oleh Forum Pendidikan Dasar (2013) yang
diterbitkan di situs China Academic Journal Electronic Publishing House.
Artikel ini membahas tentang arti pada setiap bait dari ajaran San Zi Jing. Arti
setiap bait yang terdapat di dalam artikel ini mempermudah penulis untuk lebih
memahami San Zi Jing. Metode yang digunakan oleh peneliti memberi
kontribusi kepada penulis dalam hal teknik analisis data.
2.
Buku Tiga Karakter Klasik China ditulis oleh Supapto (2011) diterbitkan oleh
Pustaka Internasional membahas sebagian cerita San Zi Jing, dalam bentuk
komik untuk menggungkapkan isi San Zi Jing yang sangat mendalam artinya.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana penelitian ini memfokuskan pada analisis nilai-nilai pendidikan
pada cerita-cerita sejarah yang terdapat di dalam kitab ini, maka buku ini sangat
bermanfaat bagi penulis dalam memahami perilaku tokoh sejarah dalam
bertindak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam ceritacerita kitab San Zi Jing.
3.
Artikel berjudul 浅谈
字经
的思想内涵
实意
(qiǎn tán sānzìjīng
de sīxiǎng nèihán yǔ xiànshí yìyì), ditulis oleh Zuo Zhao Hui dan diterbitkan di
situs China Academic Journal Electronic Publishing House pada bulan April
2010. Artikel ini membahas tentang peran penting dari nilai pendidikan ajaran
San Zi Jing, tetapi tidak difokuskan pada nilai pendidikan moral, sosial dan
budaya. Tulisan ini memberi kontribusi kepada penulis dalam memahami ajaran
San Zi Jing dan mempermudah penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan
moral, sosial dan budaya pada kitab San Zi Jing tersebut.
4.
Wang Pin dalam artikel yang berjudul
字经
的文
教育
值 (sānzìjīng”
de wénhuà jiàoyù jiàzhí) telah diterbitkan di situs China Academic Journal
Electronic Publishing House. Tulisan ini membahas tentang nilai-nilai budaya
pendidikan dan warisan nilai budaya San Zi Jing pada masyarakat China. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian
ini menganalisis tentang nilai-nilai budaya pendidikan, sedangkan penulis
memfokuskan pada nilai pendidikan moral, sosial, dan budaya. Penelitian pada
artikel ini memberi kontribusi pada penelitian ini, khususnya dalam memperkuat
Universitas Sumatera Utara
bagian penting dari nilai-nilai pendidikan budaya yang terdapat didalam kitab
San Zi Jing yang perlu diwariskan.
2.2 Konsep
2.2.1 Nilai
Nilai dalam bahasa Inggris disebut value berarti harga, penghargaan, atau
tafsiran. Artinya, harga atau penghargaan yang melekat pada sebuah objek. Objek yang
dimaksud adalah berbentuk benda, barang, keadaan, perbuatan, atau perilaku. Nilai
adalah sesuatu yang abstrak, bukan konkret.
Hasan (1995:114) menyatakan nilai adalah “sesuatu yang menjadi kriteria
apakah suatu tindakan, pendapat, tau hasil kerja itu bagus/positif tau tidak
bagus/negatif”. Nilai ada yang dikembangkan secara pribadi sehingga menghasilkan
nilai pribadi dan ada yang dikembangkan dalam masyarakat dan warga negara bertindak,
berpikir, dan menghasilkan sesuatu berdasarkan nilai yang dianut atau diakui
masyarakat dan negara.
Nilai adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk
berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Nilai yang dimaksud
adalah nilai-nilai yang bersifat mendidik dan berguna bagi pembacanya, selain itu juga
dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman hidup dalam berfikir dan bertindak. Dengan
demikian, nilai memberikan manfaat yang sangat berarti bagi kehidupan manusia
(pembaca).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1.1. Nilai Pendidikan
Membicarakan tentang nilai pendidikan tentu tidak lepas dari membicarakan
tentang pendidikan. Menurut Ihsan (2005:4) pendidikan adalah proses di mana
seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
di dalam masyarakat di kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang
ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Menurut Tilaar (2002:435) hakikat
pendidikan adalah memanusiakan manusia dan juga dinyatakan bahwa anak dilahirkan
seperti kertas putih yang akan diisi oleh pendidikan.
Menurut Daroeso (1986:20) nilai adalah sesuatu atau hal yang dapat digunakan
sebagai dasar penentu tingkah laku seseorang, karena sesuatu hal itu menyenangkan
(pleasant), memuaskan (saflying) menarik (interest), berguna (believe). Nilai
mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai
bersifat normatif, merupakan keharusan (dassollen) untuk diwujudkan dalam tingkah
laku dalam kehidupan manusia.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan adalah suatu
yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam
kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Sehingga nilai pendidikan dalam karya sastra
di sini yang dimaksud adalah nilai-nilai yang bertujuan mendidik seseorang atau
individu agar menjadi manusia yang baik dalam arti berpendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Amalia (2010:33) nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra terbagi
empat, yaitu: Nilai Pendidikan Religius, Nilai Pendidikan Moral, Nilai Pendidikan
Sosial dan Nilai Pendidikan Budaya. Berikut adalah penjelasan tentang keempat nilai
tersebut.
1.
Nilai Pendidikan Religius
Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut
tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung
dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan
renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama.
Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal.
2.
Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik
manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan,
apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu
tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan
bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Moral
berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih
terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
3.
Nilai Pendidikan Sosial
Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya
kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan
individu lainnya. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu
Universitas Sumatera Utara
yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap,
bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu
juga termasuk dalam nilai sosial. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan
sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting,
memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan
mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku. Nilai sosial dapat
disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui
perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai
social merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh
masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang
penting.
4.
Nilai Pendidikan Budaya
Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan
berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain
dalam waktu singkat. Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai
intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada
struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai
kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Nilai Pendidikan
Budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu
kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan
melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan
Universitas Sumatera Utara
bendabenda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui
tindakan berpola.
Pada penelitian ini pembahasan difokuskan pada tiga nilai yaitu, Nilai Pendidikan
Moral, Nilai Pendidikan Sosial dan Nilai Pendidikan Budaya. Ketiga nilai tersebut
sangat erat kaitannya dengan pendidikan ajaran San Zi Jing. Pada penelitian ini Nilai
Pendidikan Religius tidak dibahas karena di dalam kitab San Zi Jing tidak terdapat
ajaran agama atau kandungan unsur keagamaan.
2.2.2 Kitab San Zi Jing
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata kitab yang diserap dari bahasa Arab, yang
memiliki arti buku. Kemudian pada penggunaan kata tersebut, kata kitab ditujukan
hanya kepada sebuah teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu. Biasanya kitab merujuk
kepada jenis tulisan kuno yang mempunyai implikasi hukum, atau dengan kata lain
merupakan undang-undang yang mengatur. Istilah kitab biasanya digunakan untuk
menyebut karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan sebagai
bukti sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa masa lampau.
Sejak 1500 SM masyarakat Tiongkok dahulu telah mengenal tulisan sejak yang
ditulis pada kulit penyu atau bambu. Pada awalnya huruf Tiongkok yang dibuat sangat
sederhana, yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti
Han (206-220SM), seni sastra Tiongkok kuno berkembang pesat seiring dengan
ditemukannya kertas. Sastra Tiongkok Kuno bersumber pada ajaran-ajaran filsafat.
Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak dikitabkan baik oleh filsuf itu sendiri
Universitas Sumatera Utara
maupun para pengikutnya. Pengaruh ajaran tersebut menjadikan keadaan pemerintahan
yang semula kacau menjadi baik.
San Zi Jing adalah sebuah kitab ajaran kuno yang ditulis oleh Wang Yinglin
pada zaman Dinasti Song. Kata “Jing” dalam San Zi Jing adalah ajaran yang selalu
benar. Pada zaman kuno sebuah buku yang disebut sebagai “Jing” berarti
menggambarkan sebuah karya yang bernilai tinggi. San Zi Jing adalah kitab yang wajib
dibaca sebelum mempelajari budaya Tiongkok dan merupakan perwakilan kitab kuno
yang paling diminati. Kitab San Zi Jing ini dibagi menjadi enam pokok pikiran :
1. Pengajaran dari orang tua dan guru kepada anak,
2. Menghormati guru dan orang yang lebih tua,
3. Pengetahuan umum dan dasar tentang kebajikan,
4. Isi dari Kitab kuno Tiongkok,
5. Belajar dari sejarah Tiongkok,
6. Cara dan sikap dalam belajar.
Kitab San Zi Jing menamankan nilai-nilai yang baik dari cara dan sikap belajar
maupun proses belajar. Nilai-nilai tersebut disajikan dalam bentuk cerita di mana di
dalam cerita-cerita tersebut digambarkan tokoh-tokoh sejarah dan para filosofi yang
dapat dijadikan teladan bagi pembaca.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Landasan Teori
Teori merupakan yang alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori hanya
ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan
(Koentjaraningrat, 1998:3). Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah
penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Penelitian skripsi yang berjudul “Analisis NilaiNilai Pendidikan dalam Kitab San Zi Jing
字经
” menggunakan teori
kesusastraan dan teori pendidikan untuk membahas lebih dalam tentang nilai-nilai
pendidikan moral, sosial dan budaya yang terdapat dalam Kitab San Zi Jing.
2.3.1 Teori Kesusastraan
Teori kesusastraan yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori sosiologi
sastra. Sosiologi sastra berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu,
berkawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Sastra dari
akar kata sash (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberikan petunjuk
dan instruksi. Akhiran tras berarti alat, sarana. Merujuk dari defenisi tersebut, keduanya
memiliki objek yang sama yaitu manusia dan masyarakat.
Zainal (1986: 11) berpendapat pendekatan sosiologi melihat segala macam nilainilai dalam masyarakat, institusi-institusi sosial, serta komunikasi atau individu dari
hasil karya tertentu. Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra,
seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan. Karya Sastra menerima
pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Yasa (2012: 21) mengatakan sosiologi sastra dikenakan pada tulisan-tulisan para
kritikus dan ahli sejarah sastra yang ditujukan pada cara-cara seorang pengarang
dipengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang
berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju. Semua itu
terangkum dalam aspek yang membangun sebuah cipta sastra, salah satu aspek yang
membangun keutuhan sebuah cerita adalah perwatakan tokoh-tokohnya. Ciri-ciri
perwatakan seorang tokoh selalu berkaitan dengan pengarang dan lingkungan dimana ia
hidup. Demikian juga menyangkut tipe orang atau tokohnya. Biasanya dalam setiap
cerita selalu terdapat beberapa tokoh, dalam hal inilah pengetahuan sosiologi berperan
mengungkapkan isi sebuah karya sastra.
San Zi Jing adalah salah satu karya sastra Tiongkok kuno yang menyenangkan
dan berguna karena karya ini tidak hanya memiliki cerita yang menghibur tetapi juga
memberikan manfaat pelajaran bagi manusia. Ratna (2004:332-333) mengemukakan
bahwa, sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin
oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek kehidupan yang
terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh
masyarakat.
3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisa, dipinjam melalui kompetensi
masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah
kemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat,dan tradisi yang lain,
dalam karya sastra terkadang terkandung estetika,etik,bahkan logika.
Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat inter subjektifitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya sastra.
Dengan demikian sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu
dengan masyarakatnya dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra
dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya. Sosiologi sastra tidak hanya
membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarsakat dan lingkungan
serta kebudayaan yang menghasilkannya.
2.3.2 Teori Pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkualitas, memiliki
karakter yang kuat dan memiliki pengetahuan yang luas agar dapat meningkatkan
kesejahteraan dalam kehidupannya. Pendidikan dapat terbagi menjadi dua, yaitu teori
dan praktek. Seseorang mempelajari sebuah teori untuk dipahami dan diresapi
kemudian dipraktekkan dengan pola pikir maupun sikap dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan diterima oleh seseorang semenjak ia lahir dan didapat melalui proses
komunikasi maupun media pembelajaran.
Menurut O’Connor dalam Barnadib (2010:8) berpendapat bahwa:
“… Teori pendidikan perlu memiliki syarat-syarat seperti logis, deskriptif dan
menjelaskan. Logis artinya memenuhi syarat-syarat untuk berpikir lurus dan
benar, deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan secara jelas, sedangkan
menjelaskan berarti memberikan penerangan”.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, Pratte mengemukakan pendapat bahwa teori pendidikan harus
memiliki latar belakang yang benar, nyata dan dapat diterima oleh akal. Pratte dalam
Barnadib (2010:9) berpendapat bahwa:
“… Teori pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional
dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Disusun
sedemikian rupa dengan maksud untuk menemukan sejumlah penemuan dalam
praktek”.
Istilah direktif bermakna bahwa pendidikan mengarah pada tujuan yang pada
hakikatnya adalah terwujudunya kesejahteraan yang setinggi-tingginya pada subjek
didik.
Teori pendidikan ini digunakan untuk mengkaji nilai pendidikan moral, sosial
dan budaya yang terdapat dalam kitab San Zi Jing.
Universitas Sumatera Utara