Hubungan Screentime Dengan Status Obesitas Pada Remaja

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Obesitas

Obesitas dan overweight merupakan dua hal yang berbeda, namun demikian
keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang
berlebihan dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai IMT diatas
normal. Pengukuran IMT didapat berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan
dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2)).
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pendekatanuntuk mengetahui
total lemak tubuh dan bersifat aksesibel, reliabel, tidak invasif, dan valid,
namun tidak memberikan informasi tentang kompartemen tubuh seperti lean
body mass dan masa tulang. Secara fungsional, obesitas

didefinisikan

sebagai peningkatan yang berlebihan dari massa simpanan lemak somatik
dalam bentuk trigliserida. 14,15

Grafik pertumbuhan yang dipublikasikan oleh Centers for Disease
Control (CDC)berdasarkandata dariNational Healthand Nutrition Examination
Survey(NHANES)tahun 2000 dan 2002 memberikan standar IMT terhadap
usia untuk anak berusia 2 sampai 19 tahun berdasarkan jenis kelamin.
KomiteAhli

Evaluasidan

PenangananObesitasmerekomendasikan

penggunaan grafik iniuntuk menilai danmengidentifikasistatus nutrisi anak.16
Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh berdasarkan CDC.17

24

Klasifikasi

Anak dan remaja (CDC )

Berat badan kurang


< 5 Persentil

Normoweight

≥ 5 sampai < 85 persentil

Overweight

≥ 85 sampai < 95 persentil

Obesitas

≥95 persentil

2.2.

Etiologi Obesitas

Menurut hukum termodinamik, obesitas terjadi karena ketidakseimbangan

antara asupan dan pengeluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi
yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak yang seiring dengan waktu akan
menyebabkan peningkatan berat badan.Kelebihan energi tersebut dapat
disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik, dan efek
termogenesis makanan.14,18,19
Secara umum penyebab obesitas sangat kompleks, dimana obesitas
disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara genetik, metabolik,
sosioekonomi, gaya hidup, dan asupan kalori.20 Sebagian besar gangguan
hemostasis ini disebabkan oleh faktor idiopatik (obesitas primer atau
nutrisional) sedangkan faktor endogen (obesitas sekunder atau nonnutrisional, yang disebabkan kelainan sindrom atau defek genetik) hanya
mencakup 10% kasus.

21

25

Obesitas idiopatik terjadi akibat interaksi multifaktorial. Faktor-faktor
yang berperan tersebut dikelompokkan menjadi faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik yang diketahui mempunyai peranan kuat yaitu
parental fatness. Anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga

obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, kejadiannya sampai 40%, dan
bila kedua orang tua tidak obesitas, maka prevalensi turun menjadi 14%.
Faktor lingkungan yang berperan sebagai pennyebab terjadinya obesitas
mencakup 5 hal yaitu nutrisional (perilaku makan), aktivitas fisik, gaya hidup,
trauma, (neurologis dan psikologis), medikamentosa (steroid), dan sosial
ekonomi. 18,21
Faktor genetikmerupakan gangguan pada gen yang mengakibatkan
obesitas yaitu mutasi gen Insulin-Induced Gen 2 (INSIG2) dan Fat mass and
Obesity asscociated protein (FTO), gen yang mengatur massa lemak dan
obesitas. Kelainan genetik lain terkait obesitas yang telah lama dikenal
seperti sindrom Prader-Willi yang mana gen terlibat dalam perilaku ini yang
berkaitan dengan regulasi nafsu makan dan keinginan untuk beraktivitas fisik.
Sampai saat ini terdapat lebih dari 600 gen, marker, dan kromosom yang
dikaitkan

dengan

beberapamekanisme

obesitas.22


Secaragenetik,obesitasmelibatkan

yaituhiperphagiadanefisiensipenggunaan

energi.

Efisiensi penggunaan energi dikaitkandengan berkurangnyatermogenesis
untukmengatur

suhu

tubuh.

Adanya

ketidakseimbangan

sistem


26

sarafotonommemberikan kontribusi terhadaprusaknya termogenesis. Hal ini
menyebabkan makan yang berlebih pada suhu kamar yang dingin.23
Faktor endokrin dan sarafmerupakan jalur umpan balik yang mengatur
nafsu makan dan rasa kenyang sehingga terjadi pemantauan bahan bakar
yang disimpandan asupan makanan jangka pendek. Jalur neuro endokrin
menghubungkan antara jaringan lemak, saluran gastrointestinal dan sistem
saraf

pusat.

Hormon

yang

disekresi

di


saluran

gastrointestinal

yaitukolesistokinin, glucagon-like peptide-1 (GLP-1), dan peptida YY, serta
umpan balik saraf vagal menimbulkan rasa kenyang sebagai respon nutrien
intraluminal.

17,24

Hormon ghrelin merupakan peptida yang disekresi oleh

lambung dan merupakan mediator jangka pendek yang penting mengatur
nafsu makan. Hormon ghrelin dilepas saat lapar dan ditekan saat pemberian
makanan.24,25 Jaringan adiposa menimbulkan umpan balik ke otak melalui
pelepasan hormon adiponektin dan leptin ke dalam darah. Jumlah
adiponektin

berkurang


Berkurangnya

pada

obesitas

dan

meningkat

saat

puasa.

adiponektin berhubungan dengan rendahnya sensitivitas

insulin. Hormonleptin merupakan regulator lemak tubuh yang memberikan
umpan balik terhadap reseptor di hipotalamus spesifik ventromedial sebagai
suatu pusat regulasi nafsu makan dan pengeluaran energi. Kadar leptin yang
rendah merangsang asupan makanan dan kadar leptin yang tinggi

menghambat rasa lapar.26 Serangkaian jaringan neuropeptide sampai di
hipotalamus dan bekerja pada korteks serebri, hipofisis, dan sistem saraf

27

autonom.

Sinyal

efferen

parasimpatis

melewati

nervus

vagus

dan


meningkatkan sekresi insulin di sel beta pankreas.17
Faktor lingkungan seperti pembangunan ekonomi dan teknologi di
negara berkembang dimana mengubah pengetahuan, sikap, pola makan,
gaya hidup, dan pendapatan penduduk. Beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi IMT yaitu gaya hidup sedentary, pola makan, asupan kalori,
aktivitas fisik, medikasi (steroid), dan sosioekonomi.5,6
Gaya hidup sedentary yang tidak membakar kalori atau latihan otot
seperti menonton TV, video game, bermain komputer, dan media lain
merupakan salah satu penyebab obesitas.17
Perubahan pada industri makanan berhubungan dengan perubahan
sosial. Makanan yang banyak disiapkan oleh industri adalah makanan yang
tinggi kalori, mengandung lemak, dan karbohidrat sederhana. Selain itu,
harga makanan relatif disesuaikan terhadap anggaran keluarga dan tingkat
pemasaran semakin bertambah. Hal ini menyebabkan bertambahnya porsi
makan dan frekuensi ngemil di antara waktu makan.17,18
Adanya alat transportasi modern, perangkat kerja hemat tenaga,
teknologimodern, dan berkurangnya kurikulum aktivitasjasmani di sekolah
menurunkan pengeluaran energi.22 Selain itu, kesibukandalam akademik juga
menyebabkan anak kurang terlibat dalam kegiatan jasmani di sekolah.17

Menurut rekomendasi Youth Risk Behaviour Survey (YRBS), remaja
sebaiknya melakukan aktivitas fisik sedang hingga sangat aktif selama lebih

28

dari atau sama dengan 60 menit, dengan frekuensi 5 kali atau lebih dalam
seminggu. Tingkatan aktivitas fisik dikategorikan menjadi 4 kelompok
berdasarkan skor dari kuesioner yaitu 0 sampai 5 = perilaku kurang aktif
(sedentary), 6 sampai 10 = aktivitas rendah, 11 sampai 15 = aktivitas sedang,
16 sampai 20 = sangat aktif. Remaja dengan perilaku kurang aktif dan
aktivitas rendah dikategorikan sebagai remaja yang tidak aktif (tidak
memenuhi rekomendasi) dan remaja dengan aktivitas sedang dan sangat
aktif dikategorikan sebagai remaja yang aktif (memenuhi rekomendasi).27

2.3.

Screentime

Screentime adalah jumlah jam per hari yang digunakan untuk menonton TV
atau video, mengunjungi situs jejaring sosial atau bermain komputer bukan
untuk tujuan pendidikan, bermain permainan video melaluiportableplaystation
(PSP),

tablet

personal

computer

(tablet

PC)

atau

telepon

genggam.3,11Menurut AAP, screentime pada remaja disebut tinggi apabila
lebih dari 2 jam per hari.2
Screen media yang paling sering digunakan adalah TV. Banyak
penelitian menemukan bahwa lama waktu menonton TV dan bermain
komputer pada anak laki-laki maupun perempuan adalah sama. Namun anak
laki-laki lebih banyak bermain permainan videodan cenderung memiliki
screentime yang lebih lama dibandingkan anak perempuan (lebih dari 4 jam
per hari).1,11

29

2.4.

Jenis-Jenis Program di Televisi

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan adanya hubungan antara jenis
program di TV terhadap peningkatan IMT. Beberapa jenis program di TV
adalah sebagai berikut:28
1. Program pendidikan melalui siaran atau kabel bertujuan untuk
pendidikan. Beberapa program berisi tentang nutrisi dan aktifitas fisik
serta adanya pesan singkat dari sponsor di akhir program. Sponsor
dapat berupa perusahaan makanan seperti makanan cepat saji.
Kelebihan acara ini berisi pesan anti obesitas, namun kekurangannya
adalah adanya pseudo-iklan (iklan dari logo atau nama) dari sponsor
di akhir program.
2. Program pendidikan melalui Digital Video Disc (DVD) atau video
berbeda dengan kategori pertama dari bentuknya. Program ini
bertujuan untuk pendidikan dan kadang-kadang dapat diselingi iklan
trailer film tetapi sangat jarang iklan makanan. Program ini berisi pesan
anti obesitas dan tidak adanya pseudo-iklan di akhir program.
3. Program hiburan melalui DVD atau video seperti film kartun. Program
ini tidak menampilkan iklan komersial selama atau diantara program
tetapi juga tidak memberikan pesan anti obesitas pada anak-anak.
4. Program hiburan anak-anak melalui siaran atau kabel tidak bertujuan
untuk pendidikan sehingga hampir selalu menampilkan iklan komersial

30

didalam program. Program ini ditargetkan kepada anak-anak sehingga
penempatan produk dilarang.
5. Program hiburan untuk umum melalui siaran atau kabel. Anak-anak
yang menonton program ini akan terpapar oleh iklan komersial dalam
program dan penempatan produk yang dapatmenyebabkan obesitas.

2.5.

Pengaruh Screentime Yang Lama

Pengaruh screentime yang lama pada remaja mencakup tindakan kekerasan
dan agresi, gangguan perilaku seksual, menurunnya prestasi sekolah atau
masalah belajar, penggunaan obat-obatan, gangguan pola makan, kenaikan
berat badan (overweight atau obesitas), gangguan kesehatan, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.29,30,31
Gaya hidup sedentary meningkatkan keseimbangan energi antara
konsumsi dan pengeluaran energi sehingga berkontribusi terhadap terjadinya
obesitas.32,33,34Pengaruh screentimepada obesitas berbeda sesuai dengan
usia dan jenis kelamin tertentu. Hal ini karena aktivitas fisik berbeda untuk
kelompok jenis kelamin dan usia tertentu. Anak perempuan dan anak yang
berusia lebih tua memiliki aktivitas lebih sedikit dibandingkan anak laki-laki
dan anak yang usianya lebih muda.35
Screentime yang berlebih memberikan dampak negatif seperti kurang
tidur,

kurangnya

perhatian,

dan

mengganggu

hubungan

antar

individu.29Penggunaan screen media pada malam hari mengurangi waktu

31

tidur remaja sehingga remaja menjadi kurang aktif beraktifitas fisik.26 Selain
itu, kurang tidur juga dapat menyebabkan bertambahnya berat badan dan
risiko obesitas. Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon leptin dan
meningkatnya hormon ghrelin sehingga terjadi peningkatan rasa lapar dan
nafsu makan.17
Screen media mempengaruhi remaja tidak hanya dengan mengurangi
waktu mereka untuk beraktivitas fisik atau tidur, tetapi juga mempengaruhi
pola makan.3Remaja menghabiskan banyak makanan ringan sambil
menggunakan screen mediasehingga menyebabkan asupan makanan yang
lebih banyak.32,36
Iklan produk makanan oleh konstitusi makanan yang ditayangkan
pada screen media mempengaruhi pemahaman dan pemilihan makanan oleh
remaja.Remaja melihat hampir 4400 sampai 7600 iklan junk food dan fast
food di TV dalam setahun.14,36Remaja cenderung mengkonsumsi makanan
yang dilihat dari screen media seperti minuman soda, gorengan, dan
makanan ringan.12,32,34

2.6.

Hubungan Screentime Dengan Obesitas

Data NHANES III menunjukkan 26% anak berusia 8 sampai 16 tahun
menonton TV lebih dari 4 jam per hari.11 Remaja menghabiskan lebih banyak
waktu padascreen media dibandingkan dengan kegiatan lain. Kamar tidur
anak dilengkapi dengan screen media antara lain dua pertiga diantaranya

32

memiliki satu set TV , setengah memiliki DVD player atau alatuntuk
permainan video, dan sepertiga memiliki akses internet atau komputer.3Sejak
adanya screen media di kamar tidur terjadi peningkatan lama screentime
yang mengubah perilaku dan menyebabkan obesitas.37
Penelitian di Finlandia menyimpulkan bahwa lama waktu bermain
komputer dengan jaringan internet memiliki hubungan positif dengan obesitas
dan risiko overweight sedangkan penggunaan telepon genggam hanya
memiliki korelasi lemah dengan IMT.38
Penelitian di Boston mendapati bahwa anak dengan IMT ≥ 95 persentil
memiliki screentime lebih dari 2 jam per hari dan/atau aktifitas fisik yang
kurang dibandingkan anak dengan IMT < 95 persentil.11
Walaupun

beberapa

dekade

terakhir

ini

dikatakan

bahwa

meningkatnya screentime memberikan konstribusi terhadap peningkatan
angka obesitas remaja, namun suatu penelitian longitudinal pada tiga daerah
di Amerika Serikat memberikan penyataan bahwa hubungan antara
screentime dan obesitas hanya positif pada sampel anak dan tidak pada
remaja.1
Suatu penelitian di Inggris memberikan bukti bahwa paparan terhadap
iklan makanan meningkatkan asupan makanan terutama pada anak obes.
Anak yang terpapar iklan cenderung memilih makanan tinggi lemak dan/atau
makanan manis tinggi kalori.39 Penelitian di Australia menemukan adanya
hubungan screentime dengan peningkatan konsumsi makanan ringan atau

33

makanan dengan nilai gizi rendah yang dilihat dari iklan pada screen media.40
Suatu penelitan di Amerika Serikat menyatakan bahwa semakin lama waktu
menonton TV dalam seminggu menyebabkan bertambahnya asupan
makanan. 41
Data dari YRBS melaporkan remaja yang menonton TV lebih dari 2
jam sehari mengkonsumsi jumlah sayuran dan buah-buahan yang tidak
adekuat. Selanjutnya penelitian lain di Amerika Serikat menyatakan anak dan
remaja yang menonton TV lebih dari atau sama dengan dua kali sehari saat
jam makan keluarga, mengkonsumsi makanan tinggi nutrisi (biji-bijian, buahbuahan, sayuran, kacang-kacangan) lebih sedikit dibandingkan dengan
menonton TV kurang dari dua kali sehari saat jam makan keluarga.42

34

2.7.

Konsep Penelitian
OBESITAS

Primer

Defek genetik/
Sindrom klinis

Sekunder

Penyakit sistemik

Genetik

Lingkungan

Gaya Hidup

Perilaku
makan
Pilihan
makanan
- tinggi lemak
- manis
- tinggi kalori

Sosioekonomi

Trauma

Screentime

Aktivitas
Fisik

Gangguan
Neurologis
Psikologis

Iklan
makanan

Laju
metabolisme

Medikamentosa

Steroid

Total Asupan makanan
: yang diamati dalam penelitan
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian.

35