Profil Kadar Lipid Darah Pada Penderita Benign Prostat Hyperplasia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Benign Prostat Hyperplasia (BPH) biasanya selaras dengan pertambahan usia pada pria
dewasa, dimana merupakan pembesaran kelenjar prostat jinak yang diikuti dengan gangguan
Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Berdasarkan penelitian di Amerika ditemui, 60% dari
pria diatas 50 tahun menderita BPH, nilai ini meningkat pada usia 80 tahun, menjadi 90%
(Parsons et.al., 2006). Penyakit ini berlangsung kronis dan progresif, dimana klinis yang
tampak berupa adanya gangguan LUTS. BPH memberikan beban sosio-ekonomi pada
penderitanya. Di sebuah penelitian, didapati satu dari tiga pria di Swedia yang berusia diatas 50
tahun memiliki gangguan LUTS (Vikram et.al., 2010 ; Walsh et.al., 2011).
Meskipun tidak memberi ancaman jiwa, keluhan yang terjadi pada penderita cukup
memberikan gangguan yang dapat mempengaruhi aktifitas dan kwalitas hidup sehari-hari.
Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau Benign Prostate Enlargement (BPE)
yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli dan uretra atau dikenal sebagai Bladder
Uiversitas Sumatera Utara
Outlet Obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar
prostat disebut sebagai Benign Prostate Obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat
menimbulkan perubahan struktur buli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada
saluran kemih bahagian atas maupun bawah (Walsh et.al.,2011).
Etiologi dari BPH masih belum sepenuhnya jelas, dikarenakan oleh faktor statik dan
dinamik. Faktor statik adalah kemungkinan akibat pertumbuhan berlebih dari epitel prostat.
Faktor dinamik adalah yang berhubungan dengan aktifitas system saraf simpatis (Meigs et.al.,
2001; Suzuki et.al., 2002; Walsh et.al., 2011).
Beberapa teori telah mencoba menjelaskan mengenai patogenesis dari BPH. Pada
beberapa literatur menjelaskan adanya indikasi penentu dari kadar lipid yang memberikan
peranan tidak langsung pada pertumbuhan kelenjar prostat (Gokce et.al.,2010 ; Tewari
et.al.,2012 ; Tong et.al.,2009 ; Vikram et.al.,2010).
Uiversitas Sumatera Utara
Walaupun efek dari kadar lipid pada pertumbuhan kelenjar prostat lebih lambat
dibandingkan dengan efek dari kadar steroid, namun efek jangka panjang pada keduanya
mempengaruhi pada perubahan pola diet dan gangguan metabolik yang akhirnya memberikan
kontribusi yang nyata bagi progresifitas penyakit BPH pada masa selanjutnya. Pada studi
epidemiologi klinis maupun non klinis dijumpai adanya hubungan antara pemberian insulin,
gangguan metabolik dan penyakit Diabetes Mielitus tipe 2, dengan kejadian BPH (Gokce et.al.,
2010; Vikram et.al.,2010).
DHT (dehydrotestosterone) yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan kematian sel,
sangat mempengaruhi terjadinya pembesaran kelenjar prostat, sementara itu, kinerja dari DHT
ini sendiri dapat dipengaruhi oleh kadar cholesterol yang berlebih didalam darah (Haffner
et.al.,2003 ; Meigs et.al.,2001 ; Vikram et.al.,2011; Walls et.al.,2011).
Hubungan mengenai kadar lipid terhadap pertumbuhan kelenjar prostat memerlukan
lebih banyak penelitian lanjutan. Analisis lebih lanjut mengenai hal ini mungkin memberikan
pertimbangan etiologi BPH. Karena itu peneliti melakukan penelitian dalam hal ini.
Uiversitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah
Peningkatan kadar Profil Lipid diyakini merupakan salah satu faktor resiko sebagai
penyebab terjadinya BPH, namun belum dijumpai adanya penjelasan patofisiologi mengenai
keterikatan keduanya secara langsung.
1.3
Tujuan Penelitian
Melihat Profil Kadar Lipid dalam darah pada penderita BPH
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bidang Akademik/ Ilmiah
Kadar Profil Lipid dan BPH banyak dijumpai pada pria usia lanjut. Analisis lebih lanjut
mengenai hal ini mungkin memberikan petunjuk penting mengenai etiologi BPH.
1.4.2
Bidang Pelayanan Masyarakat
Sebagai tambahan edukasi kepada masyarakat mengenai kemungkinan gangguan
kadar lipid sebagai faktor penyebab terjadinya BPH.
1.4.3
Bidang Pengembangan Penelitian
Dengan penelitian ini, diharapkan menjadi bahan pertimbangan pada penelitian
lanjutan mengenai etiologi dan patofisiologi terjadinya BPH.
Uiversitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Benign Prostat Hyperplasia (BPH) biasanya selaras dengan pertambahan usia pada pria
dewasa, dimana merupakan pembesaran kelenjar prostat jinak yang diikuti dengan gangguan
Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Berdasarkan penelitian di Amerika ditemui, 60% dari
pria diatas 50 tahun menderita BPH, nilai ini meningkat pada usia 80 tahun, menjadi 90%
(Parsons et.al., 2006). Penyakit ini berlangsung kronis dan progresif, dimana klinis yang
tampak berupa adanya gangguan LUTS. BPH memberikan beban sosio-ekonomi pada
penderitanya. Di sebuah penelitian, didapati satu dari tiga pria di Swedia yang berusia diatas 50
tahun memiliki gangguan LUTS (Vikram et.al., 2010 ; Walsh et.al., 2011).
Meskipun tidak memberi ancaman jiwa, keluhan yang terjadi pada penderita cukup
memberikan gangguan yang dapat mempengaruhi aktifitas dan kwalitas hidup sehari-hari.
Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau Benign Prostate Enlargement (BPE)
yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli dan uretra atau dikenal sebagai Bladder
Uiversitas Sumatera Utara
Outlet Obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar
prostat disebut sebagai Benign Prostate Obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat
menimbulkan perubahan struktur buli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada
saluran kemih bahagian atas maupun bawah (Walsh et.al.,2011).
Etiologi dari BPH masih belum sepenuhnya jelas, dikarenakan oleh faktor statik dan
dinamik. Faktor statik adalah kemungkinan akibat pertumbuhan berlebih dari epitel prostat.
Faktor dinamik adalah yang berhubungan dengan aktifitas system saraf simpatis (Meigs et.al.,
2001; Suzuki et.al., 2002; Walsh et.al., 2011).
Beberapa teori telah mencoba menjelaskan mengenai patogenesis dari BPH. Pada
beberapa literatur menjelaskan adanya indikasi penentu dari kadar lipid yang memberikan
peranan tidak langsung pada pertumbuhan kelenjar prostat (Gokce et.al.,2010 ; Tewari
et.al.,2012 ; Tong et.al.,2009 ; Vikram et.al.,2010).
Uiversitas Sumatera Utara
Walaupun efek dari kadar lipid pada pertumbuhan kelenjar prostat lebih lambat
dibandingkan dengan efek dari kadar steroid, namun efek jangka panjang pada keduanya
mempengaruhi pada perubahan pola diet dan gangguan metabolik yang akhirnya memberikan
kontribusi yang nyata bagi progresifitas penyakit BPH pada masa selanjutnya. Pada studi
epidemiologi klinis maupun non klinis dijumpai adanya hubungan antara pemberian insulin,
gangguan metabolik dan penyakit Diabetes Mielitus tipe 2, dengan kejadian BPH (Gokce et.al.,
2010; Vikram et.al.,2010).
DHT (dehydrotestosterone) yang berfungsi mengatur pertumbuhan dan kematian sel,
sangat mempengaruhi terjadinya pembesaran kelenjar prostat, sementara itu, kinerja dari DHT
ini sendiri dapat dipengaruhi oleh kadar cholesterol yang berlebih didalam darah (Haffner
et.al.,2003 ; Meigs et.al.,2001 ; Vikram et.al.,2011; Walls et.al.,2011).
Hubungan mengenai kadar lipid terhadap pertumbuhan kelenjar prostat memerlukan
lebih banyak penelitian lanjutan. Analisis lebih lanjut mengenai hal ini mungkin memberikan
pertimbangan etiologi BPH. Karena itu peneliti melakukan penelitian dalam hal ini.
Uiversitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah
Peningkatan kadar Profil Lipid diyakini merupakan salah satu faktor resiko sebagai
penyebab terjadinya BPH, namun belum dijumpai adanya penjelasan patofisiologi mengenai
keterikatan keduanya secara langsung.
1.3
Tujuan Penelitian
Melihat Profil Kadar Lipid dalam darah pada penderita BPH
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bidang Akademik/ Ilmiah
Kadar Profil Lipid dan BPH banyak dijumpai pada pria usia lanjut. Analisis lebih lanjut
mengenai hal ini mungkin memberikan petunjuk penting mengenai etiologi BPH.
1.4.2
Bidang Pelayanan Masyarakat
Sebagai tambahan edukasi kepada masyarakat mengenai kemungkinan gangguan
kadar lipid sebagai faktor penyebab terjadinya BPH.
1.4.3
Bidang Pengembangan Penelitian
Dengan penelitian ini, diharapkan menjadi bahan pertimbangan pada penelitian
lanjutan mengenai etiologi dan patofisiologi terjadinya BPH.
Uiversitas Sumatera Utara