Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia yang Dilakukan Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Periode Bulan Juli 2012 Hingga Desember 2012

(1)

PROFIL PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

YANG DILAKUKAN ULTRASONOGRAFI

DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI

PERIODE BULAN JULI 2012 HINGGA DESEMBER 2012

Oleh :

Shalini Pitchai Pillai

100100396

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

PROFIL PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

YANG DILAKUKAN ULTRASONOGRAFI

DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI

PERIODE BULAN JULI 2012 HINGGA DESEMBER 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran.

Oleh :

Shalini Pitchai Pillai

100100396

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

ABSTRAK

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia baik dari segi insiden maupun morbiditinya. Untuk itu diperlukan suatu alat bantu diagnosa yang akurat sehingga dapat dilakukan tindakan deteksi dini dan pengobatan segera. Penggunaan ultrasonografi sebagai alat bantu diagnose pembesaran prostat cukup akurat dan bersifat non invasif, aman dan tidak perlu persiapan khusus.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil penderita Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012 yang ditinjau dari umur, keluhan, dan volume prostat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 45 kasus BPH di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.

Hasil penelitian menunjukkan BPH paling banyak pada kelompok umur >66 tahun sebanyak 27 kasus (60.0%). Penderita BPH paling banyak memiliki volume prostat >51 ml (55.6%). Penderita BPH sering mengalami keluhan susah buang air kecil sebanyak 31.1% (14 kasus) di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.


(4)

ABSTRACT

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a worldwide health problem both in terms of incidence and morbidity. It required an accurate diagnostic tool that can be taken early detection and immediate treatment. The use of ultrasound as a diagnostic tool is quite accurate prostate enlargement and is non-invasive, safe and do not need any special preparation.

The purpose of this study was to determine the profile of patients with Benign Prostate Hyperplasia ultrasonography performed at the Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012 were reviewed from age, complaints, and prostate volume.

This study is a descriptive cross-sectional design. The study sample as many as 45 cases of BPH at Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012.

The results showed most of BPH in the age group > 66 years a total of 27 cases (60.0%). BPH patients has the most prostate volume > 51 ml (55.6%). BPH patients often complain of difficulty urinating as much as 31.1% (14 cases) at Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya karya tulis yang berjudul “Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia yang Dilakukan Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Periode Bulan Juli 2012 Hingga Desember 2012” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Evo Elidar, Sp. Rad (K) selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada dr. Nenni Dwi A.Lubis, sp.,MSi selaku dosen penasehat akademik saya selama di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada kedua orangtua saya yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan studi saya di Fakultas Kedokteran ini.

4. Seluruh teman-teman angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, terutama teman satu bimbingan saya Maria Jheny FP. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Mahakuasa senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, dan penulis berharap semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan memberikan informasi serta sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak.


(6)

Medan, 06 Januari 2014 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

Lembar Pengesahan... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar... ix

Daftar Lampiran………. x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………. 4

1.3 Tujuan Penelitian……….. 4

1.3.1 Tujuan Umum………... 4

1.3.2 Tujuan Khusus……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian……… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 6

2.1. Benign Prostate Hyperplasia……… 6

2.1.1. Pengertian……….. 6

2.1.2 Patofisiologi………... 7

2.1.3 Gejala Klinis……… 8


(8)

2.2.1 Pendahuluan………... 9

2.2.2 Persiapan……… 9

2.2.3 Gambaran USG Prostat Normal………. 10

2.2.4 Gambaran USG BPH………. 10

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL………... 11 3.1 Kerangka Konsep……… 11

3.2 Definisi Operasional……… 11

BAB 4 METODE PENELITIAN 13 4.1 Jenis Penelitian……… 13

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian……… 13

4.3 Populasi dan Sampel……… 13

4.3.1 Populasi……… 13

4.3.2 Sampel……… 13

4.4 Metode Pengumpulan Data……… 14

4.5 Pengolahan dan Analisis Data……… 14

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……... 15

5.1 Hasil Penelitian………... 15

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………. 15


(9)

5.1.2.1. Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan

Ultrasonografi Berdasarkan Umur……….. 16

5.1.2.2. Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Volume Prostat………….. 16 5.1.2.3. Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Keluhan……….. 17

5.2 Pembahasan ……… 17

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 19

6.1 Kesimpulan……… 19

6.2 Saran……… 19


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Variabel, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, dan skala ukur………...

12

5.1 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Umur………. 16 5.2 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Volume

Prostat………...

16


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Gambaran normal prostat dan gambaran BPH ……… 7 Gambar 3.1 Kerangka konsep profil pasien Benign Prostate

Hyperplasiayang dilakukan ultrasonografi…………...


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 4 Data Induk


(13)

ABSTRAK

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia baik dari segi insiden maupun morbiditinya. Untuk itu diperlukan suatu alat bantu diagnosa yang akurat sehingga dapat dilakukan tindakan deteksi dini dan pengobatan segera. Penggunaan ultrasonografi sebagai alat bantu diagnose pembesaran prostat cukup akurat dan bersifat non invasif, aman dan tidak perlu persiapan khusus.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil penderita Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012 yang ditinjau dari umur, keluhan, dan volume prostat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 45 kasus BPH di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.

Hasil penelitian menunjukkan BPH paling banyak pada kelompok umur >66 tahun sebanyak 27 kasus (60.0%). Penderita BPH paling banyak memiliki volume prostat >51 ml (55.6%). Penderita BPH sering mengalami keluhan susah buang air kecil sebanyak 31.1% (14 kasus) di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.


(14)

ABSTRACT

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a worldwide health problem both in terms of incidence and morbidity. It required an accurate diagnostic tool that can be taken early detection and immediate treatment. The use of ultrasound as a diagnostic tool is quite accurate prostate enlargement and is non-invasive, safe and do not need any special preparation.

The purpose of this study was to determine the profile of patients with Benign Prostate Hyperplasia ultrasonography performed at the Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012 were reviewed from age, complaints, and prostate volume.

This study is a descriptive cross-sectional design. The study sample as many as 45 cases of BPH at Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012.

The results showed most of BPH in the age group > 66 years a total of 27 cases (60.0%). BPH patients has the most prostate volume > 51 ml (55.6%). BPH patients often complain of difficulty urinating as much as 31.1% (14 cases) at Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi period July 2012 to December 2012.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau Pembesaran Prostat Jinak (PJJ) merupakan kelainan kedua tersering yang dijumpai pada Klinik Urologi di Indonesia setelah batu saluran kemih. BPH sebenarnya merupakan istilah histopatologi dimana terjadi peningkatan jumlah sel stroma dan sel epitel dari kelenjar prostat. Tidak semua pasien BPH berkembang menjadi BPH yang bergejala atau symptomatic BPH, hanya terdapat 50% pasien BPH yang memiliki bukti mikroskopik hiperplasia nodular yang bisa dideteksi secara klinis dan menimbulkan gejala klinis (Rahmah dan Munira, 2011).

Menurut Abbas (2005) dalam Hamawi (2010), di dunia, insidensi BPH meningkat seiring bertambahnya usia, pada usia 40-an, kemungkinan seseorang itu menderita penyakit ini adalah sebesar 40%, dan setelah meningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun, persentasenya meningkat menjadi 50% dan diatas 70 tahun, persen untuk mendapatkannya bisa mencapai 90%, tetapi jika dilihat secara histologi penyakit BPH secara umum melibatkan 20% pria pada usia 40-an, dan meningkat secara dramatik pada pria berusia 60-an, dan 90% pada usia 70 tahun. Secara umumnya, di dunia, pada tahun 2003 ditemukan lebih kurang 220.900 kasus baru BPH.

Perubahan volume prostat terjadi secara bervariasi berdasarkan tingkatan umur, dimana volume prostat meningkat menjadi 25 cc pada pria usia 30 tahun dan pada usia 70 tahun menjadi sekitar 35-45 cc (Rahmah dan Munira, 2011).

Menurut Anonim (2010) dalam Juwono et al. (2011), keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa kumpulan gejala saluran kemih


(16)

bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yang terdiri atas gejala obstruksi maupun iritasi yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas setelah miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin. Hubungan antara BPH dengan kumpulan gejala saluran kemih bawah sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH.

Menurut Rosette et al. (2004) dalam Juwono et al. (2011), BPH adalah suatu kondisi berhubungan erat dengan penuaan, meskipun tidak mengancam nyawa, manifestasi klinis sebagai kumpulan gejala saluran kemih bawah mengurangi kualitas hidup pasien. Kumpulan gejala saluran kemih bawah dapat terjadi pada 30% pria berusia lebih dari 65 tahun. Beberapa studi klinis epidemiologi telah dilakukan di seluruh dunia selama 20 tahun terakhir, namun demikian prevalensi BPH klinis tetap sulit untuk ditentukan. Definisi klinis yang standar untuk menentukkan BPH masih belum jelas, hal ini yang membuat kesulitan untuk melakukan studi epidemiologi yang memadai.

Menurut Terris (2002) dalam Sutapa et al. (2007), selama ini volume prostat telah digunakan sebagai kriteria untuk diagnosa BPH. Penentuan volume prostat sangat berguna untuk rencana terapi dan monitoring hasil terapi BPH. Penentuan volume prostat dapat dilakukan dengan pemeriksaan colok dubur, ultrasonografi (USG), magnetic resonance imaging (MRI) , computed tomography (CT).

Perkiraan volume prostat menggunakan colok dubur adalah tidak akurat, sedangkan MRI dan CT dapat lebih tepat untuk mengukur volume prostat tetapi pemeriksaan ini mahal, Roehborn (2002) dalam Sutapa et al. (2007).

Hricak (1987) membandingkan volume prostat menggunakn USG dan MRI, dengan volume prostat sebenarnya dari operasi Transurethral resection of the


(17)

prostate (TURP), dan prostatektomi terbuka, diperoleh hasil bahwa dengan

Transabdominal ultrasonography (TAUS), rerata perbedaan volume adalah 14%

(SD±12), sedangkan dengan MRI rerata perbedaan volume adalah 6% (SD±6), (Sutapa et al., 2007).

Penelitian membandingkan volume prostat menggunakan USG transabdominal dan transrektal memang telah dipublikasikan sebelumnya, tetapi masih sedikit penelitian yang membandingkan volume prostat menggunakan alat USG transabdominal yang berbeda, dan operator yang berbeda. Satu laporan oleh Chung (2004) menyimpulkan bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara USG transabdominal dan transrektal, untuk mengukur volume prostat pada pasien yang sama. Secara statistik juga tidak ada perbedaan yang bermakna antara USG transabdominal yang berbeda, atau USG transrektal dengan operator yang berbeda (Sutapa et al., 2007).

Roehborn (1986) menganjurkan memeriksa prostat menggunakan USG transabdominal karena pemeriksaannya mudah, tidak invasif, tidak memerlukan persiapan khusus pada pasien, dapat memperkirakan volume prostat secara tepat, dapat memberikan informasi tambahan tentang pertumbuhan prostat intravesika, jumlah residual urine serta dapat mengetahui adanya kelainan buli-buli (Sutapa et al., 2007).

Gacci et al. (2004) dalam Sinaga et al. (2006), penatalaksanaan terhadap penyakit BPH secara umum adalah dengan medikamentosa dan operatif. Tindakan prostatektomi terbuka dapat mengatasi gejala obstruksi dan memperbaiki kualitas hidup.

Berdasarkan uraian bahwa BPH dapat didiagnosis dengan menggunakan ultrasonografi yang merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan serta pemeriksaannya adalah non-invasif dan lebih murah jika dibandingkan dengan


(18)

pemeriksaan penunjang lain seperti MRI dan CT scan, maka peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia

yang Dilakukan Ultrasonografi”. Semakin awal dijumpai BPH, maka semakin baik

prognosisnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat profil pasien Benign Prostate

Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi

periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat suatu rumusan masalah

sebagai berikut: “Bagaimanakah profil pasien Benign Prostate Hyperplasia

yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui profil penderita Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012 yang ditinjau dari umur, keluhan, dan volume prostatnya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui jumlah penderita Benign Prostate Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.

2. Mengetahui distribusi umur pada penderita Benign Prostate Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember


(19)

2012.

3. Mengetahui distribusi penderita Benign Prostate Hyperplasia berdasarkan keluhan utama yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.

4. Mengetahui volume prostat pada penderita Benign Prostate Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mulai mengaplikasikan ilmu pengetahuan di bidang statistik kedokteran yang telah didapat selama masa perkuliahan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan bagi penelitian lain. 3. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh dokter

dalam penegakan diagnosis Benign Prostate Hyperplasia dengan mempertimbangkan usia yang beresiko dalam penyakit Benign Prostate

Hyperplasia yang paling berpengaruh dalam insidensinya.

4. Untuk mensosialisasikan ultrasonografi sebagai skrining Benign Prostate

Hyperplasia dengan menggunakan ultrasonografi pada pria diatas usia 40

tahun sehingga dapat menurunkan angka morbiditas penyakit kelainan prostat.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benign Prostate Hyperplasia (BPH) 2.1.1. Pengertian BPH

Menurut Anonim (2009) dalam Hamawi (2010), BPH secara umumnya dinyatakan sebagai Pembesaran Prostat Jinak. Maka jelas dari pengertian secara umum sebelumnya, terdapatnya sesuatu yang menyebabkan prostat membesar. Hiperplasia adalah penambahan ukuran suatu jaringan yang disebabkan oleh penambahan jumlah sel yang membentuknya. Maka dapat didefinisikan bahwa hiperplasia prostat adalah pembesaran prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia kelenjar. Namun orang sering menyebutnya dengan hipertrofi prostat, namun secara histologi yang dominan adalah hiperplasia dibanding hipertrofi.

Menurut Berry (1984) dalam Hamawi (2010), secara histologi, BPH dapat didefinisikan sebagai pembesaran nodular secara regional dengan kombinasi proliferasi stroma dan glandular yang berbeda yang ditandai dengan adanya peningkatan sel epitel dan sel stroma di dalam daerah periuretra pada prostat.

Pengertian BPH secara klinikal, menurut NCI : Definition of Cancer Terms

dalam Hamawi (2010), BPH adalah suatu pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh hiperplasia beberapa atau semua komponen dari prostat yang meliputi jaringan dari kelenjar maupun jaringan fibromaskuler yang menyebabkan terjadinya penyumbatan uretra prostat dan bersifat non-kanker.

Hiperplasia kelenjar prostat adalah suatu pertumbuhan yang cepat sehingga kelenjar prostat membengkak dengan penyebabnya diduga karena adanya ketidakseimbangan hormonal yaitu kadar testosteron yang tinggi dalam darah. Pembesaran kelenjar prostat demikian hebat sehingga mengarah ke dalam rongga perut. Kelenjar prostat yang membesar mungkin rata, tetapi dapat juga membentuk


(21)

nanah. Akan tetapi jika terbentuk kista maka kotoran yang keluar dari penis berwarna keabu-abuan atau kemerahan berisi darah (Pratiwi, 2012).

Kelainan kelenjar prostat sering disertai dengan konstipasi, hernia perinealis dan urin yang tertahan. Gejala lain yang tampak dari hiperplasia kelenjar prostat adalah penurunan berat badan dan anoreksia. Hiperplasia kelenjar prostat menyebabkan retensi urin di dalam vesika urinaria dan keadaan ini cenderung menyebabkan sistitis yaitu radang pada vesika urinaria (Pratiwi, 2012).

Menurut Sjamsuhidajat (1996) dalam Furqan (2003), BPH merupakan penyakit pada pria usia diatas 50 tahun yang sering dijumpai karena letak anatominya yang mengelilingi uretra, pembesaran dari prostat akan menekan lumen uretra yang menyebabkan sumbatan dari aliran kandung kemih. Prostat akan semakin membesar dengan meningkatnya usianya.

Menurut Pratiwi (2012), pada kondisi normal ukuran diameter kelenjar prostat 2,5 – 3 cm sedangkan pada kondisi hiperplasia dapat mencapai 5 – 6 cm atau lebih besar lagi bila ada kista di dalamnya.

Gambar 2.1 : Gambaran normal prostat dan gambaran BPH Sumber: Wibowo, 2013, Referat Benign Prostat Hyperplasia


(22)

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan ini untuk mengeluarkan urinnya. Kontraksi secara terus-menerus menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yang dulu dikenal dengan gejala prostatismus.

Tekanan intravesikal yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini akan menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus, dapat mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal (Nurs dan Baticaca, 2008).

2.1.3. Gejala klinis BPH

Menurut Brown (1982), Blandy (1983), Burkit (1990), Forrest (1990), Weinerth (1992) dalam Furqan (2003), gejala klinik yang timbul disebabkan oleh karena dua hal yang terdiri daripada obstruksi dan iritasi yaitu:

- Gejala pertama yang paling sering dijumpai adalah penurunan kekuatan pancaran dan kaliber aliran urin, oleh karena lumen uretra mengecil dan tahanan di dalam uretra mengecil dan tahanan di dalam uretra meningkat, sehingga kandung kemih harus memberikan tekanan yang lebih besar untuk dapat mengeluarkan urin.

- Sulit memulai kencing (hesitancy) menunjukan adanya pemanjangan periode laten, sebelum kandung kemih dapat menghasilkan tekanan intra-vesika yang cukup tinggi.


(23)

tinggi selama berkemih, aliran urin dapat berhenti dan dribbling (urin menetes setelah berkemih) bias terjadi. Untuk meningkatkan usaha berkemih pasien biasanya melakukan valvasa menauver sewaktu berkemih.

- Otot-otot kandung kemih menjadi lemah dan kandung kemih gagal mengosongkan urin secara sempurna, sejumlah urin tertahan dalam kandung kemih sehingga menimbulkan sering berkemih (frequency) dan sering berkemih malam hari (nocturia).

2.2 Ultrasonografi 2.2.1. Pendahuluan

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, di mana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat noninvasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman, dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontraindikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan yang penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh (Boer, 2005).

Ultrasonografi menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz ( >20 kilohertz) untuk menghasilkan gambaran struktur organ di dalam tubuh. Manusia dapat mendengar gelombang suara 20-20.000 hertz. Gelombang suara antara 2,5 sampai dengan 14 kilohertz digunakan untuk diagnostik. Gelombang suara dikirim melalui suatu alat yang disebut transducer atau probe. Obyek didalam tubuh akan memantulkan kembali gelombang suara yang kemudian akan ditangkap oleh suatu sensor, gelombang pantul tersebut akan direkam, dianalisis dan ditayangkan di layar. Daerah yang tercakup tergantung dari rancangan alatnya.


(24)

Ultrasonografi yang terbaru dapat menayangkan suatu obyek dengan gambaran tiga dimensi, empat dimensi dan berwarna. Efek samping yang sering dilaporkan adalah alergi pada jeli yang diberikan untuk membantu meningkatkan perambatan gelombang suara yang dipancarkan oleh transducer. Pengaruh dari gelombang ultrasonik sendiri belum ada yang melaporkan berakibat buruk bagi kesehatan manusia (Lyanda et al., 2011).

2.2.2. Persiapan

Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Untuk pemeriksaan daerah pelvis, buli-buli harus penuh (Boer, 2005).

2.2.3. Gambaran ultrasonografi prostat normal

Pada pemeriksaan kelenjar prostat dengan menggunakan transabdominal ultrasound, tampak kelenjar prostat sebagai struktur homogeny, mengelilingi struktur ovoid tipis, uniform, low level dan disertai reflektifitas akustik. Zona anatomi tidak dapat ditampilkan. Hubungan antara kandung kencing dan kelenjar prostat dapat ditampilkan. Vesikula seminalis pada potongan transversal tampak sebagai “bow tie” atau bentuk tubuler dengan ekogenisitas yang sama atau lebih rendah dari pada

prostat. Pada potongan longitudinal kelenjar prostat tampak sebagai “triangular

protuberances” yang meluas dan seringkali tidak dapat dibedakan dengan aspek

superior dari kelenjar (Armaini, 2003).

Pengukuran volume kelenjar prostat didasarkan pada rumus matematika

untuk suatu “prolate ellipse” yang diturunkan dari volume = 0,52 x CC x AP x W

(dalam cm³), (keterangan CC= Craniocaudal, AP= Anteroposterior, W= lebar pada potongan transversal). Pengukuran ini dapat diubah menjadi satuan berat gram (gm) dengan mengalikan berat jenis tertentu dari jaringan yang kira-kira mendekati 1 gm/cm³ (Armaini, 2003).

Menurut Presti et al., (2008), ukuran normal prostat adalah 3- 4 cm pada basisnya, 4- 6 cm pada bagian cephalocaudal, dan 2- 3 cm di anteroposterior.


(25)

2.2.4. Gambaran Ultrasonografi BPH

Menurut Wibowo (2013), gambaran sonografi BPH menunjukkan pembesaran bagian dalam glandula, yang relatif hipoekoik dibanding zona perifer. Zona transisi hipoekoik cenderung menekan zona central dan perifer. Batas yang memisahkan


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui umur yang beresiko, keluhan, dan volume prostat di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. : Kerangka konsep profil pasien Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi

3.2 Definisi Operasional

1. Ultrasonografi Prostat adalah sebuah metode untuk memvisualisasikan kelenjar prostat dengan menggunakan gelombang suara ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi sangat tinggi.

2. Benign Prostate Hyperplasia adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan pembesaran kelenjar prostat bersifat jinak yang hanya timbul pada laki- laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut dan ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatominya sebagai gold standard.

3. Umur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Ultrasonografi Prostat

Benign Prostate Hyperplasia


(27)

4. Keluhan bermaksud apa yang dikeluhkan atau keluh kesah (nomina).

5. Volume prostat adalah isi prostat atau besarnya prostat.

Tabel 3.1. Variabel, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur Variable Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur Umur Data

sekunder dari rekam medis Analisis data rekam medis hasil ultrasonografi 40-45 tahun 46-50 tahun 51-55 tahun 56-60 tahun 61-65 tahun >66 tahun Interval Volume prostat Data sekunder dari rekam medis Analisis data rekam medis hasil ultrasonografi 35-40 ml 41-45 ml 46-50 ml >51 ml Interval

Keluhan Data

sekunder dari rekam medis Analisis data rekam medis hasil ultrasonografi

Nyeri saat BAK Susah BAK Inkontinens urine BAK berdarah Tidak bisa BAK Retensi urine

BAK tersendat-sendat Merasa tidak puas sesudah BAK


(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian uji diagnostik untuk melihat profil pasien

Benign Prostate Hyperplasia yang dilakukan ultrasonografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah uji diagnostik yang berupa cross-sectional study

deskriptif dimana akan dilakukan pengumpulan data dari rekam medis pada pasien di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Adapun pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi tersebut adalah dikarenakan banyaknya penggunaan ultrasonografi dalam penegakan diagnosis Benign Prostate Hyperplasia di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan dilakukan periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Benign Prostate

Hyperplasia yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi di RSUD Dr. Pirngadi


(29)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah pasien Benign Prostate Hyperplasia yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode total sampling.

Kriteria inklusi:

Semua data rekam medis berupa umur, keluhan, dan volume prostat di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode bulan Juli 2012.

Kriteria eksklusi:

Rekam medis yang tidak lengkap. 4.4. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap awal, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksana penelitian pada institusi pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirim ke bagian tata usaha RSUD Dr.Pirngadi Medan. Setelah mendapat izin, maka peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi jumlah pasien yang menjadi sampel penelitian serta disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi data-data rekam medis pasien penderita Benign Prostate

Hyperplasia di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode bulan Juli 2012 hingga Desember

2012. Kemudian dilanjutkan dengan pencatatan rekam medis pasien yang menjadi target penelitian. Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan analisa terhadap data tersebut.


(30)

Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian diolah sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui profil pasien Benign Prostate Hyperplasia berdasarkan usia, keluhan, dan volume prostat dari rekam medis yang terdapat di RSUD Dr. Pirngadi Medan.


(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan RI Nomor : 433/Menkes/SK/IV/2007. RSU Dr.Pirngadi Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi.

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan terletak di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan yang merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan di kota Medan yang berstatus milik pemerintah Kota Medan. Data penelitian ini diambil dari bagian instalasi rekam medis yang terletak di lantai 1 Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

5.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Dari 83 pasien yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi prostat di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012, hanya 45 data pasien yang digunakan dalam penelitian, sementara 38 data yang lainnya dimasukkan ke dalam kriteria ekslusi karena hasil pemeriksaan ultrasonografi prostat yang tidak tercantum di dalam rekam medis atau data rekam medis lain yang tidak lengkap. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis pasien yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan selama periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012.


(32)

nomor rekam medis, umur, volume prostat, keluhan utama dan diagnosis pascaoperasi atau patologi anatomi.

5.1.2.1 Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Umur.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (N) Persentase (%)

40 – 45 tahun 2 4.4 46 - 50 tahun 1 2.2 51 - 55 tahun 1 2.2 56 - 60 tahun 4 8.9 61 - 65 tahun 10 22.2

>66 tahun 27 60.0

Total 45 100.0

Berdasarkan tabel 5.1, didapati bahwa jumlah pasien yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi pada usia 40 - 45 tahun sebanyak 2 orang (4.4%), pada rentang usia 46 - 50 tahun sebanyak 1 orang (2.2%), pada rentang usia 51 - 55 tahun sebanyak 1 orang (2.2%), pada rentang usia 56 - 60 tahun sebanyak 4 orang (8.9%), pada rentang usia 61 - 65 tahun sebanyak 10 orang (22.2%), dan pada rentang usia >70 tahun sebanyak 27 orang (60.0%).


(33)

5.1.2.2 Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Volume Prostat.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Volume Prostat Volume Prostat Frekuensi (N) Persentase (%)

35 – 40 ml 12 26.7

41 - 45 ml 3 6.7

46 - 50 ml 5 11.1

>51 ml 25 55.6

Total 45 100.0

Berdasarkan tabel 5.2, didapati bahwa jumlah pasien yang menjalani pemeriksaan ultrasonografi dan didiagnosis berdasarkan volume prostat pada 35 - 40 ml sebanyak 12 orang (26.7%), pada volume prostat 41 – 45 ml sebanyak 3 orang (6.7%), pada volume prostat 46 – 50 ml sebanyak 5 orang (11.1%), dan pada volume prostat >51 ml sebanyak 25 orang (55.6%).


(34)

5.1.2.3 Distribusi Pasien BPH yang Menjalani Pemeriksaan Ultrasonografi Berdasarkan Keluhan.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi BPH Berdasarkan Keluhan

Keluhan Utama Frekuensi (N) Persentase (%)

Nyeri saat BAK 9 20.0

Susah BAK 14 31.1

Inkontinens urine 2 4.4

BAK berdarah 4 8.9

Tidak bisa BAK 6 13.3

Retensi urine 2 4.4

BAK tersendat-sendat 4 8.9 Merasa tidak puas

sesudah BAK

4 8.9

Total 45 100.0

Berdasarkan tabel 5.3, memperlihatkan bahwa penderita BPH yang didiagnosis dengan ultrasonografi berdasarkan keluhan di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi periode bulan Juli 2012 hingga Desember 2012 adalah nyeri saat buang air kecil sebanyak 9 kasus (20.0%), susah buang air kecil sebanyak 14 kasus (31.1%), inkontinens urine sebanyak 2 kasus (4.4%), buang air kecil berdarah sebanyak 4 kasus (8.9%), tidak bisa buang air kecil sebanyak 6 kasus (13.3%), retensi urine sebanyak 2 kasus (4.4%), buang air kecil tersendat-sendat sebanyak 4 kasus (8.9%) dan merasa tidak puas sesudah buang air kecil sebanyak 4 kasus (8.9%).

5.2 Pembahasan

Menurut Townsend et al. (2008), BPH sering terjadi pada kelompok umur >80 tahun sebanyak >80%. Pada penelitian ini, insidensi BPH paling banyak dijumpai pada kelompok umur >66 tahun sebanyak 27 kasus (60.0%) dan paling sedikit pada kelompok umur 46 – 50 tahun dan 51 – 55 tahun masing-masing mempunyai 1 kasus (2.2%). Angka yang didapat menunjukkan bahwa kasus BPH


(35)

meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Menurut Oktaviana (2012), dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa yang merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma.

Menurut Mochtar2 et al. dalam Srihari (2013), penderitat BPH paling banyak memiliki volume prostat di atas 43.9 ml sebanyak (1859 kasus) 82.1%. Hasil dari penelitian, didapati bahwa penderita BPH paling banyak memiliki volume prostat >51 ml sebanyak 25 kasus (55.6%) dan paling sedikit adalah 41- 45 ml sebanyak 3 kasus (6.7%). Jumlah kasus yang sedikit dalam penelitian ini menyebabkan hasilnya berbeda.

Menurut Khan et al. (2008), penderita BPH sering mengalami disuria dan urgensi sebanyak 64 kasus (64%). Pada penelitian ini, didapati bahwa penderita BPH sering menderita dengan keluhan susah buang air kecil sebanyak 14 kasus (31.1%) dan paling sedikit menderita dengan keluhan inkontinens urine dan retensi urine masing-masing 2 kasus (4.4%). Hal ini karena, menurut Rahmah dan Munira (2011), pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urine.


(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat 45 penderita Benign Prostate Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012. 2. Prevalensi penyakit Benign Prostate Hyperplasia sering pada kelompok

umur >66 tahun sebanyak 27 kasus (60.0%) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012.

3. Prevalensi penyakit Benign Prostate Hyperplasia sering memiliki volume prostat >51 ml sebanyak 27 kasus (55.6%) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012 .

4. Prevalensi penyakit Benign Prostate Hyperplasia sering menderita keluhan susah buang air kecil sebanyak 14 kasus (31.1%) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan selama periode Juli 2012 hingga Desember 2012. 6.2. Saran

1. Sehubungan dengan tingginya angka kejadian BPH, maka skrining prostat harus secara intensif dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi pada laki-laki dari kelompok umur >40 tahun sehingga keluhan-keluhan BPH dapat dikurangi.

2. Di rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, rekam medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap dalam melampirkan unsur-unsur demografi, pelaporan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dan follow up yang dilakukan, serta lebih spesifik dalam pengklasifikasian sehingga memudahkan dalam pengolahan data.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amaliaturrahmah dan Munira, 2011. Benigna Prostate Hyperplasia (BPH). Available from: http://www.scribd.com/doc/118670931/Benigna-Prostate-Hyperplasia-BPH [Accessed 13 Mei 2013]

Apri Lyanda, Budhi Antariksa, Elisna Syahruddin, 2011. Ultrasonografi Toraks. Available from: http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2011/02/jri-jan-2011-38-43.pdf [Accessed 07 Mei 2013]

Azwar Boer, 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 453-457

Basuki B Purnomo (2009). Dasar-dasar Urologi, edisi 2. CV.Sagung Seto Jakarta.

Cahya Daris Tri Wibowo, 2013. Referat Benign Prostate Hyperplasia (BPH).

Available from: http://www.scribd.com/doc/134583802/Referat-Bph-Dr-haryadi [Accessed 11 Mei 2013]

Courtney M.Townsend, JR.,MD et.al., 2008. Sabiston Textbook of Surgery. Edisi 18. Saunders Elsevier, Canada. 2269

Dr.Nursalam, M.Nurs. (Hons), Fransisca B.Batticaca, S.Pd., S.Kep.,Ns, 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Salemba Medika. Bab 8. 125-135

DR. Srihari S.R., 2013. The Study of Prostate Specific Antigen and Prostate Volume

in Benign Prostatic Hyperplasia. Available from:

www.rguhs.ac.in/cdc/onlinecdc/uploads/01_M027_45001.doc [Accessed 11 November 2013]

Furqan, 2003. Evaluasi Biakan Urin pada Penderita BPH Setelah Pemasangan Kateter Menetap:Pertama Kali dan Berulang. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6206/1/bedah-furqan.pdf [Accessed 22 Mei 2013]

Hendra Sutapa, Wahjoe Djatisoesanto, Doddy M.Soebadi, 2007. Pengukuran Volume Prostat Pasien BPH Menggunakan Colok Dubur dan USG Transrektal dengan Operator yang Sama Dibandingkan dengan Pengukuran Volume Prostat Menggunakan Taus dengan Operator Berbeda. Available from: http://www.scribd.com/doc/85665419/4 [Accessed 07 Mei 2013]


(38)

Intan Telani Oktaviana 2012.Referat Benign Prostatic Hyperplasia. Available from:http://www.scribd.com/doc/84459638/Referat-Benign-Prostat- Hypertrophy [Accessed 24 Mei 2013]

Ishtiaq Ali Khan et al., 2008. Carcinoma of Prostate in Clinically Benign Enlarged

Gland. Available from:

http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/20-2/Ishtiaq.pdf [Accessed 13 November 2013]

Joseph C.Presti, Jr,MD, Christopher J.Kane,MD, Katsuto Shinohara, MD,& Peter R.Carroll,MD, 2008. Smith’s General Urology. Edisi 17. Mc Graw Hill. 348 Mohd Lokman Hamawi, 2010. Gambaran Histopatologi Penyakit Benign Prostatic

Hyperplasia (BPH) dan Kanker Prostat di Laboratorium Patologi Anatomi

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan, Periode 2008-2009.

Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21372 [Accessed 23 Mei 2013]

Novi Noferdina Armaini, 2003. Uji Diagnostik Pemeriksaan Ultrasonografi dengan Pemeriksaan Patologi Anatomi dalam Mendiagnosis Karsinoma Prostat. Available from: http://eprints.undip.ac.id/14764/1/2003FK611.pdf.[Accessed 25 Mei 2013]

Pradip R.Patel 2005. Lecture Notes Radiologi, edisi 2.Penerbit Erlangga, Jakarta. Raden Bagus Adiwinoto Dwi Juwono, Lina Choridah, Sudarmanta, 2012. Hubungan

Pembesaran Prostat jinak pada Sonografi Transabdominal dengan Derajat Sumbatan Leher Kandung Kemih pada Uroflowmetri. Available from: http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail& act=view&typ=html&buku_id=56088&obyek_id=4 [Accessed 14 Mei 2013] Selvi Pratiwi, 2012. Benign Prostate Hyperplasia. Available from:


(39)

Usul M.Sinaga, Harry B., Aznan Lelo 2006. Perubahan Kualitas Hidup Penderita Pembesaran Prostat Jinak Pasca-prostatektomi Terbuka. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15628/1/mkn-sep2006- %20%2812%29.pdf [Accessed 07 Mei 2013]


(40)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shalini Pitchai Pillai

Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 02 Februari 1989 Agama : Hindu

Alamat : Sri Kandi House, Jl.Sei Padang Komplek Perjuangan No.2, Medan,

Indonesia. Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Jenis Kebangsaan (T) Ulu Sepetang, Malaysia (1996-2001) 2. Sekolah Menengah Kebangsaan Bukit Jana, Kamunting, Perak, Malaysia

(2002-2004)

3. Sekolah Menengah Kebangsaan Bukit Jana, Kamunting, Perak, Malaysia (2005-2006)

4. Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Aman Petaling Jaya, Malaysia (2007) Riwayat Organisasi :

1. Anggota Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Di Indonesia (PKPMI), Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Anggota Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM), Universitas Sumatera Utara, Medan.


(41)

(42)

(43)

(44)

(45)

(46)

DATA INDUK

No. RM Umur

(tahun)

Diagnosis Volume prostat

(ml)

Keluhan

1 85.52.34 66 BPH 50 Nyeri saat buang air kecil 2 85.66.83 60 BPH 35 Nyeri saat buang air kecil 3 85.00.35 67 BPH 56 Susah buang air kecil 4 85.98.65 54 BPH 39 Susah buang air kecil 5 84.44.15 69 BPH 36 Nyeri saat buang air kecil 6 85.61.61 72 BPH 49,8 Buang air kecil

tersendat-sendat

7 85.47.92 63 BPH 54 Nyeri saat buang air kecil 8 85.58.22 58 BPH 36 Inkontinens urine

9 85.54.80 81 BPH 40 Nyeri saat buang air kecil 10 75.20.44 75 BPH 40 Tidak bisa buang air kecil 11 84.59.70 63 BPH 40 Retensi urine

12 71.57.66 72 BPH 46,5 Tidak bisa buang air kecil 13 85.73.19 70 BPH 51 Susah buang air kecil 14 86.11.63 74 BPH 40 Nyeri saat buang air kecil 15 85.76.73 67 BPH 43 Inkontinens urine

16

85.20.42 68

BPH 39 Buang air kecil tersendat-sendat

17

85.27.31 61

BPH 109,7 Merasa tidak puas sesudah buang air kecil

18 84.40.43 65 BPH 50 Tidak bisa buang air kecil 19 86.39.82 58 BPH 40 Buang air kecil berdarah 20 84.72.71 63 BPH 68 Buang air kecil berdarah 21 85.49.51 68 BPH 51,2 Tidak bisa buang air kecil 22 85.81.31 49 BPH 36 Tidak bisa buang air kecil 23 85.57.01 60 BPH 59 Buang air kecil berdarah 24 86.36.79 75 BPH 98,6 Susah buang air kecil 25

86.14.69 40

BPH 83 Merasa tidak puas sesudah buang air kecil

26 85.59.64 76 BPH 61 Nyeri saat buang air kecil 27 84.96.28 62 BPH 44 Buang air kecil berdarah 28 84.36.55 68 BPH 51 Susah buang air kecil 29 85.41.34 44 BPH 113 Susah buang air kecil 30 56.95.11 69 BPH 51 Susah buang air kecil 31 84.63.01 76 BPH 49 Buang air kecil


(47)

32 82.45.33 62 BPH 90,2 Susah buang air kecil 33 84.60.65 67 BPH 74,4 Retensi urine

34 85.73.19 70 BPH 51 Susah buang air kecil 35 86.26.94 64 BPH 110,1 Susah buang air kecil 36 85.32.28 77 BPH 58 Merasa tidak puas sesudah

buang air kecil

37 25.75.75 74 BPH 37,5 Buang air kecil tersendat-sendat

38 85.71.98 67 BPH 43,2 Susah buang air kecil 39 77.35.88 70 BPH 96 Nyeri saat buang air kecil 40 85.44.78 77 BPH 62,8 Susah buang air kecil 41 85.01.79 67 BPH 48,3 Susah buang air kecil 42 66.60.59 72 BPH 53,7 Buang air kecil berdarah 43 84.45.64 71 BPH 50 Tidak bisa buang air kecil 44 85.05.35 64 BPH 70,1 Merasa tidak puas sesudah

buang air kecil 45 85.55.00 62 BPH 51 Susah buang air kecil


(48)

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN

Frekuensi Data Penelitian BPH

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 40-45 2 4.4 4.4 4.4

46-50 1 2.2 2.2 6.7

51-55 1 2.2 2.2 8.9

56-60 4 8.9 8.9 17.8

61-65 10 22.2 22.2 40.0

>66 27 60.0 60.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Volume Prostat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35-40 12 26.7 26.7 26.7

41-45 3 6.7 6.7 33.3

46-50 5 11.1 11.1 44.4

>51 25 55.6 55.6 100.0


(49)

Keluhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Nyeri saat BAK 9 20.0 20.0 20.0

Susah BAK 14 31.1 31.1 51.1

Inkontinens urine 2 4.4 4.4 55.6

BAK berdarah 4 8.9 8.9 64.4

Tidak bisa BAK 6 13.3 13.3 77.8

Retensi urine 2 4.4 4.4 82.2

BAK tersendat-sendat 4 8.9 8.9 91.1

Merasa tidak puas sesudah BAK 4 8.9 8.9 100.0

Total 45 100.0 100.0


(1)

(2)

(3)

DATA INDUK

No. RM Umur

(tahun)

Diagnosis Volume prostat

(ml)

Keluhan

1 85.52.34 66 BPH 50 Nyeri saat buang air kecil

2 85.66.83 60 BPH 35 Nyeri saat buang air kecil

3 85.00.35 67 BPH 56 Susah buang air kecil

4 85.98.65 54 BPH 39 Susah buang air kecil

5 84.44.15 69 BPH 36 Nyeri saat buang air kecil

6 85.61.61 72 BPH 49,8 Buang air kecil

tersendat-sendat

7 85.47.92 63 BPH 54 Nyeri saat buang air kecil

8 85.58.22 58 BPH 36 Inkontinens urine

9 85.54.80 81 BPH 40 Nyeri saat buang air kecil

10 75.20.44 75 BPH 40 Tidak bisa buang air kecil

11 84.59.70 63 BPH 40 Retensi urine

12 71.57.66 72 BPH 46,5 Tidak bisa buang air kecil

13 85.73.19 70 BPH 51 Susah buang air kecil

14 86.11.63 74 BPH 40 Nyeri saat buang air kecil

15 85.76.73 67 BPH 43 Inkontinens urine

16

85.20.42 68

BPH 39 Buang air kecil

tersendat-sendat 17

85.27.31 61

BPH 109,7 Merasa tidak puas sesudah

buang air kecil

18 84.40.43 65 BPH 50 Tidak bisa buang air kecil

19 86.39.82 58 BPH 40 Buang air kecil berdarah

20 84.72.71 63 BPH 68 Buang air kecil berdarah

21 85.49.51 68 BPH 51,2 Tidak bisa buang air kecil

22 85.81.31 49 BPH 36 Tidak bisa buang air kecil

23 85.57.01 60 BPH 59 Buang air kecil berdarah

24 86.36.79 75 BPH 98,6 Susah buang air kecil

25

86.14.69 40

BPH 83 Merasa tidak puas sesudah

buang air kecil

26 85.59.64 76 BPH 61 Nyeri saat buang air kecil

27 84.96.28 62 BPH 44 Buang air kecil berdarah

28 84.36.55 68 BPH 51 Susah buang air kecil

29 85.41.34 44 BPH 113 Susah buang air kecil

30 56.95.11 69 BPH 51 Susah buang air kecil


(4)

tersendat-32 82.45.33 62 BPH 90,2 Susah buang air kecil

33 84.60.65 67 BPH 74,4 Retensi urine

34 85.73.19 70 BPH 51 Susah buang air kecil

35 86.26.94 64 BPH 110,1 Susah buang air kecil

36 85.32.28 77 BPH 58 Merasa tidak puas sesudah

buang air kecil

37 25.75.75 74 BPH 37,5 Buang air kecil

tersendat-sendat

38 85.71.98 67 BPH 43,2 Susah buang air kecil

39 77.35.88 70 BPH 96 Nyeri saat buang air kecil

40 85.44.78 77 BPH 62,8 Susah buang air kecil

41 85.01.79 67 BPH 48,3 Susah buang air kecil

42 66.60.59 72 BPH 53,7 Buang air kecil berdarah

43 84.45.64 71 BPH 50 Tidak bisa buang air kecil

44 85.05.35 64 BPH 70,1 Merasa tidak puas sesudah

buang air kecil


(5)

OUTPUT DATA HASIL PENELITIAN Frekuensi Data Penelitian BPH

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 40-45 2 4.4 4.4 4.4

46-50 1 2.2 2.2 6.7

51-55 1 2.2 2.2 8.9

56-60 4 8.9 8.9 17.8

61-65 10 22.2 22.2 40.0

>66 27 60.0 60.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Volume Prostat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 35-40 12 26.7 26.7 26.7

41-45 3 6.7 6.7 33.3

46-50 5 11.1 11.1 44.4

>51 25 55.6 55.6 100.0


(6)

Keluhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Nyeri saat BAK 9 20.0 20.0 20.0

Susah BAK 14 31.1 31.1 51.1

Inkontinens urine 2 4.4 4.4 55.6

BAK berdarah 4 8.9 8.9 64.4

Tidak bisa BAK 6 13.3 13.3 77.8

Retensi urine 2 4.4 4.4 82.2

BAK tersendat-sendat 4 8.9 8.9 91.1

Merasa tidak puas sesudah BAK 4 8.9 8.9 100.0

Total 45 100.0 100.0


Dokumen yang terkait

Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperlasia (BPH) yang Menjalani Transurethral Resection of Prostate (TURP) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Periode Januari 2012-Desember 2013

9 79 79

Profil pasien kusta dengan ulkus plantaris di Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang pada bulan Juli tahun 2012

2 50 97

Gambaran Histopatologi Penyakit Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dan Kanker Prostat di Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum pusat Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, periode 2008-2009

2 33 78

KORELASI USIA DENGAN RASIO KELENJAR DAN STROMA PADA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DI RSUD DR.H.ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG PERIODE AGUSTUS 2012-JULI 2014

1 15 63

Karakteristik Pasien Cholelithiasis Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2012.

1 4 25

Profil pasien kanker paru yang dilakukan tindakan transthoracic needle aspiration dengan tuntunan ultrasonografi toraks di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Prostat - Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperlasia (BPH) yang Menjalani Transurethral Resection of Prostate (TURP) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Periode Januari 2012-Desember 2013

0 0 23

Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperlasia (BPH) yang Menjalani Transurethral Resection of Prostate (TURP) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Periode Januari 2012-Desember 2013

0 0 12

Kejadian hernia inguinalis pada penderita benign prostate hyperplasia periode januari 2008 – desember 2013 di rumah sakit PHC Surabaya. - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 23

Kajian pemberian nutrisi parenteral pada pasien ICU Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli-Desember 2012 - USD Repository

0 0 101