Perbedaan Fungsi Ereksi Sebelum Dan Sesudah Transurethral Resection Of The Prostat Pada Penderita Benign Prostat Hyperplasia Tanpa Retensi jurnal

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Hermawan Suharto Wijanarko, Hari Wujoso
Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana UNS
drhermawan@yahoo.com
Abstrak

Latar Belakang : Komplikasi Transurethral Resection of the Prostat (TURP) pada Benign Prostat
Hyperplasia (BPH) pada fungsi seksual terus menjadi isu kontroversial dan bukti yang tersedia masih
dalam perdebatan. Tujuan : Mengetahui adanya perbedaan fungsi ereksi pasien BPH tanpa retensi
sebelum dan sesudah tindakan TURP
METODE: Penelitian ini merupakan eksperimen klinik dengan rancangan time series studi, Penilaian
fungsi ereksi sebelum dan 1,3,6 bulan sesudah dilakukan tindakan TURP dengan Skoring
International Index of Erectile Function-5(IIEF-5).
Hasil: Didapatkan 21 pasien BPH tanpa retensi yang dilakukan tindakan TURP Rentang Usia pasien
52th sampai 69th. Dari 21 pasien tersebut 13 pasien dengan fungsi ereksi DE ringan, sedangkan 8
pasien lainnya dengan fungsi ereksi normal. Hasil menunjukkan ada perbedaan signifikan fungsi
ereksi sebelum TURP dengan 1 bulan sesudah TURP, dengan p = 0,000 (p < 0,05). Pada 3 bulan
menunjukkan ada perbedaan signifikan dengan p = 0.008 (p < 0,05). Pada 6 bulan menunjukkan tidak

ada perbedaan signifikan, dengan p = 0.439 (p > 0,05).
Kesimpulan: Ada perbedaan fungsi ereksi pada pasien BPH tanpa retensi 1-3 bulan sesudah
dilakukan TURP , tidak ada perbedaan fungsi ereksi 6 bulan sesudah dilakukan TURP . Jadi penderita
BPH tanpa retensi yang dilakukan tindakan TURP , akan terjadi penurunan fungsi ereksi pada 1-3
bulan dan kembali normal sesudah 6 bulan.
Kata kunci: Fungsi Ereksi, BPH, TURP, IIEF-5

Disfungsi ereksi (DE)

didefinisikan sebagai ketidakmampuan
untuk mencapai atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk kepuasan
seksual. Penyebab DE dapat berupa
organik dan Psikogenik. Selain itu, juga
dapat disebabkan oleh pasca tindakan
bedah.( Berardis et al, 2002, John et al,
2006; Mulhall et al, 2008 )
( TURP) merupakan tindakan
gold standar untuk Benign Prostat
Hipertrofi (BPH). Salah satu komplikasi

pasca operasi yang dapat ditimbulkan
setelah pasien mendapat tindakan

tersebut adalah DE. ( Thorpe et al,1994 ;
Papatsoris et al,2004 :Han et al, 2002;
Florator et al,2001 ). Sejumlah pasien
mengalami DE temporer pasca TURP
dan kembalinya terhadap kemampuan
ereksinya dalam 1-6 bulan pasca TURP .
Penyebab DE pasca TURP belum
diketahui
secara
pasti,
tetapi
diperkirakan
karena
kerusakan
karena trauma
panas pada saat dilakukan tindakan (
Taher A,2004 ; Pulakis V et al, 2006 )

Fungsi ereksi merupakan faktor
yang penting bagi semua pria pada
kondisi seksual aktif , hal tersebut
sekaligus bisa untuk menilai kualitas
dari
kehidupan
sex
dengan
pasangannya.
Dari hasil penelitia

1

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

( AP Show) tahun 2008 di 13

negara
termasuk
Indonesia
menyebutkan bahwa terdapat korelasi
antara kekerasan ereksi dan kualitas
hidup
.
Semakin
tinggi
tingkat
kekerasan ereksi, semakin tinggi pula
kepuasan seksual dan pada gilirannya
akan meningkatkan kualitas hidup
secara keseluruhan. (Goldstein et.al,
1998; Mulhall ,2007) Dari
(IJIR)
tahun 2013menyebutkan efek dari TURP
pada fungsi ereksi masih kontroversi
dan data- data yang tersedia masih
dalam perdebatan.

Mengingat pentingnya hal diatas,
pada studi ini, kami akan menilai
perbedaan fungsi ereksi pasca TURP
dengan menggunakan
5(IIEF-5)

Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian eksperimen klinik dengan
Penelitian
rancangan
dilakukan di Sub Bagian Bedah Urologi
Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas
Maret ( FK UNS) / RSUD Dr. Moewardi
Surakarta (RSDM) pada periode Juli
2014 sampai dengan Desember 2014

- Pasien pria, yang telah didiagnosis BPH

tanpa retensi yang telah diputuskan
dilakukan TURP
- Usia 50 -70 tahun
- Pasien BPH dengan fungsi ereksi yang
normal ataupun disfungsi
ereksi
ringan sebelum dilakukan TURP
- Bersedia mengisi dan menandatangani
formulir pernyataan persetujuan
penelitian.

- Pasien LUTS yang pernah mendapatkan
pengobatan
- Pernah menjalani operasi BPH
sebelumnya
baik
TURP
/
Open
`prostatekomi


- Pasien DM dengan komplikasi
- Pasien gagal ginjal kronis
- Pasien Hipertensi
- Tanda –tanda Keganasan prostat
Penilaian fungsi ereksi sebelum dan
1,3,6 bulan sesudah dilakukan tindakan
TURP dengan Skoring
(IIEF5).Semua pasien BPH tanpa retensi yang
telah dibuktikan dengan IPSS, klinis,
laboratorium, USG dan telah diputuskan
untuk TURP serta yang bersangkutan
bersedia mengikuti alur penelitian,
kemudian pasien diberikan penjelasan
untuk mengisi kuisioner dengan IIEF 5
dengan
didampingi
dokter,
baik
sebelum TURP dan 1,3,6 bulan sesudah

TURP.Data Perbedaan antara skor IIEF 5
sebelum dan 1,3,6 bulan sesudah
TURPakan
dianalisis
dengan
menggunakan uji statistik Friedman.

Penelitian
ini
merupakansuatu
penelitian rancangan
,
yaitu membandingkan fungsi ereksi
pada pasien BPH Tanpa Retensi sebelum
dan setelah dilakukan TURP dengan
menggunakan IIEF-5.
Dari penelitian ini di dapatkan 21
pasien
BPH
tanpa

retensi
yang
dilakukan tindakan TURP sejak bulan
Juni 2014 sampai dengan Desember
2014 di Sub Bagian Bedah Urologi
RSDM. Dari 21 pasien tersebut 13 pasien
dengan fungsi ereksi DE ringan,
sedangkan 8 pasien lainnya dengan
fungsi ereksi normal. Semua pasien
yang dilakukan TURP hasil patologi
anatominya adalah BPH, jadi tidak ada
Semua pasien
pasien yang
tidak mengalami komplikasi setelah
dilakukan TURP. Semua pasien dalam
penelitian
tidak
mempunyai
permasalahan
dengan

kehidupan
seksualnya.

9

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Lima puluh dua persen pasien
BPH tanpa retensi yang menjalani
TURP berada dalam rentang 61 –
70 tahun, empat puluh delapan
persen pasien BPH tanpa retensi
yang menjalani TURP berada
dalam rentang umur 50-60
tahun. Dengan usia termuda
adalah usia 52 tahun dan usia

tertua 69 tahun dengan rerata
usia 61th .

8 (38%) pasien BPH tanpa retensi
memiliki fungsi ereksi normal
dan 13(62%) pasien BPH tanpa
retensi dengan DE ringan.

Fungsi ereksi sebelum
TURP
38%

Normal
Ringan

62%

USIA

48%

Gambar 5.3. Diagram deskripsi sebaran
derajat fungsi ereksi
dengan IIEF-5
sebelum TURP

50-60th

52%

61-70th

Gambar 5.1. Diagram
deskripsi sebaran penderita
menurut umur.
2(10%) pasien BPH tanpa retensi
memiliki fungsi ereksi normal,
5(23%) pasien BPH tanpa retensi
dengan DE ringan dan 14(67%)
pasien BPH tanpa retensi dengan
DE sedang.

Lima puluh tujuh persen pasien
BPH tanpa retensi memiliki
rentang vol 30-40 cc, Tiga puluh
tiga persen pasien BPH tanpa
retensi memiliki rentang vol 4150 cc. Sepuluh persen pasien
BPH tanpa retensi memiliki
rentang vol 41-60 cc. Dengan
volume terkecil 36cc dan vol
terbesar 55cc dengan rerata
44,67cc.

Fungsi ereksi setelah
1bulan TURP
10%
Normal

23%

Volume Prostat

67%

Ringan
Sedang

10%
33%

30-40 cc
41-50cc
51-60cc

57%

Gambar 5.4. Diagram deskripsi sebaran
derajat fungsi ereksi dengan IIEF-5 1
bulan setelah TURP

Gambar 5.2. Diagram deskripsi sebaran
volume prostat

3(14%) pasien BPH tanpa retensi
memiliki fungsi ereksi normal,

10

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

18 (86%) pasien BPH tanpa
retensi dengan DE ringan

Fungsi ereksi setelah 3
bulan TURP
0%

14%
Normal
Ringan
Sedang
86%

Gambar 5.5. Diagram deskripsi sebaran
derajat fungsi ereksi dengan IIEF-5 3
bulan setelah TURP

10(48%) pasien BPH tanpa retensi
memiliki fungsi ereksi normal,
11 (52%) pasien BPH tanpa
retensi dengan DE ringan

Fungsi ereksi setelah 6 bulan
TURP
0%
Normal
52%

48%

Ringan
Sedang

Gambar 5.6. Diagram deskripsi sebaran
derajat fungsi ereksi dengan IIEF-5 6
bulan setelah TURP.

Dari data primer di atas kemudian
dengan dilakukan analisis data statistik
dengan menggunakan program SPSS for
windows versi 19.

Kateg
ori
IIEF
1Bula
n

21

Kateg
ori
IIEF
Pre

Kateg
ori
IIEF 3
Bulan

Kateg
ori
IIEF
Pre

0.000

Ada
perbeda
an
signifika
n

0.008

Ada
perbeda
an
signifika
n

0.439

Tidak
ada
perbeda
an
signifika
n

1,86

21

Kateg
ori
IIEF
Pre

Kateg
ori
IIEF 6
Bulan

1,14

1.24

1,76

21

1.57

1,43

Hasil pengujian menunjukkan bahwa
usia, vol prostat tidak terkorelasi
dengan IIEF-5 sebelum dilakukan TURP,
yang berarti usia dan Volume Prostat
bukan merupakan variabel pengganggu.
Pada Uji normalitas Shapiro - Wilk
menunjukan nilai p pada masing masing
variable
0,05).

Insiden terjadinya DE menurut
dilaporkan bahwa antara 13%
hingga 28% pria berusia 40-80 tahun
menderita DE (Feldman, 2004). Insiden
ini sangat erat hubungannya dengan
bertambahnya usia, diabetes mellitus,
penyakit
jantung,
dan
hipertensi.
Padapenelitian ini rata-rata usia pasien
61 tahun, dimana sebagian besar pasien
dengan fungsi ereksi yang normal.
Menurut beberapa literatur prevalensi
DE pada pria umur 50-60 tahun kurang
lebih 6,7% dan meningkat sampai 25%
pada pria di atas 65 tahun, serta
disebutkan juga bahwa laki-laki dewasa
umur di atas 60 tahun mempunyai

risiko terjadinya DE hampir 4 kali lipat
dibanding dengan laki-laki umur di
bawah 60 tahun (Jones, 2010; Melman
2002).
merupakan
untuk tatalaksana BPH (Hendrikx, 2002).
Meskipun prosedur ini kadang masih
dirasakan kurang nyaman oleh pasien,
namun masih merupakan prosedur yang
simpel dan cukup aman, dimana
komplikasi mayor yang memerlukan
rawat inap sangat jarang terjadi, tidak
sampai 10% (Klein, 2010). Salah satu
komplikasi yang cukup penting untuk
diinformasikan kepada pasien, adalah
adanya
kemungkinan
terjadinya
disfungsi ereksi (DE) yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas hidup
pasien.
Semua pasien yang ikut dalam
penelitian
kami
tidak
memiliki
permasalahan
psikis
yang
dapat
mengganggu kehidupan seksualnya. Hal
ini sangat penting karena permasalahan
psikis
sangat
berdampak
pada
kehidupan seksual pasien sehingga
dapat mempengaruhi skor IIEF-5. Fungsi
ereksi seseorang sangat dipengaruhi
oleh hipotalamus, sistem limbik, dan
korteks serebri serta membutuhkan
koordinasi yang baik antara sistem saraf
pusat, saraf perifer, hormonal, dan
sistem vaskuler (Brosman, 2006). Oleh
karena
itu
fungsi ereksi sangat
dipengaruhi oleh kondisi psikis orang
tersebut.
Shabsigh
tahun
2006
menyebutkan bahwa sebagian besar
(>65%) penyebab DE berupa psikogenik
yang disebabkan oleh hambatan sentral
terhadap proses ereksi tanpa terlibatnya
faktor fisik. (Shabsigh R, 2006; Mulhall
et al, 2008). Penelitian lain oleh
Machlouf tahun 2007 mengatakan
bahwa sebagian besar penyebab DE di
Amerika adalah masalah psikis yang
terutama disebabkan oleh depresi dan
kecemasan (Machlouf A, 2007).
Efek samping yang timbul akibat
TURP pada penelitian ini adalah DE. 16
pasien mengalami penurunan fungsi
ereksi pada evaluasi Bulan I dan
11pasien mengalami penurunan fungsi
ereksi pada evaluasi Bln III, seluruh
pasien kembali normal pada evaluasi

12

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Bulan VI Post TURP. Komplikasi mayor
yang memerlukan rawat inap sangat
jarang terjadi, tidak sampai 10% (Klein,
2010).
Perdarahan
merupakan
komplikasi paling sering setelah TURP
walaupun parameter koagulasi normal.
Rata-rata
volume
prostat
pada
penelitian kami adalah 44,67 cc dengan
ukuran volume prostat terkecil36 cc dan
volume terbesar 55 cc.
Penelitian oleh Akbal tahun 2007
menyebutkan bahwa umur pasien tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
kejadian DE setelah TURP (Akbal et al,
2007). Disfungsi ereksi yang terjadi
setelah
TURP
disebabkan
karena
kerusakan nuerovaskular
yang
berjalan disisi posterolateral prostat
akibat trauma termal oleh alat resektor
atau hematom.

TURP. Dalam evaluasi Bulanke-2 di
dapatkan 11,6% pasien dengan DE,
sedangkan pada evaluasi Bulan ke-3 dan
bulan ke-6 tidak lagi didapatkan DE.
Chrisofos dkk juga melaporkan 8,69%
pasien mengalami DE setelah dilakukan
TURP, yang sembuh dalam 3 bulan
(Akbal
et
al,
2007).
Persentase
terjadinya DE pada penelitian kami lebih
besar daripada angka kejadian DE pada
penelitian-penelitian sebelumnya karena
pada penelitian kami menggunakan
sampel dengan jumlah yang lebih
sedikit. Namun pada perhitungan secara
statistik penurunan tersebut tidak
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
tindakan TURP dapat dianggap sebagai
prosedur yang simpel dan aman bagi
pasien, terlebih terhadap kemungkinan
terjadinya DE.

Pada
penelitian
kami,
berdasarkan data IIEF-5 yang sudah
dikategori (Normal, DE ringan, DE
sedang, atau DE berat) terdapat
penurunan fungsi ereksi pada 67%
pasien dengan DE sedang pada evaluasi
Bulan 1 setelah TURP. Pada evaluasi 3
bulan setelah TURP
sebanyak 86%
dengan DE ringan dan 14% normal.
Pada evaluasi 6 bulan setelah TURP 52%
dengan DE ringan dan 48% normal.
Namun secara statistik data perbedaan
fungsi ereksi sebelum dan 1bulan
setelah TURP (p:0,000) dan 3 bulan
setelah TURP (p:0,008) menunjukkan
ada perbedaan yang signifikan .
Sedangkan data perbedaan fungsi ereksi
sebelum dan 6bulan setelah TURP
(p:0,435)
menunjukkan
tidak
ada
perbedaan yang signifikan .

Pada semua penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya dan juga pada
penelitian kami, disfungsi ereksi yang
terjadi pada beberapa pasien tersebut
bersifat transien. Disfungsi ereksi ini
dapat disebabkan akibat trauma termal
langsung pada neurovaskular
yang berperan dalam proses ereksi, atau
juga
dapat
disebabkan
karena
secara
penekanan neurovaskular
sekunder akibat hematom atau edema.
Kerusakan
yang
terjadi
bersifat
temporer yang dapat kembali normal
setelah proses inflamasi atau dampak
penekanan akibat hematom sudah tidak
ada (Zisman et al, 2001). Pada penelitian
kami tampak bahwa kemampuan ereksi
pasien pada evaluasi Bulan VI kembali
sama dengan data fungsi ereksi sebelum
dilakukan TURP, baik pada evaluasi
dengan IIEF-5.

Pada penelitian oleh Zisman et al
tahun 2001, didapatkan 21 dari 218
(9,7%) pasien yang telah dilakukan TURP
didapatkan DE yang sembuh dalam 3
Bulan, namun 4 diantaranya menetap
sampai bulan ke-6 (Zisman et al, 2001).
Sedangkan pada penelitian oleh Akbal et
al tahun 2007 dilaporkan 150 pasien
yang akan menjalani TURP dilakukan
evaluasi dengan IIEF-5, dimana 64%
pasien tidak didapatkan DE dan 34%
dengan DE ringan sebelum dilakukan

Berbeda dengan penelitian oleh
Klein et al tahun 2010 pada 198 pasien
yang dilakukan TURP dinilai fungsi
ereksinya pada Bulan ke-1, 3, dan 12.
Pada semua kelompok didapatkan
penurunan median skor IIEF-5 yang
signifikan pada evaluasi bulan pertama.
Sedangkan pada evaluasi bulan ke-3 dan
12 median skor IIEF-5 tidak ada
perbedaan
yang
bermakna
(Klein et al,
dibandingkan
2010). Pada penelitian ini evaluasi

13

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

fungsi ereksi menggunakan median skor
IIEF-5, dimana
Apabila penurunan nilai IIEF-5
masih dalam kategori fungsi ereksi yang
sama, maka secara kategori pasien
masih dalam derajat fungsi ereksi yang
sama (DE ringan, DE sedang, atau DE
berat) meskipun secara statistik terjadi
penurunan median skor IIEF-5 yang
signifikan

Ada

tanpa retensi 1-3

bulan sesudahdilakukan

, tidak

perbedaan fungsi ereksi 6 bulan

sesudah dilakukan
BPH

tanpa

Brosman SA,(2009) Prostate Spesific
Antigen.Diambil
dari:
http://www
.
emedicine.
com./articles.(28
September
2014)

perbedaan fungsi ereksi

pada pasien BPH

ada

Boyle P & Liu GF, (2001). Epidemiology
and Natural History. In the:
Chatelain , Denis L, eds.Benign
Prostat Hyperplasia, 5thUnited
Kingdom: Plymbrige, 19-61

retensi

. Jadi penderita
yang

dilakukan

Claus G, Roehrborn , John D & Connell
MJ, (2007). Benign Prostatic
Hyperplasia: .Etiology,
Pathophysiology, Epidemiology,
and Natural History. In the:
Walsh PC,: Campbell’s Urology,
9th ed: chapter 86

tindakan TURP, akan terjadi penurunan
fungsi

ereksi

pada

1-3

bulan

dan

kembali normal sesudah 6 bulan.

Akbal C, Turker R & Tavukeu H, 2007,
Erectile function
in Benign
prostate hyperplasia - patients
who underwent transurethral
resection, European Urology, vol
53, pp.540-46.
AnjumI, Ahmed M, Azzopardi A,& Mufti
GR,(1998). Prostatic infection in
acute
urinary
retention
secondary to benign prostate
hyperplasia. American Journal of
Urology, 160,792-3.
Berardis GD, Farnciosi M, Belfiglio M,
Dinardo B, & Kaplan SH, (2002)
Erectile dysfunction and quality
of life in type 2 diabetics
patients. Diabetic Care,25,284-91

Connell MJ & Abrahams P. (2009).
Evaluation and treatment of luts
in older men. In the: Male urinary
tract dysfunction evaluation and
management. 4, 342-349
Connell MJ. (2005). Combination
Therapy Significantly Delays
Progression of Benign Prostatic
Hyperplasia. Diambil dari:
www.nyp.org/news/hospital.(27
September 2014)
Feldman, HA, Goldstein, I & Krane, RJ
(2004),
‘Impotence
and
its
medical
and
psychosocial
correlates : results of the
Massachusetts
Male
Ageing
Study’, J Urol, vol 151 (1), pp 5461.
Foster

HE
&
Jacobs
MB,(2004).
Transurethral Resection of the
Prostate. In: Management of
Benign Prostatic Hipertrophy.
Northwestern University Feinberg

14

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

School
of
Medicine,Chicago,
IL,;vol: 10, chapter 11,163-193
Fouad RK, Vivien KT, & Ronald S, (2001).
Male Sexual Function and its
Disorders
:
Phsiology,
Patophysiology,
Clinical
Investigation and Treatment.
Endocrine Reviews,22,342-348
Goldstein I, Lue TF, Padma NH, Rosen
RC, Steers WD & Wicker PA.
(1998). Oral sildenafil in the
treatment of erectile dysfunction.
Sildenafil Study Group. N Engl J
Med,338, 1397-1404

bladder
125-8

outlet

obstruction?.9,

John J, Mulcahy. (2006). Male Sexual
Function. Aguide to Clinical
Mnanagement second edition, 145
Jones

DA, (2001). Benign prostatic
hypertrophy and lower urinary
tract
dysfunction.
In
the:
Comprehensive urology, 451-464

Johanes BC, Araujo AB, & Feldman HA
(2000),

Incidence

of

erectile

dysfunction in men 40 to 69
years old: longitudinal results

Greenstein
MA,
(2009).
Enlarged
prostate. Medical Encyclopedia.
Diambil dari:
www.emidicine
health.com/enlargedprostate/arti
cle.(10 Juni 2014)
Hayward SW & Cunha GR.(2009) The
Prostate:
Development
and
Physiology. Radiologic Clinic of
Nort America. WB Sauders.
Diambl
dari:
http://www.mdconsult.com/
articles.(10 Juli 2014)
Jeong HJ & Lee DH, (2009). The Efficacy
of Every Other Day Alpha-blocker
Therapy in Men with Benign
Prostatic Hyperplasia. Korean J
Urol.
Apr;46(4):366-9.Diambil
dari:
http://wwwlinkinghub.elsevier.co
m/journle/vol.46/no.4/index.ht
ml(12 September 2014)
Jeong SJ, Park CS, Hwang IS, Kwak C,
Cho JY, Kim SW, Kim SH& Paick
JS, (2007). Can intravesical
prostatic
protrusion
predict

from
aging

the massachusetts male
study,

The

Journal

of

Urology, vol 163, pp 460-63.
Kirby R & Lepor H. (2007) Evaluation
and Nonsurgical Management of
Benign Prostatic Hyperplasia. In
the: Walsh PC, et al : Campbell’s
Urology, 9th ed: Chapter 87
Klein T, Eric A & Platz E A (2007),
Epidemiology,
Etiology,
and
Prevention of Benign Prostate
Campbell-Walsh
Hiperplasia
th
Urology, 9 ed, WB SaundersElsevier, Philadelphia.
Klein T, Palisaar, RJ & Holz, A (2010),
‘The
impact
TURP
and
perprostatic nerve block on
erectile and voiding function : a
prospective study’, The Journal
of Urology, vol 184, pp 1456-52.
Lee C & Cockett A,(2010) Regulation of
prostate growth. In the :
Chatelain C, Denis L, et al: Benign
prostate hyperplasia, 5th:81-99

15

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Makhlouf A, Kparker A, Niederberger C
(2007), ‘depression and erectile
dysfunction’, Urol Clin North
America, vol 34, pp 565-74
Melman, A (2002), ‘The epidemiology
and pahtophysiology of erectile
dysfunction’, The Journal of
Urology, vol 161, pp 5-11.
Mulhall J, (2008). Erectile Dysfunction:
Monitoring
Response
to
Treatment in Clinical PractiseRecommendation
an
International Study Panel. J Sex
Med,; 4 : 448-64
Nordling J & Artibani W. (2001).
Pathophysiology of the urinary
bladder obstruction and aging. In
the: Chatelain C., Dennis L., et al.:
Benign prostate hyperplasia, 5th
:109-157
Orihuela E, Sang MP, Motamedi M &
Cowan DF, Warren MM, (1996)
Mechanism of healing of the
human
prostatic
urethra
following thermal injury. In
Urology, 1996; Volume 48, Issue
4, Pages 600-608
Poulakis V, Ferakis N, Witzsch U, et al.
(2006), Erectile dysfunction after
transurethral prostatectomy for
lower urinary tract symptoms:
results from a center with over
500 patients. Asian J Androl.;
8:69-74.
Presti JC, (2004), Neoplasms of the
prostate gland. In the: Tanagho
EA,
McAninch
JW,
editors.
Smith’s General Urology. 16th ed.
New York : Lange Medical
Books/Mc Graw-Hill.; p. 367 –
385

Roehrborn
CG
&
Conell
MJ,(2002),Etiology
Patophysiology
and
Natural
History of Benign Prostatic
Hyperplasi. In the : Wals PC,
Retik AB, Eds: Campbels Urology.
9th. Phliladelphia: WB. Sauders;
1297-1330
Roger SK,(2005), An Atlas of Erection
Dysfunction second edition, hal
32-42
Rhodes
T.(2009)
Benign
Prostatic
Hyperplasia (BPH) – Medications.
Diambil
dari:
http://www.medicinenet.com/
articles.(12 September 2014)
Rhodes T, Marks LS, Dorey FJ, Shery ED,
Rittenhouse H, Partin AW &
Dekernion JB: (2009). Serum
Prostate Specific Antigen Level
After Transurethral Resection of
The
prostate:
Longitudinal
Characterization In Men With
Benign Prostatic Hyperplasia. In:
Journal of Urology, September
2010; vol 156: 1035-1039
Rosen RC, Cappeleri JC, Smith MD &
Lipsky J. (1999). Development
and evaluatioan of an abridged,
5-item version of the Intenational
Index of Erectile Function (IIEF5)
as a diagnostic tool for erectile
dysfunction.
International
Journal
of
Impotence
Research.11:319-326
Shabsigh R, (2006), The Proven Plan for
Enhancing Your Sexual Function
and
Achieving Optimum
Health.
Diambil
dari:http://www.lifeextension.co
m/magazine/2007/9/profile/pag
e-0.(6 maret 2014)
16

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Taher A, (2004), Erectile dysfunction
after transurethral resection of
the prostate , Incidence and risk
factors. World Journal Urologi,
22:457-460
Thorpe AC, Clearry R & Coles J, Witeen,
(1999). Concent about sexual
function in men undergoing
transurethral postatic study. Br J
Urol, 74:479-84
Wein AJ & Rovner ES, (2001). Benign
prostatic hyperplasia. In the:
Hanno PM., Malkowicz SB, et al.:
Clinical manual of urology, 3rd,
437-470
Wespes E, Eardley I, Giuliano F,
Hatzichristou D, Hatzimouratidis
K, Moncada I, Salonia A, Vardi Y.
(2013) Guidelines on male sexual
dysfunction: erectile dysfunction
and
premature
ejaculation.
Arnhem
(The
Netherlands):
European Association of Urology
(EAU); Mar. 54 p. [326 references]
Zisman A, Leibovici, & Kleinmann, J
(2001), ‘The impact of TURP on
patient well-being: a prospective
study of pain, anxiety and
erectile dysfunction’, The Journal
of Urology; vol 165, pp 445-454.

17

commit to user