Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online Pada Anak Usia Sekolah Terhadap Kebutuhan Istirahat dan Tidur di SD Negeri 060895 Medan Baru, Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Game Online
2.1.1 Pengertian Game Online
Game online didefinisikan sebagai game komputer yang dapat dimainkan
oleh multi pemain melalui internet. Biasanya disediakan sebagai tambahan
layanan perusahaan penyedia jasa online atau dapat diakses langsung dari
perusahaan yang mengkhususkan menyediakan game. Memainkan game online
terdapat dua perangkat penting yang harus dimiliki pemakainya yaitu seperangkat
komputer dengan spesifikasi yang memadai dan koneksi dengan internet (Burhan
dalam Tsharir, 2005).
2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Game Online
Perkembangan game online sendiri tidak lepas juga dari perkembangan
teknologi komputer dan jaringan computer itu sendiri. Meledaknya game online
sendiri merupakan cerminan dari pesatnya jaringan computer yang dahulunya
berskala kecil (small local network) sampai menjadi internet dan terus
berkembang sampai sekarang. Games Online saat ini tidaklah sama seperti ketika
games online diperkenalkan untuk pertama kalinya. Pada saat muncul pertama
kalinya tahun 1960, computer hanya bisa dipakai untuk 2 orang saja untuk
bermain


game.

Lalu

muncullah

komputer

dengan

kemampuan time-

sharing sehingga pemain yang bisa memainkan game tersebut bisa lebih banyak
dan tidak harus berada di suatu ruangan yang sama (Multiplayer Games).

Universitas Sumatera Utara

Lalu pada tahun 1970 ketika muncul jaringan computer berbasis paket
(packet based computer networking), jaringan computer tidak hanya sebatas LAN
saja tetapi sudah mencakup WAN dan menjadi Internet. Game online pertama kali

muncul kebanyakan adalah game-game simulasi perang ataupun pesawat yang
dipakai untuk kepentingan militer yang akhirnya dilepas lalu dikomersialkan,
game-game ini kemudian menginspirasi game-game yang lain muncul dan
berkembang (Yahya, 2013).
2.1.3 Dampak Bermain Game Online
Game online selalu diyakini memberikan pengaruh negatif kepada para
pemainnya. Hal ini terutama karena sebagian besar game yang adiktif dan
biasanya tentang kekerasan pertempuran dan berkelahi. Mayoritas orang tua dan
media berpikir dan percaya bahwa permainan merusakan otak anak-anak dan
mempromosikan kekerasan di antara mereka. Namun, banyak psikolog, pakar
anak, dan para ilmuwan percaya bahwa permainan ini sebenarnya bermanfaat bagi
pertumbuhan anak-anak. Jadi, dapat disingkatkan bahwa terdapat dampak positif
dan negatif bermain game online terhadap para gamernya.
a. Dampak positif
Dampak positif game online menurut (Hilmuniati, 2011), antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan konsentrasi
Gamer sejati mempunyai daya konsentrasai yang tinggi yang
memungkinkan mereka mampu menyelesaikan beberapa tugas.


Universitas Sumatera Utara

2) Ketajaman mata yang lebih cepat
Aanak-anak yang memainkan game action secara teratur memiliki
ketajaman mata yang lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang
tidak sering bermain game.
3) Meningkatkan kinerja otak dan memacu otak dalam menerima cerita
Sama dengan belajar, bermain game yang tidak berlebihan dapat
meningkatkan kinerja otak bahkan memiliki kapasitas jenuh yang
lebih sedikit di bandingan dengan belajar dan membaca.
4) Meningkatkan kemampuan membaca
Bermain game bisa membantu anak-anak untuk meningkatkan
kemampuan baca mereka. Jadi, keluhan soal bermain game yang dapat
menurunkan budaya membaca tidaklah beralasan.
5) Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris
Seseorang yang suka bermain game sebagian besar mahir berbahasa
inggris di sekolah ataupun di universitas tanpa melalui kursus karna
fitur dalam game sebahagian besar berbahasa inggris.
6) Melalui jaringan internet, memungkinkan pemain untuk melakukan
sosialisasi virtual tanpa di batasi ruang dan waktu.

7) Game online sering kali menuntut pemainnya untuk menyusun trategi
dalam waktu singkat sehingga permainan yang tepat dapat melatih
respon dan kecepatan berpikir seseorang.
8) Game online jika di manfaatkan dapat membuka peluang bisnis dan
lahan mendapatkan penghasilan tambahan.

Universitas Sumatera Utara

b. Dampak negatif
Banyak anak yang menyisihkan uang jajan mereka demi bisa bermain
game online (Griffiths & Wood, 2000 dalam Lemmens, 2009). Hal ini
dapat membuat anak kecanduan dalam bermain game online, seorang anak
yang mengalami kecanduan game online biasanya mengahabiskan waktu
bermain game online 2-10

jam perminggu. Bahkan ada yang

menghabiskan waktu hingga 39 jam dalam seminggu, rata-rata pecandu
game online menghabiskan waktu
bermain


game

online

20-25 jam dalam seminggu untuk

(Kusumadewi,

2009).

Dengan

demikian

kemungkinan besar pengguna game oline akan mempengaruhi istirahat
dan tidur anak.
Menurut Christianti (2006), mengenai dampak game pada aktifitas
otak. Dari penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa dampak negatif
game terdapat dua poin penting yang antar lain:

1) Penurunan aktifitas gelombang otak depan
Penurunan aktifitas gelombang otak depan yang memiliki peranan
sangat penting, dengan pengendalian emosi dan agresivitas sehingga
mereka cepat mengalami perubahan mood, seperti mudah marah,
megalami masalah dlam hubungan sosial, tidak konsentrasi dan lain
sebagainya.
2) Penurunan aktifitas gelombang beta
Merupakan efek jangka panjang yang tetap berlangsung meskipun
gamer tidak sedang bermain game. Dengan kata lain para gamer

Universitas Sumatera Utara

mengalami “autonomic nerves” yaitu tubuh mengalami pengelabuan
kondisi di mana sekresi adrenalin meningkat, sehingga denyut
jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen terpacu untuk
meningkat.
3) Menimbulkan efek ketagihan yang berakibat melalaikan kehidupan
nyata. Inilah maslah sebenarnya yang di hadapi gamer intinya adalah
pengendalian diri.
4) Membuat orang menjadi terisolir dengan lingkungan sekitar. Ini

merupakan efek karena terlalu seringnya bermain game sehingga
menjadi lupa dengan hubungan sosial dalam kehidupannya.
5) Jika terlalu sering akan berakibat pada gangguan psikologis. Prilaku
seseorang dapat berubah dan mempengaruhi pola pikir. Pikiran akan
selalu tertuju pada game yang sering dimainkannya.
6) Merupakan sebuah pemborosan terhadap waktu dan ekonomi jika
sudah kecanduan game online.
2.2 Anak Usia Sekolah
2.2.1 Definisi Anak Usia Sekolah
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah
merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Ciri-ciri Anak Usia Sekolah
Menurut Hurlock (2002), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis

memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan
ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu sebagai berikut:
1.

Label yang digunakan oleh orang tua
a.

Usia yang menyulitkan
Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
diman ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada
oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.

b.

Usia tidak rapi
Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan
ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun
ada peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan
barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali kalau orang tua
mengharuskan melakukannya dan mengancam dengan hukuman.


c.

Label yang digunakan oleh para pendidik
1) Usia sekolah dasar
Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri
pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan penting
tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Universitas Sumatera Utara

2) Periode kritis
Suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan
untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung
menetap sampai dewasa.telah dilaporkan bahwa tingkat perilaku
berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi
dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
3.


Label yang digunakan ahli psikologi
a.

Usia berkelompok
Suatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada keinginan
diterima oleh teman-teman sebaya sebagai angota kelompok, terutama
kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh
karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui
kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.

b.

Usia penyesuaian diri
Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan dari
teman-teman sebaya dan keanggotaan dalam kelompok.

c.

Usia kreatif

Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan
apakah anak-anak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru yang
orisinil. Meskipun dasar-dasar untuk ungkapan kreatif diletakkan pada
awal masa kanak-kanak, namun kemampuan untuk menggunakan dasardasar ini dalam kegiatan-kegiatan orisinal pada umumnya belum

Universitas Sumatera Utara

berkembang sempurna sebelum anak-anak belum mencapai tahun-tahun
akhir masa kanak-kanak.
d.

Usia bermain
Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain
daripada dalam periode-periode lain hal mana tidak dimungkinkan lagi
apabila anak-anak sudah sekolah melainkan karena terdapat tumpang
tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda
dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini
disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan
bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.

2.3 Istirahat dan Tidur
2.3.1 Pengertian Istirahat dan Tidur
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan (Hidayat, 2006).
Ketika orang sedang beristirahat, biasanya mereka berasa relaks secara
mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik. Istirahat bukan berarti tanpa
aktifitas, ketika orang sedang beristirahat mereka berada pada keaadaan aktifitas
mental dan fisik yang menyegarkan mereka kembali, bergairah kembali, dan siap
untuk melakuakan aktivitas baru (Potter & Perry, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Karakteristik Istirahat
Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat. Misalnya, Narrow (1967)
yang dikutip oleh Perry dan Potter (1993) mengemukakan enam karakteristik
yang berhubungan dengan istirahat, di antaranya: merasakan bahwa segala sesuatu
dapat diatasi, merasa diterima, mengetahui apa yang sedang terjadi, bebas dari
gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas
yang mempunyai tujuan, mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan
(Hidayat, 2006).
Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila karakteristik tersebut di atas
dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila seseorang merasakan segala
kebutuhannya dapat diatasi.
Apabila seseorang tidak merasakan enam kriteria tersebut di atas, maka
kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan
keperawatan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur
(Hidayat, 2006).
2.3.3 Kondisi Istirahat yang Cukup
Dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur dibutuhkan kondisi yang
cukup agar kebutuhan istirahat dan tidur tersebut dapat dipenuhi. Adapun kondisi
untuk istirahat yang cukup menurut Potter & Perry (2006) adalah sebagai berikut:
a.

Kenyaman fisik antara lain : eliminasi sumber-sumber yang mengiritasi kulit,
kontrol sumber nyeri, kontrol suhu ruangan, pertahankan kesejajaran
anatomis yang tepat atau posisi yang sesuai, pindahkan distraksi lingkungan,
sediakan ventilasi yang cukup.

Universitas Sumatera Utara

b.

Bebas dari kecemasan dengan cara buat keputusan sendiri, berpartisipasi di
dalam pelayanan kesehatan, praktikkan aktivitas yang mengistirahatkan
secara teratur, mengetahui bahwa lingkungan aman.

c.

Tidur yang cukup sehingga memperoleh jumlah jam tidur yang dibutuhkan
untuk merasa segar kembali dengan mengikuti kebiasaan hygiene yang baik
sebelum tidur.
Tidur merupakan kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan

oleh stimulus atau sensoris yang sesuai, atau juga dapat di katakan sebagai suatu
keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keaadaan yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2006).
Tidur juga merupakan suatau keadaan yang berulang-ulang, perubahan
status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh
tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin
bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu
untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang
berikutnya (Potter & Perry 2006).
2.3.4 Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adaanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktifitas tidur ini di

Universitas Sumatera Utara

atur oleh system pengaktivasi retikularis yang merupakan system yang mengatur
seluruh tingkat kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan
dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mensesefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system (RAS)
dapat memberikan rangsangan fisual, pedengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat
menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses
pikir. Dalam keadaan sadar neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
seperti nerepinopri. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan
adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang
otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan system
limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2006).
2.3.5 Tahapan tidur
EEG, MMG, dan EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat
aktivitas yang berbeda dari otak, otot dan mata yang berhubungan dengan tahapan
tidur yang berbeda (sleep research society, 1993). Tidur yang normal melibatkan
dua fase: pergerakan mata yang tidak cepat (tidur nonrapid eye movement,
NREM) dan pergerakan mata yang cepat (tidur rapid eye movement, REM).
Selama NREM orang yang tidur mengalami kemajuan melalui empat tahapan
selama siklus tidur yang tipikal 90 menit. Kualitas tidur dari tahap 1 sampai tahap
4 bertambah dalam. Tidur yang dangkal merupakan kakteristik dari tahap 1 dan 2
dan seorang lebih mudah terbangun. Tahap 3 dan 4 melibatkan tidur yang dalam,

Universitas Sumatera Utara

di sebut tidur gelombang rendah, dan seorang sulit terbangun. Tidur REM
merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit (Potter & Perry, 2006).
2.3.6 Tahapan Siklus Tidur
Tahapan siklus NREM dan REM menurut (Potter & Perry, 2006), adalah
sebagai berikut:
A. Tahap 1: NREM
1.

Tahap meliputi tngakat paling dangkal dari tidur

2.

Tahap berahir beberapa menit

3.

Pengguanaan aktivitas fisiologis di mulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme.

4.

Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara.

5.

Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun.

B. Tahap 2: NREM
1.

Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara.

2.

Kemajuan relaksasi otot.

3.

Untuk terbangun masih relatif mudah.

4.

Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.

5.

Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban.

C. Tahap 3: NREM
1.

Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam.

2.

Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak.

3.

Otot-otot dalam keadaan santai penuh.

4.

Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

Universitas Sumatera Utara

5.

Tahap berakhir 15 hingga 30 menit.

D. Tahap 4: NREM
1.

Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam.

2.

Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur.

3.

Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini.

4.

Tanda-tanda vital menurun menurun secara bermakna di banding selama
jam terjaga.

5.

Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit.

6.

Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi.

E. Tahapan tidur REM
1.

Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM.
Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.

2.

Tahap ini biasanya dimulai skitar 30 menit setelah mulai tidur.

3.

Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang
cepat, fluktuasi jantung dari kecepatan respirasi dan peningkatan atau
fluktuasi tekanan darah.

4.

Terjadi tonus otot skelet penurunan.

5.

Peningkatan sekresi lambung.

6.

Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur.

7.

Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.

Universitas Sumatera Utara

2.3.7 Fungsi Tidur dan Tujuan Tidur
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi di yakini
bahwa tidur dapat di gunakaan untuk menjaga keseimbangaan mental,
emosiaonal, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin, dan
lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat di arahkan kembai pada
fungsi selular yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur:
pertama, efek pada sistem saraf yang di perkirakan dapat memulihkan kepekaan
normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada
struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh
karena selama tidur terjadi penurunan (Hidayat, 2006).
Menurut beberapa teori tidur di percaya mengkontribusi pemulihan
fisiologis dan psikologis, dan tidur juga merupakan waktu perbaikan dan juga
persiapan untuk periode trejaga berikutnya. Selama tidur fungsi biologis menurun.
Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70
hingga 80 denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi
fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai
60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10
sampai 20 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak
bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung. Tidur nampaknya juka diperlukan
untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Teori lain tentang kegunaan tidur
adalah tubuh menyimpan energi selama tidur, dan dapat di pergunakan untuk
memnuhi aktifitas setelah bangun tidur (Potter & Perry, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.3.8 Kebutuhan dan Pola Tidur Normal pada Anak Usia Sekolah
Durasi dan kualitas tidur itu berbeda-beda dari semua kelompok usia.
Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang
lain membutuhkan 10 jam. Dan pada anak usia sekolah waktu yang di butuhkan
adalah tidur 10 jam pada malam hari, dan tahap REM 18,5% (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
2.3.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Kualitas dan kuatitas tidur di pengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya (Hidayat, 2006).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya adalah:
1.

Penyakit
Seseoarang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien
kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan
pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
persyarafan (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik
(mis, kesulitan bernafas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau
depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan
seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Penyakit
juga dapat memksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Dan ada
beberapa penyakit yang dapat menggangu tidur di antaranya, penyakit

Universitas Sumatera Utara

penapasan, penyakit jantung koroner, hipertensi, nokturia, dan lain-lain
(Potter & Perry, 2006).
2.

Obat-obatan
Obat dapat mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
dapat mempengaruhi proses tidur (Tarwoto & Wartonah, 2010), adalah :
a.

Diuretik: menyebabkan insomnia.

b.

Anti depresan dan stimulan: meningkatkan saraf simpatis, menekan tidur
REM, dan menurunkan total waktu tidur.

c.

Kafein: mencegah seseorang tidur, meningkatkan saraf simpatis, dapat
menyebabkan seseorang bangun malam hari.

d.

Beta-bloker: menimbulkan insomnia, menyebabkan mimpi buruk,
menyebabkan terbangun dari tidur.

e.

Narkotika: menekan REM, meningkatkan prasaan kantuk pada siang
hari.

3.

Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya pross tidur. Pasien yang biasa tidur pada lingkungan
yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh
maka akan menghambat tidurnya (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Lingkungan kamar dan pencayaan juga sangat berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang untuk tidur. Beberapa orang menyukai ruangan yang
gelap, sementara yang lain seperti anak-anak atau lansia, menyukai cahaya
remang yang tetap menyala selama tidur. Seseorang juga bermasalah terhadap

Universitas Sumatera Utara

tidur akibat suhu ruangan, ruangan yang terlalu hangat atau teralalu dingin
sering kali menyebabkan seseorang susah tidur (Potter & Perry, 2006).
4.

Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur,
karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang di
cerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan kebutuhan gizi yang kurang dapat
dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
(Hidayat, 2006).
Makan besar, berat, dan/atau berbumbu pada makan malam dapat
menyebabkan tidak dapat di cerna yang menggangu tidur. Kafein dan alkohol
yang di konsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi-insomnia
sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah
strategi penting yang di gunakan untuk meningkatkan tidur. Kehilangan dan
peningkatan berat badan juga mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang
bertambah berat badannya, maka priode tidur akan menjadi lebih panjang
dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat badan menyebabkan tiur
pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat dapat di hasilkan
dari diet semipuasa (semitarvasion) yang popular di dalam masyarakat yang
sadar berat badan (Potter & Perry, 2006).

5.

Gaya hidup
Rutinitas seseorang mempengaruhi pola tidur orang tersebut. Individu
yang bekerja lembur seing kali mempunyai kesulitan menyesuaikan jadwal

Universitas Sumatera Utara

tidur. Perubahan lain dalam rutinitas yang menggangu pola tidur meliputi
kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktifitas sosial pada larut
malam, dan perubahan waktu makan malam (Potter & Perry, 2006).
6.

Stress psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis
mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur (Hidayat, 2006).
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menggangu
tidur. Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering
kali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress juga menyebabkan sesorang
mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur,
atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan
tidur yang buruk (Potter & Perry, 2006)

2.3.10 Gangguan Tidur
1.

Insomnia
Adalah ketidah mampuan memperoleh secara cukup kualitas dan
kuantitas tidur. Tiga macam insomnia, yaitu: insomnia inisial (initial
insomnia) tidak adaanya ketidakmampuan untuk tidur; insomnia intermiten
(intermittent

insomnia)

merupakan

ketidak

mampuan

untuk

tetap

mempertahankan tidur karena sering terbangun; adan insomnia terminal
(terminal insomnia) adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur
kembali. Penyebab insomnia adalah ketidak mampuan fisik, kecemasan, dan

Universitas Sumatera Utara

kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak (Tarwoto & Wartonah,
2010).
2. Hipersomnia
Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada
umumnya lebih dari 9 jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan
adanya masalah psikologis, depresi, kecemsan, ganguan susunan saraf pusat,
ginjal, hati, dan gangguan metabolism (Hidayat, 2006).
3.

Narkolepsi
Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan
bangun dan tidur. EDS adalah keluhan utama paling sering yang berkaitan
dengan gangguan ini. Di siang hari seseorang dapat merasakan kantuk
berlebihan yang datang secara mendadak dan jatuh tertidur. Tidur REM dapat
terjadi dalam 15 menit sewaktu tidur. Katapleksi, atau kelemahan otot yang
tiba-tiba di saat emosi sedang kuat seperti marah, sedih, atau tertawa, dapat
terjadi kapan saja di siang hari. Apabila serangan katapleksi parah, klien
dapat kehilangan otot volunter dan jatuh ke lantai.
Masalah signifikan untuk indifidu yang menderita narkolepsi adalah
bahwa orang tersebut jatuh tertidur tanpa bias di kendalikan pada waktu yang
tidak tepat. Serangan tidur dapat dengan mudah di salah artikan dengan
kemalasan, kurangnya minat terhadap aktifitas, atau mabuk kecuali jika
gangguan ini di pahami (Potter & Perry, 2006).

Universitas Sumatera Utara

4. Deprivasi tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyaak klien sebagai
akibat disomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (mis, demam, sulit
bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan,
dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja (Potter &
Perry, 2006).
5. Parasomnia
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anakanak dri pada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant
death syndrome, SIDS). The American Academy of Pediatrics menganjurkan
agar bayi yang sehat di tempatkan pada posisi miring atau telentang di saat
tidur karena adanya hubungan antara posisi telungkup dengan terjadinya
SIDS.
Parasomnia yang terjadi pada anak-anak meliputi somnabulisme
(berjalan dalam tidur), terjaga malam, mimpi buruk, enuresis nocturnal
(nompol), dan memggeretakkan gigi (bruksisme). Apabila orang dewasa
mengalami hal ini maka hal tersebut dapat mengindikasikan gangguan yang
lebih serius (Potter & Perry, 2006).
2.4 Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
2.4.1 Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah perasaan segar dan siap menghadapi hidup baru
setelah bangun tidur. Konsep ini meliputi beberapa karakteristik seperti waktu
yang di perlukan untuk memulai tidur, frekuensi terbangun pada malam hari, lama

Universitas Sumatera Utara

tidur, kedalaman tidur dan ketenangan (Eser, 2007). Kualitas tidur menyangkut
pengkajian subjektif yaitu beberapa menyegarkan dan tenangnya tidur mereka dan
pengkajian objektif yang dapat diketahui dari rekaman poligrafi, gerakan
pergelangan tangan, gerakan kepala dan mata (Mac Arthur, 1997; Nisrina, 2008).
2.4.2 Parameter Kebutuhan Istirahat dam Tidur
1.

Waktu yang Dibutuhkan untuk Dapat Tidur (Sleep Latency)
Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur adalah waktu yang dihabiskan
seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur sampai tercapainya tidur
pada tahap REM. Orang yang dapat beristirahat dengan baik memerlukan
waktu 15 hingga 20 menit untuk tertidur (Maas, 2002). Tetapi, jika seseorang
membutuhkan waktu 30 menit sampai berjam-jam untuk bisa tertidur di
malam hari, maka kemungkinan mengalami salah satu masalah tidur
(Rafknowledge, 2004).

2.

Total Jam Tidur
Total jam tidur adalah lamanya waktu tidur dikurangkan dengan lamanya
waktu terbangun saat tidur. Tidur siang hanya dianjurkan jika malam
sebelumnya kekurangan tidur. Karena tidur siang akan mengurangi hutang
tidur, padahal hutang tidur diperlukan untuk meningkatkan dorongan
homeostatic untuk tidur. Tidur siang selama 15 menit biasanya sudah cukup
memberikan kesegaran untuk beraktivitas (Prasadja, 2006).

3.

Frekuensi Terbangun
Frekuensi terbangun adalah sering atau tidaknya seseorang terbangun dari
tidurnya yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan ataupun akibat adanya

Universitas Sumatera Utara

keinginan untuk buang air kecil (Hayashi, 2003). Terbangun pada malam hari
berpengaruh pada pengurangan total waktu tidur atau lamanya tertidur.
Frekuensi terbangun pada malam hari ini meningkat sesuai penambahan usia.
Pemotongan tidur berpengaruh terhadap kualitas tidur yang tidak adekuat atu
kualitas tidur yang rendah. Kesuliatan untuk kembali tertidur berpengaruh
secara nyata terhadap penurunan jumlah tidur (Lueckenotte, 2000).
4.

Kepuasan Tidur
Tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu seseorang memiliki energi
dan

gairah

dalam

menjalani

aktivitas

sehari-hari.

Setiap

manusia

menghabiskan seperempat sampai sepertiga dari kehidupannya untuk tidur
(Prijosaksono, 2002). Kepuasan tidur tergantung kondisi lingkungan,
kesehatan fisik, dan kesehatan jiwa (Newbaur, 1999).
5.

Perasaan Terbangun di Pagi Hari
Secara normal, orang yang tidurnya cukup akan merasa segar setelah
terbangun dari tidurnya karena tidur berfungsi sebagai penyimpanan energi
untuk digunakan pada hari berikutnya (Roper, 2002). Akan tetapi pada pasien
yang cemas dimana total waktu tidurnya sudah berkurang akan menyebabkan
perasaan tidak segar setelah terbangun dan rasa kantuk yang berlebihan di
siang hari (Potter & Perry, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan

10 108 83

Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online Pada Anak Usia Sekolah Terhadap Kebutuhan Istirahat dan Tidur di SD Negeri 060895 Medan Baru, Medan

3 51 76

Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online Pada Anak Usia Sekolah Terhadap Kebutuhan Istirahat dan Tidur di SD Negeri 060895 Medan Baru, Medan

0 4 9

Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online Pada Anak Usia Sekolah Terhadap Kebutuhan Istirahat dan Tidur di SD Negeri 060895 Medan Baru, Medan

0 0 2

Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online Pada Anak Usia Sekolah Terhadap Kebutuhan Istirahat dan Tidur di SD Negeri 060895 Medan Baru, Medan

0 0 5

Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online Pada Anak Usia Sekolah Terhadap Kebutuhan Istirahat dan Tidur di SD Negeri 060895 Medan Baru, Medan

0 0 2

Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online Pada Anak Usia Sekolah Terhadap Kebutuhan Istirahat dan Tidur di SD Negeri 060895 Medan Baru, Medan

0 0 16

HUBUNGAN FREKUENSI BERMAIN GAME ONLINE DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PADA ANAK USIA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 4 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Frekuensi Bermain Game Online dengan Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Anak Usia Remaja di SMA Muhammad

0 1 15

HUBUNGAN PERILAKU BERMAIN VIRTUAL GAME DENGAN KUALITAS TIDUR PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS V DI SD N NGUPASAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN PERILAKU BERMAIN VIRTUAL GAME DENGAN KUALITAS TIDUR PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS V DI SD N NGUPASAN YOGYAKA

0 1 12

HUBUNGAN ANTARA DURASI BERMAIN GAME ONLINE DENGAN KUALITAS TIDUR PADA ANAK USIA REMAJA DI SMA N 10 SEMARANG

1 4 16