PreviousPosting Laporan

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesulitan paling esensi yang penulis alami ketika membelajarkan siswa bahasa Inggris adalah bagaimana cara membelajarkan siswa untuk mengungkapkan bahasa tersebut secara lisan dan berterima. Pada umumnya siswa kurang mampu mengungkapkan bahasa lisan walaupun mereka telah mengalami pembelajaran dalam beberapa bahasan pada siklus lisan. Beberapa cara sudah penulis lakukan antara lain menambahkan waktu belajar khusus berbicara pada setiap hari sabtu melalui ekstrakurikuler conversation, siswa diberi tugas untuk belajar menggunakan bahasa lisan di sekolah atau di rumah secara berkelompok tetapi hasilnya masih kurang memuaskan karena masih 40% siswa belum terampil mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan. Sedangkan 60% lainnya hanya mampu mengungkapkan dengan frekuensi rata-rata dua sampai dengan tiga kalimat saja dan dengan cara menghafalkan tulisan. Inilah fenomena kesulitan yang dialami oleh penulis di dalam membelajarkan siswa di sekolah.

Ketika penulis membaca buku Percikan Perjuangan Guru karya Profesor Surya yang menyatakan tentang perubahan paradigma guru pada abad ke 21, salah satu pernyataannya mampu menyadarkan penulis untuk berkreasi didalam membelajarkan siswa dengan cara yang kreatif, pernyataan tersebut tertulis


(2)

seperti fungsinya menonjol saat ini, melainkan sebagai: pelatih, konselor, manajer belajar, partisipan, pemimpin, dan pelajar ”, (Surya,2003:334). Lebih mendalam dan rinci pada buku tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pada kata pelatih dimaksudkan guru adalah seperti pelatih olah raga yang banyak membantu siswa dalam permainan (game of learning), membantu siswa menguasai alat belajar, memotivasi untuk kerja keras, bekerjasama dengan siswa yang lain. Sebagai konselor, guru akan menjadi sahabat siswa, teladan bagi pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban. Struktur kelas, perlu ditata agar terjadi

school within school dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok dalam bimbingan guru. Sebagai manajer, guru akan bertindak seperti manajer perusahaan, membimbing siswa belajar, mengambil prakarsa, ide-ide terbaik yang dimilikinya, namun disisi lain guru merupakan bagian dari siswa yang ikut belajar bersama mereka sebagai pelajar. Guru juga belajar dari teman seprofesinya melalui model team teaching. Pernyataan bijak di atas tentunya perlu diteladani dan dimaknai, artinya guru sebagai pengelolah pembelajaran harus selalu kreatif dan inovatif dalam menentukan stategi pembelajaran yang dapat membantu dan mempermudah siswa dalam belajar untuk mencapai kompetensi. Banyak strategi pembelajaran atau metoda yang ditawarkan agar siswa aktif dan kreatif yang seperti Quantumn Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning, Contextual Teaching and Learning dan sebagainya.

Setelah penulis membaca dan memahami beberapa strategi atau cara-cara bagaimana membelajarkan siswa yang aktif dan interaktif maka, penulis memilih


(3)

salah satu strategi pembelajaran yang diperkirakan akan membuat siswa aktif dan interaktif mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan yang berterima adalah sistem ICARE. Dengan sistem ICARE siswa akan menerapkan langsung komunikasi berdasarkan ide atau pengalaman belajar yang dimiliki, dengan demikian keterampilan siswa akan meningkat sebab seluruh siswa akan mempraktikkan bahasa lisan yang berterima selama proses pembelajaran.

Fenomena lain yang terkait di dalam membelajarkan siswa adalah guru belum terbiasa melakukan pembelajaran secara kreatif dan inovatif dengan menggunakan sistem ICARE. Untuk itu selama proses pembelajaran cara-cara guru didalam menerapkan sistem ICARE perlu dikaji juga.

Di dalam standar kompetensi bahasa Inggris SMP memiliki beberapa wacana, salah satu wacana untuk kelas VII adalah monolog descriptive sederhana. Berikut ini adalah salah satu standar kompetensi keterampilan berbicara yaitu: “Mengungkapkan makna dalam monolog pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive dan

procedure.” (Standar isi, 2006; 4). Terdapat dua monolog dalam standar kompetensi pada keterampilan berbicara di atas, yaitu monolog descriptive dan

procedure, wacana yang dipilih oleh penulis adalah monolog descriptive karena monolog descriptive struktur tatabahasa yang digunakan wacana ini lebih sederhana. Karena penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil maka dipilih


(4)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas adalah :

1. Bagaimana cara guru meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive lisan berbahasa Inggris sederhana yang berterima siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon menggunakan sistem ICARE?

2. Apakah dengan menggunakan sistem ICARE keterampilan mengungkapkan monolog descriptive lisan berbahasa Inggris sederhana yang berterima siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon meningkat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog descriptive sederhana menggunakan bahasa Inggris lisan yang berterima siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon menggunakan sistem ICARE.

2. Meningkatnya kemampuan siswa didalam menggunakan bahasa Inggris lisan sederhana yang beterima dengan pengucapan yang relatif tepat, lancar dan menggunakan struktur kalimat yang tepat.

3. Meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon dalam mengungkapkan bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima.


(5)

4. Meningkatkan keterampilan guru dalam membelajarkan siswa untuk mengungkapkan bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima khususnya monolog descriptive sederhana.

5. Meningkatkan keterampilan guru di dalam membelajarkan siswa menggunakan sistem ICARE.

D. Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini membahas tentang monolog descriptive lisan sederhana yang berterima dengan pokok bahasan Personal Description dan sub bahasan

Human’s Face yang terkait dengan Possessive Pronoun, “his dan her”, Human’s Body yang terkait dengan Pronoun as Subject, “He dan She”, dan kata kerja “wears” yang diikuti dengan kata benda tentang pakaian, di kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon. Sebagai fungsi sosial (Lifeskills) dalam pembelajaran ini maka monolog descriptive dipergunakan untuk mendiskripsikan orang-orang terkenal.

C. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan kejelasan tentang kesamaan arti dalam penelitian ini maka diperlukan pendifinisian istilah sebagai berikut:

1. Monolog descriptive lisan yang berterima adalah wacana lisan yang dipergunakan untuk mendiskripsikan ciri-ciri seseorang, binatang, tumbuhan, benda atau tempat tertentu dengan struktur generik untuk mengidentifikasi


(6)

sebagainya dan menggunakan ciri kebahasaan struktur kalimat dalam bentuk

Simple Present Tense,. Dalam monolog descriptive hal-hal yang didiskripsikan sangatlah khusus (specific), dengan tingkat ketercapaian kompetensi berbicara yang berterima meliputi kompetensi pendukung linguistik, sosiokultural dan pembentuk wacana ada aspek kosakata yang dikaitkan dengan pemahaman berbicara, pengucapan, tata bahasa, dan kompetensi strategi pada aspek kelancaran.

2. Sistem pembelajaran ICARE adalah suatu sitem khusus untuk meningkatkan hasil belajar peserta, dengan langkah-langkah pembelajaran meliputi: (a) Introduce (perkenalkan), (b) Connect (hubungkan), (c) Apply (terapkan), (d) Reflect (refleksikan) dan (e) Extend (perluaskan), bila menggunakan strategi kognitif jembatan keledai maka akan menghasilkan kata yang bermakna yaitu ICARE.

3. Standar Kompetensi Belajar Minimal (SKBM)

Standar Kompetensi Belajar Minimal merupakan patokan nilai minimal yang harus dicapai siswa sebagai gambaran kualitas pencapaian kompetensi siswa didalam belajar. SKBM Bahasa Inggris kelas VII di SMP Negeri 2 Jabon adalah 7,00


(7)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk :

1. Para guru yang ingin mengembangkan teknik pembelajaran menggunakan sistem ICARE

2. Para guru yang ingin meningkatkan keterampilan siswa mengungkapkan monolog descriptive bahasa Inggris sederhana secara lisan dan berterima.

3. Sebagai bahan kajian di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris Kabupaten Sidoarjo sebagai pembaruan model pembelajaran Bahasa Inggris.

4. Sebagai literatur yang dapat ditawarkan kepada sekolah-sekolah di kabupaten Sidoarjo untuk pengembangan salah satu model pembelajaran yang terkait dengan terapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Salah satu fungsi bahasa adalah untuk berkomunikasi. Berkomunikasi artinya memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.

A. Tingkat Literasi Bahasa Inggris siswa SMP

Menurut Pusat Kurikulum (2006:2), tingkat literasi mencakup empat aspek yaitu

performative, functional, informational, dan epistemic. Lebih rinci keempat aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut: Pertama, pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang


(9)

digunakan. Kedua, pada tingkat fungtional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Ketiga, pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan keempat, pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran Wells 1987 dalam Puskur (2006:4). Pembelajaran bahasa Inggris di SMP ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari (lifeskills). Puskur (2006:5).

Puskur (2006:5) juga menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs meliputi: Pertama, kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi functional, kedua, kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esei berbentuk procedure, descriptive, recount, narrative, dan report, ketiga, kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik, yaitu menggunakan tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis, kompetensi sosiokultural, yaitu menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai konteks komunikasi, kompetensi strategi, sebagai upaya untuk mengatasi masalah yang timbul dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung, dan kompetensi pembentuk wacana , yaitu menggunakan piranti pembentuk wacana.


(10)

B. Kompetensi Komunikatif yang berterima

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) model kompetensi berbahasa yang digunakan adalah model berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pedagogi bahasa. Salah satu model yang dipilih puskur adalah yang dikemukakan oleh Celce-Murcia dan Thurrell (1995) yang kompatibel dengan pandangan teoritis bahwa bahasa adalah komunikasi, bukan sekedar seperangkat aturan. Model kompetensi berbahasa yang dirumuskan adalah model yang menyiapkan siswa berkomunikasi dengan bahasa untuk berpartisipasi dalam masyarakat pengguna bahasa yang disebut

Communicative Competence, digambarkan seperti pada gambar 1.

Model Kompetensi Komunikatif dari Celce-Murcia et al. (dalam Puskur 2004;6) yang berupa Discourse Competence (DC) atau Kompetensi Wacana (KW). Merupakan kompetensi utama, artinya, jika seseorang berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis orang tersebut terlibat dalam suatu wacana. Wacana yang dimaksudkan adalah sebuah peristiwa komunikasi yang dipengaruhi oleh topik yang dikomunikasikan, hubungan interpersonal pihak yang terlibat dalam komunikasi dan jalur komunikasi yang digunakan dalam satu konteks budaya. Makna apapun yang ia peroleh dan ia ciptakan dalam komunikasi selalu terkait dengan konteks budaya dan konteks situasi yang melingkupinya. Berpartisipasi dalam percakapan, membaca dan menulis secara otomatis mengaktifkan kompetensi wacana yang berarti menggunakan seperangkat strategi atau prosedur untuk merealisasi nilai-nilai yang terdapat dalam unsur-unsur bahasa, tata bahasa, isyarat-isyarat pragmatiknya dalam menafsirkan dan


(11)

mengungkapkan makna (Mc. Carthy dan Carter 2001:88 dalam Puskur 2004;6). Kompetensi wacana hanya dapat diperoleh jika siswa memperoleh kompetensi pendukungnya yaitu: (1) Linguistic Competence (Kompetensi Linguistik) meliputi kemampuan seperti menggunakan tata bahasa, kosa kata, ucapan, intonasi, dan tanda baca. (2) Actional Competence yang terdiri dari: (a). Kompetensi Tindak Tutur untuk bahasa lisan seperti membuka pembicaraan, menginterupsi, membuat simpulan, berpamitan dan sebagainya. (b). Kompetensi Retorika untuk bahasa tulis seperti langkah-langkah retorika teks Procedure, Narrative, Recount, Report, dan

Descriptive. (3) Sociocultural Competence (Kompetensi Sosiocultural) mengacu pada kemampuan menggunakan bahasa secara berterima dipandang dari konteks budaya bahasa Inggris, misalnya mengatakan thank you bila diberi sesuatu, sorry dan please. Tidak pantas bertanya umur, how do you do untuk bahasa formal, tanya jawab tentang nama tidak perlu menggunakan I’m… atau my name is ……. dan hal-halyang tidak lazim dikatakan tetapi di Indonesi tidak digunakan (memberi nomor telepon milik orang lain tanpa ijin). (5) Strategic Competence (Kompetensi strategi) adalah kompetensi yang dipergunakan untuk mengatasi kesulitan ketika pembicaraan berlangsung (communication breakdown) misalnya meminta pengulangan, mengatakan dengan cara lain dan sebagainya.

Karena itu perumusan kompetensi dan indikator-indikator bahasa Inggris perlu didasarkan kepada komponen-komponen tersebut di atas untuk menjamin bahwa kegiatan pendidikan yang dilakukan mengarah kepada tercapainya satu kompetensi


(12)

Selain kelima komponen tersebut, didalam Kurikulum Berbasis Kompetensi aspek sikap juga dirumuskan sebagai hasil belajar yang dapat diamati berdasarkan apa yang dilakukan siswa selama menjalani proses pembelajaran seperti berinisiatif untuk berlatih dengan teman, melaksanakan tugas tepat waktu, senantiasa membawa kamus, dan sebagainya.

C. Sistem pembelajaran ICARE

Konsep sistem ICARE yang diperkenalkan oleh Decentralized Basic Education

(DBE) yang dikembangkan oleh United States Agency International Developmen

(USAID) tahun 2006, mengemukakan suatu sistem pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta (siswa) dengan tahapan-tahapan pembelajaran sebagai berikut: (1) Introduce (Perkenalkan), pada tahap ini guru sebagai fasilitator memperkenalkan topik (tujuan pembelajaran) kepada siswa, kemudian guru sebagai fasilitator mencoba untuk menghubungkan topik pembelajaran dengan sesuatu yang menarik perhatian siswa, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dan pengalaman orang sehari-hari. (3) Apply

(Terapkan), tahap ini sangat penting untuk siswa, karena siswa belajar menggunakan apa yang baru mereka pelajari. Sehingga siswa terlibat langsung dalam kehidupan nyata dengan mempraktikkan keterampilan-keterampilan yang baru. (4) Reflect

(Refleksikan) , merupakan aktivitas melalui diskusi-diskusi kelompok dan catatan-catatan individu dalam jurnal (buku) pribadi siswa. (5) Extend (Perluaskan), tahapan yang terakhir ini secara eksplisit guru memperluas apa yang telah dialami dan


(13)

dipelajari siswa, sehingga siswa akan mempraktikkan pengalaman belajarnya untuk bersosial dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan cara ini siswa akan mengungkapkan ide-ide atau pengalaman belajarnya. John Holt (1967) dalam

Siberman ML (2006;26) menyatakan bahwa “Proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri, memberi contohnya, melihat kaitannya antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, menggunakan dengan beragam cara, memprediksikan sejumlah konsekuensinya dan menyebutkan lawan atau balikannya”.

D. Monolog Descriptive lisan yang berterima

Pada standar kompetensi kurikulum bahasa Inggris SMP untuk kelas VII, ditawarkan dua jenis teks fungsional (Genre) pendek berupa monolog descriptive dan

report. Dalam penelitian ini karena pelaksanaannya pada semester awal maka dipilih monolog descriptive sebab monolog recount dianggap lebih kompleks dalam kompetensi pendukung linguistik. Tujuan monolog descriptive adalah untuk mendeskripsikan ciri-ciri seseorang, benda atau tempat tertentu, misalnya berasal dari mana, warna, ukuran, kesukaan. Deskripsi hanya memberi informasi mengenai benda atau orang tertentu yang sedang dibahas saja misalnya My Cat, ciri-ciri kucing milik saya mungking berbeda dengan kucing-kucing yang lain. Monolog descriptive ini memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut: (1) Menggunakan The Simple Present


(14)

Tense, (2) Menggunakan berbagai adjectives seperti: big, small, strong, red dan sebagainya, (3) Abverbials untuk memberikan informasi tambahan tentang perilaku seperti, fast, in the cage dan sebagainya. Ciri-ciri monolog descriptive akan lebih jelas bila dilihat ditabel gambar 3.

E. Siklus Lisan

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus lisan yang terdiri dari keterampilan mendengar dan berbicara sedangkan siklus tulis terdiri dari keterampilan membaca dan menulis. Penelitian ini akan dilakukan pada siklus lisan dengan langkah-langkah pembelajaran yang mengkaitkan keterampilan mendengar dan berbicara secara bersama-sama dengan jenis penilaian untuk mengukur ketercapaian kompetensi berbicara yang berterima berupa unjuk kerja dengan kriteria penilaian meliputi kompetensi pendukung linguistik, sosiokultural dan pembentuk wacana ada aspek kosakata yang dikaitkan dengan pemahaman berbicara, pengucapan, tata bahasa, dan kompetensi strategi pada aspek kelancaran.

Diharapkan desain pembelajaran keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive bahasa Inggris lisan sederhana yang berterima akan menarik dan menyenangkan dengan menggunakan sistim ICARE, sebab dengan cara ini seluruh siswa akan berpartsisipasi dan terlibat komunikasi langsung dalam proses pembelajaran yang bermakna. Apabila seluruh siswa berpartisipasi dalam proses


(15)

pembelajaran maka akan timbul motivasi siswa untuk belajar, meningkatkan rasa percaya diri, yang pada akhirnya keterampilan berbicara bahasa Inggris meningkat. Azies,S,(1996:93) berpendapat “...proses belajar berbicara dalam bahasa asing akan menjadi mudah jika pembelajar secara aktif terlibat dalam upaya-upaya untuk berkomunikasi”.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan kualitatif, sebab penelitian ini dilakukan karena terjadi permasalahan pembelajaran di kelas. Permasalahan ini ditindak lanjuti dengan cara menerapkan sebuah model pembelajaran yang diamati kemudian dianalisis dan direfleksi. Hasil revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya.

B. Model Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49). Model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Mills (200;17) “Stephen Kemmis has created a well known representation of the action research spiral …”.


(17)

C. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan tiga siklus, siklus I, siklus II dan siklus III, masing-masing siklus menggunakan empat tahapan, yaitu (1) menyusun rencana tindakan, (2) melaksanakan tindakan, (3) melakukan observasi, (4) membuat analisis dilanjutkan dengan melakukan refleksi. Masing-masing siklus menggunakan waktu 2 x 40 menit. Dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan pembelajaran adalah guru yang sekaligus berperan sebagai peneliti dan dibantu oleh dua orang selaku pengamat yang bertugas mengamati proses pembelajaran dan memberi masukan bagi guru atau peneliti untuk perbaikan tindakan berikutnya. Secara rinci masing masing siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Penyusunan Rencana Tindakan I

Peneliti menyusun rencanaan pembelajaran bahasa Inggris pada siklus lisan dengan bahasan mengungkapkan monolog descriptive sederhana menggunakan sistim

ICARE. Rencana Pembelajaran ini mengacu pada silabus pembelajaran yang telah dibuat guru. Untuk kelancaran proses pembelajaran maka rencana pembelajaran tersebut dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran berupa gambar-gambar wajah orang dan alat penilaian. Untuk kepentingan perolehan hasil penelitian dipersiapkan juga alat observasi untuk siswa dan guru dan angket untuk siswa.


(18)

b. Rencana Pelaksanaan Tindakan I

Pada tahap ini akan dilakukan pembelajaran di kelas berdasarkan perencanaan yang telah disusun dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Pertama, pada tahap Introduce (Kenalkan) guru menjelaskan tujuan pembelajaran monolog

descriptive dengan melakukan permainan pembentukan sikap siswa dengan menyapa “Hello” kepada siswa dan siswa merespon “Hai” kemudian siswa mendengarkan informasi guru. Kemudian menghubungkan (Connect) pembelajaran dengan curah pendapat tentang warna dan melakukan klarifikasi pengetahuan siswa tentang warna rambut, kulit dan mata. Guru melakukan pemodelan pada tahap Penerapan (Apply) dengan mengkaitkan Possessive Pronoun “his and her” dan menyebutkan macam dan jenis rambut, kulit dan mata berdasarkan siswa yang dideskripsikan, dilanjutkan dengan beberapa siswa meniru pemodelan guru yaitu mengkaitkan Possessive Pronoun “his and her” dengan menyebutkan macam dan jenis rambut, kulit dan mata berdasarkan teman-temannya yang dideskripsikan. Langkah berikutnya, guru melakukan refleksi (Reflect) tentang macam-macam dan jenis warna rambut, kulit, mata dan wajah orang dengan cara meminta siswa menyebutkannya dan menulis di buku catatan siswa. Agar pembelajaran bermakna bagi siswa maka guru memodelkan seseorang yang dicari berdasarkan gambar. Untuk mempermudah siswa mendiskripsikan seseorang maka guru mengajak siswa menyebutkan kembali hal-hal esensi untuk didiskripsikan dan ditulis dalam clue-clue atau berupa peta konsep. Langkah berikutnya guru memperluas pengetahuan siswa (Extend) dengan cara siswa belajar bersosial dalam kelompok empat orang , setiap kelompok diberi gambar orang


(19)

yang harus dideskripsikan dan diberi alat penilaian proses pembelajaran dengan kriteria untuk mengetahui sejauh mana keterampilan siswa mengungkapkan monolog

descriptive untuk mendeskripsikan orang selama proses pembelajaran. Pada langkah ini guru melakukan penilaian individu yaitu secara individu siswa mendeskripsikan wajah orang-orang terkenal/favorit.

c. Observasi

Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, pengamat melaksanakan observasi untuk melihat seberapa jauh keefektifan perencanaan pembelajaran ketika diterapkan dengan membuat catatan-catatan kekurangan atau kelebihan yang nantinya akan dipergunakan untuk pengambilan keputusan, apakah pembelajaran bahasa Inggris siklus lisan mengungkapkan monolog descriptive

menggunakan sistim ICARE ini, keterampilan siswa mengungkapkan monolog

descriptive sangat meningkat, cukup meningkat atau tidak meningkat.

d. Analisis dan Refleksi

Data yang diperoleh dari observasi dikumpulkan, berdasarkan hasil ini peneliti melakukan analisis tentang pembelajaran yang telah dilakukan kemudian melakukan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut peneliti akan tahu kekurangan dan kelebihan dari aktivitas pembelajaran yang telah direncanakan. Setelah mengevaluasi program pembelajaran peneliti merencanakan aktivitas pembelajaran pada siklus berikutnya sebagai perbaikan dari siklus pertama dan begitu


(20)

juga pada siklus-siklus berikutnya sampai peneliti merasa puas dengan hasil yang direncanakan.

2. Siklus II

a. Penyusunan Rencana Tindakan II

Rencana tindakan II ini disusun berdasarkan hasil analisis temuan dan refleksi selama aktivitas pada siklus I, untuk mendapatkan perbaikan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan keterampilan siswa mengungkapkan monolog

descriptive sederhana.

b. Rencana Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan tindakan II ini dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul berdasarkan hasil observasi. Diharapkan pada siklus II ini permasalah yang timbul pada siklus I dapat diatasi.

c. Observasi

Ketika guru melakukan pembelajaran, pengamat selaku anggota peneliti melakukan pengamatan, mencatat temuan-temuan kekurangan atau kelebihan dan hal-hal lain yang dianggap esensi selama proses pembelajaran pada siklus II.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil pengamatan dari pengamat yang berupa catatan-catatan temuan selama proses pembelajaran dianalisis dan dilakukan refleksi untuk diperbaiki dan dibuat rencana pembelajaran pada siklus III.


(21)

3. Siklus III

a. Penyusunan Rencana Tindakan III

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama aktivitas pada siklus II, maka disusun rencana pembelajaran sebagai rencana tindakan III yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada tindakan siklus II.

b. Rencana Pelaksanaan Tindakan III

Pelaksanaan Tindakan III ini dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul berdasarkan hasil observasi. Dengan menggunakan rencana tindakan III, diharapkan pada siklus III ini permasalah yang timbul pada siklus II dapat diatasi dan mencapai hasil yang optimal.

c. Observasi

Pada saat proses pembelajaran, pengamat selaku anggota peneliti melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa dan mencatat temuan-temuan penting selama proses pembelajaran pada siklus III.

d. Analisis dan Refleksi

Pada aktivitas ini guru selaku peneliti dan pengamat selaku anggota bersama-sama menganalisa hasil pengamatan yang berupa catatan-catatan temuan selama proses pembelajaran kemudian dilakukan refleksi berupa saran dan simpulan.


(22)

D. Data dan Sumber Data 1. Fasilitas pembelajaran

Fasilitas yang dipersiapkan untuk membelajarkan siswa adalah standar isi, Silabus Pembelajaran, Rencana Pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran berupa gambar orang atau poster, instrumen penilaian atau alat penilaian.

2. Alat pengumpul data

Untuk mengumpulkan data selama proses penelitian disetiap siklus dipergunakan beberapa instrument antara lain:

a. Alat observasi aktivitas siswa

Instrumen ini dipergunakan untuk memantau seberapa jauh peningkatan keterampilan siswa mengungkapkan monolog descriptive sederhana dalam bahasa Inggris, yang dilengkapi dengan notefield (temuan lapangan) yang bermanfaat untuk mencatat kejadian-kejadian di luar target penelitian.

b. Alat observasi aktivitas guru

Instrumen ini berfungsi untuk mengamati bagaimana cara guru membelajarkan siswa dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive sederhana dalam bahasa Inggris yang berterima menggunaka sistim

ICARE yang juga dilengkapi dengan notefield (temuan lapangan) yang bermanfaat untuk mencatat kejadian-kejadian diluar target penelitian.


(23)

c. Angket untuk siswa

Angket ini dipergunakan sebagai bahan cross check hasil pengamatan pengamat yang dipadukan dengan pendapat siswa selama mengalami proses pembelajaran.

d. Dokumen Nilai Keterampilan Berbicara Siswa pada Proses Pembelajaran

Dokumen nilai ini dipergunakan untuk mengetahui atau mengukur keterampilan siswa selama proses pembelajaran dan kesiapan siswa sebelum melakukan penilaian individu.

e. Dokumen Nilai Keterampilan Berbicara Siswa secara Individu

Dokumen nilai ini dipergunakan untuk mengetahui atau mengukur keterampilan siswa sebagai hasil pembelajaran secara individu.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui hasil penelitian maka diperlukan data. Untuk mengumpulkan data dibutuhkan alat pengumpul data. Dalam penelitian ini dibutuhkan dua macam alat pengumpul data yaitu lembar observasi yang dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru, dan angket untuk melakukan klarifikasi antara hasil observasi oleh pengamat dengan responden selaku obyek yang diteliti dalam upaya meminimalkan kesenjangan hasil penelitian yang diperoleh dari pengolahan data. Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan kuantitaif. Analisis


(24)

pembelajaran, sedangkan analisis kuantatif dipergunakan untuk mengolah data hasil belajar untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa mengungkapkan monolog

descriptive sederhana lisan yang berterima.

F. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Jabon Kabupaten Sidoarjo dengan subjek yang diteliti siswa kelas VIIA. Kelas ini dipandang cukup representatif untuk penelitian tindakan kelas karena di kelas ini jumlah siswanya 37 (tiga puluh tujuh), sehingga dirasa cukup ideal. Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004) jumlah siswa setiap kelas idealnya tidak lebih dari empat puluh siswa. Sedangkan kemampuan siswa relatif cukup rata dengan berpedoman pada dokumen nilai hasil belajar yang dipergunakan siswa ketika mereka mendaftarkan diri pada Penerimaan Siswa Baru (PSB).

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan September 2006 sampai dengan bulan November 2006.


(25)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini berangkat dari kesulitan yang dialami guru atau penulis ketika membelajarkan siswa berbahasa Inggris lisan khususnya untuk mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan dan berterima. Pada umumnya siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon kurang mampu mengungkapkan bahasa lisan walaupun mereka telah mengalami pembelajaran dalam beberapa bahasan pada siklus lisan. Masih terdapat 40% siswa belum terampil mengungkapkan bahasa Inggris secara lisan. Sedangkan 60% lainnya mampu mengungkapkan dengan frekuensi rata-rata dua sampai dengan tiga kalimat saja dan dengan cara menghafalkan tulisan.Data ini diambil dari data empiris dokumen siswa kelas VII tahun yang lalu dan data dokumen guru penilaian berbicara bahasa Inggris siswa pada semester gasal tahun ini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas dan disusunlah suatu rencana pembelajaran yang menggunakan sistim ICARE yang dirancang dalam tiga siklus pembelajaran. Secara berturut-turut hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Siklus I

1. Persiapan Tindakan


(26)

dari peneliti dan dua orang pengamat selaku anggota menyusun rencana pembelajaran bahasa Inggris lisan monolog descriptive lisan sederhana yang berterima menggunakan sistim ICARE untuk siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon. Untuk kelancaran proses pembelajaran maka rencana pembelajaran tersebut dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran berupa gambar-gambar wajah orang dan alat penilaian. Untuk kepentingan perolehan hasil penelitian dipersiapkan juga alat observasi untuk siswa dan guru dan angket untuk siswa. Pada tahap awal guru melakukan observasi kelas mengenai jumlah dan tatanan ruang atau susunan bangku siswa, melakukan pengecekan kehadiran siswa dan memberi semangat belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam waktu 2 kali 40 menit dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Di awal pembelajaran guru memperkenalkan (Introduce) Tujuan Pembelajaran dan melakukan permainan pembentukan sikap siswa “ Hello dan Hai”.

b. Guru melakukan curah pendapat tentang warna dengan cara menanyakan macam-macam warna melalui benda yang ditunjuk, hal ini merupakan upaya guru untuk mengkaitkan (Connect) tujuan pembelajaran dengan kehidupan nyata kemudia melakukan klarifikasi pengentahuan siswa tentang warna tersebut dengan cara bertanya kepada beberapa siswa secara acak. Kemudian melakukan curah pendapat tentang warna rambut, kulit dan mata.


(27)

c. Guru melakukan pemodelan dan mengkaitkan Possessive Pronoun “his and

her” dengan menyebutkan macam dan jenis rambut, kulit dan mata berdasarkan siswa yang dideskripsikan. Dilanjutkan dengan beberapa siswa menerapkan (Apply) pemodelan yang telah dilakukan guru yaitu mengkaitkan

Possessive Pronoun “his and her” dengan menyebutkan macam dan jenis rambut, kulit dan mata didalam mendiskripsikan teman-temannya.

d. Guru melakukan refleksi (Reflect) pembelajaran dengan curah pendapat tentang macam-macam dan jenis warna rambut, kulit, mata dan wajah orang dengan cara meminta siswa menyebutkan dan mencatat di buku pribadinya. e. Untuk mempermudah siswa mendiskripsikan seseorang maka guru mengajak

siswa menyebutkan kembali hal-hal esensi untuk dideskripsikan dan ditulis dalam clue-clue atau berupa peta konsep.

f. Untuk memperluas (Extend) pengetahuan atau pengalaman siswa maka siswa belajar bersosial dalam kelompok empat orang, setiap kelompok diberi gambar orang yang harus dideskripsikan dan diberi alat penilaian proses pembelajaran dengan kriteria untuk mengetahui seberapa jauh siswa sudah terampil mengungkapkan monolog descriptive untuk mendeskripsikan orang selama proses pembelajaran, bagi siswa yang belum mencapai kompetensi dalam penilaian proses ini mereka harus mengikuti pembelajaran remidial dengan tutor sebaya.


(28)

wajah orang-orang terkenal/favorit siswa yang telah dipersiapkan guru, sehingga siswa dapat memilih siapa orang terkenal atau favorit yang mereka suka dan harus dideskripsikan.

3. Observasi

a. Pada awal pembelajaran (Introduce) siswa terlihat sangat senang dan antusias mendengarkan guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaat pembelajaran monolog descriptive yang dapat dipergunakan untuk mendiskripsikan orang-orang yang dicari atau orang-orang terkenal. Begitu juga ketika guru mengkaitkan pembelajaran dengan melakukan curah pendapat dan tanya jawab secara berpasangan, kompetensi sikap siswa pada umumnya mulai terbentuk, hanya ketika siswa belajar dalam kelompok empat orang ada beberapa siswa yang belum mampu mengelolah diri sehingga melakukan penyimpangan belajar terlihat seperti tidak mempunyai keinginan untuk berlatih mendiskripsikan gambar yang dimiliki dengan teman-teman dalam kelompoknya atau mungkin gaya belajar siswa, hanya saja gaya belajar ini tidak menjadi target penelitian.

b. Pada saat menerapkan monolog descriptive lisan yang berterima ini, pada umumnya siswa mampu mengungkapkan 5 (lima) bagian wajah yang dideskripsikan tetapi sebagian siswa masih sering melakukan kesalahan pada Kompetensi linguistik khususnya pada penggunaan “to be are” yang dipergunakan untuk mendiskripsikan mata yang dalam bahasa Inggris


(29)

berbentuk jamak. Kelihatannya siswa pada umumnya terkecoh penggunaan “to be is” yang dipergunakan untuk mendiskripsikan 4 (lima) dari 5 (lima) bagian wajah yang dideskripsikan. Kesalahan juga sering dilakukan siswa pada saat mengucapkan warna yang semu misalnya kemerah-merahan seharusnya dikatakan [redist] tetapi siswa sering mengucapkan sepenggal-sepenggal berdasarkan asal kata jadiannya yaitu “red-ist”.

c. Kesalahan pengucapan (Pronunciation) pada Kompetensi Tindak tutur sebagai pembuka pembicaraan yaitu kata “describe” [di’skraib] sering diucapkan [di’skrib].

d. Gambar yang dideskripsikan guru kurang besar, sehingga kurang jelas untuk diamati bagi siswa yang duduk dibangku belakang.

e. Pada penilaian individu beberapa siswa, cenderung melihat peta konsep.

f. Kriteria pada alat penilaian kurang lengkap. Kriteria penilaian yang terdiri dari aspek Pemahaman (kosa kata dan koherensi antar kata/kalimat), Pengucapan dan Kelancaran, dirasa kurang lengkap karena guru membelajarkan kompetensi linguistik“to be is dan are”, sehingga hal initidak tercover dalam penilaian.

g. Hasil penilaian proses yang dilakukan siswa dalam kelompok pada aspek kelancaran berbeda dengan hasil penilaian guru.

4. Analisis dan refleksi


(30)

proses pembelajaran monolog descriptive menggunakan sistim ICARE, menunjukan bahwa sistim ini dengan langkah-langkah Introduceion, Connect, Apply, Reflect dan Extend (ICARE), mampu menciptakan situasi yang kondusif dan menyenangkan, karena siswa merasa bebas untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga muncul rasa percaya diri. Hal ini juga terlihat ketika waktu istirahat, ternyata semua siswa lebih cenderung ingin melanjutkan pembelajaran dari pada istirahat.

b. Pada umumnya siswa mampu mengungkapkan 5 (lima) kalimat yang ditargetkan dalam pembelajaran secara lisan yang berterima, untuk mendiskripsikan wajah seseorang. Untuk itu monolog descriptive pada pertemuan berikutnya dapat ditingkatkan jumlah kosakatanya.

c. Untuk mencapai Discourse Competence yaitu menggunakan bahasa Inggris yang berterima perlu pembelajaran ulang yang diprogramkan pada siklus ke 2 (dua) sebagai berikut:

 Penekanan pada penggunaan to be untuk benda jamak yaitu “are” agar siswa tidak terkecoh dengan penggunaan to be “is”.

 Perbaikan pengucapan kata “describe” [di’skraib] yang sering diucapkan

[di’skrib]. Pada kalimat pembuka pembicaraan.

 Perbaikan pengucapan kata jadian tentang warna semu, agar diucapkan utuh, tidak terpenggal antara kata dasar dengan afiknya.


(31)

 Monitoring guru ketika siswa belajar kelompok perlu ditingkatkan agar siswa dapat memanfaatkan waktu untuk berlatih dalam kelompoknya atau dibentuk kelompok yang lebih besar agar guru lebih mudah untuk memantau.

d. Untuk mendapatkan keabsahan data maka pada proses penilaian perlu perbaikan pada:

 Penambahan kriteria penilaian pada aspek linguistik, yaitu dalam penggunaan to be yang tepat.

 Untuk meminimalisasi kesenjangan hasil penilaian siswa dan guru maka perlu penjelasan yang lebih mendalam kepada siswa tentang pemahaman kriteria penilaian.

e. Hasil analisis angket siswa

Dari hasil angket yang dipergunakan sebagai informasi klarifikasi antara pengamat dengan siswa yang mengalami pembelajaran, dijelaskan sebagai bahwa selama proses pembelajaran sampai dengan penilaian, langkah-langkah yang dilakukan guru sesuai dengan rencana pembelajaran. Hal ini dapat diperoleh dari 34 siswa memberi centangan “ya” pada urutan proses pembelajaran sampai dengan penilaian. Pada hasil pembelajaran seluruh siswa menyatakan pembelajaran tersebut menyenangkan, membuat mereka percaya diri, mereka lebih sering mengungkapkan dengan bahasa mereka sendiri dan siswa merasa keterampilan mengungkapkan bahasa Inggris lisan meningkat.


(32)

Tabel 4.1

Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I

Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

NO NAMA ASPEK YANG DINILAIA B C JUMLAH KELOMPOK

1 Achmad Al Islakhul M 34 24 10 68 7

2 Achmad Muzaki 00 00 00 00 tidak hadir

3 Achmad Solickudin 40 30 20 90 5

4 Andina Mauludiyah 40 24 15 79 4

5 Ardianto 40 24 15 79 5

6 Asmaul Khusnah 40 24 15 79 8

7 Choirul Arif 40 24 15 79 1

8 Diah Fikriani Mulia 34 24 20 78 2

9 Dimas Hakiki 34 24 20 68 7

10 Dwi Cahyono 00 00 00 00 tidak hadir

11 Edy Bahrudin 40 24 15 79 1

12 Fachriyah Mawali 34 18 10 62 9

13 Fatimatuz Zahro 40 24 20 84 6

14 Fifit Andini 40 24 10 74 6

15 Ika Putri Rahmawati 40 24 20 84 6

16 Kemal Maulana Akbar 40 24 15 79 5

17 Lina Anggia Putri 40 24 15 79 3

18 Lutfi Susanto 00 00 00 00 tidak hadir

19 M Nukman Mufidz 40 30 30 100 5

20 Moch. Miftakhul Hadi 40 18 15 73 1

21 Moh. Anton Wijaya 40 24 15 79 7

22 Moh. Aziz Nuril 00 00 00 00 tidak hadir

23 Mohammad Isyommudin 34 24 20 78 2

24 Mohammad Nasirudin 40 18 15 79 1

25 Mutiatul Lutfiyah 34 18 10 62 6

26 Naufal Jaadal Maula 40 24 15 79 7

27 Niswati 34 24 20 78 2

28 Nur Afifah 40 18 15 73 3

29 Nur Triani Indah Wati 40 24 15 79 4

30 Retno Rosari 40 30 20 90 4

31 Roudlotul Islamiyah 40 24 15 79 3

32 Sahrul Ma’sum 34 24 15 73 2

33 Sri Agustina 40 24 15 79 4

34 Susi Susanti 34 18 10 62 9

35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 30 20 90 3

36 Wiwin Sholikhah 40 30 20 90 9

37

Yoga Prata Yoga Pratama Eko P 40 18 15 73 1

Jumlah 1266 780 535 2577

Keterangan :

A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan B =Pengucapan (Pronunciation)


(33)

Jumlah siswa yang di kelas VIIA adalah 37 (tiga puluh tujuh) siswa, yang tidak hadir sejumlah 3 orang sehingga yang hadir dalam penelitian ini sejumlah 34 (tiga puluh empat) siswa. Secara kuantitatif hasil belajar siswa tentang monolog

descriptive lisan yang berterima menggunakan sistim ICARE dapat dipaparkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1266 : 34 = 37,2. Artinya bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive pada siklus I (Kriteria penilaian terlampir) , maka siswa rata-rata mampu atau terampil mengungkapkan lebih dari 5 kalimat atau mendekati 6 kalimat. Sehingga pada pembelajaran yang akan datang perlu ditingkatkan jumlah kosa kata/kalimatnya.

 Rata-rata skor pengucapan : 780 : 34 = 22,9. Perolehan nilai pada pengucapan bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive pada siklus I pada aspek pengucapan maka siswa cukup sering melakukan kesalahan pengucapan, untuk itu perlu perbaikan pada aktivitas pembelajaran yang akan datang.

 Rata-rata skor kelancaran : 535 : 34 = 15,73. Data hasil penilaian kelancaran ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive pada siklus I, artinya siswa pada umumnya cukup lancar di dalam mengungkapkan monolog descriptive lisan. Untuk mencapai hasil yang optimal maka siswa perlu latihan lebih intensif.


(34)

Tabel 4.2

Penilaian Individu Siswa Siklus I

Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

NO NAMA ASPEK YANG DINILAIA B C JUMLAH KOMENTAR

1 Achmad Al Islakhul M 40 24 20 84

2 Achmad Muzaki 00 00 00 00 tidak hadir

3 Achmad Solickudin 40 18 20 78

4 Andina Mauludiyah 40 18 20 78

5 Ardianto 40 18 20 78

6 Asmaul Khusnah 40 18 20 78

7 Choirul Arif 34 18 15 67

8 Diah Fikriani Mulia 40 24 20 84

9 Dimas Hakiki 40 24 20 84

10 Dwi Cahyono 00 00 00 00 tidak hadir

11 Edy Bahrudin 40 18 20 78

12 Fachriyah Mawali 40 30 20 90

13 Fatimatuz Zahro 40 30 20 90

14 Fifit Andini 27 24 15 79

15 Ika Putri Rahmawati 40 24 20 84

16 Kemal Maulana Akbar 40 30 30 100

17 Lina Anggia Putri 40 24 20 84

18 Lutfi Susanto 00 00 00 00 tidak hadir

19 M Nukman Mufidz 40 24 25 89

20 Moch. Miftakhul Hadi 34 18 20 72

21 Moh. Anton Wijaya 40 18 20 84

22 Moh. Aziz Nuril 00 00 00 00 tidak hadir

23 Mohammad Isyommudin 40 24 20 84

24 Mohammad Nasirudin 40 18 20 78

25 Mutiatul Lutfiyah 40 18 20 78

26 Naufal Jaadal Maula 40 6 20 66

27 Niswati 40 30 20 90

28 Nur Afifah 40 30 25 95

29 Nur Triani Indah Wati 40 18 25 83

30 Retno Rosari 40 30 25 95

31 Roudlotul Islamiyah 40 18 20 78

32 Sahrul Ma’sum 40 18 20 78

33 Sri Agustina 40 18 20 78

34 Susi Susanti 40 30 20 90

35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 30 30 100

36 Wiwin Sholikhah 40 30 25 95

37

Yoga Prata Yoga Pratama Eko P 40 6 15 61

Jumlah 1295 726 690 2730

Keterangan :

A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan B =Pengucapan (Pronunciation)

C =Kelancaran (Fluency)


(35)

Dari data penilaian guru (Penilaian Individu) dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1295 : 34 = 38,08. Terdapat selisih 0,88 dengan penilaian siswa tetapi hal ini tidak menimbulkan kesenjangan karena bila dikonversikan dengan kriteria nilai maka kemampuan siswa mengungkapkan rata-rata berkisar lebih dari 5 kalimat atau mendekati 6 kalimat. Sehingga pada pembelajaran yang akan datang perlu ditingkatkan jumlah kosa kata/kalimatnya.

 Rata-rata skor pengucapan : 726 : 34 = 21,35, terdapat selisih 1,54. Bila dikonversikan dengan kriteria nilai artinya siswa cukup sering melakukan kesalahan pengucapan, untuk itu perlu perbaikan pada aktivitas pembelajaran yang akan datang dan selisih angka ini tidak menimbulkan perbedaan antara data siswa dibandingkan data guru.

 Rata-rata skor kelancaran : 690 : 34 = 20,2 terdapat selisih 4,56. Hasil penilaian pada aspek kelancaran terdapat perbedaan antara hasil penilaian siswa disbanding penilaian guru. Menurut data penilaian siswa diperoleh rata-rata nilai 15,73 bila dikonversikan dengan kriteria nilai artinya siswa pada umumnya cukup lancar didalam mengungkapkan monolog descriptive lisan, tetapi berdasarkan data penilaian guru diperoleh rata-rata nilai 20,2, artinya siswa pada umumnya lancar didalam mengungkapkan monolog descriptive

lisan. Setelah didiskusikan dengan tim pengamat dimungkinkan peningkatan kelancaran siswa ini terjadi karena terdapat waktu untuk melatih diri secara


(36)

individu ketika siswa menunggu giliran saat penilaian individu atau siswa lebih serius bila dinilai guru. Walaupun demikian untuk mencapai hasil yang optimal perlu latihan lebih intensif sebelum siswa mendapat giliran penilaian individu.

B. Siklus II

1. Persiapan Tindakan

Seperti yang telah dilakukan pada persiapan tidakan pada siklus I sebelum melakukan tindakan guru dan anggota penelitian secara berkolaborasi menyusun rencana pembelajaran berdasarkan silabus yang telah disusun. Pada siklus II ini rencana pembelajaran bahasa Inggris lisan monolog descriptive lisan sederhana yang berterima menggunakan sistim ICARE untuk siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon dirancang dengan aktivitas lanjutan dari siklus I antara lain: Topik bahasan tentang

Human’s body description. Target kosakata/ kalimat yang harus diungkapkan dalam monolog descriptive kali ini sejumlah 5 kalimat dan perbaikan pengucapan pada kata

“describe”, kata jadian warna semu, penggunaan “to be are”, dan penambahan kriteria penilaian pada kompetensi linguistik. Untuk kelancaran proses pembelajaran maka rencana pembelajaran tersebut dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran berupa gambar-gambar wajah orang dan alat penilaian. Untuk kepentingan perolehan hasil penelitian yang optimal dipersiapkan juga alat observasi untuk siswa dan guru dan angket untuk siswa. Awal guru melakukan observasi kelas mengenai jumlah dan tatanan ruang atau susunan bangku, pada siklus II ini siswa


(37)

dibagi dalam kelompok sepuluh agar mudah untuk dipantau selama proses pembelajaran. Peneliti juga mengajak siswa berdo’a, melakukan pengecekan kehadiran siswa dan memberi semangat belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan di siklus II ini guru melakukan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengawali aktivitas tindakan, guru memperkenalkan (Introduce) Tujuan Pembelajaran dan melakukan review pembelajaran berkaitan dengan deskripsi wajah seseorang, agar siswa dapat merecall atau mengkaitkan kembali pengetahuan atau keterampilan yang sudah didapatkan pada siklus I, dengan menggunakan poster/gambar yang cukup besar dan dapat diamati siswa yang duduk dibagian bangku belakang. Beberapa siswa diminta untuk mendemonstrasikan kembali keterampilan mengungkapkan monolog

descriptive lisan dengan cara mendiskripsikan gambar wajah seseorang yang terkenal. Pada aktivitas tersebut guru juga mengklarifikasi pengucapan kata jadian yang menunjukkan warna semu agar tidak diucapkan terpenggal antara kata dasar dan afiknya atau diucapkan langsung dalam satu kata.

b. Berikutnya guru menghubungkan (Connect) topik bahasan dengan melakukan curah pendapat tentang kata sifat yang dipergunakan untuk menghubungkan topik bahasan dengan diskripsi tubuh manusia misalnya, short, tall, fat, thin.


(38)

c. Guru melakukan klarifikasi pengetahuan siswa tentang kata sifat yang dipergunakan untuk mendiskripsikan tubuh manusia, melalui permainan tanya jawab, arti kata atau lawan kata.

d. Guru sebagai model, menerapkan (Apply) kata ganti subyek “He dan She”

dengan mengkaitkan beberapa kata sifat dan kata kerja “wears” berdasarkan siswa yang dideskripsikan.

e. Beberapa siswa ikut menerapkan model guru satu sama lain saling mendiskripsikan postur tubuh mereka.

f. Guru melakukan refleksi (Reflect) melaui curah pendapat tentang hal-hal yang harus dideskripsikan dengan cara menambahkan clues pada peta konsep, sehingga jumlah clue dari 5 (deskripsi wajah) ditambah 3 (deskripsi postur tubuh) dan 2 kalimat yang menggunakan kata kerja ”wears” yang diikuti dengan kata benda berhubungan dengan pakaian sehingga jumlah Iclue menjadi 10. Kemudian siswa menyalin dalam buku pribadi siswa.

g. Untuk memperluas pengetahuan siswa maka guru mengkondisikan siswa untuk berlatih dalam kelompok untuk mendiskripsikan orang berdasarkan gambar dengan menggunakan 10 clues dan memberi penjelasan ulang tentang kriteria penilaian kemudian melakukan penilaian proses dengan memilih ketua kelompok sebagai koordinator penilai.

h. Guru melakukan pendampingan dan mengingatkan pada siswa tentang pengucapan “describe” dan penggunaan “to be are” yang sering salah.


(39)

i. Guru memberi kesempatan siswa untuk berlatih mendiskripsikan orang-orang terkenal berdasarkan gambar secara acak sebelum melakukan penilaian individu. Agar siswa lebih bersemangat maka aktivitas ini dilakukan di luar kelas dengan diberi motivasi diperbolehkan duduk bagi siswa yang sudah siap diuji secara individu.

j. Guru melakukan penilaian individu bagi siswa yang sudah siap diuji.

3. Observasi

a. Berdasarkan pengamatan, aktivitas pembelajaran pada siklus II ini siswa lebih bersemangat dan lebih percaya diri dibandingkan dengan proses pembelajaran pada siklus I.

b. Pada umumnya siswa terampil mengungkapkan monolog descriptive

walaupun jumlah kosakata/kalimat ditingkatkan 100%, dengan pengucapan yang relatif benar dan lancar.

c. Pada saat penilaian proses maupun individu terlihat siswa sudah terbiasa dengan penilaian yang mengacu pada kriteria (Penilaian Acuan Patokan) sehingga siswa sudah mampu memprediksi kemampuan atau ketrempilannya untuk mencapai kompetensi berdasarkan kriteria.

d. Selama proses pembelajaran siswa terkesan tenang karena jumlah siswa yang tidak hadir cukup banyak yaitu 10 (sepuluh) orang, walaupun demikian tidak mengurangi semangat belajar siswa yang hadir, hal ini juga terlihat ketika jam


(40)

penilaian individu samapi tuntas, kecuali 2 orang mengatakan belum siap mendapatkan nilai Standar Ketuntasan Minimal Belajar (SKMB)

e. Masih ada beberapa siswa yang masih menggunakan “to be is” untuk mendiskripsikan mata, tetapi sebagian besar sudah benar. Begitu juga pada pengucapan“describe” dan mengungkapkan kata jadian untuk warna semu pada umumnya sudah benar.

4. Analisis dan refleksi

a. Model pembelajaran monolog descriptive lisan sederhana yang berterima menggunakan ICARE yang diterapkan pada siklus II ini mampu membangkitkan semangat siswa dalam belajar di kelas dan membuat siswa lebih percaya diri dibandingkan dengan proses pembelajaran pada siklus I, karena siswa sudah terbiasa (familiar) dengan model pembelajaran ini.

b. Hasil analisis angket siswa juga menunjukkan hal yang sama yaitu selama proses pembelajaran sampai dengan penilaian, langkah-langkah yang dilakukan guru sesuai dengan rencana pembelajaran. Hal ini dapat diperoleh dari 27 siswa yang hadir memberi centangan pada kolom “ya” pada angket proses pembelajaran sesuai yang dialami siswa. Seluruh siswa juga menyatakan bahwa selama pembelajaran melalui aktivitas curah pendapat ini menyenangkan, membuat mereka percaya diri, siswa lebih sering mengungkapkan dengan bahasa mereka sendiri dan siswa merasa keterampilan mengungkapkan bahasa Inggris lisan mereka meningkat.


(41)

Tabel 4.3

Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II

Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

NO NAMA A ASPEK YANG DINILAIB C D JUMLAH KELOMPOK

1 Achmad Al Islakhul M 40 16 12 12 80 1

2 Achmad Muzaki 00 00 00 00 00 tidak hadir

3 Achmad Solickudin 00 00 00 00 00 tidak hadir

4 Andina Mauludiyah 40 16 16 12 84 1

5 Ardianto 40 16 16 12 84 2

6 Asmaul Khusnah 40 16 16 12 84 1

7 Choirul Arif 40 16 12 12 80 1

8 Diah Fikriani Mulia 40 16 16 12 84 1

9 Dimas Hakiki 00 00 00 00 00 tidak hadir

10 Dwi Cahyono 00 00 00 00 00 tidak hadir

11 Edy Bahrudin 40 12 12 20 84 2

12 Fachriyah Mawali 40 16 16 12 84 1

13 Fatimatuz Zahro 32 16 12 20 80 2

14 Fifit Andini 40 16 12 12 80 1

15 Ika Putri Rahmawati 40 16 16 12 84 2

16 Kemal Maulana Akbar 40 16 16 20 92 2

17 Lina Anggia Putri 40 16 12 12 80 1

18 Lutfi Susanto 00 00 00 00 00 tidak hadir

19 M Nukman Mufidz 00 00 00 00 00 tidak hadir

20 Moch. Miftakhul Hadi 00 00 00 00 00 tidak hadir

21 Moh. Anton Wijaya 00 00 00 00 00 tidak hadir

22 Moh. Aziz Nuril 40 12 12 12 76 1

23 Mohammad Isyommudin 32 16 16 20 84 2

24 Mohammad Nasirudin 40 16 16 12 84 1

25 Mutiatul Lutfiyah 40 16 16 20 92 2

26 Naufal Jaadal Maula 00 00 00 00 00 tidak hadir

27 Niswati 40 12 12 12 76 1

28 Nur Afifah 40 16 16 20 92 2

29 Nur Triani Indah Wati 32 16 16 20 84 2

30 Retno Rosari 40 16 16 20 92 2

31 Roudlotul Islamiyah 40 20 20 20 100 1

32 Sahrul Ma’sum 40 16 12 12 80 1

33 Sri Agustina 40 16 20 12 88 1

34 Susi Susanti 40 16 8 12 76 2

35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 16 16 20 92 2

36 Wiwin Sholikhah 40 16 16 20 92 2

37

Yoga Prata Yoga Pratama Eko P 00 00 00 00 00 tidak hadir

Jumlah 1056 424 396 412 2288

Keterangan :

A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan B =Pengucapan (Pronunciation)

C =Kelancaran (Fluency) D=Struktur (Structure)


(42)

Jumlah siswa di kelas VIIA yang hadir pada pelaksanaan siklus II sejumlah 27 siswa, sepuluh siswa yang lainnya tidak hadir. Empat siswa mengirim surat keterangan sakit sedangkan enam lainnya tanpa keterangan. Berdasarkan Kalender Pendidikan SMP Negeri 2 Jabon selama bulan puasa mulai tanggal 26 September 2006 sampai dengan 16 Oktober 2006 adalah hari Efektif Fakultatif. Selama bulan puasa aktivitas pembelajaran dibagi dalam 2 sesi. Sesi pertama tanggal 26 sampai dengan 30 September 2006 pembelajaran umum dan sesi kedua mulai tanggal 1 sampai dengan 14 Oktober 2006 pembelajaran khusus Bimbingan Romadhon. Sedangkan jadwal aktivitas Bimbingan Romadhon untuk kelas VII berakhir tanggal 5 Oktober 2006 dan aktivitas siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2006 pada saat siswa kelas VII sudah mulai libur. Kemungkinan inilah yang menyebabkan siswa kelas VIIA tidak hadir sampai 10 orang, walaupun peneliti telah memberi surat pemberitahuan kepada wali murid khusus kelas VIIA tentang penelitian ini. Tetapi hal ini tidak mengurangi semangat belajar siswa yang hadir, bahkan mereka lebih semangat dan lebih percaya diri. Hal ini terlihat dari keceriaan siswa ketika belajar mulai dari awal sampai dengan penilaian individu.

Secara kuantitatif hasil belajar siswa tentang mengungkapkan monolog descriptive

lisan sederhana dengan menggunakan sistim ICARE pada siklus II ini dapat digambarkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1056 : 27 = 39,1. Rata-rata nilai ini bila dikonversikan dengan tabel kriteria penilaian monolog descriptive penilaian


(43)

proses pembelajaran pada siklus II (Kriteria penilaian terlampir) , maka rata-rata dari ke 27 siswa yang dibelajarkan telah terampil mengungkapkan 7 sampai dengan 10 kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa hampir ke 27 siswa telah terampil mengungkapkan monolog descriptive yang ditargetkan dalam pembelajaran. Untuk mencapai Discourse Competence hasil penilaian dapat paparkan melalui kompetensi pendukungnya di bawah ini.

 Rata-rata skor pengucapan : 424 : 27 = 15,7. Perolehan rata-rata nilai pada pengucapan bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive

penilaian proses pada siklus II pada aspek pengucapan pada umumnya siswa kadang-kadang melakukan kesalahan pengucapan tetapi pengucapannya jelas.

 Rata-rata skor kelancaran : 396 : 27 = 14,7. Hasil penilaian kelancaran ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive penilaian proses pembelajaran pada siklus II, menunjukkan bahwa siswa pada umumnya lancar didalam mengungkapkan monolog descriptive lisan.

 Rata-rata skor struktur kalimat : 412 : 27 = 15,3. Data ini bila dikonversi dengan tabel kriteria penilaian monolog descriptive penilaian proses pembelajaran pada siklus II, menunjukkan bahwa pada umumnya siswa mampu menggunakan struktur kalimat yang dibelajarkan dalam monolog

descriptive ini. Hanya beberapa siswa yang perlu dibelajarkan kembali pada siklus yang akan datang.


(44)

Tabel 4.4

Penilaian Individu Siswa Siklus II

Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

NO NAMA A ASPEK YANG DINILAIB C D JUMLAH KOMENTAR

1 Achmad Al Islakhul M 40 20 12 12 84

2 Achmad Muzaki 00 00 00 00 00 tidak hadir

3 Achmad Solickudin 00 00 00 00 00 tidak hadir

4 Andina Mauludiyah 40 16 16 20 92

5 Ardianto 34 20 16 20 90

6 Asmaul Khusnah 40 20 20 20 100

7 Choirul Arif 00 00 00 00 00 belum siap

8 Diah Fikriani Mulia 40 16 20 20 94

9 Dimas Hakiki 00 00 00 00 00 tidak hadir

10 Dwi Cahyono 00 00 00 00 00 tidak hadir

11 Edy Bahrudin 34 20 16 20 90

12 Fachriyah Mawali 40 20 12 12 84

13 Fatimatuz Zahro 34 20 16 20 90

14 Fifit Andini 34 20 16 20 90

15 Ika Putri Rahmawati 40 16 16 20 92

16 Kemal Maulana Akbar 40 16 16 20 92

17 Lina Anggia Putri 40 16 16 20 92

18 Lutfi Susanto 00 00 00 00 00 tidak hadir

19 M Nukman Mufidz 00 00 00 00 00 tidak hadir

20 Moch. Miftakhul Hadi 00 00 00 00 00 tidak hadir

21 Moh. Anton Wijaya 00 00 00 00 00 tidak hadir

22 Moh. Aziz Nuril 00 00 00 00 00 belum siap

23 Mohammad Isyommudin 40 16 16 20 92

24 Mohammad Nasirudin 40 16 16 12 84

25 Mutiatul Lutfiyah 40 16 16 12 84

26 Naufal Jaadal Maula 00 00 00 00 00 tidak hadir

27 Niswati 40 16 16 20 92

28 Nur Afifah 40 16 16 20 92

29 Nur Triani Indah Wati 40 16 16 16 88

30 Retno Rosari 40 16 16 20 92

31 Roudlotul Islamiyah 40 16 20 20 96

32 Sahrul Ma’sum 34 20 16 20 90

33 Sri Agustina 40 16 16 20 92

34 Susi Susanti 40 16 16 20 92

35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 20 18 20 98

36 Wiwin Sholikhah 40 16 20 20 96

37

Yoga Prata Yoga Pratama Eko P 00 00 00 00 00 tidak hadir

Jumlah 970 436 410 464 2278

Keterangan :

A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan B =Pengucapan (Pronunciation)

C =Kelancaran (Fluency) D=Struktur (Structure)


(45)

c. Data yang diperoleh guru ketika melakukan penilaian individu siswa sejumlah 25 (dua puluh lima), karena 2 siswa menyatakan belum siap sedangkan waktu pembelajaran sudah usai, dipaparkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 970 : 25 = 38,8. Rata-rata nilai ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive secara individu pada siklus II (Kriteria penilaian terlampir) , maka ke 25 siswa yang dibelajarkan tergolong terampil mengungkapkan monolog descriptive dengan rata-rata 10 kalimat, sesuai dengan target pembelajaran. Untuk mencapai

Discourse Competence hasil penilaian dapat paparkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pengucapan : 436 : 25 = 18,16. Pada aspek pengucapan rata-rata nilai ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive

penilian individu pada siklus II menunjukkan bahwa pada umumnya siswa telah mampu mengungkapkan kalimat-kalimat monolog descriptive lisan sederhana dengan benar walaupun sebagian kecil siswa masih kadang-kadang melakukan kesalahan pengucapan tetapi pengucapannya jelas, perbaikan pengucapan hanya dilakukan bagi beberapa siswa yang belum mencapai kompetensi linguistik.

 Rata-rata skor kelancaran : 410 : 25 = 17,08. Angka ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian individu monolog descriptive yang dilakukan guru pada siklus II, menunjukkan bahwa siswa pada umumnya lancar dan sebagian sangat lancar didalam mengungkapkan monolog descriptive lisan sederhana.


(46)

 Rata-rata skor struktur kalimat : 464 : 25 = 19,33. Data ini bila dikonversi dengan tabel kriteria penilaian individu monolog descriptive yang dilakukan guru pada siklus II, menunjukkan bahwa pada umumnya siswa mampu menggunakan struktur kalimat yang benar dalam mengungkapkan monolog

descriptive ini.

C. Siklus III

1. Persiapan Tindakan

a. Berdasarkan hasil paparan analisis dan refleksi pada siklus II bahwa pada umumnya siswa telah mencapai Discourse Competence untuk aktivitas pembelajaran bahasa Inggris lisan, dan menunjukkan kemampuan mengungkapkan monolog descriptive sederhana yang berterima meningkat, dimana unsur-unsur kompetensi pendukungnya juga pada umumnya telah dikuasai siswa, maka tim penelitian sepakat pada siklus III, merancang untuk membelajarkan siswa 10 siswa yang tidak hadir dan 2 siswa yang belum siap diuji lisan secara individu pada siklus II.

b. Agar seluruh siswa ikut belajar maka pembelajaran monolog descriptive

melalui sistim ICARE ini dilakukan menggunakan tutor sebaya.

c. Seperti pada siklus-siklus yang lalu, sebelum guru melaksanakan tindakan guru dengan tim penelitian menyusun rencana pembelajaran berdasarkan silabus yang telah disusun. Untuk proses pembelajaran maka rencana


(47)

pembelajaran dilengkapi dengan bahan ajar, media pembelajaran berupa gambar/poster orang dan alat penilaian. Untuk kepentingan perolehan hasil penelitian dipersiapkan juga alat observasi untuk siswa dan guru juga angket untuk siswa. Pada tahap awal guru melakukan observasi kelas mengenai jumlah dan tatanan ruang atau susunan bangku siswa, mengajak siswa berdo’a kemudian melakukan pengecekan kehadiran siswa, melakukan pembelajaran sikap dan memberi semangat belajar siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Mengawali aktivitas tindakan, membagi kelas menjadi empat kelompok dengan mengkondisikan 10 siswa yang tidak hadir dan 2 siswa yang belum siap diuji pada siklus II dibagi rata pada masing-masing kelompok, dan menentukan ketua kelompok dan beberapa tutor sebaya yang bertanggung jawab tentang keberhasilan siswa yang tidak hadir pada siklus II.

b. Pada awal pembelajaran guru memperkenalkan (Introduce) Tujuan Pembelajaran dan fungsi sosialnya (Lifeskills) dan menjelaskan bahwa pembelajaran ini masih berkaitan dengan monolog descriptive dengan topik lanjutan The Human’s Body description.

c. Guru melakukan review pembelajaran berkaitan dengan aktivitas tindakan pada siklus I yaitu dengan melakukan permainan kuis mendeskripsikan wajah seseorang, dengan menggunakan poster/gambar yang cukup besar dan dapat diamati siswa yang duduk dibagian bangku belakang.


(48)

d. Beberapa siswa diminta mendemonstrasikan kembali mengungkapkan monolog descriptive dengan mendiskripsikan gambar wajah beberapa orang terkenal seperti artis, pahlawan, pemimpin negara dan sebagainya.

e. Melalui tutor sebaya guru melakukan klarifikasi pengetahuan siswa tentang kata sifat yang dipergunakan untuk mendiskripsikan tubuh manusia, melalui permainan tanya jawab, arti kata atau lawan kata.

f. Pada tahap terapan (Apply), guru memodelkan kata ganti subyek “He dan She” dengan mengkaitkan beberapa kata sifat berdasarkan siswa yang dideskripsikan. Kemudian berapa siswa melakukan model guru satu sama lain saling mendiskripsikan postur tubuh mereka.

g. Guru melakukan refleksi (Reflect) melalui permainan curah pendapat tentang hal-hal yang harus dideskripsikan dengan cara menulis clues pada peta konsep, sehingga jumlah clue dari 5 (deskripsi wajah) ditambah 3 (deskripsi postur tubuh) dan 2 kalimat lainnya menggunakan kata kerja “wears” yang diikuti dengan kata benda yang berhubungan dengan pakaian untuk dua kalimat yang lain, sehingga jumlah kosa kata menjadi 10 kalimat dan jumlah

clue juga menjadi 10.

h. Guru mengkondisikan siswa untuk berlatih dalam kelompok yang dipandu oleh tutor sebaya, untuk mendiskripsikan orang berdasarkan gambar dengan menggunakan 10 clues, disamping itu tutor sebaya memberi penjelasan ulang kriteria penilaian.


(49)

i. Aktivitas dilanjutkan dengan melakukan penilaian proses pembelajaran. Ketua kelompok sebagai koordinator penilai dan melaporkan kepada guru tentang keberhasilan siswa dalam kelompok.

j. Guru memberi kesempatan siswa untuk berlatih mendiskripsikan orang-orang terkenal berdasarkan gambar secara acak sebelum melakukan penilaian individu. Agar siswa lebih bersemangat maka aktivitas ini dilakukan di luar kelas dengan diberi motivasi diperbolehkan duduk bagi siswa yang sudah siap diuji secara individu.

3. Observasi

a. Selama pembelajaran seluruh siswa terlihat tetap bersemangat dan sangat percaya diri khususnya siswa yang terpilih menjadi tutor sebaya sedangkan siswa yang lain terlihat sangat konsentrasi.

b. Proses pembelajaran terkesan lebih cepat dan efektif karena para tutor sebaya mendominasi pertanyaan guru ketika melakukan aktivitas curah pendapat, dan muncul kosa kata baru seperi barcellet, earings, neclacke, veil.

c. Terdapat 2 orang yang belum mencapai SKBM pada saat penilaian proses pembelajaran. Proses penilaian individu untuk 12 siswa terlihat lancar dan beberapa siswa yang sudah diuji pada siklus II mengajukan ujian perbaikan. Begitu juga para tutor sebaya terlihat juga ingin melakukan ujian perbaikan atau ujian ulangan.


(50)

4. Analisis dan refleksi

a. Secara kualitatif selama proses pembelajaran disiklus III ini, seluruh siswa terlihat bersemangat dan sangat percaya diri khususnya para tutor sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan para tutor sebaya ini bukan hanya sekedar hafalan, tetapi merupakan keterampilan yang dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Selama proses pembelajaran terkesan lebih cepat dan efektif karena sebagian besar siswa mendapatkan pembelajaran ulang karena itu utamanya para tutor sebaya selalu mendominasi pertanyaan guru pada tahap menghubungkan (Connect). Munculnya kosa kata baru seperti barcellet, earings, neclacke, veil, berasal dari kreativitas siswa setelah memperhatikan beberapa gambar yang lain.

c. Hasil analisis data dari angket siswa pada siklus III ini menunjukkan hal yang sama dengan siklus-siklus sebelumnya yaitu seluruh siswa menyatakan bahwa selama pembelajaran menggunakan sistim ICARE ini menyenangkan, membuat mereka percaya diri, siswa lebih sering mengungkapkan dengan bahasa mereka sendiri dan siswa merasa keterampilan mengungkapkan bahasa Inggris lisan mereka meningkat.

d. 2 siswa yang belum mencapai kompetensi saat penilaian proses pembelajaran pada umumnya mereka kurang lancar dalam mengungkapkan monolog

descriptive, sehingga guru meminta tutor sebaya untuk melakukan pembelajaran remidiasi berdasarkan saran-saran dari guru.


(51)

Tabel 4.5

Penilaian Proses Pembelajaran Siklus III

Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

NO NAMA A ASPEK YANG DINILAIB C D JUMLAH KELOMPOK

1 Achmad Al Islakhul M 40 16 12 16 84 4

2 Achmad Muzaki 32 16 12 8 68 1

3 Achmad Solickudin 40 16 12 12 80 2

4 Andina Mauludiyah 40 16 16 16 88 1

5 Ardianto 40 20 16 20 96 1

6 Asmaul Khusnah 40 16 16 20 94 4

7 Choirul Arif 40 16 16 16 88 3

8 Diah Fikriani Mulia 40 16 16 20 94 2

9 Dimas Hakiki 40 16 16 12 84 4

10 Dwi Cahyono 40 16 12 20 88 1

11 Edy Bahrudin 40 16 16 16 88 2

12 Fachriyah Mawali 40 16 16 12 84 4

13 Fatimatuz Zahro 32 16 12 20 80 4

14 Fifit Andini 40 16 16 20 92 2

15 Ika Putri Rahmawati 40 16 16 12 84 1

16 Kemal Maulana Akbar 40 16 16 20 92 4

17 Lina Anggia Putri 40 16 16 20 92 3

18 Lutfi Susanto 32 16 12 20 80 2

19 M Nukman Mufidz 32 16 12 20 80 3

20 Moch. Miftakhul Hadi 32 16 12 20 80 4

21 Moh. Anton Wijaya 40 16 16 12 84 1

22 Moh. Aziz Nuril 40 16 12 16 84 2

23 Mohammad Isyommudin 32 16 12 20 80 3

24 Mohammad Nasirudin 40 16 16 12 84 4

25 Mutiatul Lutfiyah 40 16 16 20 92 1

26 Naufal Jaadal Maula 40 16 16 12 84 3

27 Niswati 40 16 16 12 84 3

28 Nur Afifah 40 16 16 20 92 1

29 Nur Triani Indah Wati 40 16 16 20 92 3

30 Retno Rosari 40 16 16 20 92 1

31 Roudlotul Islamiyah 40 20 20 20 100 3

32 Sahrul Ma’sum 40 16 16 12 84 2

33 Sri Agustina 00 00 00 00 00 tidak hadir

34 Susi Susanti 40 16 16 20 92 2

35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 16 16 20 92 2

36 Wiwin Sholikhah 40 20 20 20 100 3

37

Prata Yoga Pratama Eko P 32 12 12 8 64 4

Jumlah 1384 584 540 604 3116

Keterangan :

A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan B =Pengucapan (Pronunciation)

C =Kelancaran (Fluency) D=Struktur (Structure)


(52)

Pada siklus III ini, jumlah siswa di kelas VIIA yang hadir sejumlah 36 siswa, 1 siswa yang tidak hadir karena sakit. Secara kuantitatif hasil belajar siswa di siklus III ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1384 : 36 = 38,44. Rata-rata nilai ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian mengungkapkan monolog descriptive

lisan yang berterima pada penilaian proses pembelajaran pada siklus III, rata-rata nilai hasil belajar dari ke 36 siswa, menunjukkan telah terampil mengungkapkan 7 sampai dengan 10 kalimat.

 Rata-rata skor pengucapan : 584 : 36 = 16,22. Bila dikonversikan dengan kriteria penilaian mengungkapkan monolog descriptive lisan pada penilian proses, pada umumnya siswa kadang-kadang melakukan kesalahan pengucapan sampai dengan tidak pernah melakukan kesalahan dan pengucapannya jelas.

 Rata-rata skor kelancaran : 540 : 36 = 15. Hasil penilaian kelancaran ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian mengungkapkan monolog descriptive

lisan pada penilaian proses pembelajaran pada siklus III, menunjukkan bahwa siswa pada umumnya lancar.

 Rata-rata skor struktur kalimat : 604 : 36 = 16,77. Data ini bila dikonversi dengan kriteria penilaian mengungkapkan monolog descriptive lisan, menunjukkan bahwa pada umumnya siswa mampu menggunakan struktur kalimat yang dibelajarkan dalam monolog descriptive ini.


(53)

Tabel 4.6

Penilaian Individu Siswa Siklus III

Mengungkapkan Monolog Descriptive lisan sederhana yang berterima

NO NAMA A ASPEK YANG DINILAIB C D JUMLAH KOMENTAR

1 Achmad Al Islakhul M 40 20 12 12 84

2 Achmad Muzaki* 34 12 12 16 74

3 Achmad Solickudin* 40 20 12 12 84

4 Andina Mauludiyah 40 16 16 20 92

5 Ardianto 40 20 16 20 96

6 Asmaul Khusnah 40 20 20 20 100

7 Choirul Arif* 40 16 12 20 88

8 Diah Fikriani Mulia 40 16 20 20 94

9 Dimas Hakiki* 40 16 16 16 88

10 Dwi Cahyono* 40 16 16 20 92

11 Edy Bahrudin 34 20 16 20 90

12 Fachriyah Mawali 40 20 12 12 84

13 Fatimatuz Zahro 34 20 16 20 90

14 Fifit Andini 40 20 16 20 96

15 Ika Putri Rahmawati 40 16 16 20 92

16 Kemal Maulana Akbar 40 20 16 20 96

17 Lina Anggia Putri 40 16 16 20 92

18 Lutfi Susanto* 34 16 16 20 86

19 M Nukman Mufidz* 34 20 16 16 86

20 Moch. Miftakhul Hadi* 34 20 16 12 82

21 Moh. Anton Wijaya* 40 16 16 16 88

22 Moh. Aziz Nuril* 40 16 8 12 76

23 Mohammad Isyommudin 40 16 16 20 92

24 Mohammad Nasirudin 40 16 16 20 90

25 Mutiatul Lutfiyah 40 16 20 20 96

26 Naufal Jaadal Maula* 34 20 16 12 82

27 Niswati 40 16 16 20 92

28 Nur Afifah 40 16 16 20 92

29 Nur Triani Indah Wati 40 16 16 16 88

30 Retno Rosari 40 16 16 20 92

31 Roudlotul Islamiyah 40 20 20 20 100

32 Sahrul Ma’sum 34 20 16 20 90

33 Sri Agustina 00 00 00 00 00 tidak hadir

34 Susi Susanti 40 16 16 20 92

35 Titin Muzzaqiyatul Q 40 20 18 20 98

36 Wiwin Sholikhah 40 16 20 20 96

37

Prata Yoga Pratama Eko P* 34 20 8 12 74

Jumlah 1386 636 562 644 3224

Keterangan :

A= Pemahaman (Jumlah kosa kata/kalimat dan koherensi/keterkaitan dengan bahasan B =Pengucapan (Pronunciation)

C =Kelancaran (Fluency) D=Struktur (Structure)


(54)

Pada penilaian individu siswa sejumlah 36 (tiga pulu enam), dapat dipaparkan sebagai berikut:

 Rata-rata skor pemahaman : 1386 : 36 = 38,5. Rata-rata nilai ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive secara individu pada siklus III (Kriteria penilaian terlampir) , maka ke 36 siswa yang dibelajarkan telah terampil mengungkapkan monolog descriptive dengan rata-rata 10 kalimat. Untuk mencapai Discourse Competence hasil penilaian dapat paparkan berikut ini.

 Rata-rata skor pengucapan : 636 : 36 = 17,66. Pada aspek pengucapan rata-rata nilai ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian monolog descriptive

penilaian individu pada siklus III menunjukkan bahwa pada umumnya siswa telah mampu mengucapkan kalimat-kalimat monolog descriptive dengan benar dn jelas walaupun sebagian kecil siswa masih kadang-kadang melakukan kesalahan pengucapan tetapi masih dalam batas kewajaran.

 Rata-rata skor kelancaran : 562 : 36 = 15,61. Angka ini bila dikonversikan dengan kriteria penilaian individu monolog descriptive yang dilakukan guru pada siklus III, mengindikasikan bahwa ke 36 siswa di kelas VIIA pada umumnya didalam mengungkapkan monolog descriptive lisan mereka lancar sampai dengan sangat lancar.

 Rata-rata skor struktur kalimat : 644 : 36 = 17,88. Data ini bila dikonversi dengan kriteria penilaian individu monolog descriptive yang dilakukan guru


(1)

pada saat pembelajaran siklus III, para tutor sebaya ataupun siswa yang lain lebih mampu mengungkapkan monolog descriptive dan mereka minta ujian ulang karena mereka ingin menunjukkan keterampilannya secara optimal. Artinya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki siswa tahan lama. Hal ini sesuai dengan trend dunia pendidikan abad 21 seperti apa yang disebut Brainware Management yang berasumsi bahwa manusia jika mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya.

6. Pada saat siswa melakukan penilaian individu menunjukkan bahwa mereka harus mengikuti kriteria penilaian yang merujuk pada pencapaian Discourse Competence dengan kompetensi pendukungnya Actional Competence, Linguistic Competence, Sociocultural Competence dan Strategic Competence. Kompetensi inilah yang akan membawa siswa mampu bersaing di dunia internasional, sebab mereka memiliki kompetensi berbahasa Inggris yang berterima.

7. Berdasarkan paparan di atas menunjukan bahwa aktivitas curah pendapat dapat meningkatkan keterampilan siswa di dalam menggunakan bahasa Inggris lisan yang berterima khususnya untuk mengungkapkan monolog descriptive. Terbukti dari analisis data secara kuantitatif menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa pada umumnya diatas Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) bahasa Inggris yaitu 70. Di samping itu terbentuk sikap percaya diri siswa, sikap


(2)

8. Adapun gambaran peningkatan keterampilan mengungkapkan monolog descriptive sederhana siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Jabon secara lisan dapat dipaparkan sebagai berikut. (a) 100% siswa telah mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditunjukkan dari hasil belajar proses pembelajaran dengan kondisi beberapa siswa melakukan pembelajaran remidial dengan tutor sebaya. (b) Begitu juga pada penilaian Individu diperoleh data semua siswa yang berjumlah 37 mencapai SKBM dengan nilai yang variatif. (c) Secara kualitatif terlihat rasa percaya diri siswa meningkat dan siswa senang mendapatkan pembelajaran model ini. (d) Hasil analisis angket siswa juga menunjukkan bahwa dari 37 siswa memberi centangan pada kolom “ya” pada angket proses pembelajaran sesuai yang dialami siswa. Seluruh siswa juga menyatakan bahwa selama pembelajaran melalui aktivitas curah pendapat ini menyenangkan, membuat mereka percaya diri, siswa lebih sering mengungkapkan dengan bahasa mereka sendiri dan siswa merasa keterampilan mengungkapkan bahasa Inggris lisan mereka meningkat.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran bahasa Inggris mengungkapkan monolog descriptive lisan sederhana yang berterima menggunakan sistim ICARE, dilakukan melalui lima tahapan pembelajaran yaitu (1) Introduce (Perkenalkan), pada tahap ini guru memperkenalkan tujuan pembelajaran dan fungsi-fungsi sosial (lifeskills) yang terkait dalam proses pembelajaran. Guru memberikan permainan sederhana yang bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar. (2) Tahap kedua, Connect (Hubungkan), guru berupaya untuk menghubungkan tujuan dan topik bahasan dengan sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Pada pembelajaran monolog descriptive ini guru melakukan dengan cara bertanya langsung kepada siswa tentang sifat, warna, keadaan, bentuk dan sebagainya yang mendukung untuk mendiskripsikan sesuatu berkaitan dengan topik bahasan. (3) Pada tahap Apply (Terapkan), siswa mencoba untuk menerapan pengetahuannya seperti mengungkapkan bagian-bagian wajah, bagian tubuh dan sebagainya melalui tanya jawab, atau bermain kuis. Pada aktivitas ini guru dapat memodelkan satu atau dua contoh wacana descriptive. (4)Tahap berikutnya adalah Reflect (Refleksikan), langkah ini guru membantu siswa menentukan hal-hal esensi yang diungkapkan seperti berupa clue-clue yang menjadi bahan catatan atau dokumen siswa.


(4)

proses pembelajaran merupakan tahapan Extend (Perluaskan), dalam tahapan ini memungkinkan siswa mengelaborasi pengetahuannya dengan hal-hal yang bermakna dalam kehidupan, tahap ini sering memunculkan ide-ide kreatif siswa

Pembelajaran menggunakan sistem ICARE mengkondisikan siswa belajar berpendapat dan mengungkapkan pengetahuannya, mengaplikasikan, merefleksi dan memperluas pengalaman belajar mereka maka akan membentuk sikap percaya diri siswa karena siswa terlibat langsung mengaplikasikan pengetahuannya. Dengan model pembelajaran bahasa Inggris mengungkapkan monolog descriptive lisan menggunakan sistim ICARE ini siswa merasa senang, membuat mereka percaya diri, siswa mmapu menerapkan dengan bahasa mereka sendiri dan siswa merasa keterampilan mengungkapkan bahasa Inggris lisan mereka meningkat.

Untuk mengetahui keterampilan siswa dalam belajar maka dilakukan penilaian proses dan penilaian individu. Pembelajaran kompetensi linguistik seperti struktur kalimat, pengucapan, intonasi bisa dikaitkan atau disisipkan selama proses pembelajaran. Sedangkan penilaian proses pembelajaran ataupun penilaian individu mengacu pada bahasa Inggris yang berterima yaitu pencapaian Discourse Competence, dengan kompetensi pendukungnya Actional Competence, Linguistic Competence, Sociocultural Competence dan Strategic Competence sedangkan kompetensi tambahan yaitu Affective Competence dipergunakan selama aktivitas pembelajaran.


(5)

B. Saran-saran

Dari pengalaman melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini bagi yang akan menerapkan pembelajaran sistem ICARE disarankan:

1. Sebelum pembelajaran dimulai guru perlu memotivasi siswa terlebih dahulu agar timbul rasa percaya diri mereka, motivasi ini dapat berupa permainan games sederhana, kuis, lagu-lagu dan sebagainya, karena siswa akan mengungkapkan bahasa mereka sendiri berdasarkan pengalamannya sehingga membutuhkan situasi kelas yang kondusif .

2. Penilaian proses pembelajaran dilakukan seefektif mungkin agar dapat menghemat waktu.

3. Penjelasan tentang Kriteria Penilaian, perlu dijelaskan dan dilatihkan kepada siswa, agar siswa memiliki sikap untuk mencapai skor maksimal dan mampu menilai orang lain.

4. Peta konsep tentang hal-hal esensi yang perlu di diskripsikan akan membantu siswa didalam belajar dan berlatih untuk mencapai kompetensi.

5. Siswa diusahakan belajar dalam kelompok, karena dengan berkelompok siswa akan belajar bersosial, saling memberi, mengasah dan mengasuh antar teman. Hal ini memunculkan rasa percaya diri siswa, sikap saling menghormati, meminimalkan siswa yang memiliki rasa minder atau kurang berani tampil.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Azies,FS & Alwasilah CA. 1996. Penagajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktik. Bandung, Remaja Rosdakarya

Decentralized Based Education (DBE),2006. Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran. USAID Indonesia.

Dirjendikdasmen. 2005. Landasan Filosofi Teoritis Pendidikan Bahasa Inggris. Jakarta.

Mills,GE,2000. Action Research A Guide For The Teacher Researcher. Ohio, Shoutern Oregon University.

Permen 22. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta.

Puskur. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP. Jakarta.

Sudjana,s. 2001. Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung. Falah Production.

Suranto, Basowi, Sukidin,2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia.

Surya,M. 2003. Percikan Perjuangan Guru. Semarang, Aneka Ilmu. Suryadi,A, 1983. Membuat Siswa Aktif Belajar.Bandung, Binacipta.