Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010 s/d 2012 T2 942011036 BAB I

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran

masyarakat

tentang

pentingnya

pendidikan dewasa ini semakin membaik. Oleh karena
pendidikan

merupakan

satu

aspek

utama


dalam

membangun Sumber Daya Manusia yang semakin
berkualitas, dipersiapkan menjadi tenaga-tenaga yang
bertanggung jawab yang siap terjun dalam dunia kerja
atau lapangan kerja. Sumber Daya Manusia yang
semakin bermutu merupakan produk pendidikan yang
utama

sebagai

kunci

keberhasilan

suatu

bangsa.


Wahjoetomo (1994) mengemukakan pendidikan adalah
alat

untuk

membentuk

manusia

sebagai

anggota

masyarakat yang bermartabat, berahlak mulia dan
bahkan

mampu

kualitas


tenaga

meningkatkan
kerja

atau

sesuai

mempertinggi

dengan

tuntutan

pembangunan nasional. Pendidikan menjadi penting
karena merupakan investasi berharga dari sebuah
Negara, oleh karena itu pembangunan dalam bidang
pendidikan sangat dibutuhkan.


Seperti dikutib dari

UNESCO (1972), sebagai badan Perserikatan BangsaBangsa (PBB) yang menangani bidang pendidikan yang
menyerukan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia
bahwa,

jika

ingin

membangun
1

dan

berusaha

memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah
dari


pendidikan,

sebab

pendidikan

adalah

kunci

menuju perbaikan terhadap peradaban.
Sebagai kunci perbaikan terhadap peradaban
maka pendidikan harus menjangkau semua kalangan.
Hal tersebut dimulai dari perluasan dan pemertaan
akses

pendidikan

yang


baik.

Akses

pendidikan

merupakan prioritas penting sehingga diperhatikan
oleh pemerintah pusat, agar pendidikan dapat diterima
dan diperoleh oleh semua masyarakat tanpa terkecuali.
Oleh sebab itu, pemerintah merumuskannya dalam tiga
pilar kebijakan pendidikan yaitu: 1. Upaya pemerataan
dan perluasan akses pendidikan; 2. Peningkatan mutu,
relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan; dan 3.
Peningkatan tata kelola akuntabilitas, dan citra publik
pengelolaan pendidikan (RENSTRA Depdiknas 20052009). Melalui rumusan kebijakan tersebut diharapkan
pendidikan semakin berkembang dengan baik dan
memampukan

masyarakat


menyadari

pentingnya

pendidikan. Peningkatan kesadaran akan pentingnya
pendidikan

sering

berhadapan

dengan

masih

terbatasnya akses pendidikan. Contohnya di Kabupaten
Sumba Timur yang memiliki desa-desa yang saling
berjauhan. Akses pendidikan sulit bagi masyarakat
yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka karena
lokasi


sekolah

pemukiman

yang

warga.

berkilo-kilo
Masalah
2

meter

tersebut

jauh

dari


bukan

saja

menjadikan masyarakat kurang memahami pentingnya
pendidikan, tetapi juga membuat masyarakat menjadi
malas bilamana harus berjalan jauh hanya untuk
bersekolah. Oleh karena itu wajar jika Depdiknas
mengeluarkan kebijakan pendidikan salah satunya
adalah

upaya

pendidikan.

pemerataan

Akses


dan

perluasan

pendidikan

yang

akses

memadai

diharapkan mampu membawa perubahan positif dalam
cara pandang dan cara berpikir masyarakat mengenai
pendidikan.
Data

dari

Harian


Terbit

11

Februari

2013

menunjukkan bahwa di Indonesia angka putus sekolah
semakin meningkat yaitu "jumlah anak putus sekolah
setiap tahun masih terjadi, celakanya dari tingkat SDSMA cukup besar pada tahun 2010 angkanya mencapai
1,08 juta

anak" . Situasi ini sungguh

merupakan

keadaan yang ironis, ketika setiap daerah diberikan
kesempatan

untuk

mengelola

manajemen

pendidikannya sendiri. Pemerintah menyiapkan dana
(program dana BOS dan DAK) untuk terus membangun
dan memperbaik akses pendidikan sebagai salah satu
bentuk kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
pemerataan dan perluasan akses pendidikan, tidak
berhasil mengurangi angka anak wajib belajar yang
putus sekolah.
Permasalahan pendidikan dimana masih adanya
anak usia sekolah mengalami putus sekolah juga
3

terjadi di Sumba khususnya Kabupaten Sumba Timur.
Angka anak putus sekolah per tahun 2011
280 anak

terdapat

putus sekolah untuk tingkat SD dan 16

untuk tingkat SMU (Timor Express, 2012). Menurut
data dari Waingapu.com adalah sekolah di Kabupaten
Sumba Timur, 75% dibawah standar mutu nasional,
yang dengan demikian masalah pendidikan didaerah ini
masih sangat rendah atau berada dibawah rata-rata.
Alasan mengapa Sumba Timur masih berada dibawah
standar mutu nasional adalah kesadaran masyarakat
untuk mengenyam pendidikan masih sangat rendah.
Faktor
sekolah

yang

lainnya

menjadi
adalah

penyebab
masalah

anak

putus

perekonomian

masyarakat setempat (Elfindri, 1997). Pada

tahun

2010, Kompas.com mengumpulkan informasi bahwa
anak putus sekolah di desa Tanamana kecamatan
Pahunga

Lodu

dikarenakan

kabupaten

rawan

Sumba

pangan

Timur

yang

terjadi

diakibatkan

kekeringan dan menjadi ancaman anak wajib belajar 9
tahun

mengalami

putus

sekolah.

Selain

masalah

kemiskinan, faktor yang juga mempengaruhi anak
putus sekolah di daerah ini adalah lokasi sekolah yang
jauh dari rumah peserta didik, dan masalah budaya
dimana masih adanya perbedaan strata sosial yang
tinggi (khususnya di desa-desa).

Masalah tersebut

adalah dikarenakan akses pendidikan belum begitu
memadai dan merata. Keadaan sekolah-sekolah yang
4

dikota jauh berbeda dengan keadaan sekolah didesa.
Keadaan geografis pulau Sumba yang sangat sulit
untuk dijangkau, desa-desa yang saling berjauhan
antara desa yang satu dengan desa yang lain, antara
perkampungan yang satu dan perkampungan yang lain
merupakan salah satu kendala dalam menerapkan
pemerataan dan perluasan akses pendidikan. Dengan
peningkatan akses pendidikan diharapakan akan dapat
memperbaiki
persoalan

setiap

anak

persoalan

putus

sekolah

pendidikan
yang

seperti

di alami di

Kabupaten Sumba Timur, membangun pengetahuan
masyarakat agar memahami pentingnya pendidikan
bagi anak-anak mereka.
Oleh karena itu, agar implementasi kebijakan
pemerataan

perluasan

akses

pendidikan

dapat

dilaksanakan, maka dibutuhkan dana yaitu melalui
kebijakan

program

kebijakan

dana

BOS

dana-dana

dan

DAK.

tersebut

Melalui

pemerintah

mengharapkan terjadinya perubahan yang semakin
baik dalam dunia pendidikan serta akses pendidikan
diperoleh secara merata oleh masyarakat baik di kota
maupun

di

permasalahan
penelitian

desa
diatas

dengan

terpencil.
penulis

Dengan
ingin

Implementasi

judul

Perluasan Akses Pendidikan
Timur Tahun 2010 s/d 2012.

5

melihat

melakukan

Kebijakan

di Kabupaten Sumba

1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan
dipaparkan

latar

diatas,

belakang

maka

yang

persoalan

sudah

penelitian

dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana
kebijakan

proses

dan

hasil

pendanaan

implementasi

perluasan

akses

pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba
Timur tahun 2010 s/d 2012?
2. Hambatan-hambatan

apa

yang dihadapi dan

membatasi pelaksanaan implementasi kebijakan
pendanaan perluasan akses pendidikan (BOS dan
DAK) di Kabupaten Sumba Timur tahun 2010
s/d 2012?

1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan

perumusan

masalah

masalah

diatas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan proses dan hasil implementasi
kebijakan

pendanaan

perluasan

akses

pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten Sumba
Timur tahun 2010 s/d 2012.
2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan apa yang
dihadapai

dan

membatasi

implementasi kebijakan

pelaksanaan

pendanaan

perluasan

akses pendidikan (BOS dan DAK) di Kabupaten
Sumba Timur tahun 2010 s/d 2012
6

1.3. Manfaat Penelitian
1.3.1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat
memberikan
Program

manfaat

Studi

sumbangan

Manajemen

pengetahuan

Pendidikan

di

mengenai

implementasi kebijakan pendanaan perluasan akses
pendidikan di Kabupaten Sumba Timur.

1.3.2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi pemerintah Kabupaten
Sumba Timur selaku penerima dan pelaku kebijakan
dalam meningkatkan implementasi perluasan akses
pendidikan.

7

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65