PEMBERDAYAAN PETANI TAMBAK DALAM MENGURAI KETERGANTUNGAN PADA TENGKULAK IKAN UNTUK MENCIPTAKAN KEMANDIRIAN PASCA PANEN DI KELURAHAN SUMBERREJO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA.
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Dini Nur Kumalasari B32212026
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
x ABSTRAK
DINI NUR KUMALASARI : B32212026, PEMBERDAYAAN PETANI
TAMBAK DALAM MENGURAI KETERGANTUNGAN PADA
TENGKULAK IKAN UNTUK MENCIPTAKAN KEMANDIRIAN PASCA PANEN DI KELURAHAN SUMBERREJO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA
Penelitian pendampingan ini menggambarkan tentang bagaimana para petani tambak dapat mandiri tanpa bergantung kepada tengkulak ikan di Sumberrejo 1 Kecamatan Pakal Kota Surabaya. Penelitian ini adalah untuk menjawab fokus masalah penelitian pendampingan yang pertama, Bagaimana tingkat ketergantungan petani tambak kepada tengkulak ikan. Kedua, Bagaimana proses pemberdayaan petani tambak dalam mengurangi ketergantungan kepada tengkulak ikan. Adanya sektor perikanan (pertambakan) belum menjadi ekonomis penting bagi sumber ekonomi petani tambak di Sumberrejo dikarenakan penanganan potensi yang kurang tepat dan terbatasanya ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola hasil pasca panennya. Dari adanya hal tersebut para tengkulak ikan sangat agresif memanfaatkan keadaan serta terjalinya hubungan antara petani tambak dan tengkulak ikan dikarenakan adanya hutang piutang.
Untuk mengukap persoalan tersebut maka dalam proses pendampingan
yang dilakukan ini menggunakan pendekatan PAR (Participation Action
Research) yang cenderung akan melakukan suatu kegiatan yang meliputi dengan langkah-langkah proses pemecahan masalah antara lain: riset pendahuluan, inkulturasi, merumuskan masalah, merancang strategi, pengorganisasian masyarakat, serta membangun Steakholder yang berguna untuk memberdayakan petani tambak yang ada di Sumberrejo, melancarkan aksi, evaluasi dan refleksi.
Dalam proses pendampingan ini agar perekonomian petani kembali stabil dari ketidakberdayaan petani tambak terhadap tengkulak ikan adalah dengan memanfaatkan hasil potensi yang ada di pertambakan dengan cara mengelola hasil panen melalui ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat agar petani tambak dapat hidup mandiri dan tidak berhutang lagi. Adapun hasil pendampingan yang diikuti peneliti diantaranya : membuat krupuk dari ikan bandeng, mengolah ikan bandeng menjadi otak-otak, dan mengemas krupuk hingga memasarkan krupuk secara pribadi.
Dari hasil pendampingan tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pemerintah dalam membangun suatu masyarakat untuk lebih peduli lagi terhadap memberdayakan kaum yang lemah dan tak berdaya.
(7)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Masalah Penelitian Pendampingan ... 5
C. Tujuan Penelitian Pendampingan ... 5
D. Strategi Penelitian Pendampingan ... 6
E. Manfaat Penelitian Pendampingan ... 9
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10
G. Definisi Konsep ... 12
H. Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II KAJIAN TEORI A. Petani Tambak dan Hegemoni Pasar ... 17
B. Pemberdayaan Masyarakat ... 20
(8)
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Pemberdayaan ... 39
1. Pendekatan Penelitian ... 39
2. Prosedur Penelitian di Lapangan ... 41
3. Teknik Pengumpulan Data ... 46
4. Teknik Validasi Data ... 49
5. Teknik Analisis Data ... 50
6. Pihak-pihak yang Terlibat (Stakeholders) ... 52
B. Subyek Penelitian dan Pemberdayaan ... 46
C. Jadwal Penelitian ... 54
BAB IV POTRET KEHIDUPAN MASYARAKAT SUMBERREJO A. Mengenal Lebih Dekat Sumberrejo ... 56
B. Asal Usul Nama Sumberrejo ... 61
C. Mata Pencaharian dan Ekonomi Masyarakat ... 62
D. Pola Pertanian Tambak ... 65
E. Hubungan Sosial Masyarakat ... 69
F. Adat Istiadat Kebudayaan Masyarakat Sumberrejo ... 70
BAB V PROBLEM KETERGANTUNGAN PETANI TAMBAK A. Perubahan Iklim dan Nasib Petambak Bandeng ... 76
B. Harga Jual Rendah dan Biaya Operasional Tinggi ... 81
C. Ketergantungan Petani Tambak ... 87
BAB VI DINAMIKA PROSES MERENCANAKAN TINDAKAN DAN AKSI PERUBAHAN A. Membangun Kesadaran Untuk Memecahkan Masalah .... 102
B. Menciptakan Kelompok Belajar Dalam Mengelola Ikan Bandeng ... 104
(9)
xiii
BAB VII MENCIPTAKAN KEMANDIRIAN PETANI TAMBAK
(REFLEKSI)
A. Perubahan Diciptakan Secara Mandiri ... 116
B. Catatan Pendampingan ... 120
BAB VIII PENUTUP
A. Kesimpulan ... 123 B. Rekomendasi ... 124 DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Subyek Pendampingan ..…...……… 46
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ……...…………..……… 54
Tabel 4.1 Pembagian Luas wilayah ...………..………...……….…… 57
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk ………..………...………… 58
Tabel 4.3 Administratif Kelurahan Sumberrejo …..……….…… 58
Tabel 4.4 Transect Lingkungan Sumberrejo 1 ……..…..……….… 60
Tabel 4.5 Pembagian Waktu Antara Laki-laki dan Perempuan ………...… 67
Tabel 5.1 Kalender Musiman Petambak 2015 ..………...…… 77
Tabel 5.2 Kalender Musim Tahun 2016 ...………...………...… 78
Tabel 5.3 Data Kepemilikan Tambak ...……...……… 84
Tabel 5.4 Data Hutang Petani Tambak Kepada Tengkulak ……… 89
Tabel 5.5 Diagram Venn ...………...……… 94
(11)
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 5.1 Analisa Pohon Masalah ………. 90
(12)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Dasar Wilayah Kelurahan Sumberrejo…..………....…… 59
Gambar 4.2 Kegiatan Petani Tambak ……….……...… 63
Gambar 4.3 Bentuk Hubungan Sosial Petambak ..………...…...… 70
Gambar 5.1 FGD Pertama Dalam Merumuskan Masalah Bersama Petani Tambak …..………...… 75
Gambar 5.2 Proses Pendekatan dan Diskusi Dengan Ibu-ibu ..…....…...… 76
Gambar 5.3 Luas Wilayah Pertambakan ………...…...…..… 83
Gambar 5.4 Hasil Panen yang Di Jual Kepada Tengkulak ………...…… 93
Gambar 6,1 FGD Merencakan Aksi Bersama Petani Tambak…...…..…. 101
Gambar 6.2 Proses Pendampingan Dalam Membuat Krupuk Bandeng...105
Gambar 6.3 Proses Pendampingan Saat Memotong Krupuk Bandeng ..…...105
Gambar 6.4 Olahan Daging Ikan Bandeng yang Sudah Di Haluskan...… 108
Gambar 6.5 Adonan Krupuk Bandeng …………...………...… 108
Gambar 6.6 Adonan Krupuk Bandeng yang Sudah Di Bentuk ...…… 109
Gambar 6.7 Adonan Krupuk Bandeng yang Di Bungkus Daun Pisang... 109
Gambar 6.8 Krupuk Bandeng yang Sudah Matang …………....…...… 110
(13)
xvii
Gambar 6.10 Krupuk Ikan Bandeng yang Sedang Di Jemur ………....… 111
Gambar 6.11 Proses Pembuatan Otak-otak Bandeng ………..…...…… 113
Gambar 6.12 Otak-otak Ikan yang Sudah Jadi …………...…...… 113 Gambar 6.13 Krupuk yang Sudah Di Kemas Dengan Plastik ……...… 115
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara maritim yang tidak bisa lepas dari budaya perikanan. Sektor perikanan merupakan sektor yang dari jaman dahulu mampu memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi devisa Negara. Meskipun terjadi berbagai gejolak krisis ekonomi global, sektor perikanan mampu bertahan dan cenderung stabil dibandingkan sektor yang lainnya. Sektor perikanan di Indonesia sangat bervariasi mulai dari bentuk
penangkapan (capture) maupun budidaya (culture) semuanya diterapkan
dengan baik di wilayah Indonesia. Perikanan di Indonesia terbagi dalam tiga kategori pengairan yaitu air asin, air tawar dan air payau. Dari ketiga kategori tersebut yang memiliki keunggulan karena proses produksi yang bisa dikontrol dan kemudahan dalam proses memanen adalah budidaya air payau (tambak).
Sektor perikanan memiliki sumberdaya yang sangat potensial sebagai sumber potensi baru, seiring dengan semakin berkurangnya sumberdaya pada sektor pertanian yang banyak digunakan untuk berbagai kegiatan ekonomi yang lain. Hal ini memberi gambaran betapa besarnya potensi perikanan di Indonesia. Pada tahun 2009 tambak di Jawa Timur tercatat seluas 58,100.69 ha atau kurang lebih 10% dari luas tambak di Indonesia. Sementara itu daerah dengan luas tambak terbesar berada di 2
(15)
lokasi yaitu kabupaten Gresik 17,095.08 ha dan kabupaten Sidoarjo
15,530.40 ha. 1
Berdasarkan Topografi wilayah Kota Surabaya tersebut, Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal terletak di bagian paling barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik dan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi budidaya pertambakan. Sedangkan secara geografis Kelurahan Sumberrejo terletak di Kecamatan Pakal Kota Surabaya dengan jarak mencapai 2 km dari Kecamatan. Kelurahan ini terletak pada ketinggian 6 Meter diatas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 32 derajat Celcius dengan banyaknya curah hujan 3000 mm/tahun dan mempunyai Topografi yang rendah.
Selaras dengan realita yang ada di kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Surabaya bahwa RW tersebut dikelilingi oleh banyak dan luasnya lahan pertambakan yang mencapai 200 Ha. Maka adanya potensi tersebut sebagian besar dari 60 % masyarakat Sumberrejo bermata pencaharian sebagai petani tambak dan buruh tambak. Akan tetapi banyaknya potensi tambak di Kelurahan tidak semuanya milik para petani tambak yang ada di Kelurahan Sumberrejo melainkan juga milik orang dari luar. Dari adanya hal tersebut maka sebagian dari petani tambak
menyewa tambak tersebut atau menjadi buruh tambak.2
Sektor perikanan atau Pertambakan belum menjadi ekonomis penting bagi sumber perekonomian petani tambak di Sumberrejo
1
Akhmad Nur Jamaluddin, dkk, “Perencanaan dan Perancangan Pusat Pengembangan Budidaya ikan Bandeng Tambak Di Sidoarjo”, Jurnal IPTEK (Vol 17 No. 1 Mei 2013). Hal 52
2
(16)
dikarenakan penanganan potensi yang kurang tepat baik oleh petani tambak di Sumberrejo maupun terbatasanya ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola hasil pasca panen ikan. Penanganan hasil pasca panen yang kurang tepat akan menjadikan petani tambak lebih memilih menjual seluruh ikan tersebut kepada tengkulak dengan mudahnya. Ketergantungan para petani tambak di Sumberrejo ini sangatlah tinggi, hampir semua petani tambak menggantungkan hasil panennya. Maka adanya hal tersebut disebabkan oleh adanya hutang yang dilakukan oleh petani tambak kepada tengkulak, karena adanya hubungan erat antara sebagian petani tambak dengan tengkulak, serta minimnya pemikiran yang dimiliki oleh petani tambak sehingga mereka tidak ingin terlalu menyusahkan (Ribet) dalam memasarkan ikan dan langsung
mendapatkan uang.3 Dalam kejadian ini menjadikan para petani tambak
lebih menggantungkan diri kepada para tengkulak-tengkulak ikan yang banyak beredar di sekitar rumah warga Sumberrejo.
Kurangnya pengetahuan dalam pemasaran hasil pasca panen dan kurangnya kesadaran yang dimiliki petani tambak atas adanya tengkulak menjadikan para petani lebih bergantung pada orang lain tanpa memperhatikan dampak negatifnya yaitu meruginya hasil pasca panen yang dimilikinya. Oleh sebab itu, agar dapat mengurangi ketergantungan yang dialami oleh petani tambak maka sangat perlu adanya inovasi dalam memanfaatkan potensi besar yang dimiliki oleh masyarakat Sumberrejo
3
(17)
seperti ikan bandeng, udang dan mujaer yang cukup banyak atau berjumlah sekitar 5 ton pada setiap panennya. Berikut penjelasan bentuk ketergantungan yang tidak menguntungkan bagi petani tambak yaitu pada waktu panen bandeng, petani tambak menjual pada tengkulak dengan harga Rp.15.000,- selanjutnya oleh tengkulak dipasaran dijual dengan selisih harga Rp.25.000,- jadi petani tambak kehilangan hampir 30% harga jual apabila menjualnya langsung ke pasar. Akan tetapi hal itu terasa tidak mungkin karena tengkulak selalu mempermainkan harga ditingkat bawah. Dan apabila petani tambak bisa memanfaatkan ikan untuk diolah dalam perkilo ikan mentah yang dapat diolah menjadi otak-otak yang dijual dengan harga Rp.15.000,- perbiji sedangkan dari 1 kilo olahan ikan menghasilkan 4 olahan otak-otak dengan total harga Rp.45.000,- maka petani tambak akan meraih keuntungan sebesar Rp.30.000,- jumlah tersebut belum termasuk ongkos produksi.
Apabila petani tambak mempunyai banyak ketrampilan dalam mengelola ikan pasca panen maka hasil panen tersebut akan menambah pendapatan petani tambak. Dan untuk mewujudkan hal tersebut maka petani tambak bisa mengelola ikan tersebut dengan cara dijadikan ikan yang dapat bertahan lama diantaranya seperti ikan otak-otak, ikan diasap, ikan asin, maupun krupuk ikan (ikan yang bermultifungsi). Semua itu akan berjalan dengan lancar apabila masyarakat serta para petani tambak yang satu dengan lainnya saling memperkuat dan bekerja sama dalam mengelola hasil pasca panen pertambakan tersebut. Serta terciptanya
(18)
sebuah lembaga kelompok petani tambak yang dapat memperkuat posisi para petani tambak atau adanya koperasi sebagai wadah yang dapat membantu mengembangkan produk hasil pasca panen ikan yang diolah oleh petani tambak tersebut. Sehingga pendapatan petani tambak dapat melimpah dan bertambah banyak. Maka sangat diperlukan sekali adanya pendampingan terhadap petani tambak di Sumberrejo dalam mengelola hasil pasca panen agar tidak merugi dan terbebas dari tengkulak ikan.
B. Fokus Masalah Penelitian Pendampingan
Berdasarkan latar belakang diatas, fokus pendampingan ini adalah:
1. Bagaimana tingkat ketergantungan petani tambak pada tengkulak
ketika pasca panen di Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Kota Surabaya?
2. Bagaimana proses pemberdayaan petani tambak dalam mengurangi
ketergantungan dari tengkulak ikan di Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Kota Surabaya?
C. Tujuan Penelitian Pendampingan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan petani tambak pada
tengkulak ketika pasca panen di Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Kota Surabaya
(19)
2. Untuk mengetahui proses pemberdayaan petani tambak dalam menciptakan kemandirian dari tengkulak ikan di Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Kota Surabaya
D. Strategi Penelitian Pendampingan
Pada proses pendampingan ini, harapan dan capaian dari peneliti ialah terciptanya kemandirian pasca panen dalam mengatasi atau mengurangi ketergantungan petani tambak terhadap tengkulak ikan dan adanya ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat dan petani tambak dalam mengelola hasil pasca panen di Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Kota Surabaya.
Dalam melakukan suatu pendampingan maka sangat diperlukannya sebuah strategi pendampingan. Strategi pendampingan merupakan proses awal untuk menyiapkan pendampingan kepada masyarakat agar proses pendampingan tersebut bisa dilakukan secara terencana, terprogram, dan terlaksana bersama masyarakat atau komunitas. Berikut ini susunan strategi pendampingan dengan menggunakan metode PAR.
1. Mengetahui Kondisi Masyarakat (To Know)
Dalam proses yang akan dilakukan dalam tahap pertama ini adalah membaur dengan masyarakat agar bisa membangun kepercayaan dalam kehidupan masyarakat yang akan diteliti. Seperti melakukan belajar bersama masyarakat, meneliti problem sosial yang ada di masyarakat, menemukan potensi SDA dan potensi SDM.
(20)
2. Memahami Masyarakat (To Understand)
Dalam proses ini bertujuan untuk memahami masyarakat yang akan diberdayakan dan mampu mengidentifikasi persoalan kelompok petani tambak yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari. Juga memberikan teknik pembelajaran yang cukup strategi ini bukan sekedar melaksanakan kegiatan saja tetapi juga strategi untuk pemecah masalah
dengan rumusan Logical Framework Approach (LFA).
3. Merencanakan dengan Masyarakat (To Plan)
Tahap yang akan dilakukan yaitu merencanakan aksi pemecahan masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Perencanaan ini menggunakan rumusan masalah yang terbentuk dalam pohon masalah yang sudah dilakukan melalui FGD. Tahap perencanaan ini harus dimaksimalkan dengan bersama masyarakat dan juga peneliti sehingga pemberdayaan ini menjadi perubahan sosial yang bisa membuka permasalahan dengan cepat diselesaikan.
4. Melakukan Aksi (To Action)
Dalam tahap ini implementasi bersama masyarakat yaitu untuk membangun kegiatan dan organisasi yang bisa membangun, mengelolah dan membentuk asset yang dimiliki masyarakat sehingga dapat difungsikan.
5. Refleksi/Evaluasi (To Reflection)
Di sini merupakan tahap akhir di mana peneliti dengan masyarakat mengevaluasi dan memonitoring dari sini akan muncul pengetahuan baru
(21)
dan komitmen baru antara mahasiswa dengan masyarakat, sehingga mempunyai arti kebersamaan yang sesungguhnya.
Dari adanya strategi pendampingan tersebut maka peneliti berharap petani tambak mampu membangun jiwa kemandirian dengan melalui ketrampilan yang dimiliki dalam mengelola hasil pasca panen agar dapat mengurangi ketergantungan yang dilakukan petani tambak kepada tengkulak ikan serta petani tambak mampu membentuk kelompok usaha atau sebuah koperasi yang bertujuan untuk mengembangkan hasil panennya secara terarah dan maju dengan menjalin hubungan antara pihak-pihak terkait yang didalamnya saling berhubungan. Pada dasarnya semua itu disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor kesadaran, manusia dan lembaga. Maka harapan peneliti dalam pendampingan ini ialah:
a. Pelatihan pengelolahan hasil produk pasca panen bandeng
Adanya pelatihan dalam mengelola hasil pasca panen akan dapat membantu para petani tambak untuk mengolah hasil panen mereka dengan sedimikian mungkin. Untuk itu petani tambak memiliki ketrampilan dalam pengolahan hasil produk dengan baik. Sehingga harga hasil pasca panen yang mereka hasilkan akan meningkat.
b. Pelatihan pemasaran
Adanya pelatihan pemasaran agar petani tambak mengetahui bagaimana menjual hasil pasca panennya dengan baik gunanya untuk memaksimalkan keuntungan atau laba petani tambak dalam menjual
(22)
hasil panennya. Dengan adanya akses pemasaran tersebut maka petani tambak mempunyai hak untuk menjual hasil panennya sendiri tanpa menjual secara langsung atau bergantung pada para tengkulak ikan yang berada di Sumberrejo.
c. Mendirikan koperasi
Selama ini petani tambak di sumberrejo masih belum mempunyai koperasi yang khusus bagi para petani tambak dalam mengelola hasil panennya. Disini peneliti akan melakukan penyadaran kepada petani tambak tentang pentingnya wadah pengembangan produksi hasil pasca penen supaya lebih menguntungkan, sehingga petani tambak mampu mengembangkan hasil panennya.
E. Manfaat Pendampingan
a. Manfaat praktis
Setelah melakukan pendampingan ini harapan akan bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat petani tambak Desa Sumberrejo 1 Pakal Surabaya, terutama bagi petani tambak yang mempunyai masalah dalam ketergantungan pada tengkulak ikan hasil penelitian ini bisa membantu dan memberi solusi dalam mengatasi atau mengurangi ketergantungan para petani tambak kepada tengkulak ikan yang ada di Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Surabaya.
(23)
b. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang memasarkan dan ketrampilan dalam mengelolah hasil pasca panen tambak, dan bisa penambah pengetahuan peneliti akan pentingnya cara memasarkan dan ketrampilan dalam mengelola hasil pasca panen agar dapat mengurangi ketergantungan petani tambak kepada tengkulak ikan di Sumberrejo.
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mencoba mencari referensi sebagai acuan atau rujukan mengenai tema yang dikaji oleh peneliti. Telah banyak penelitian-penelitian terdahulu yang mengkaji masalah nelayan, diantaranya adalah karya Muhammad Rezza Dzhulkarnain (B02210013) pada tahun 2014 dengan menggunakan pendekatan (PAR) Participation Action Research, jenis skripsi yang berjudul “Upaya Pendampingan Masyarakat Nelayan Untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Di Dusun Gisik Cemandi Sidoarjo: Pengolahan Ikan Hasil Tangkapan Di Laut”.4 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah meneliti agar masyarakat dapat terkendali dalam hubungan ekonomi untuk prioritas utama dalam ketidakberdayaan serta masyarakat dalam membangun sumber daya manusia dengan adanya
4
Muhammad Rezza Dzhulkarnain, 2014, Upaya Pendampingan Masyarakat Nelayan Untuk Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Di Dusun Gisik Cemandi Sidoarjo: Pengolahan Ikan Hasil Tangkapan Di Laut, Skripsi Program Study Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
(24)
pendidikan, keterampilan dan memperdalam kemampuan. Selain itu juga pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di laut. Kemudian hasil karya Putri Izzati (B05211041) pada tahun 2015 dengan menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif, jenis skripsi yang berjudul
“Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak Di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik”.5 Penelitian ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat petani tambak melalui manfaatkan hasil pertambakan tersebut.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan
antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang,
persamaannya adalah sama-sama menggunakan pendekatan (PAR) Participation Action Research, dan mempunyai pembahasan yang sama yakni petani tambak (nelayan), sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah penelitian terdahulu mempunyai fokus tujuan yang meneliti agar masyarakat dapat terkendali dalam hubungan ekonomi untuk prioritas utama dalam ketidakberdayaan masyarakat adalah membangun sumber daya manusia dengan adanya pendidikan, keterampilan dan memperdalam kemampuan. Selain itu juga pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di laut, sedangkan penelitian yang sekarang mempunyai fokus tujuan yang meneliti untuk mengurangi atau mencegah agar petani tambak agar tidak berketergantungan kepada tengkulak ikan dengan melalui mengelola hasil
5
Putri Izzati, 2015, Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak Di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik, Skripsi Program Study Sosiologi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
(25)
pasca panen menjadi berbagai macam ikan yang bermultifungsi. Dan hasil pasca panen yang dilakukan penelitian ini yaitu di pertambakan (budi daya ikan) milik petani tambak sendiri.
G. Definisi Konsep
Untuk menghindari bias terhadap masalah dalam penelitian ini, maka definisi konsep menjadi penting untuk menjelaskan pokok permasalahan sekaligus ruang lingkup penelitian ini, definisi konsep penelitian ini yang terpenting diantarannya:
1. Pemberdayaan petani tambak
Definisi Pemberdayaan merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling sesuai bagi kemajuan
diri mereka masing-masing.6
Maka upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan melainkan juga untuk membangun jiwa kemandirian bagi petani tambak dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
6
Sumodiningrat, Gunawan, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa: Menanggulangi Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta : PT. Alex Media komputindo, 2009) hal 98
(26)
2. Mengurai ketergantungan pada tengkulak
Menjelaskan suatu kondisi yang dialami petani tambak atau seseorang yang berada dalam keadaan serba kekurangan dikarenakan adanya ketergantungan pada tengkulak ikan sehingga petani tambak sangat memerlukan bantuan untuk kelangsungan hidupnya secara normal.
3. Menciptakan kemandirian
Sebuah proses terciptannya keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain.7 Seperti halnya petani tambak yang dapat
berkembang dengan hasil jerih payah mereka dalam mengelola hasil pasca panen tanpa bergantung pada tengkulak ikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam upaya memberdayakan petani tambak agar tidak bergantung pada tengkulak ikan maka perlu adanya kemampuan atau jiwa kemandirian yang dimiliki petani tambak dalam mengelola hasil pasca panen dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
7
Meity Taqdir Qodratillah dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011) hal 298
(27)
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami tulisan skripsi ini, agar penulisan hasil penelitian bisa terarah. Pendamping membuat sistematika dalam skripsi ini dengan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini pendamping akan memberi gambaran secara umum tentang isi pendampingan yang dilakukan diantaranya: Latar belakang, fokus pendampingan, tujuan
pendampingan, strategi pendampingan, manfaat
pendampingan, penelitian terdahulu yang relevan, definisi konsep, dan sistematika pembahasan yang menjelaskan gambaran dari masing-masing bab yang terdiri dari bab kajian supaya dapat mengetahui isi bab sebelum melangkah ke bab berikutnya yang lebih mendalam.
BAB II : KAJIAN TEORI
Pada bab ini pendamping membahas teori yang terkait dengan tema. Di dalamnya pendamping menguraikan teori yang sesuai yaitu teori hegemoni dan teori pemberdayaan.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metode pendampingan yang digunakan adalah metode penelitian PAR. Didalamnya pendamping akan menjelaskan tentang pendekatan penelitian, prosedur penelitian selama dilapangan, teknik pengumpulan data,
(28)
teknik validasi data, teknik analisis data, pihak-pihak yang
terlibat (stakeholders), subyek penelitian dan
pemberdayaan, serta jadwal penelitian.
BAB IV :POTRET KEHIDUPAN MASYARAKAT
SUMBERREJO
Pada bab ini pendamping menyajikan kajian tentang mengenal lebih dekat Sumberrejo, asal usul nama Sumberrejo, mata pencaharian dan ekonomi masyarakat, hubungan sosial masyarakat, dan adat istiadat kebudayaan yang ada di kehidupan masyarakat Sumberrejo 1.
BAB V :PROBLEM KETERGANTUNGAN PETANI TAMBAK
Pada bab ini pendamping memaparkan mengenai
problematika yang dihadapi oleh petani tambak
Sumberrejo. Diantaranya perubahan iklim dan nasib petambak bandeng, harga jual rendah dan biaya operasional tinggi, serta ketergantungan petani tambak.
BAB VI : DINAMIKA PROSES MERENCANAKAN TINDAKAN
DAN AKSI PERUBAHAN
Pada bab ini mengkaji tentang aksi-aksi yang dilakukan bersama petani tambak dalam memecahkan masalah yang terjadi dengan memberdayakan petani tambak agar tidak berketergantungan kepada tengkulak di Sumberrejo 1. Dengan cara membangun kesadaran untuk memecahkan
(29)
masalah, menciptakan kelompok belajar dalam mengelola ikan bandeng, melatih pemasaran.
BAB VII : MENCIPTAKAN KEMANDIRIAN PETANI TAMBAK
(REFLEKSI)
Pada bab ini pendamping membahas tentang kelebihan dan kekurangan pada proses pendampingan yang telah dilakukan dan dikaitkan dengan teori yang telah diterapkan.
BAB VIII : PENUTUP
Pada bab terakhir ini berisikan tentang kesimpulan data yang ada selama proses penelitian serta rekomendasi mengenai hasil penelitian dilapangan.
(30)
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Petani Tambak dan Hegemoni Pasar
Petani adalah seseorang yang bergerak dalam bidang pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolahan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dan lain sebagainya. Dengan harapan memperoleh hasil tersebut untuk digunakan sendiri maupun di
jual. 8 Sedangkan Tambak adalah sebagai sarana budidaya perairan,
Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air terutama ikan dan udang, Penyebutan tambak biasanya dihubungkan dengan air payau dan air laut, arti tambak sendiri merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut yang dipergunakan sebagai tempat pembudidaya ikan, udang dan hewan lainnya yang hidup di air. Tambak juga merupakan genangan air dari campuran air laut dan air sungai yang dibatasi oleh pematang-pematang yang di atur dari pintu air yang digunakan untuk pembudidaya
ikan dan udang.9
Jadi dapat disimpulkan petani tambak adalah usaha yang dilakukan untuk pengembangan prokduktifitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara individu maupun berkelompok, petani tambak mempunyai tugas yang sangat besar dikarenakan ia merupakan suatu wadah untuk memecahkan masalah di bidang pertambakan. Mayoritas penduduk di
8
Abdan Nurfiqni, Hubungan Pola Hidup Masyarakat Tani Terhadap Pendidikan Formal. Diposkan 4 Desember 2011
9
Hermanto.2007.Pengelolaan budidaya tambak berwawasan lingkungan.http://ikan mania.Wordpress.com
(31)
Sumberrejo 1 adalah diduduki oleh kaum petani tambak yang merupakan pencaharian utama mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari serta sebagian untuk kepentingan sosial lainnya, maka perlu pula di ketahui bahwa selain dari petani ada juga dari sebagian dari mereka bekerja sebagai menjadi seorang buruh petani tambak. Adanya potensi pertambakan menjadi sumber utama untuk menunjang perekonomian masyarakat Sumberrejo 1.
Dari sekian banyaknya hasil alam yang ada di sekitar masyarakat Sumberrejo. Namun selaras dengan realita yang ada bahwa adanya potensi tersebut kurang bisa di manfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat terutama lagi para petani tambak dan buruh tambak disana. Dari kejadian tersebut maka dapat dimanfaatkan oleh para tengkulak ikan yang ada di sekitar rumah masyarakat.
Keberadaan tengkulak di Sumberrejo 1 sangatlah berpengaruh bagi kehidupan masyarakatnya, terutama bagi keluarga petani tambak dan buruh tambak. Dalam menghidupi keluarganya tidaklah cukup hanya dengan menjual hasil pasca panen yang mereka miliki. Karena pendapatan yang diperoleh masyarakat dari tambak tidak menjanjikan. Untuk itu terkadang beberapa dari petani tambak berhutang kepada tengkulak ikan.
Hadirnya para tengkulak membuat para petani tambak banyak bergantung kepadanya. Sebagaimana contoh apabila para petani panen maka hasil panen tersebut langsung dijual kepada tengkulak. Ketergantungan para petani tambak terhadap tengkulak ini merupakan hal
(32)
lazim dilakukan oleh semua petani tambak. Karena kurangnya kesadaran petani tambak dalam memasarkan dan memanfaatkan hasil panen mereka maka mereka lebih percaya dengan diberikannya kepada tengkulak di bandingkan dengan di jual sendiri ke pasar. Petani tambak tidak mengetahui dampak apa saja yang akan ditimbulkan dari adanya ketergantungan tersebut.
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh ketergantungan petani terhadap tengkulak yaitu nilai harga jual ikan hasil panen yang dijual kepada tengkulak cukup rendah. karena tengkulak membatasi nilai harga jual ikan tersebut dengan sesukanya. Sedangkan para petani tambak hanya bisa diam saja asal ikan tersebut dapat terjual habis. Salah satu bentuk ketergantungan yang tidak menguntungkan petani tambak yaitu pada saat panen ikan bandeng, petani tambak menjual pada tengkulak dengan harga Rp. 15.000, selanjutnya oleh tengkulak dipasaran dijual dengan selisih harga Rp.25.000,- jadi petani tambak kehilangan hampir 30% harga jual apabila menjualnya langsung ke pasar. Akan tetapi hal itu terasa tidak mungkin karena tengkulak selalu mempermainkan harga ditingkat bawah.
Dalam bukunya Anthony Giddens yang berjudul Kapitalisme dan teori sosial modern, suatu analisis hasil karya tulis Marx, Durkheim dan Weber Gramsci menjelaskan adanya hegemoni. Dalam memaknai hal ini, Gramsci menjelaskan adanya hegemoni. Hegemoni sendiri merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan. Disini penguasaan
(33)
dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang ditentukan lewat birokrasi (masyarakat dominan). Disini terlihat adanya usaha menaturalkan suatu bentuk dan
makna kelompok yang berkuasa.10
Lingkaran sistem ketergantungan inilah yang akhirnya akan membuat petani tambak tidak bisa mandiri. Kebutuhan sehari-hari yang semakin hari semakin meningkat di tambah lagi biaya operasional untuk mengelola tambak membuat masyarakat terus bergantung pada tengkulak ikan.
B. Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya (kekuatan/kemampuan) kepada pihak yang
belum berdaya.11 Pemberdayaan merupakan alternatif baru dalam
pengembangan masyarakat. Pemberdayaan menjadi lebih penting dalam
10
Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, suatu analisis karya tulis Max, Durkheim dan Weber, (Jakarta: UI-Press, 2007), Hal. 13
11
Sulistiyani, Ambar Teguh, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2003.).hal 77
(34)
pengembangan masyarakat karena saling berkaitan dengan pengembangan masyarakat sumber daya manusia. Secara konseptual pemberdayaan atau
pemberkuasaan (empowerment) berasal dari kata „power’ (kekuasaan atau
keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan control. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah dan tidak dapat dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan
senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar manusia.12
Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang diinginkan individu maupun kelompok yang memiliki kemampuan dalam mengontrol lingkungannya, termasuk dengan aksibilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaan sosial lainnya. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka meiliki kekuatan atau kemampuan dalam :
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan
(Freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan juga bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari keterbelengguan
12
Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (cetakan1, Bandung : PT Refika Aditama, 2005), hal., 58
(35)
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan
c. Berpartisipasi dalam proses pembengunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjukkan pasa usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktural sosial.
Pemberdayaan sebagai usaha untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada individu maupun kelompok yang rentan untuk berani berusaha dan bersuara dalam menyampaikan ide atau pendapatnya serta memiliki kemampuan dan keberanian dalam bertindak mengubah pribadi yang baik maupun juga untuk masyarakat lainnya dengan menanamkan sikap kemandirian. Dengan kata lain pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, serangkaian kegiatan untuk memperkuat atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, yang mana pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu menjadi masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
(36)
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.13
Pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan sikap kemandirian, partisipasi, jaringan kerja dan keadaan sosial. Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat bernisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Karena hal ini merupakan syarat untuk memiliki kekuatan sebagai bentuk dasar awal untuk merubah keadaan dirinya dengan mengetahui keadaan sosial.
Sejalan dengan itu, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk menyampaikan
gagasannya dan kebutuhannya atau berpartisipasi, bernegoisasi,
mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung jawab demi kebaikan kehidupannya.
Dalam pengertian tersebut pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti :
1. Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan
2. Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan)
3. Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan atau
keterbelengguan
4. Terjamin keamanan
13
Edi Suharto , Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat ( penerbit : Refika aditama Bandung) hlm 59-60
(37)
5. Terjamin hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran.
Pemberdayaan adalah suatu cara agar masyarakat, komunitas dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya. Pemberdayaan adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk membangun jiwa kemandirian masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang kuat dalam berpartisipasi dalam proses pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling sesuai bagi kemajuan diri
mereka masing-masing.14 Sedangkan menurut Moh. Ali Aziz,
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses di mana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus-menerus, proses partisipatif di mana
14
Sumodiningrat, Gunawan, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa: Menanggulangi Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta : PT. Alex Media komputindo, 2009) hal 98
(38)
anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat lebih
merupakan suatu proses.15
Dengan hal lain Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi miskin sehingga mereka dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelengguan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki dan
berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.16
Dengan kata lain pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Adapun beberapa ahli yang mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan yang akan dipaparkan di bawah ini:
a) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung
b) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa
15
Aziz, Moh. Ali dkk,Dakwah Pemberdayaan Masyarakat : Paradigma Aksi Metodologi, (Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Nusantara. , 2005), hal., 136.
16
Ginandjar Kartasasmitra, Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan (Jakarta:Pustaka Cisendo, 1996) Hlm.145
(39)
orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya
c) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial
d) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana masyarakat, organisasi,
dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas
kehidupannya.17
Pandangan lain mengartikan bahwa pemberdayaan masyarakat secara konseptual pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok, atau komunitas berusaha membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pada prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang dihadapinnya, sehingga klien mempunyai kesadaran
dan kekuasaan penuh untuk membentuk hari kedepannya.18
Berkaitan dengan hal ini, pemberdayaan masyarakat memiliki konsep yang digunakan memberdayakan masyarakat tersebut. Konsep itu adalah penguatan pada kemampuan. Selain itu, pengembang (pendamping) masyarakat juga harus turut serta berpartisipasi dalam pendampingan masyarakat tersebut. Bukan hanya memberikan jalan keluar saja bagi
17
Edi Suharto , Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat ( penerbit : Refika aditama Bandung) Hal. 57
18
Ferdian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014) Hal. 90
(40)
masyarakat, melainkan pendamping juga turut andil dalam proses kegiatan tersebut.
Mengenai pemberdayaan sendiri ada beberapa konsep diantaranya ialah, pemberdayaan pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan secara bersama-sama dalam mengarahkan masa depan masyarakat dan
serangkaian teknik yang ditujukan untuk membantu masyarakat.19 Hal
yang sama lagi pemberdayaan atau pemberkuasaan yang berasal dari kata
“Power” kekuasaan atau keberdayaan. Karena ide utama pemberdayaan
mengenai kekuasaan.20
Dalam pemberdayaan masyarakat sendiri peran pelaku pemberdaya
setidaknya ada empat peran dan ketrampilan.21 Keempat peran dan
ketrampilan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Peran dan ketrampilan fasilitatif
Dalam peran dan ketrampilan ini ada delapan konsep yang diberikan yaitu sebagai berikut:
a. Animasi
Menurut Isbandi yang dikutip dari bukunya Ife, ketrampilan melakukan animasi sosial menggambarkan kemampuan pelaku perubahan ataupun pemberdayaan masyarakat untuk membangkitkan
energi, inspirasi, antusias masyarakat, termasuk didalamnya
19
Adi Fahrudin, Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. (Bandung: Humaniora, tt) Hal 94
20
Edi Suharto , Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat ( penerbit : Refika aditama Bandung) Hal. 57
21
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO, 2013). Hal. 215
(41)
mengaktifkan, menstimulasi dan mengembangkan motivasi warga untuk bertindak.
b. Mediasi dan negoisasi
Seorang pelaku perubahan harus mampu menengahi dan mencari titik temu yang dapat dikerjakan bersama oleh masyarakat yang sedang konflik atau bertentangan. Tanpa menimbulkan pertentangan dan perpecahan yang lebih mendalam.
c. Pemberian dukungan
Memberikan dan mengembangkan dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam struktur dan aktivitas komunitas.
d. Membentuk consensus
Membentuk consensus adalah tindak lanjut dari peran mediasi yang
melibatkan pada penekanan terhadap tujuan umum bersama, mengidentifikasi landasan dasar yang sama dari berbagai pihak dalam masyarakat dan membantu warga untuk bergerak kearah pencapaian consensus.
e. Fasilitasi kelompok
Fasilitasi disini dimaksudkan adalah berinteraksi dalam kelompok untuk menemukan titik satu tujuan dalam kelompok yang berbeda-beda.
(42)
f. Pemanfaatan sumber daya dan ketrampilan
Sebagai pemberdayaan masyarakat harus dapat mengindentifikasi dan memanfaatkan berbagai ketrampilan dan sumberdaya yang ada dalam komunitas atau kelompok.
g. Mengorganisasi
Ketrampilan mengorganisasi adalah melibatkan kemampuan pelaku perubahan untuk berfikir tentang hal-hal apa saja yang perlu dilakukan.
2. Peran dan ketrampilan educational
Dalam peran dan ketrampilan ini ada empat konsep, konsep-konsep itu adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan kesadaran masyarakat
Dalam upaya ini agar masyarakat mau dan dapat mengatasi ketidak beruntungan structural mereka, warga harus mau menjalin hubungan antara satu dengan lainnya. Hal inilah yang menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat.
b. Menyampaikan informasi
Pemberian informasi yang relevan mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi komunitas sasaran tidak jarang menjadi peran yang bermakna terhadap komunitas tersebut. Misalnya saja tentang
(43)
c. Mengonfrontasikan
Teknik konfrontasi digunakan bila pelaku perubahan telah mempertimbangkan bahwa kalau kondisi yang sekarang terjadi tetap di biarkan maka keadaan akan menjadi semakin buruk.
d. Pelatihan
Pelatihan pada dasarnya akan lebih efektif bila ketrampilan yang diajarkan adalah ketrampilan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat.
3. Peran dan ketrampilan perwakilan
4. Peran dan ketrampilan teknis
Dalam upaya lain memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari
tiga sisi,22 yaitu sebagai berikut:
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk membangunnya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dari hanya
22
(44)
menciptakan iklim dan suasana. Kekuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan. Serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.
Dalam upaya ini, pemberdayaan masyarakat yang paling pokok adalah upaya peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi separti modal teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberadaannya amat kurang.
Untuk itu perlu program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program pada umumnya yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai modern seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan dan kebertanggung jawaban adalah pokok upaya
pemberdayaan ini.
Ketiga memberdayaan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah lemah. Oleh Karena
(45)
itu, perlindungan dan pemihakkan kepada yang lemah amat dasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi miskin tergantung pada berbagai program pemberian. Akan tetapi pemberdayaan masyarakat adalah menciptakan masyarakat yang mampu berdiri sendiri tanpa mengandalkan pemberian karena mereka mampu menciptakan berbagai hal sendiri. Pendekatan utama dalam pemberdayaan masyarakat adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari proyek
pembangunan tetapi merupakan sebuah subjek dari upaya
pembangunnanya sendiri.
Pemberdayaan merupakan upaya pemberian kesempatan atau menfasilitasi kelompok miskin agar mereka memiliki aksebilitas terhadap sumberdaya dll. Agar mereka mampu memajukan dan mengembangkan usahanya, sehingga memperoleh perbaikan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraannya. Tidak hanya terlepas dari peran seorang pemberdaya masyarakat saja. Partisipasi dari masyarakat juga sering kita lupakan. Partisipasi dari masyarakat ini lebih berperan besar dalam pemberdayaan masyarakat. Terlepas dari partisipasi masyarakat tentunya kita tidak akan mampu memberdayakan masyarakat.
(46)
Hal yang paling diutamakan dalam pemberdayaan adalah berkaitan dengan teknik yang bertujuan mengangkat dan mengarahkan masa depan dengan cara menyadarkan mereka. Sehingga setelah mereka sadar mampu memenuhi kebutuhannya dengan kekuasaan dirinya sendiri. Maka kesadaran masyarakat sangatlah berperan penting dalam suatu pemberdayaan. Oleh karena itu, suatu pemberdayaan masyarakat adalah program sendiri yang disusun oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin, kaum perempuan, dan kelompok lainnya yang terabaikan, yang dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya setempat, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait yang terlibat, serta berkelanjutan. Untuk melakukan sebuah perubahan pada masyarakat, terutama untuk menanggulangi kesenjangan dan kemiskinan yang ada di masyarakat yaitu dengan cara memanfaatkan kekayaan lokal. Kekayaan-kekayaan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yang mana kekayaan itulah yang nantinya bisa dimanfaatkan atau membantu untuk meningkatkan perekonomian dan juga kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
C. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebagian dari kegiatan dakwah. Dakwah sendiri memiliki arti baik dan luas. Dakwah secara lisan (Bil lisan) dan dakwah perbuatan (Bil Haal). Sedangkan dakwah sendiri
(47)
menurut Syaikh Ali Mahfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursidin
sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. Moh. Ali Aziz23
ركنما نع ىهنلاو فورعماب رماا و ىدها و رخا ىلع سانلا ثح
لجااو لجاعلا ةداعسب اوزوفيل
Artinya: “menyeru masyarakat kepada kebajikan dan petunjuk
serta menyeru kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar dapat
kebahagiaan dunia dan akhirat”.
Adapun menurut Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa
“Dakwah islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana
kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk keselamatan
di dunia dan akhirat”.24
Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli tersebut, meskipun berbeda-beda dalam memberikan penjelasan. Maka pengertian dakwah dapat dapat disimpulkan bahwa panggilan Allah untuk menyerukan kebaikan dijalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat. Seruan tersebut diwajibkan untuk semua umat muslim.
Di era modern dakwah tidak hanya dibatasi sebagai ceramah atau
khutbah (Dakwah bil lisan) melainkan kegiatan nyata yang dapat
meningkatkan harkat dan martabat kehidupan (Dakwah bil hal). Karena
dakwah dengan metode ceramah saja dirasa sekarang kurang begitu kondusif tanpa diringi dengan tindakan yang dapat meningkatkan kehidupan masyarakat yang sejahtera.
23
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenanda Media Group, 2009). Hal 11
24
(48)
Disamping ayat al-Qur’an dalam hadits Rasulullah banyak yang
memberikan dasar bagi dakwah bil-hal seperti hadits dibawah ini : “Dari
Anas ra. Berkata: tidak pernah Rasulullah SAW dimintai sesuatu melainkan pasti ia memberikannya. Sungguh telah datang seorang peminta kepadanya, maka diberinya kambing yang berada diantara dua bukit, maka ia kembali kepada kaumnya dan mengajak mereka “Hai kaumku, segeralah kamu masuk islam, karena Muhammad memberi kepada
seseorang yang sama sekali tidak khawatir habis atau menjadi miskin”.
Sesungguhnya dahulu orang ingin masuk islam karena ingin dunia tetapi untuk lama kemudian tumbuh kecintaannya islam melebihi semua
kekayaan dunia.25
Dari hadits di atas terlihat betapa gerakan dakwah Rasul mengembangkan isu antara kelas masyarakat kuat dan masyarakat lemah, antara kaya dan miskin (yang kaya membantu yang miskin). Itulah sebabnya mengapa pertanyaan evaluatif pada sebuah ayat al-Qur'an tentang orang yang mendustakan agama simbol yang diurai justru orang yang tidak mempunyai kepedulian sosial yang mengabaikan anak yatim dan orang miskin, sebagai satu contoh persoalan kehidupan sosial yang ada. Karena itu pula Rasulullah selalu memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh seseorang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh umatnya sekalipun masalah materi, dalam hal ini banyak hadits memberikan petunjuk untuk melakukan dakwah bil-hal. Misalnya sebuah
25
(49)
hadits yang menyatakan, "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah" Maksud hadits di atas adalah orang yang memberi bantuan kepada orang lebih baik dari pada menerima bantuan, ini dapat dipahami pemberian dapat berupa materiil (bantuan materi maupun non materi yang berupa gagasan/ pemikiran).
Sebenarnya yang diharapakan oleh islam adalah dengan adanya dakwah yang bisa merubah keadaan umat islam. Umat islam selama ini terlalu terpukau melihat keadaan sehingga kehilangan strategi dan taktik
terbaik dalam meningkatkan derajat mereka sendiri. Diantaranya pertama,
umat islam sangat mementingkan kuantitas dalam segala aspek dibandingkan dengan kualitas. Padahal Rasulullah SAW ketika berperang dengan jumlah sedikit tapi berkualitas dapat mengalahkan kelompok yang
lebih banyak. Kedua umat islam terlalu mementingkan kulit dibandingkan
esensi. Ketiga penyiapan sumber daya manusia belum terpikir secara baik.
Keempat belum tertata dengan baik pengelolahan lembaga-lembaga umat. Kelima rekayasa terhadap program belum terprogram secara baik. Keenam
masyarakat banyak yang terjebak dalam konsumerisme dan hidonisme.26
Dari uraian diatas maka perlulah adanya model-model
pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Hal demikian di rasa penting karena melihat realita yang menimpa umat islam saat ini.
Pada dasarnya agama islam adalah agama pemberdayaan. dalam pandangan islam pemberdayaan adalah suatu gerakan yang tanpa ada
26
Abdul Basit, Wacana Dakwah Kontemporer. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2006). Hal. 210
(50)
henti-hentinya. Hal demikian sejalan dengan paradigma islam itu sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan. Hal ini karena manusia adalah pelaku utama perubahan, sedang Tuhan menentukan atas dasar pilihan dan perubahan yang diinginkan manusia. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia. (Q.S Ar-Rad, ayat 11).27
Kondisi sosial masyarakat pada dasarnya adalah dikontruksi oleh manusia sendiri, bukan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, pengembangan dan perubahan akan terjadi jika manusia sendiri yang melakukan perubahan, bukan oleh Tuhan, meskipun Tuhan sendiri punya kuasa untuk melakukan itu. Ayat 11 QS. Surat Ar-Rad tersebut berbicara tentang hukum perubahan yang dilakukan oleh manusia secara kolektif (kaum). Penekanan perubahan sebagai totalitas manusia yang dimaksud bukan kedudukan sebagai wujud perorangan, tetapi dalam kedudukannya sebagai salah seorang anggota masyarakat. Ini artinya bahwa perubahan yang
27
(51)
terjadi pada satu dua orang saja yang tidak mampu mengalirkan arus perubahan kepada masyarakat, maka tidak mungkin dapat menghasilkan
perubahan masyarakat.28
Dari beberapa penjelasan yang ada diatas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa pentingnya pengembangan masyarakat islam yang dilakukan seseorang. Karena semua ini adalah tanggung jawab kita. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits di bawah ini:
سانلل مهعفنا سانلا رخ
Artinya : Sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain.29
Dengan demikian jika kita ingin berguna bagi orang lain maka jadilah seorang pengembang masyarakat (Fasilitator) bagi masyarakat. Karena pengembang masyarakat merupakan seorang Da’I yang mulia.
28
Agus Afandi, dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarat Islam (Surabaya: IAIN SA Press, 2013). Hal 227
29
(52)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Pemberdayaan
1. Pendekatan Penelitian
Pada proses pendamping di Kelurahan Sumberrejo peneliti
menggunakan pendekatan Participation Action Research (PAR).
Penelitian Participation Action Research (PAR) merupakan penelitian
yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang terkait (stakeholders) dalam mengkaji sebuah masalah yang terjadi pada kehidupan petani tambak dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.
Secara bahasa PAR terdiri dari tiga kata yaitu partisipatory atau dalam bahasa Indonesia partisipasi yang artinya peran serta, pengambilan bagian, atau keikutsertaan. Kemudian Action yang artinya gerakan atau
tindakan, dan Research atau riset artinya penelitian atau penyelidikan.30
Metode PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi. Sedangkan aksi tersebut bisa jadi berbeda dengan situasi yang sebelumnya berdasarkan dengan riset yang dikaji.
Menurut Agusta partisipasi adalah proses bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan, dan melakukan tindakan oleh
30
Pius, A. Partan dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer.(Suarabaya: Arkola,2006), Hal: 679
(53)
sejumlah anggota.31 Sedangkan menurut Hawort Hall, PAR merupakan pendekatan dalam penelitian yang mendorong peneliti dan orang-orang
yang mengambil manfaat dari penelitian.32 Hal yang mendasari
dilakukannya PAR adalah kebutuhan untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan PAR dalam penelitian ini, yaitu metode riset sekaligus pemetaan bersama masyarakat. Metode yang mempelajari kondisi kehidupan di masyarakat Sumberrejo dan juga dapat menganalisis tentang masalah petani tambak yang ada di kelurahan Sumberrejo ini.
Adapun beberapa prinsip-prinsip kerja PAR yang menjadi karakter utama dalam implementasi kerja PAR bersama komunitas. Adapun
prinsip-prinsip dari Participatory Action Research33 akan terurai sebagai
berikut:
a. Masyarakat dipandang sebagai subyek bukan obyek
b. Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
c. Peneliti memposisikan dirinya sebagai insider bukan outsider
d. Fokus pada topik utama permasalahan
e. Pemberdayaan dan partisipatif masyarakat dalam menentukan
indikator sosial (indikator evaluasi partisipatif). Kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui proses pengkajian keadaan,
31
Brita, Mokelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, (Yogyakarta: Yayasan Obor, 2003), Hal. 45
32
Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Resertch (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal.93
33
Agus, Affandi, dkk. 2013. Modul Participatory Action Research (PAR).(Surabaya: LPM IAIN Sunan Ampel) hal. 54
(54)
pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, penilaian, dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan.
f. Keterlibatan semua anggota kelompok dan menghargai perbedaan.
g. Konsep triangulasi yaitu untuk mendapatkan informasi yang
kedalamanya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi
yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check
and recheck)
h. Optimalisasi hasil
i. Fleksibel dalam proses partisipasi
2. Prosedur Penelitian di lapangan
Metode PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi. Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan PAR dalam pendampingan ini, berikut adalah cara kerja PAR
untuk menggerakkan masyarakat atau komunitas sebagai berikut:34
1. Melakukan Pemetaan Awal
Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga penelitian akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang
terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk kedalam
masyarakat/komunitas baik melalui key people (kunci masyarakat)
maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun. Seperti kelompok
34
Agus Afandi, dkk, Modul participatory Acion Research (PAR), (LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), hal. 104-108
(55)
keagamaan dan kelompok ekonomi.35 Dalam hal ini pemetaan awal yang dilakukan peneliti adalah memahami karateristik permasalahan yang dihadapi petani tambak di Desa Sumberrejo 1 karena mereka lah yang lebih mengetahui permasalahan yang mereka hadapi.
2. Membangun hubungan kemanusiaan
Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust
building) dengan petani tambak, sehingga terjalin hubungan yang setara dan saling mendukung. Peneliti dan petani tambak bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalahnya, dan memecahkan persoalannya secara bersama-sama (partisipatif).36
Langkah awal pendekatan yang mulai dilakukan peneliti yakni dengan kepala kelurahan Sumberrejo, guna meminta izin untuk mengadakan penelitian di kelurahan tersebut. Kemudian berinkulturasi dengan ketua dan masyarakat di RW 01 dimana wilayah tersebut yang akan menjadi fokus pendampingan oleh peneliti.
3. Meeting Of Mind
Meeting Of Mind merupakan penyatuan pikiran antara petani tambak dan peneliti. Peneliti dan petani tambak bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami
masalah dan memecahkan masalah secara bersama-sama.37
35
Agus Afandi, dkk, Modul participatory Acion Research (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat, (Surabaya: LPPM UINSA, 2016), hal. 104
36
Ibid. Hal 105
37
(56)
4. Penentuan agenda riset untuk perubahan
Bersama petani tambak peneliti mengadakan program riset melalui
teknik PRA (Partisipatory Rural Apprial) untuk memahami persoalan
petani tambak di Sumberrejo 1 yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. 38
5. Pemetaan partisipatif (Partisipatory Mapping)
Bersama petani tambak melakukan pemetaan wilayah, maupun persoalan yang dialami petani tambak. Dalam hal ini, pendamping bersama petani tambak/komunitas melakukan pemetaan di Sumberrejo 1
Kecamatan Pakal Kota Surabaya.39
6. Merumuskan masalah kemanusiaan
Petani tambak/komunitas merumuskan masalah mendasar dalam kehidupannya yang saat ini dialaminya. Masalah tersebut seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan persoalan utama kemanusiaan lainnya. Dalam hal ini, peneliti bersama petani tambak serta beberapa masyarakat merumuskan permasalahan yang mendasar
dialami oleh petani tambak. 40
7. Menyusun strategi gerakan
Petani tambak menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah
sistematik, menentukan pihak yang terlibat (stakeholder) dan merumuskan
kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakannya
38
Ibid. Hal 105
39
Ibid. Hal 105
40
(57)
serta mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang menghalangi
keberhasilan program. 41
8. Pengorganisasian masyarakat
Petani tambak/komunitas didampingi peneliti untuk membangun pranata-pranata sosial. Demikian pula membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja dan antara kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain
yang terkait dengan program aksi yang direncanakan.42
9. Melancarkan aksi perubahan
Aksi memecahakan masalah dilakukan secara partisipatif. Program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran petani tambak, sehingga terbangun pranata baru dalam komunitas dan sekaligus memunculkan pergorganisir dari masyarakat sendiri dan akhirnya akan
muncul pemimpin lokal (local leader) yang menjadi pelaku dan pemimpin
perubahan.43
10.Membangun pusat-pusat belajar masyarakat
Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan kelompok-kelompok komunitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. Pusat belajar merupakan media komunikasi, riset, diskusi, dan segala aspek untuk merencanakan, mengorganisir dan memecahkan problem sosial. Dalam hal ini, maka sangat penting bagi petani tambak dengan
41
Ibid. Hal 106
42
Ibid. Hal 106
43
(58)
adanya sebuah kelompok usaha (koperasi) di Desa Sumberrejo 1 sebagai
wadah pengembangan produksi hasil pasca panen.44
11.Refleksi (Teoritisasi Perubahan Sosial)
Peneliti bersama petani tambak merumuskan teoritisasi perubahan sosial. Berdasarkan atas hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi yang sudah terlaksana, peneliti dan petani tambak merefleksikan semua proses dan hasil yang diperolehnya (dari awal
sampai akhir).45
12.Meluaskan Skala Gerakan dan Dukungan
Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program (sustainability) yang sudah berjalan dan munculnya pengorganisir masyarakat serta pemimpin lokal yang melanjutkan program untuk melakukan aksi perubahan. Oleh sebab itu, bersama petani tambak peneliti dapat memperluas skala gerakan dan kegiatan. Dalam hal ini, peneliti
harus melibatkan local leader yang berperan dalam proses perubahan
sosial dengan demikian petani tambak akan bisa belajar sendiri, melakukan riset, dan memecahkan problem sosialnya secara merata
mandiri. 46
44
Ibid. Hal 107
45
Ibid. Hal 108
46
(1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
122
Sebagaimana yang dirasakan pendamping, saat melakukan proses
pendampingan pasti ada sebagian para petani tambak atau masyarakat
yang meragukan kegiatan kita, namun adapula yang berambisi untuk
mengikuti kegiatan pendampingan dalam mengelola hasil pasca panen
dengan cara mengubah ikan bandeng menjadi krupuk dan otak-otak
bandeng agar dapat mengurangi ketergantungan yang dialami para petani
tambak. walaupun banyak orang yang meragukan kegiatan kita akan tetapi
tak akan menjadi kendala kita untuk mengurungkan niat pendampingan
(2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
123
BAB VIII
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah membahas permasalahan yang ada pada fokus
pendampingan, maka sampailah peneliti pada bab yang terakhir dalam
penulisan skripsi ini. Maraknya ketergantungan petani tambak kepada
tengkulak ikan di Sumberrejo menjadi hal yang biasa dilakukan para
petani. Adapun ketergantungan yang terjadi di Sumberrejo 1 di karenakan
terjalinnya hubungan pertemanan antar petani tambak dengan tengkulak,
adanya hutang kepada tengkulak, para tengkulak ikan yang memiliki sifat
agresif yang membuat para petani tambak tidak mampu memberontak dan
petani tambak lebih memilih menjual ikan mereka kepada tengkulak ikan
sebab tidak terlalu ribet dalam memasarkan ikannya. Hal ini
mengakibatkan tingginya tingkat ketergantungan yang dilakukan petani
tambak di Sumberrjo dan mengakibatkan menurunnya pendapatan para
petani tambak.
Untuk mengurangi permasalahan para petani tambak tersebut,
maka diperlukannya pendampingan yang bertujuan untuk membangun
kesadaraan para petani agar dapat menghilangkan kebiasaannya dengan
bergantung kepada tengkulak ikan. Upaya untuk membangun kesadaran
yang dilakukan pendampingan ini yakni menciptakan kemandirian para
petani tambak dengan cara memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
disekitar seperti halnya memanfaatkan kembali hasil pasca panen melalui
(3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
124
ketrampilan yang dimiliki oleh petani tambak. Sebagaimana ketrampilan
dalam mengelola hasil pasca panen ikan bandeng dengan diolah menjadi
krupuk ikan bandeng dan otak-otak bandeng. Dari adanya hal tersebut
maka dapat membantu mengurangi tingkat ketergantungan para petani di
Sumberrejo dan dapat menstabilkan kembali harga jual ikan
(perekonomian) para petani tambak.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan masalah dan pengalaman peneliti dalam
proses pendampingan ini, terdapat beberapa rekomendasi yang bisa
menjadi acuan dalam berbagai macam kegiatan mendatang. Untuk
peneliti yang harus dilakukan untuk lebih mengarahkan para petani tambak
untuk lebih memanfaatkan hasil panennya yang mana nantinya dapat
menghasilkan produk yang bisa menjadi ciri khas dari hasil wilayah
tersebut. Dalam hal ini, penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai bentuk
kerjasama antara petani tambak dengan pemerintah dan sudah selayaknya
diberikan ruang untuk mendampingi dalam proses pemberdayaan
masyarakat yang lebih berorientasi pada pemandirian petani tambak dan
pemberdayaan masyarakat yang melalui memasaran hasil produk dengan
luas berorientasi pada membangun usaha kecil yang dapat menghasilkan
sebuah kekuatan baru untuk membawa para petani pada kehidupan yang
jauh lebih baik. Selain itu peneliti juga berharap supaya kegiatan petani
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
125
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari buku :Nurfiqni, Abdan, Hubungan Pola Hidup Masyarakat Tani Terhadap Pendidikan Formal.
Diposkan 4 Desember 2011
Basit, Abdul, Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2006
Fahrudin, Adi, Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung:
Humaniora, tt
As Suyuthi, Abu Bakar. Aj Jami’ as Shoghir. Bandung : Al Hidayah, 1993
Afandi, Agus dkk, Dasar-dasar Pengembangan Masyarat Islam Surabaya: IAIN SA Press,
2013
Afandi, Agus dkk, Modul Participatory Action Research (PAR), Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014
Afandi, Agus dkk, Modul Participatory Action Research (PAR).Surabaya: LPM IAIN Sunan
Ampel, 2013
Afandi, Agus dkk, Modul participatory Acion Research (PAR), LPPM UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2016
Afandi, dkk, Agus, Modul participatory Acion Research (PAR) untuk Pengorganisasian
Masyarakat, Surabaya: LPPM UINSA, 2016
Afandi, Agus dkk, Modul Participatory Action Research (PAR). Surabaya: LPM IAIN Sunan
Ampel, 2015
Nur Jamaluddin, Akhmad dkk, “Perencanaan dan Perancangan Pusat Pengembangan Budidaya
ikan Bandeng Tambak Di Sidoarjo”, Jurnal IPTEK Vol 17 No. 1 Mei 2013
Al-Quran terjemahan, Bandung:PT Sygma Examedia Arkendlema
Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah Jakarta: Prenanda Media Group, 2009
Giddens, Anthony, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, suatu analisis karya tulis Max,
Durkheim dan Weber, Jakarta: UI-Press, 2007
Ali Aziz, Moh. dkk,Dakwah Pemberdayaan Masyarakat : Paradigma Aksi Metodologi, Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Nusantara. , 2005
Mokelsen, Brita, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan,
Yogyakarta: Yayasan Obor, 2003
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
126
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat penerbit : Refika aditama
Bandung
Tonny Nasdian, Ferdian, Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014
Kartasasmitra, Ginandjar, Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan, Jakarta:Pustaka Cisendo, 1996
Hermanto, Pengelolaan budidaya tambak berwawasan lingkungan.http://ikan
mania.Wordpress.com. 2007
Madhal, Husen, Hadits II, Yogyakarta: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, 1995
Rukminto Adi, Isbandi, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO, 2013
Muhammad Rezza Dzhulkarnain, Upaya Pendampingan Masyarakat Nelayan Untuk
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Di Dusun Gisik Cemandi Sidoarjo: Pengolahan Ikan Hasil Tangkapan Di Laut, Skripsi Program Study Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2014
Taqdir Qodratillah, Meity dkk, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011
Partan, Pius, A. dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. Suarabaya: Arkola,2006
Izzati, Putri Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak Di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik, Skripsi Program Study Sosiologi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015
Sulistiyani, Ambar Teguh, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2003
Sumodiningrat, Gunawan, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa: Menanggulangi Kemiskinan
dengan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : PT. Alex Media komputindo, 2009
Mardikanto, Totok, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Prespektif Kebijakan Publik. Bandung :
ALFABETA, 2012
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta:Rajawali Pers, 2012
Informan :
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
127
Hasil Wawancara dengan Bapak Khotib (38) hari Minggu, Tanggal 20 Maret 2016 pukul 17.30 Hasil Wawancara dengan Bapak H. Mui’in (78 Tahun) pada hari rabu tanggal 20 Mei 2016
Pukul 08.00
Hasil wawancara dengan Bapak Mukid (44 Tahun) hari Rabu, Tanggal 25 Mei 2016. Pukul 19.20
Hasil wawancara dengan bapak Sofyan, pada tanggal 20 Mei 2016
Hasil wawancara dengan bapak H. Kholiq, pada tanggal 26 Mei 2016
Hasil Wawancara dengan Bapak Irawan, pada tanggal 15 Juni 2016
Hasil Wawancara dengan Ibu Sulaimah, pada Tanggal 26 Juli 2016