Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG

(1)

Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG, 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG

DAN INDEKS HARGA SAHAM GLOBAL

TERHADAP PERGERAKAN IHSG

TESIS

Oleh

ALI FIKRI HASIBUAN

077017029/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG, 2009.

USU Repository © 2009

PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG

DAN INDEKS HARGA SAHAM GLOBAL

TERHADAP PERGERAKAN IHSG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALI FIKRI HASIBUAN 077017029/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG, 2009.

USU Repository © 2009

Judul Tesis : PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG DAN INDEKS HARGA SAHAM GLOBAL TERHADAP PERGERAKAN IHSG

Nama Mahasiswa : Ali Fikri Hasibuan Nomor Pokok : 077017029

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,Ak) (Drs. Hasan Sakti Siregar,M.Si,Ak) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,Ak) (Prof. Dr.Ir.T. Chairun Nisa B.M.Sc

Tanggal lulus : 22 Juni 2009


(4)

Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG, 2009.

USU Repository © 2009

Telah diuji pada

Tanggal : 22 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak

2. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec,Ac 3. Dra. Sri Mulyani, M.Si, Ak


(5)

Ali Fikri Hasibuan : Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Dan Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan IHSG, 2009.

USU Repository © 2009

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul :

“PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG DAN INDEKS HARGA SAHAM GLOBAL TERHADAP PERGERAKAN IHSG”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juni 2009 Yang membuat pernyataan :


(6)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan Untuk menggambarkan pengaruh Nilai Tukar Mata Uang dan Indeks Harga Saham Global (Indeks Nasdaq, Taiex, Nikkei dan Kospi) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan baik secara simultan maupun parsial di BEI.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar mata uang Dollar Amerika terhadap Rupiah Indonesia serta Indeks Harga Saham Global, total sampel yang digunakan adalah 96 sampel. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Secara simultan digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global terhadap pergerakan IHSG dengan tingkat signifikan 5 %.

Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan ditemukan terdapat pengaruh yang signifkan antara nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (nasdaq, taiex, nikkei dan kospi) terhadap pergerakan IHSG dimana Fhitung > Ftabel (364.843>4.42). Dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel indeks taiex terhadap pergerakan IHSG, tetapi terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (nasdaq, nikkei dan kospi) terhadap IHSG yang signifikannya dibawah 5%.

Kata kunci : Nilai tukar mata uang, Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi and IHSG


(7)

ii ABSTRACT

This research aim to describe the correlation of Exchange Rate and Global Index (Index Nasdaq, Index Taiex, Index Nikkei, Index Kospi) to IHSG either through simultaneously and partially in BEI.

The samples used in this research were Exchange Rate of US dollar and Rupiah and Global Index of during 2001 – 2008, total sampel used amount to 96 sampel. Model the analysis used in this research is Multiple Regression Analysis. Simultan used to test the influence from entire / all variable Exchange Rate and Global Index to IHSG with the storey level signifikan 5%.

The research stated that, Simultaneously there was a significanct correlation among Exchange Rate and Global Index (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) to IHSG the Fhitung> Ftabel (364.843>4.42). Partially there was no

significant correlation among taiex index to IHSG, but there was a significanct correlation among Exchange Rate and Global Index (Nasdaq, Nikkei, Kospi) to the IHSG the significancy in 5 %.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Allahamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Salawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang menuntun kita semua. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Magister Sains Program Studi Akuntansi, isi tesis ini menjelaskan bagaimana pengaruh nilai tukar mata uang dan harga indeks bursa global terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan – kekurangan akibat keterbatasan yang penulis miliki, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis sertakan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara,


(9)

iv

2. Ibu Prof, Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak. selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Program Studi Akuntansi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing II,

4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak.dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si selaku dewan penguji tesis,

5. Kedua Orang Tua yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan usaha serta doa yang tulus sampai saat ini,

6. Kakak dan abang-abang ku yang telah membantu semuanya dan “new born” Aqil Faiz serta “coming soon” yang sebentar lagi hadir kedunia, lahir dengan selamat ya,

7. kawan – kawan stambuk 2007 : Abdul Nasser, Anggiat Situngkir, Anhar, Bati, Dedi Husrizal, Fery Rahmadsyah, Endang, Januri, Ilham, Fauzan n Dewi, Ulfa n Okto, Lusi, Sri Wangi, Maslizon, Gembira M, Dina, Ikhsan, Yogi, Jhon Robet, Yeti, Yosefine, Akmal, Mangasi. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran penulis terima dengan tangan terbuka. Akhir kata,


(10)

v

penulis ucapkan terima kasih dan semoga tesis ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu-ilmu dimasa yang akan datang. Amiiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, Juni 2009 Penulis


(11)

vi

RIWAYAT HIDUP 1. N a m a : Ali Fikri Hasibuan

2. Tempat/ Tgl lahir : Perbaungan, 15 September 1984 3. Pekerjaan : Wiraswasta

4. Agama : Islam

5. Orang Tua

a. Ayah : Syafruddin Hasibuan b. Ibu : Sriwaty Batubara

6. Alamat Rumah : Jl Bersama No. 72 Medan 7. Pendidikan

a. SD Negeri 102084 Pabatu b. SMP YAPENDAK Tinjowan c. SMA Negeri 11 Medan

d. Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jurusan Akuntansi

e. Magister Sains Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara


(12)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat penelitian ... 5

1.5.Originalitas ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1.Landasan Teori ... 7

2.1.1.Pengertian Pasar Modal ... 7

2.1.2.Hubungan Pasar Modal Dengan Nilai Tukar Mata Uang ... 10


(13)

viii

2.1.4.Contagion Effect Theory ... 14

2.1.5.Teori pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah ... 14

2.1.6.Keadaan Sekarang ... 15

2.1.7.Crises in the Capital Markets ... 16

2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu... 21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 23

3.1.Kerangka Konsep ... 23

3.2.Hipotesis ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1.Rancangan Penelitian ... 26

4.2.Populasi dan Sampel... 27

4.3.Variabel Penelitian ... 28

4.3.1.Klasifikasi Variabel ... 28

4.3.2. Definisi Operasional ... 28

4.4.Lokasi dan Waktu penelitian ... 30

4.5.Prosedur Pengambilan Data ... 30

4.6.Model dan Teknik Analisa Data ... 31

4.6.1.Uji Asumsi Klasik ... 31

4.6.1.1.Uji normalitas data ... 31

4.6.1.2.Uji multikolinearitas ... 32

4.6.1.3.Uji heterokedestisitas ... 32

4.6.1.4.Uji autokorelasi ... 33


(14)

ix

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

5.1. Hasil Penelitian ... 37

5.1.1.Deskripsi Data Penelitian ... 37

5.1.2.Uji Asumsi Klasik ... 40

5.1.2.1.Uji normalitas ... 40

5.1.2.2.Uji multikolinearitas... 41

5.1.2.3.Uji autokorelasi ... 42

5.1.2.4.Uji heteroskedastisitas... 44

5.1.3.Pembahasan Hasil Penelitian ... 46

5.2. Pembahasan ... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 57

6.3. Saran ... 57


(15)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

4.1 Rancangan Penelitian ... 26

4.2 Defenisi Operasional Variabel ... 29

5.1 Deskripsi Statistik ... 38

5.2 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Simirnov Test ... 41

5.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 42

5.4 Nilai Durbin-Watson ... 43

5.5 Uji Glesjer ... 45

5.6 Pengujian Goodness of fit ... 46

5.7 Uji F ... 47


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kurs Rupiah... .1

1.2 IHSG ...4

3.1 Kerangka Konsep...23


(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Tabulasi Data...62 2. Hasil Uji Regresi Berganda...65


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Fenomena jatuhnya perekonomian Amerika Serikat pada medio pertengahan 2008 akibat subprime mortgage mengakibatkan membengkaknya kasus kredit macet perumahan membawa dampak secara global. Ambruknya pasar financial dan moneter beberapa negara yang dianggap kuat membawa dampak negatif bagi negara lain, salah satunya Indonesia yang secara pelan tapi pasti terkena imbas jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menembus level Rp 10.000, / dolar hingga jatuhnya harga saham-saham yang diperdagangkan di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang tergabung dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai pada ambang batas tolerir penurunan indeks dalam satu hari yaitu hampir 10%.


(19)

Hal ini mengakibatkan pemerintah mengambil tindakan cepat melalui otoritas BEI dan BAPEPAM dengan melakukan suspend atau penghentian perdagangan sementara dengan tujuan melindungi investor hingga pada kondisi normal, tetapi hal ini tidak banyak membantu karena banyaknya faktor / variabel yang mempengaruhi pergerakan indeks pada kondisi yang diyakini beberapa pihak akan mengulang krisis ekonomi 1997, dari fenomena tersebut kecenderungan penurunan IHSG sering kali bersamaan dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dimana terjadinya krisis mata uang dan krisis pasar modal terjadi bersamaan dalam beberapa dekade (Argentina 1994, Indonesia 1997, Turkey 2001). Telah terbukti secara empiris bahwa ada kausalitas dua arah antara exchange rate dan stock price sebelum terjadi krisis keuangan di asia, namun setelah krisis exchange rate mempengaruhi stock price (Azman, et all, 2002). Peningkatan nilai tukar dan krisis pasar modal inilah yang menimbulkan pertanyaan tentang hubungan potensial antara keduanya.

Faktor lain adalah pengaruh perubahan bursa global terhadap sikap investor di Indonesia sehingga mempengaruhi pergerakan indeks, hal ini didasarkan pada kondisi pasar yang lemah akibat isu dari kondisi bursa global sehingga terlihat mudah sekali isu bursa global mempengaruhi indeks. Proses globalisasi pada fase sekarang terdiri dari dua fenomena yang berbeda, yakni globalisasi bisnis produk dan globalisasi bisnis keuangan dimana proses globalisasi bisnis keuangan telah memiliki signifikasi dan kekuatan yang lebih


(20)

3

besar daripada globalisasi bisnis produk dalam tanda kutip. Bisnis keuangan meliputi bisnis valas (valuta asing) serta investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi melalui pasar modal sebagai bentuk investasi bisa langsung dilakukan dimana saja diseluruh dunia termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI). Investor menginvestasikan uangnya berdasarkan preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi portofolio. Pasar modal Indonesia melalui bursa efek Jakarta merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global. Selain itu biasanya untuk bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Fenomena yang terjadi karena globalisasi serta Indonesia sebagai anggota World Trade Organization telah membuka bursa saham bagi invetor asing yang berinvestasi diseluruh dunia. Oleh karena itu, perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke bursa negara lain. Dalam hal ini, biasanya bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Achsani (2000) tentang bagaimana bursa merespon terhadap shock dari bursa lain, apabila terjadi shock di Amerika Serikat maka bursa-bursa regional tidak akan terlalu meresponnya. Hanya di Singapura, Hong Kong, Jepang dan Taiwan dan New Zealand yang akan langsung merespon, dan respon pun tidak cukup besar. Sebaliknya jika shock di Singapura, Australia atau Hong Kong, secara cepat shock tersebut akan ditransmisikan ke hampir semua bursa saham di Asia Pasifik, termasuk BEI.


(21)

Pada awal mula penulisan literatur pasar efisien, pasar modal dikatakan efisien bila perubahan harga saham tidak dapat diprediksi atau random. Dengan kata lain, harga saham mengikuti model random walk, sehingga tidak mengherankan bila model random walk di sini hampir dipersepsikan identik dengan hipotesis pasar efisien. Harga saham yang bergerak secara random

tersebut merupakan konsekuensi dari reaksi para investor yang rasional yang saling berkompetisi untuk mendapatkan informasi yang baru sebelum investor lain menemukan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan membeli atau menjual saham di pasar modal. Jika harga saham ditentukan secara rasional maka hanya informasi yang baru saja, yang menyebabkan harga saham berubah. Informasi lama telah terefleksikan pada harga saham, sehingga dengan mengasumsikan berlakunya constant equilibrium expected return sepanjang


(22)

5

waktu, bila harga saham di masa datang dapat diprediksi dengan informasi terdahulu, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal tersebut tidak efisien.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan dalam latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap pergerakan IHSG secara simultan dan parsial?

1.3.Tujuan Penelitian

Sesuai pokok permasalah diatas maka diambil tujuan dari penelitian ini, yaitu Untuk mengetahui apakah nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap pergerakan IHSG secara simultan dan parsial

1.4.Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

1. Akademis dan Personal, memperkaya khasanah penelitian ilmu akuntansi serta meningkatkan dan mengembangkan wawasan keilmuan pasar modal, 2. bagi Investor, sebagai bahan pertimbangan untuk memprediksi krisis pasar

modal menggunakan informasi nilai tukar mata uang dalam menetapkan pilihan investasi yang tepat sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan resiko atas investasi dananya,


(23)

3. sebagai referensi untuk penelitian lanjutan serta akan menjadi masukan berguna untuk penelitian sejenisnya berikutnya.

1.5.Originalitas

Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Mansur (2004) dan Achsani (2000) yang merupakan penelitian dengan variabel yang sama tetapi karena ketidak konsistenan hasil penelitian maka peneliti mencoba meneliti kembali dengan variabel tambahan yaitu nilai tukar mata uang (X1) serta rentang data yang lebih panjang yaitu dari tahun 2001 s/d 2008. Adapun batasan penelitian ini adalah mencari korelasi (hubungan timbal balik) antara variabel dependent IHSG terhadap variabel independent yang terdiri dari variabel nilai tukar mata uang (X1) yang menggunakan nilai tukar dollar Amerika terhadap rupiah.

Variabel indeks harga saham global yang terdiri dari indeks Nasdaq (X2) yang mewakili indeks saham global dari benua Amerika karena diharapkan dapat menggambarkan keadaan bursa saham Amerika yang menjadi tolak ukur perekonomian dunia. Indeks Taiex (X3), Nikkei (X4)dan Kospi (X5) mewakili indeks saham global dari regional asia yang secara geografis lebih dekat dengan IHSG (Y) sehingga pergerakan informasi lebih cepat karena kesamaan waktu perdagangan.


(24)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

2.1.1.Pengertian Pasar Modal

Menurut UU Pasar Modal RI No. 8 tahun 1995, Pasar Modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. Sementara Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain yang bertujuan memperdagangkan efek diantara mereka secara teratur, wajar dan efisien.

Fungsi Pasar Modal

Pasar modal memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Suad Husnan, 1998:4). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari leader (pihak yang mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang memerlukan dana). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, leader mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrower tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka


(25)

melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan. Untuk fungsi keungan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrower dan leaders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering tidak jelas. Secara khusus dapat dijelaskan manfaat pasar modal adalah: Bagi perusahaan, pasar modal akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dananya melalui perbankan maka perusahaan tersebut akan memperoleh dananya dalam bentuk kredit. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa bagaimanapun juga akan terdapat batasan menggunakan hutang. Keterbatasan tersebut biasanya diindikasikan dari terlalu tingginya debt equity ratio (yaitu perbandingan antara hutang dengan modal sendiri) yang dimiliki perusahaan. Sesuai dengan balancing theory of capital struktur, pada saat rasio hutang dengan ekuitas sudah terlalu tinggi, maka biaya modal perusahaan tidak lagi minimum, tetapi akan meningkat dengan makinbanyaknya hutang yang diperdagangkan. Dalam keadaan tersebut perusahaanakan terpaksa menahan diri untuk perluasan usaha


(26)

9

kecil kalau bisa mendapatkandana dalam bentuk equity (modal sendiri). Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisamenghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio

yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. Dalam teorikeuangan dijelaskan bahwa setiap dana, baik hutang maupu n modal sendiri, mempunyai biaya dana (cost of capital). Hanya untuk modal sendiri biaya tersebut implisit, atau opportunistic, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karenabenar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Bagi investor, alternatif investasi selain investasi pada sistem perbankan dan real asset. Dengan adanya pasar modal, pemodal dimungkinkan untuk melakukan diversifikasi dan membentuk portofolio investasi sesuai dengan preferensi resiko dan tingkat kuntungan yang dikehendaki. Resiko yang tinggi, berarti return yang akan diterima pun semakin tinggi. Pemodal juga punya kesempatan untuk merubah portofolio setiap saat. Hal itu dikarenakan investasi pada sekuritas di pasar modal mempunyai likuiditas yang tinggi ditunjukkan dengan mudah dan cepatnya proses jual beli di pasar modal.

Bagi pemerintah, pasar modal akan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Hal ini karena pasar modal berfungsi sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor dengan


(27)

melaksanakan investasi. Dengan adanya mobilisasi dana tersebut, maka akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara pihak masyarakat yang kelebihan dana dan dengan perusahaan yang kekurangan dana, sehingga akan terjadi peningkatan kemakmuran secara keseluruhan.

2.1.2.Hubungan Pasar Modal Dengan Nilai Tukar Mata Uang

Studi empiris yang berhubungan dengan stock market returns dapat digolongkan menjadi dua. Studi pertama menggunakan Granger Causality Test, Cointegration Test dan Variance Autoregression Model dan fokus terhadap hubungan antara stock market return dan variabel macroeconomic pilihan, seperti inflasi atau nilai tukar (Milliaris dan Urrutia, 1992: Habibullah dan Baharumshah, 1996: Abdalla dan Murinde, 1997; Nieh dan Lee,2001).

Studi kedua, multifaktor model mengunakan analisis regresi dan fokus terhadap pasar modal dan jenis-jenis variabel macroeconomi seperti tingkat inflasi, nilai tukar, suku bunga, produksi industri, persedian uang, harga minyak dan lain-lain untuk menjelaskan stock market returns. Juga, beberapa studi empiris menggunakan faktor resiko politik dan efek menular sebagai variabel penjelas (chen, Roll, dan Ross, 1986; Kwon dan Bacon, 1997; Bilson, Brailsford, dan Hooper,2001; Perotti dan Oijen, 2001)

Ada dua pendekatan dalam literatur untuk menjelaskan faktor menentukan dari currency crisis. Model generasi pertama dikembangkan oleh Krugman (1979) dan dilanjutkan Flood dan Garber (1984) dalam merespon


(28)

11

currency crisis di negara berkembang tahun 1980an. Sependapat dengan model pertama, perluasan fiskal dan peraturan moneter yang tidak konsisten dengan peraturan nilai tukar yang tetap. Ketika fiskal menipis akan meluas ke kredit domestik, cadangan menurun untuk mempertahankan nilai tukar yang tetap dan kehilangan cadangan kekuatan secara signifikan masing-masing penguasa mendevaluasi atau mengangkat mata uang lokal. Model generasi kedua adalah hak untuk merespon currency crisis ketika pokok dari ekonomi seperti tahun 1990an.

Banyak studi empiris memperdebatkan bahwa nilai tukar akan berpengaruh pada pasar modal melewati dua sumber. Sumber pertama depresi terhadap nilai mata uang lokal meningkatkan ekspor dan menurunkan nilai impor. Peningkatan nila ekspor menimbulkan harapan akan pendapatan dari domestik ekspor perusahaan, menguasai dalam penambahan persediaan harga ekspor domestik perusahaan. Oleh karena itu, penguasaan ekspor secara ekonomi meningkatkan keuntungan dari pasar modal sebaliknya menurunkan penguasaan impor. Sumber kedua, krisis dari menurunnya tingkat mata uang lokal akan membuat keadaan bergejolak, karena itu investor akan bersiap menyimpan dolar untuk equity, yang mana itu akan menguasai mata uang domestik. Disaat yang sama, resiko nilai tukar adalah faktor harga untuk investor asing dalam menentukan stock market model dan krisis dari mata uang


(29)

domestik karena investor asing pindah dari pasar modal kepasar mata uang. Sebagai hasil, krisis mata uang berkemungkinan mempengaruhi pasar modal.

Banyak penelitian mempertimbangkan hubungan sebab akibat dari nilai tukar terhadap harga saham, disana akan ditemukan hubungan timbal balik. Keuntungan pasar modal akan mempengaruhi nilai tukar sampai tingkat dua.

1. keselarasan pendekatan portofolio dengan penetapan nilai tukar, menurunkan harga saham menurunkan arus masuk investasi luar negeri dan meningkatkan arus keluar portofolio keluar negeri, memimpin dalam permintaan yang rendah untuk mata uang domestik dan krisis nilai tukar.dalam pendekatan ini, harga saham domestik mempengaruhi mata uang domestik.

2. keselarasan dari pendekatan moneter untuk penguasaan nilai tukar, penurunan harga saham menurunkan kekayaan para investor, memimpin permintaan terendah untuk mata uang domestik suku bunga terendah. Sebagai hasil dari tingkat suku bunga domestik yang rendah, investor memindahkan dana mereka dari suku bunga yang rendah kepada mata uang asing, karena mata uang domestik menuju krisis. Dalam pendekatan ini, harga saham domestik mempengaruhi mata uang domestik. Sebagai hasil, penurunan keuntungan harga saham karena


(30)

13

krisis mata uang domestik dan peningkatan kemungkinan krisis mata uang.

2.1.3.Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG

Keterkaitan pasar modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri dimulai setelah diperbolehkannya para investor untuk ikut menguasai saham-saham yang tercatat di BEJ. Investasi portofolio asing berperan sangat penting di pasar modal manapun (Mobius, 1998:187). Diperkenalkannya investor asing ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis yang mendorong investasi lokal. Investasi asing berpengaruh dalam menyorot perusahaan yang memberikan informasi keuangan paling transparan dan valuasi terbaik, masuknya dana-dana asing ke pasar-pasar baru berpengaruh jelas dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan struktur pasar.

Walaupun peranan investor domestik makin meningkat akan tetapi terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi mengekor pada investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan perilaku investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000:93). Sehingga saat investor asing melepas sahamnya investor domestik pun ikut-ikutan, akibatnya indeks dapat turun semakin tajam.

Investor asing menanamkan modalnya pada bursa seluruh dunia sehingga antara bursa-bursa didunia mempunyai keterkaitan secara global. Kejadian dan dinamika harga saham antara satu bursa dengan bursa yang lain


(31)

saling pengaruh mempengaruhi terutama dengan bursa dari negara-negara berdekatan misalnya crash yang terjadi di bursa Singapura akan mengakibatkan crash pada bursa-bursa Taiwan, Hongkong, Jepang maupun Indonesia.

2.1.4.Contagion Effect Theory

Para ahli berpendapat bahwa kondisi perekonomian suatu negara akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian negara lain. Kondisi krisis negara-negara Asia tahun 1997 menurut penelitian Bank Dunia terutama disebabkan oleh adanya contagion effect (domino effect) dari negara lain (Tan, et all, 1998). Belajar dari krisis tahun 1997, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang ternyata hingga saat ini masih sangat tergantung pada kondisi perekonomian luar negeri terutama yang berkaitan dengan investasi. Akibatnya, kondisi pasar modal di Indonesia diduga dipengaruhi oleh kondisi luar negeri terutama kondisi pasar modal yang ada pada negara-negara maju.

2.1.5.Teori pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah

Menurut para ahli, liberalisasi dalam bidang perekonomian cenderung menguntungkan perekonomian negara maju dan berdampak merugikan terhadap perekonomian negara yang sedang berkembang akibat lemahnya pondasi perekonomian yang dimilikinya. Pola pengembangan perekonomian antara negara-negara maju (developed countries) ternyata memiliki perbedaan


(32)

15

dengan negara-negara yang sedang berkembang (developing countries). Dalam perekonomian dunia saat ini, suatu negara yang memiliki capital yang kuat pasti unggul dalam setiap transaksi perekonomian (Hatten, et all, 1986).

2.1.6.Keadaan Sekarang

Pada oktober 2007, S&P 500 Index ditutup pada posisi tertinggi 1,565. Pada satu tahun kemudian (Oktober 2008), S&P 500 Index terjun bebas sebesar 41.9% faktanya angka ini merupakan angka terendah dalam pasar modal amerika sejak april 2003, atau hampir sama dengan kehancuran pasar pada 1092 (great depretion). dalam sejarahnya, pelemahan pasar mempunyai tingkat kehancuran rata-rata 32%. Bagaimanapun, ada tiga priode yang dilalui ketika kehancuran pasar mencapai tingkat yang menghawatirkan. Great Depretion 1929 mencatat tingkat kehancuran pasar mencapai 86%, tahun 1973-74 pada saat krisis energi yang berakibat pada pasar termasuk menurunkan pasar pada tingkat 48%,dan pada awal dekade ini pasar telah jatuh pada posisi 49%. Pasar modal Indonesia yang pada awal krisis 1997 juga mencapai tingkat terendah menunjukkan adanya pola yang sejalan dengan pergerakan keadaan ekonomi suatu negara seperti yang juga terjadi pada akhir tahun 2008 sehingga menyebabkan beberapa kali pihak Bapepam men suspend untuk menyelamatkan pihak investor yang melakukan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal tidak bisa lepas dari semua informasi yang dapat mempengaruhi pasar modal itu sendiri.


(33)

2.1.7.Crises in the Capital Markets

Pada tahun 1982 saat krisis menghantam pasar modal negara negara berkembang. Banyak dari negara tersebut adalah dari Amerika Latin, Secara perlahan mencengkram keadaan, selagi debitur yang berkuasa dan pihak

kreditur mereka goyah dipinggir dari masa jatuh tempo hutang mereka. Tetapi ditahun 1990, krisis hutang memberikan jalan untuk memperbaharui struktur modal mereka, sebagai hasil dari kombinasi permasalahan hutang yang berkepanjangan, Reformasi ekonomi yang meluas, dan tingkat suku bunga Amerika yang rendah (Calvo, et all, 1996).

Ditahun 1990, krisis nilai tukar uang mengganggu pasar modal di eropa, amerika Latin, dan Asia. Diluar Europa, krisis menjalar ke pasar modal, menimbulkan kengerian disuatu negara, dan suatu saat membawa kepada krisis yang parah. Banyak dari negara di Asia berusaha menghindari permasalahan hutang pada sekitar tahun 1980, tapi beberapa negara mendapat terpaan krisis yang dahsyat pada tahun 1990. Krisis melahirkan perdebatan yang tajam yang saling berlawan arah. Satu pihak meng-klaim bahwa kegagalan ekonomi merupakan akibat dari fenomena yang saling berkaitan hal pertama yang disorot oleh Feldstein dan Horioka (1980), adalah kecilnya tingkat rata-rata current account balances untuk negara industri di awal setelah perang usai. Hal ini menggiurkan bagi dugaan atas observasi Feldstein-Horioka bahwa pasar modal tentu saja tidak berhasil mengelola dana simpanan dikeseluruhan negara. Bagaimanapun, ketidak seimbangan pada negara besar lebih terbukti


(34)

17

pada negara kecil, dan bahkan untuk negara besar ketetapan Feldstein-Horioka ini bisa melemahkan pada dekade terbaru operator pasar yang tamak, biasanya orang asing. Pandangan ini utamanya terkenal dalam pemerintahan negara yang terkena dampak krisis. ditahun 1960, penelitian tanpa nama ‘‘gnomes of Zurich’’ bahwa kesalahan negara britain adalah persoalan pada neraca pembayaran mereka; ditahun 1990. Pandangan berlawanan arah mengatakan krisis adalah sesuatu yang dibuat sendiri , dan pasar modal memerlukan peraturan pemerintah yang melindungi. Pemikiran baru dalam krisis akan menentang pandangan lain bahwa tidak seratus persen benar. Hal itu bisa menjadi “daerah abu-abu” yang luas dimmana kebijakan pemerintah tidak mampu menghalang krisis,beberapa krisis tidak bisa dielakkan dan bahkan dalam faktanya tidak terjadi tanpa campur tangan international capital outflows.

Tanpa ada dorongan dari pemerintah, maka investor asing akan memmbawa keluar investasi mereka (Detragiache, 1996; Obstfeld, 1996). Sebagai contoh, sebuah negara dengan hutang jangka pendek dengan satuan ukur dolar milik pemerintah dan sedikit cadangan dolar —posisi Mexico dibulan December 1994— mungkin mengalami krisis pada masa depan jika sebelumnya pihak pemberi pinjaman secara tiba-tiba meminta pembayaran dengan dolar, dan jika tidak ditemukan pemberi pinjaman dolar. Maka, krisis bisa dipastikan terjadi, seperti yang sudah terjadi pada bank, yang mana dapat menghasilkan ketidakseimbangan pada pasar asset internasional, dan waktu


(35)

pembayaran saat krisis sedikit tidak menentu.. Gambaran ini bisa menjelaskan mengapa pasar modal dapat masuk kedalam kehancuran sebelum krisis muncul kepermukaan. Usaha untuk menjamin tingkat pertukaran (atau mengatur sebelumnya harga tertinggi saat keadaan krisis) dapat membawa kepada kondisi sangat rentan ketika kemungkinan munculnya krisis kredit internasional. Ketika Bank lokal dan perusahaan meminjam dengan sangat percaya diri didalam tingkat pertukaran, mereka mungkin meminjam dolar atau yen tanpa cukup perlindungan nilai dari resiko, menimbulkan ratio hutang mereka dalam laporan keuangan mereka. Mereka mungkin percaya hal itu akan terjadi bila kondisi telah krisis, pemerintah berjanji untuk menetapkan nilai tukar untuk menahan hal yang telah terjadi dengan melakukan dana talangan (bailed out) untuk satu arah atau yang lainnya. Peminjam berharap berhadapan dengan resiko kecil kerugian bahkan jika bailout tidak diberikan, karena mereka hanya punya sedikit atau tidak sama sekali modal dalam pertaruhan ini.

Masalah ini menjadi sangat parah di negara berkembang, dimana pihak pengambil kebijakan tidak dapat bertindak, lembaga keuangan mengalami kehancuran, dan bahkan reputasi pemerintah diragukan. Ketika sentimen pasar menentukan kembali tingkat nilai tukar, pemerintah terpaksa mengambil langkah pendek menentukan nilai mata uang asing dalam beberapa cara. Sejak pemerintahan dalam waktu sama menggunakan cadangan mata uang asing (dalam usaha yang sia-sia untuk menahan nilai tukar) dan tidak dapat meminjam lebih banyak pada pasar, maka kehancuran nasional akan datang


(36)

19

dengan segera (Dı´az-Alejandro (1985), gambaran pengalaman Chile diawal

1980 an, memberikan perhitungan klasik dalam proses ini.

Institusi keuangan lokal di awal tahun 1990 meminjam dengan tingkat suku bung rendah dalam dollar U.S yang lebih menguntungkan dari tingkat suku bunga meksiko. Dibanyak kasus mereka melakukan design alat cara spesial untuk mengelabuhi pembuat kebijakan Mexican (Garber and Lall, 1998). Ketika peso krisis pada akhir 1994, pemerintah Mexico menemukan hal itu merupakan lapisan terluar diantara krisis keuangan sektor swasta selama permasalahan muncul dari kepemilikan pemerintah atas dollar terhadap pinjaman luar negeri. Itu terlihat tidak ada pilihan tapi untuk mempersiapkan cadangan luar negeri dan likuiditas untuk bank, demikian cepat peso menurunkan nilai. Contoh serupa dapat dijumpai di Asia. Ketika IMF melakukan observasi terhadap Thailand (Folkerts-Landau et all., 1997: hal 46): Banyak bank percaya terhadap lindung nilai atas nilai hutang luar negeri mereka, pengamat percaya itu hanya untuk pihak perusahaan saja. Kombinasi dari buruknya nilai tukar dan perbedaan secara global (kebanyakan lebih tinggi) tingkat suku bunga dalam negeri dipersiapkan sebuah dorongan yang kuat untuk perusahaan untuk mengambil hutang mata uang asing. Sejak dari sekarang, penambahan untuk kepemilikan nilai tukar asing, bank berharap mendapatkan pembukaan tidak langsung dalam bentuk resiko kredit untuk perusahaan dalam meminjam dalam mata uang asing.


(37)

Pihak otoritas internasional ikut campur dalam pelaksanaan pasar pertukaran sejak krisis dimulai Mei 1997, dengan mempercayakan kontrak dibawah kendali pemerintah akan menjamin perdagangan masa depan dolar kepada Bath mendekati titik harga sekarang. Kebijakan ini meng-ijinkan banyak perdagangan dalam dolar untuk melindungi hutang mereka tetap rendah. Sebagai hasilnya, pihak pemerintah Thai terjebak dalam milyaran hutang nilai tukar asing setelah bath mengambang pada bulan juli, dan penambahan hutang ini membawaa kepada krisis yang lebih dalam. Ketika krisis mata uang sampai di Eropa pada 1992, pemerintah tidak menanggapi secara serius sehingga menimbulkan pertanyaan. Nilai tukar mata uang euro pada saat krisis tidak terlalu berfluktuasi yang berakibat merusak seperti di Mexico dan Asia, pasar modal juga tidak terganggu, dan mereka tidak perlu untuk mencari bantuan dari negara lain atau IMF. Pada episode Asia Timur terbaru kembali dipertegas kebutuhan untuk bisa memonitor dan membuat regulasi dari asset dan hutang dari institusi keuangan. Episode terbaru juga menegaskan seringkali gejolak politik Membawa perubahan, kekurangan tenaga ahli lokal, dan kesulitan menentukan secara tajam karakter resiko dari asset dan hutang. Khususnya saat suku bunga nominal Bath melebihi Dollar Amerika maka ada kemungkinan bath akan krisis dan pemberi pinjaman bath tidak terlalu perduli dari ancaman kerugian akibat perubahan nilai tukar. Bentuk seperti itu akan stabil dengan perlindungan tingkat tinggi dari dari pemerintah.


(38)

21

Masalah yang melekat dan berhadapan dengan semua negara, industrial dan pengembang, adalah kesulitan yang sangat dalam mengawasi institusi keuangan yang melakukan transaksi luar negeri diluar jangkauan pengawasan. Sejak awala 1970, Bank untuk pembayaran International bekerja untuk memperkenalkan regulasi kerjasama dan menyediakan pengawas yang bertanggung jawab diwilayah yang berpotensial jatuh.

2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu

Karena penelitian ini merupakan replikasi penelitian sejenis, maka akan dilampirkan penelitian sejenis dalam matriks.

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Model Hasil Penelitian W.N.Wazman.

Muzafar Syah. M. Azali. (2002)

Stock Price And Exchange Rate Interaction In Indonesia: An Empirical Inquiry Nilai tukar (X), harga saham (Y) Granger non causality test

Bahwa ada kausalitas dua arah antara exchange rate dan stock price sebelum terjadi krisis keuangan di asia. Namun setelah krisis

exchange rate mempengaruhi stock price.

Ludovicus sensi wondabio (2006)

Analisa hubungan index harga saham gabungan (IHSG) jakarta (jsx), london (ftse), tokyo (nikkei) dan singapura (ssi)

IHSG (Y), Indeks ftse (X), Indeks nikkei (X), Indeks ssi (X)

a.Test Granger Causality b.Model VAR c.Model Regresi d.Model Regresi Terkointegr asi e.Model ARCH

Pola hubungan antara JSX dan FTSE, NIKEI dan SSI

ternyata memiliki hubungan yang

berbeda-beda.

Hubungan FTSE dan NIKKEI terhadap JSX adalah negatif atau berbalik dimana jika FTSE / NIKKEI naik maka JSX turun. Ini menandakan bahwa kenaikan FTSE dan NIKKEI justru menekan JSX. Hal ini dapat diduga adanya pengalihan investasi oleh para investor.


(39)

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Model Hasil Penelitian Noer Azam Achsani (2000) Mencermati Kejatuhan Indeks Dow Jones:AkankahIndeks BEJ Ikut Terseret?

Indeks bursa dalam negeri (Y), indeks bursa asia pasifik (X), indeks bursa amerika (X) Deskriptif verifikatif

Apabila terjadi shock di Amerika Serikat maka bursa-bursa regional tidak akan terlalu meresponnya. Hanya di Singapura, Hong Kong, Jepang dan Taiwan dan New Zealand yang akan langsung merespon, dan respon pun tidak cukup besar. Sebaliknya jika shock di Singapura, Australia atau Hong Kong, secara cepat shock tersebut akan ditransmisikan ke hampir semua bursa saham di Asia.

Moh. Mansur (2004)

Pengaruh indeks bursa global terhadap Indeks harga saham gabungan (IHSG) Pada bursa efek jakarta (bej) periode tahun 2000-2002 Indeks Bursa saham global KOSPI, NIKKEI 225, Hang Seng, TAIEX, Dow Jones, FTSE, ASX (X) dan IHSG BEJ (Y)

Deskriptif verifikatif dengan menggunakan explanatory survey

Hasil dari pengujian analisis jalur model menunjukan bahwa indeks harga

gabungan bursa global secara bersama-sama memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ.


(40)

23 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1.Kerangka Konsep

Pada kerangka konseptual penulis menguraikan hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang akan diteliti. Justifikasi hubungan sebab akibat antara variabel ini didasarkan pada landasan teoritis, penelitian terdahulu dan alasan logis.

IHSG (Y) Nilai Tukar Mata Uang

US$ / Rp (x1)

Indeks Harga Saham Global :

Indeks Nasdaq(X2) Indeks Taiex (X3) Indeks Nikkei (X4)

Indeks Kospi (X5)


(41)

IHSG sebagai indikator pergerakan harga saham secara keseluruhan merupakan informasi yang dibutuhkan setiap investor dalam mengambil keputusan, tetapi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini akan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG seperti nilai tukar mata uang dan tanggapan terhadap indeks harga saham global. Banyak studi empiris memperdebatkan bahwa nilai tukar mata uang akan berpengaruh pada pasar modal dengan dua sumber. Pada cara pertama depresi terhadap nilai mata uang lokal meningkatkan ekspor dan menurunkan nilai impor. Peningkatan nilai ekspor menimbulkan harapan akan pendapatan dari domestik ekspor perusahaan, menguasai dalam penambahan persediaan harga ekspor domestik perusahaan. Oleh karena itu, penguasaan ekspor secara ekonomi meningkatkan keuntungan dari pasar modal sebaliknya menurunkan penguasaan impor. Sedangkan cara kedua krisis dari menurunnya tingkat mata uang lokal akan membuat keadaan bergejolak, karena itu investor akan bersiap menyimpan dolar untuk equity, yang mana itu akan menguasai mata uang domestik. Disaat yang sama, resiko nilai tukar adalah faktor harga untuk investor asing dalam menentukan stock market model dan krisis dari mata uang domestik karena investor asing pindah dari pasar modal kepasar mata uang. Sebagai hasil nilai tukar mata uang mempengaruhi pasar modal.

Bursa Global sering dijadikan pihak invetor dalam mengambil keputusan, hal ini bisa beralasan karena ketidak mampuan dari pasar di


(42)

25

Indonesia untuk menjadi patokan dan hanya menjadi follower oleh karena itu hal ini kembali kepada sikap para investor yang tetap terpengaruh informasi dari luar negeri yang belum tentu hal itu mempengaruhi dalam negeri. Untuk itu diperlukan kajian lebih lanjut untuk melihat sejauh mana pengaruh dari kedua variabel tersebut mempengaruhi variabel dependen tersebut.

3.2.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, hipotesis penelitian ini adalah : nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan IHSG secara simultan dan parsial.


(43)

26 BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1.Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect), dimana penelitian yang dilakukan diiarahkan unutk memperoleh fakta dari fenomena yang ada dan mencari keterangan secara faktual tentang pengaruh pergerakan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham global terhadap IHSG. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, model dan teknik analisis menggunakan regresi linier berganda dengan pendekata residual. Untuk ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human error , digunakan program SPSS versi 15 dengan penetapan tingkat signifikansi pada confidence level 95% atau 検 0.05.

Tabel 4.1. Rancangan Penelitian

No. Desain Keterangan

1 Tujuan Penelitian Pengujian Hipotesis 2 Tipe Hubungan antar Variabel Hubungan Sebab Akibat 3 Lingkungan Penelitian Bursa Efek Indonesia

4 Alat Analisis Regresi Berganda

5 Pengukuran Konstruk Rasio

6 Metode Pengumpulan Data Purposive Sampling

7 Dimensi Waktu 8 tahun


(44)

27

4.2.Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek atau subjek yang diteliti yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 1999). Populasi dari penelitian ini adalah di Indeks Harga Saham Gabungan dari tahun 2001 s/d 2008 yang diambil dari data perbulan sehingga didapat 96 bulan data. Sampel adalah bagian populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi. Sampel yang digunakan adalah IHSG yang dikeluarkan BEI dalam kurun waktu 8 tahun dimulai dari tahun 2001 sampai 2008 dimana IHSG fluktuatif terjadi dalam kurun waktu tersebut. Sampel lain adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika yang menjadi standar perdagangan derivatif di Indonesia, sampel yang diambil dimulai kurun waktu 2001 – 2008 dikarenakan dalam tempo waktu itu nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika sangat berfluktuatif bahkan sangat signifikan pergerakannya. Sampel Indeks Harga Saham Global yang terdiri dari Indeks Nasdaq, Taiex, Nikkei dan Kospi diambil dari data yang telah dirangkum Yahoo/finance dari tahun 2001 s/d 2008 dimana Indeks Nasdaq mewakili bursa saham Amerika, Indeks Taiex mewakili bursa saham Taiwan, Indeks Nikkei mewakili bursa saham Jepang, Indeks Kospi mewakili bursa saham Korea.


(45)

4.3.Variabel Penelitian 4.3.1.Klasifikasi Variabel

1. Variabel terikat

Indeks Harga Saham Gabungan didalam penelitian ini dijadikan sebagai variabel terikat, yang dilihat tingkat harga rata-rata perbulan.

2. variabel bebas

Nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global sebagai variabel bebas. Nilai tukar mata uang diukur berdasarkan tingkat pergerakan nilai rupiah terhadap dolar, sedangkan variabel indeks harga saham global dalam penelitian ini adalah indeks bursa Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi.

4.3.2. Definisi Operasional

Didalam penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel, yaitu dependent dan independent. Varaiabell independent dalam penelitian ini adalah currency crissis (X1) dan indeks bursa global (X2), sedangkan variabel dependent dalam penelitian ini adalah IHSG (Y). Matriks defenisi opersional masing-masing variabel dan pengukurannya ditunjukkan pada tabel berikut ini :


(46)

29

Tabel 4.2 Defenisi Operasional Variabel Jenis

Variabel

Indikator variabel

Defenisi

Variabel Paremeter

Skala Ukuran Variabel terikat IHSG IHSG (Y) merupakan indeks harga saham gabungan yang pada

awalnya merupakan gabungan bursa saham Jakarta dan bursa saham Surabaya

(harga saham hr ini X Jlh saham beredar) / index tahun dasar

Rasio Variabel Bebas Nilai Tukar Mata Uang Kurs Rupiah (X1) Merupakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar

Nilai kurs =

Selisih kurs thn t – kurs (thn t-1) X100% Rasio Kurs tahun (t-1)

Variabel Indeks Harga Saham Globa

Nasdaq

(X2) Indeks bursa Amerika Rasio

Jumlah dari harga2 saham Jumlah saham dalam indeks

Taiex

(X3) Indeks Bursa Taiwan

(harga saham hr ini X Jlh saham

beredar) / index tahun dasar Rasio

Nikkei

(X4) Indeks Bursa Jepang Rasio

Jumlah dari harga2 saham Jumlah saham dalam indeks

Kospi

(X5) Indeks Bursa Korea

(harga saham hr ini X Jlh saham beredar) / index tahun dasar


(47)

4.4.Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia untuk periode Januari 2001 sampai dengan Desember 2008. waktu penelitian ini direncanakan mulai Desember 2008 sampai dengan Mei 2009.

Lokasi Penelitian : Bursa Efek Indonesia

Waktu Penelitian : Desember 2008 s/d Mei 2009

4.5.Prosedur Pengambilan Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif . data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka maupun data kualitatif yang diangkakan, Sugiono (2002). Berdasarkan sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan IHSG yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2001 s/d 2008.

Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi: 1. Daftar indeks harga saham gabungan dari BEI (2001-2008)

2. Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika dari BI (2001-2008) 3. Indeks harga saham global (2001-2008)


(48)

31

4.6.Model dan Teknik Analisa Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Model analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui perngaruh karakteristik currency crisis dan indeks bursa global yang terdiri dari beberapa indikator terhadap pergerakan IHSG secara simultan atau parsial.

Untuk ketetapan perhitungan dan mengurangi human error penelitian ini tidak melakukan secara manual akan tetapi dengan menggunakan program komputer untuk pengolahan data statistik, yaitu program SPSS ver 15. dengan menggunakan program SPSS disamping untuk memperoleh hasil yang akurat dan tepat, juga pengolahan data dilakukan dengan cepat. Adapun uji yang dilakukan untuk penelitian ini adalah :

4.6.1.Uji Asumsi Klasik 4.6.1.1.Uji normalitas data

Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametric dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametric atau lakukan treatment aga data normal. Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan dilakukan Kolmogorov Smirnov, distribusi data dikatakan normal jika signifikansi > 0,05.


(49)

4.6.1.2.Uji multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanaya korelasi diantara varaiabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara varaiabel bebas. Pengujian multikolinearitas dilakkan dengan melihat nilai VIF dan korelasi diantara variabel bebas. Jika nilai VIF dibawah 10 hal ini menunjukkan tidak terjadi problem multikolinearitas. Sedangkan hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada varaiabel bebas yang nilainya kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 95%, hal ini berarti tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2001)

4.6.1.3.Uji heterokedestisitas

Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik plot antara nilai prediksi variabel terkait dengan residualnya. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Gejala heterokedastisitas dapat diuji dengan menggunakan uji Gletser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel bebas (Ghozali, 2005). Heterokedastisitas dengan uji Glejser tidak terjadi apabila tidak satupun variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai Ut (AbsUd). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya diatas 5 %


(50)

33

4.6.1.4.Uji autokorelasi

Uji autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel lain, dengan kata lain varaiabel gangguan tidak random. Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi model regresi tersebut tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term-nya, maka dipergunakan Durbin Watson Statistik, yaitu dibandingkan dtabel dengan nilai dwhitung dengan tingkat signifikansi 5% dengan df=n-k-1 (Ghozali, 2001).

4.6.2. Uji Hipotesis

Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda (Multiple Regretion), yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 +b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+

Dimana :

Y = IHSG

a = konstanta

b1 s/d b8 = koefisien regresi

X1 = Kurs Rupiah

X2 = Index Amerika

X3 = Index Taiwan X4 = Index Jepang X5 = Index Korea


(51)

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat digunakan uji anova atau F-test. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan t-test.

a. Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap varaiabel terikat. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H0 : b1,b2,b3,b4,b5 = 0 H1 : b1,b2,b3,b4,b5 ≠ 0

Artinya tidak terdapat pengaruh (alternatifnya terdapat pengaruh) yang signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujarati, 2003): F hitung = R2/(k-1)

(1-r2)/(n-k)

Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

Jika F hit > F tabel ( ; k-1 ; n-k) , maka H0 ditolak F hit < F tabel ( ; k-1 ; n-k) , maka H0 diterima


(52)

35

b. Uji t-statisitik

Uji signifikansi koefisien (bi) dilakukan dengan statistik t (student t). Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah

H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0

Artinya tidak terdapat pengaruh (alternatifnya terdapat pengaruh) yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Nilai t statistik dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 2003) t-hit =

Untuk melihat kontribusi variabel bebas secara bersama-sama terhadap varaiiabel terikat dapat dilihat koefisien determinasi (R2) berganda dimana nilai

koefisien regresi bi standar deviasi b i

Untuk menentukan nilai t statisitik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah obervasi dan k adalah junlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji adalah :

Jika t hit > t tabel ( , n-k-1), maka H0 ditolak Jika t hit < t tabel ( , n-k-1), maka H0 diterima


(53)

koefisiennya antara 0≤ 1. Hal ini berarti bahwa nilai R2 yang semakin besar mendekati 1 merupakan indikator yang semakin kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.


(54)

37 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1.Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada Lampiran II, III dimana hasil uji regresi berganda yang menunjukkan model regresi yang tidak linier dan tidak melewati uji asumsi klasik (model regresi terkena gejala Multikolinieritas). Selanjutnya untuk mendapatkan model yang layak (blues unbiased linier) maka kebijakan yang diambil adalah dengan mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi (Ghozali, 2005 : 95). Berdasarkan dari beberapa proses regresi ulang menunjukkan variabel yang berkorelasi kuat adalah Indeks DowJones, FTSE, dan Hanseng. Dengan demikian yang digunakan sebagai variabel independen adalah Kurs, Indeks Nasdag, Taiex, Nikkei dan Kospi. Dengan menggunakan variabel tersebut peneliti tidak perlu melakukan proses transformasi kembali karena berdasarkan hasil pengujian menunjukkan merupakan model yang telah melewati uji asumsi klasik dan dianggap model yang fit. Hal tersebut terdapat pada Lampiran2.


(55)

Statistik deskriptif untuk setiap variabel dependen dan indeprenden yang dianalisis disajikan pada Tabel 5.1. Variabel dependennya adalah IHSG (Y). Variabel independen yang digunakan dalam analisis ini sebanyak 5 (lima) variabel, yaitu Kurs (X1), Indeks Nasdag (X2), Taiex (X3), Indeks Nikkei (X4) dan Indeks Kospi (X5). Hal tersebut terdapat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :

Tabel 5.1 Deskriptif Statistik

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

IHSG_Y 96 358.00 2745.00 1126.6146 717.02979

Kurs_X1 96 7872.00 11768.00 9280.0208 746.22631 Nasdaq_X2 96 1172.00 2859.00 2035.7812 379.99887 Taiex_X3 96 3636.00 9711.00 6225.3854 1382.82609 Nikkei_X4 96 7831.00 18138.00 12566.5208 2864.91049 Kospi_X5 96 479.00 2064.00 1068.6458 428.12821 Valid N

(listwise) 96

Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG (Y) merupakan indikator pergerakan harga saham di BEI, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen. Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata tingkat IHSG tahun 2001-2008 adalah sebesar 1126,61, dengan tingkat IHSG tertinggi sebesar 2745 dan yang terendah 358. Tingkat penyimpangan standar (standard deviation) dari rata-rata sebesar 717.03.


(56)

39

Kurs (X1) nilai tukar mata uang rupiah terhadap Dollar. Berdasarkan Tabel 5.1. terlihat bahwa rata-rata Kurs terhadap Dollar dalam kurun waktu 2001-2008 adalah sebesar Rp.9280 dengan kurs tertinggi sebesar Rp.11.768 dan Kurs terendah sebesar Rp. 7872.- dengan standard deviasi dari rata – rata sebesar Rp.746, 23.-.

Indeks Nasdaq (X2) adalah indeks harga saham amerika dalam kurun waktu 2001–2007 besarnya nilai indeks saham Nasdaq rata-rata sebesar $2035.78. Nilai indeks saham Nasdaq tertinggi sebesar $ 2.859 dengan indeks saham Nasdaq terendah sebesar $ 1172. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham Nasdaq sebesar $ 379.99.

Indeks Taiex (X3) adalah indeks harga saham Taiwan dalam kurun waktu 2001–2008 besarnya nilai indeks saham Taiex rata-rata sebesar $6225,38. Nilai indeks saham Taiex tertinggi sebesar $ 9.711 dengan indeks saham Taiex terendah sebesar $ 3636. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham Taiex sebesar $ 1382.83.

Indeks Nikkei (X4) adalah indeks harga saham Jepang. Dalam kurun waktu 2001–2008 besarnya nilai indeks saham Nikkei rata-rata sebesar $12.566,52. Nilai indeks saham Nikkei tertinggi sebesar $ 18.138 dengan indeks saham Nikkei terendah sebesar $ 7831. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham Nikkei sebesar $ 2864.91.


(57)

Indeks Kospi (X5) adalah indeks harga saham Korea. Dalam kurun waktu 2001–2008 besarnya nilai indeks saham Korea rata-rata sebesar $1068,65. Nilai indeks saham Kospi tertinggi sebesar $2064 dengan indeks saham Kospi terendah sebesar $ 479. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham Nikkei sebesar $ 428.13.

5.1.2.Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2005) untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain uji autokorelasi, normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

5.1.2.1.Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan uji

one sample Kolmogorov Smirnov Test. Adapun hasil pengujian terdapat pada Tabel 5.2 berikut :


(58)

41

Tabel 5.2 : Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.55475999E2

Most Extreme Differences Absolute .051

Positive .030

Negative -.051

Kolmogorov-Smirnov Z .502

Asymp. Sig. (2-tailed) .963

Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 5.2 tersebut terlihat besarnya nilai

Kolmogorov- Smirnov adalah 0.502 dan signifikan pada 0.963. Hal ini berarti H0 ditolak yang berarti data residual berdistribusi normal.

5.1.2.2.Uji multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel independen dengan variable independen lain. Jika terjadi multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standard penaksir dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar. Menurut Ghozali (2005) salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor) yaitu jika VIF tidak lebih


(59)

dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 : Hasil Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics

Constant Tolerance VIF

Kurs_X1 .920 1.087

Nasdaq_X2 .174 5.733

Taiex_X3 .125 7.988

Nikkei_X4 .240 4.165

Kospi_X5 .181 5.531

Dependent Variabel : IHSG_Y

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah <10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas (homoskedastisitas).

5.1.2.3.Uji autokorelasi

Gejala autokorelasi diditeksi dengan menggunakan uji Durbin - Watson

(DW). Menurut Santoso (2005 : 241), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin - Watson (DW).


(60)

43

Nilai d tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai dtabel dengan tingkat signifikansi 5% dengan df = n-k-1. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai DW sebesar 0,713, berarti data tidak terkena autokorelasi.

Tabel 5.4 : Nilai Durbin-Watson

Model R

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .976a 159.73640 .713

a. Predictors: (Constant), Kospi_X5, Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2, b. Dependent Variable: IHSG_Y

Berdasarkan Tabel 5.4 diatas, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria dari tabel Durbin-Watson terlihat Nilai DW sebesar 0,713 Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji

Durbin-Watson, dengan kriteria menurut Santoso (2000 : 219) dengan cara melihat besaran Durbin-Watson sebagai berikut :

1.Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

2.Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3.Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson (D-W) sebesar 0,713. Oleh karena itu, nilai DW dalam rentang nilai -2 dan lebih kecil dari 2 (-2 < 0,713 < 2) maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif.


(61)

5.1.2.4.Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 5.1 : Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar di atas tidak terlihat ada pola tertentu, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(62)

45

Selain itu untuk melihat apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dapat dilakukan dengan Uji Glesjer yang terdapat pada Tabel 5.5 berikut :

Tabel 5.5 : Uji Glesjer

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 31.426 126.327 .249 .804

Kurs_X1 .000 .013 -.006 -.062 .951

Nasdaq_X2 .005 .058 .021 .088 .930

Taiex_X3 .001 .019 .021 .073 .942

Nikkei_X4 .003 .007 .091 .445 .657

Kospi_X5 .042 .050 .198 .839 .404

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas, tidak terdapat tingkat signifikansi variabel independen terhadap absolut residualnya lebih kecil dari alpha 5 % baik pada variabel Kurs (X1), Nasdaq (X2), Taiex (X3), Nikkei (X4) dan Kospi (X5). Dengan demikian tidak terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau dengan kata lain tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas (varians dari residual Homoskedastisitas).


(63)

5.1.3.Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan nilai tukar mata uang (Kurs) dan indeks bursa global (Nasdaq, Taiex, Nikkei dan Kospi) berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan IHSG secara simultan dan parsial.

Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square.

Nilai Adjusted R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini :

Model R R Square

Adjusted R Square

Durbin-Watson

1 .976a .953 .950 .713

Nilai Adjusted R Square pada Tabel 5.6 diatas sebesar 0,950. Hal ini menunjukkan bahwa 95 % variabel IHSG_Y dapat dijelaskan oleh nilai tukar mata uang (Kurs) dan indeks bursa global (Nasdaq, Taiex, Nikkei dan Kospi). Sisanya sebesar 5 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

Untuk menguji apakah parameter koefesien Adjusted R2 signifikan atau tidak maka dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher (Uji F) dengan tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95 %. Kriteria


(64)

47

pengujian yang digunakan adalah apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak; dan apabila Fhitung≤ Ftabel maka Ho dapat diterima.

Atas hal tersebut berdasarkan pada ikhtisar pengujian terdapat dalam Tabel 5.7 berikut ini

Tabel 5.7: Uji F Model Sum of

Squares Df

Mean

Squared F Sig.

Regression 4.655 5 9309219.606 364.843 .000

Residual 2296414.709 90 25515.719

Total 4.884 95

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 364.843 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95 % (α=0,05) adalah 4.42. Oleh karena pada kedua perhitungan Fhitung>Ftabel (364.843 > 4.42). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen nilai tukar mata uang (Kurs) dan indeks bursa global (Nasdaq, Taiex, Nikkei dan Kospi) berpengaruh terhadap IHSG baik secara simultan dapat diterima secara keseluruhan. Secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan yaitu Kurs (X1), Nasdaq (X2), Nikkei (X4) dan Kospi (X5).


(65)

Tabel 5.8 : Uji t Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std.

Error Beta (Constant)

-1374.751 225.274 -6.103 .000

Kurs_X1 .088 .023 .092 3.856 .000

Nasdaq_X2 .266 .103 .141 2.575 .012

Taiex_X3 .012 .033 .024 .373 .710

Nikkei_X4 -.062 .012 -.246 -5.282 .000

Kospi_X5 1.720 .090 1.027 19.103 .000

Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa

1. Variabel Kurs_X1 sebesar 3.856 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95 % adalah 1.980 (3.856>1.980). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah penerimaan H0.

2. Variabel Nasdaq_X2 sebesar 2.575 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95 % adalah 1.980 (2.575>1.980). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah penerimaan H0.

3. Variabel Taiex_X3 sebesar 0.373 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95 % adalah 1.980 (0.373<1.980). Karena thitung < ttabel maka H0 diterima.


(66)

49

Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada didalam daerah penerimaan H0.

4. Variabel Nikkei_X4 sebesar -5.282 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95 % adalah 1.980 (5.282>1.980). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah penerimaan H0.

5. Variabel Kospi_X5 sebesar 19.103 sedangkan ttabel pada tingkat keyakinan 95 % adalah 1.980 (19.103>1.980). Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak. Dengan demikian daerah penerimaan hipotesis berada diluar daerah penerimaan H0.

Dari tabel coefficient di atas maka model regresi yang dapat dibentuk : Y = -1374.751 + 0.088X1 + 0.266X2 +0.012X3 - 0.062X4 +1.720X5 + i

1. Nilai konstanta sebesar -1374.751 artinya apabila nilai variabel independen Kurs (X1), Nasdaq (X2), Taiex (X3), Nikkei (X4) dan Kospi (X5)bernilai nol, maka nilai IHSG akan sebesar -1374.751.

2. Koefisien regresi variabel Kurs (X1) sebesar 0.088 bermakna jika variabel Kurs (X1) meningkat 1 poin, maka akan menurunkan satu satuan IHSG (Y) sebesar 0.088 poin dengan arah yang berlawanan.


(67)

3. Koefisien regresi Nasdaq (X2) sebesar 0.266 memberikan pengertian bahwa perubahan Nasdaq (X2) sebanyak 1 poin akan memberikan kenaikan nilai IHSG sebesar 0.266 poin.

4. Koefisien regresi Taiex (X3) sebesar 0.012 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel Taiex (X3) sebanyak poin akan memberikan kenaikan IHSG sebesar 0.012 poin.

5. Koefisien regresi Nikkei (X4) sebesar -0.062 memberikan pengertian bahwa perubahan Nikkei (X4) sebanyak 1 poin akan memberikan penurunan IHSG (Y) sebesar 0.062 poin.

6. Koefisien regresi Kospi (X5) sebesar 1.720 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel Kospi (X5) sebanyak 1 poin akan memberikan kenaikan IHSG (Y) sebesar 1.720 poin

5.2. Pembahasan

Pengujian yang dilakukan diatas terhadap model menunjukkan bahwa model yang diajukan secara signifikan membuktikan adanya pengaruh secara simultan variabel nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) terhadap pergerakan Indeks harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu di pasar modal bahwa ada hubungan yang kuat antara nilai tukar mata uang dengan indeks harga saham gabungan. Sedangkan variabel indeks harga saham global yang


(68)

51

dalam beberapa peneltian terdahulu hasilnya tidak konsisten menggambarkan bahwa tidak ada pola yang kuat terkait masalah ini karena banyak faktor yang mempengaruhi investor dalam menanggapi informasi dari bursa asing.

Secara parsial variabel nilai tukar mata uang (X1) memberikan pengaruh secara signifikan terhadap IHSG (Y) yang berarti hal ini mendukung penelitian Azzam (2002) yang berkesimpulan ada kausalitas (hubungan) dua arah antara antara kurs terhadap stock price, dan penelitian ini ikut menguatkan kesimpulan bahwa memang nilai tukar mata uang berpengaruh terhadap IHSG. Koefisien regresi variabel Kurs (X1) sebesar 0,088 bermakna jika variabel Kurs (X1) meningkat 1 poin, maka akan menurunkan satu satuan IHSG (Y) sebesar 0.088 poin, dengan kata lain bila ada penguatan nilai tukar rupiah sebesar 1 (ditandai dengan mengecilnya nominal angka) maka berpengaruh secara langsung terhadap IHSG meningkat 0,088. Keadaan ini memudahkan investor menggunakan informasi nilai tukar mata uang dalam membuat keputusan investasi karena adanya pola yang kuat antara kedua vaiabel tersebut saling mempengaruhi yang juga sejalan dengan literatur yang dikembangkan oeh Krugman (1979) dan Flood & Garber (1984).

Analisa terhadap variabel indeks Nasdaq memberikan kesimpulan yang mendukung teori tentang pengaruh pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah dimana nasdaq sebagai salah satu indeks saham Amerika yang merupakan suatu negara yang memiliki keunggulan dalam setiap transaksi perekonomian akan


(69)

menjadikan setiap informasi pergerakan pasar saham di Amerika langsung berpengaruh ke pasar lokal. Koefisien regresi Nasdaq (X2) sebesar 0.266 memberikan pengertian bahwa perubahan Nasdaq (X2) sebanyak 1 poin akan memberikan dampak nilai IHSG sebesar 0.266 poin dengan kenaikan yang searah, hal ini berarti bila indek Nasdaq mengalami kenaikan sebesar 1 poin maka IHSG akan ikut naik sebesar 0.266 poin. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Index di Amerika berakibat baik terhadap bursa Indonesia. Hal ini diduga akibat pasar lokal hanya menjadi follower dari pasar yang lebih dominan,

karena dengan kekuatan pasar dan perekonomian yang menjadi tolak ukur bagi negara lain maka setiap informasi dari bursa Amerika akan selalu direspons oleh investor lokal, hal ini juga berarti bahwa tren masuknya investor asing khususnya dari Amerika ke bursa Indonesia juga mempengaruhi pergerakan indeks. Dengan demikian terlihat bahwa pengaruh kenaikan bursa Amerika bersifat menguntungkan terhadap bursa Indonesia . Penelitian ini tidak mendukung peneltian Noer (2000) dimana bursa Amerika tidak berpengaruh secara signifikan pada pengujian parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan tetapi penelitian ini mendukung teori tentang pengaruh indeks bursa global bursa lokal.

Analisa terhadap variabel indeks Taiex memberikan kesimpulan yang tidak mendukung teori tentang pengaruh pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah dimana Taiex sebagai indeks saham Taiwan yang merupakan suatu negara yang secara sejarah baru merdeka sejak dilepas Inggris kepada China sehingga


(70)

53

belum bisa dijadikan patokan dalam perekonomian dunia atau bagi Indonesia sendiri, hal ini mungkin disebabkan karena Taiwan masih dibawah bayang-bayang China sehingga banyak Investor lebih terpengaruh informasi dari China meskipun dalam sejarah pasar modal Taiwan telah eksis sebelum dibawah naungan China. Koefisien regresi Taiex (X3) sebesar 0.012 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel Taiex (X3) sebanyak 1 poin akan memberikan dampak perubahan IHSG sebesar 0.012 poin dengan arah yang sejalan, hal ini berarti bila indek Taiex mengalami kenaikan sebesar 1 poin maka IHSG akan naik sebesar 0.012 poin.Hal ini berarti indeks taiex tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG dikarenakan pasar lebih merespons pergerakan pasar asing yang lebih berpengaruh seperti Nikkei dan Kospi dan perkembangan perekonomian secara regional . Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Mansur (2002) karena penggunaan rentang data yang berbeda karena Mansur hanya menngunakan rentang data dari tahun 2000-2002 sedangkan penulis 2001-2008.

Analisa terhadap variabel indeks Nikkei memberikan kesimpulan yang mendukung teori tentang pengaruh pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah dimana Nikkei sebagai salah satu indeks saham Jepang yang merupakan suatu negara yang memiliki keunggulan dalam setiap transaksi perekonomian akan menjadikan setiap informasi pergerakan pasar saham di Jepang langsung berpengaruh ke pasar lokal. Koefisien regresi Nikkei (X4) sebesar -0.062


(71)

memberikan pengertian bahwa perubahan Nikkei (X4) sebanyak 1 poin akan memberikan dampak IHSG (Y) sebesar 0.062 kearah yang berlawanan, hal ini berarti bila indek Nikkei mengalami kenaikan sebesar 1 poin maka IHSG akan turun sebesar 0.062 poin. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Index di Jepang berakibat buruk terhadap Indonesia. Keadaan ini dimungkinkan terjadi akibat peralihan investasi dari Jakarta ke Jepang karena ketika investor yang sama menanamkan investasinya di kedua pasar (Jepang dan Indonesia) melihat adanya pergerakan positif di pasar jepang maka sang investor akan mengalihkan investasinya di Indonesia sehingga menurunkan pasar Indonesia akibat aksi jual yang bersamaan, faktor lain karena banyak perusahaan Indonesia bekerjasama dengan perusahaan Jepang dari segi teknologi dan dari ekonomi Jepang merupakan negara dengan basis ekonomi yang kuat. Sebaliknya ketika index di BEI menguat di Nikkei juga ikut menguat. Hal ini diduga akibat pasar lokal hanya menjadi follower dari pasar yang lebih dominan. Dengan demikian terlihat bahwa pengaruh Indonesia terhadap Jepang bersifat menguntungkan dalam pengertian Indonesia bukan merupakan ancaman bagi Jepang. Sebaliknya, pengaruh pasar Jepang terhadap Jakarta bersifat merugikan, dimana Jepang mempunyai kemampuan untuk menekan pasar Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ludovicus (2006) dan Mansur (2004).

Analisa terhadap variabel indeks Kospi memberikan kesimpulan yang mendukung teori tentang pengaruh pasar kuat terhadap pasar yang lebih lemah


(72)

55

dimana Kospi sebagai salah satu indeks saham Korea yang merupakan suatu negara yang memiliki keunggulan dalam setiap transaksi perekonomian akan menjadikan setiap informasi pergerakan pasar saham di Korea langsung berpengaruh ke pasar Indonesia. Koefisien regresi Kospi (X5) sebesar 1.720 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel Kospi (X5) sebanyak 1 poin akan memberikan dampak kenaikan IHSG (Y) sebesar 1.720 poin, hal ini berarti bila indek kospi mengalami kenaikan sebesar 1 poin maka IHSG akan naik sebesar 1.720 poin. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Index di Korea berakibat baik terhadap Indonesia. Hal ini dimungkin kan karena perekonomian Korea yang dalam beberapa tahun terakhir stabil sehingga pondasi pasar modal juga kuat . Hal ini diduga akibat pasar lokal hanya menjadi follower dari pasar yang lebih dominan. Dengan demikian terlihat bahwa pengaruh Indonesia terhadap Korea bersifat menguntungkan dalam pengertian Indonesia bukan merupakan ancaman bagi Korea. Tetapi karena tren investor belum dominan memilih pasar Korea sebagai tempat investasi dibanding pasar Jepang atau hanya menggunakan informasi dari pasar Korea sehingga setiap informasi akan menghasilkan korelasi positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mansur (2004).


(73)

56 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara simultan variabel nilai tukar mata uang dan variabel indeks harga saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini memberikan kesimpulan yang mendukung penelitian Wazman (2002) dimana nilai tukar mata uang mempengaruhi perubahan harga saham pada saat kondisi normal, dan penelitian Moh. Mansur (2002) dimana secara bersama-sama indeks harga saham global berpengaruh terhadap pergerakan IHSG baik positif atau negatif.

2. Secara parsial variabel nilai tukar mata uang dan indek harga saham global (Nasdaq, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara signifikan. Sedangkan variabel indeks Taiex berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Mansur (2002) dikarenakan penggunaan data yang digunakan terlalu pendek sehingga tidak mencerminkan keadaan.


(74)

57

6.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut :

1. penentuan sampel yang hanya pada periode 2001-2008 yang sebagian besar rentang data berada pada kondisi pasar dan nilai tukar mata uang pada kondisi normal dan stabil.

2. Variabel nilai tukar mata uang (kurs rupiah-dolar) hanya menjelaskan satu pola hubungan saja, pola ini hanya tergambar pada emiten yang melakukan transaksi derivatif.

3. Variabel indeks harga saham global hanya menggambarkan secara global indeks negara yang dipakai tidak di arahakan pada satu regional saja untuk melihat pola hubungan yang lain.

6.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, penulis memberikan beberapa saran berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya perlu menambah jumlah tahun sampel mulai tahun 1997 awal mula krisis ekonomi di Indonesia sehingga akan lebih jelas pola hubungan antara setiap variabel terutama variabel nilai tukar mata uang.


(75)

2. Selain nilai tukar mata uang perlu juga menambahkan indikator variabel tingkat suku bunga atau inflasi rate sebagai indikator perekonomian serta menambah indeks saham dari kawasan eropa dan asean.

3. Bagi investor, dengan melakukan investasi di pasar modal berarti harus dapat mengaplikasikan teori pasar efisien yang berarti setiap informasi dapat mempengaruhi pergerakan harga dan keputusan investor, hal ini didasarkan pada signifikannya pengaruh informasi dari pergerakan nilai tukar mata uang dan indeks harga saham global terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia.


(76)

59 DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, I. S. A., V. Murinde (1997), “ Exchange Rate and Stock Price Interactions in Emerging FinancialMarkets: Evidence on India, Korea, Pakistan, and the Philippines.” Applied Financial Economics, Vol.7

Bilson, C. M., Brailsford, T. J., and Hooper, V. J. (2001), “Selecting Macroeconomic Variables as Explanatory Factors of Emerging Stock Market Returns.” Pasific-Basin Finance Journal, Vol.9, pp.401- 426.

Bodie. Keane. Markus. 2003. Invesment 1&2. edisi 6. Erlangga

Cahyono, Jaka E.. 2000. 22 Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham. Jilid 1. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

Chen, N. F., Roll, R., and Ross, S. A. (1986), “Economic Forces and the Stock Market.” Journal of Business, Vol.59, pp. 383-403.

Folkers. Landdau et al., 1997, p. 46

Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Penerbit UNDIP. Semarang

Gormus, sakir. 2005. Simultaneous Estimation Of Stock Market and Currency Crissis. Journal of Financial Economy

Habibullah, M. S., and Baharumshah, A. Z. (1996), “Money, Output and Stock Prices in Malaysia; AnApplication of The Cointegration Tests.”

International Economic Journal, Vol.10, No.2, Summer, pp.121-130.

Hatter Mary Louise, Macroeconomics for Management, 2nd edition, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1996.

Kuncoro, Mudrajat. 2003, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta, Erlangga

Kwon, C. S., and Bacon, F. W. (1997), “The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Market Returns in Developing Markets.” Multinational Business Review, Fall, pp.63-70.


(1)

77

Npar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.55475999E2 Most Extreme Differences Absolute .051

Positive .030

Negative -.051

Kolmogorov-Smirnov Z .502

Asymp. Sig. (2-tailed) .963


(2)

78

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.55475999E2 Most Extreme Differences Absolute .051

Positive .030

Negative -.051

Kolmogorov-Smirnov Z .502


(3)

79

Uji Glejser

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Kospi_X5,

Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2, Taiex_X3a

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Absolute

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .311a .097 .046 89.57509

a. Predictors: (Constant), Kospi_X5, Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2, Taiex_X3


(4)

80

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 77145.814 5 15429.163 1.923 .098a

Residual 722132.756 90 8023.697

Total 799278.570 95

a. Predictors: (Constant), Kospi_X5, Kurs_X1, Nikkei_X4, Nasdaq_X2, Taiex_X3 b. Dependent Variable: Absolute


(5)

81

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 31.426 126.327 .249 .804

Kurs_X1 .000 .013 -.006 -.062 .951

Nasdaq_X2 .005 .058 .021 .088 .930

Taiex_X3 .001 .019 .021 .073 .942

Nikkei_X4 .003 .007 .091 .445 .657

Kospi_X5 .042 .050 .198 .839 .404


(6)

82

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation IHSG_Y 96 358.00 2745.00 1126.6146 717.02979 Kurs_X1 96 7872.00 11768.00 9280.0208 746.22631 Nasdaq_X2 96 1172.00 2859.00 2035.7812 379.99887 Taiex_X3 96 3636.00 9711.00 6225.3854 1382.82609 Nikkei_X4 96 7831.00 18138.00 12566.5208 2864.91049 Kospi_X5 96 479.00 2064.00 1068.6458 428.12821 Valid N (listwise) 96