STRATEGI IMITASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PLA (POLY LACTIC ACID) PADA AGROINDUSTRIKEMASAN BIODEGRADABEL DI INDONESIA

STRATEGI IMITASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN
DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PLA (POLY LACTIC
ACID) PADA AGROINDUSTRIKEMASAN BIODEGRADABEL
DI INDONESIA
Fitry Filianty
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Teknologi Industri Pertanian IPB
Alamat Email : ffilianti31@yahoo.co.uk
ABSTRACT
Indonesia has the potential for development of PLA (Poly Lactic Acid) as biodegradable
packaging agroindustry due to the availability of raw material, such as tubers as a source of
starch and lignocellulose as a source of cellulose, but Indonesia has limitations in terms of its
technology. This was due to the intensity and quality of the research that has not been
adequate. For that condition, imitation strategies can be developed for PLA (Poly Lactic Acid)
agroindustry in Indonesia and the level of product imitation strategies is knockoff or cloning.
At that level, PLA agroindustry to be developed completely replicate existing products but have
other brands. With this strategy, the PLA agroindustry is expected to produce a cheaper price
product because of the availability of raw materials in Indonesia that easy to fine. Raw
material for PLA that can be selected from cassava tubers beacause its easy in cultivation and
cheaper among other types of bulbs. To improve competitiveness, the company who built the
imitation strategy needs to be managed with the application of knowledge management in
order to be able to last long existence.


Keyword :PLA (Poly Lactic Acid), imitation strategy, knowledge management

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap tahun sekitar 100 juta ton
plastik sintetik diproduksi dunia untuk
digunakan di berbagai sektor industri, dan
kira-kira sebesar itulah sampah plastik
yang dihasilkan setiap tahun. Menurut
perkiraan Industri Plastik dan Olefin
Indonesia (INAPlas), kebutuhan plastik
masyarakat Indonesia di tahun 2002 sekitar
1,9 juta ton kemudian meningkat menjadi
2,1 juta ton di tahun 2003. Sementara
kebutuhan plastik dalam negeri di tahun
2004 diperkirakan mencapai 2,3 juta ton
[1]. Berdasarkan kondisi tersebut maka
kebutuhan plastik akan terus meningkat
jumlahnya hingga waktu mendatang.

Umumnya plastik yang digunakan
sebagai kemasan adalah polimer sintetik
yang terbuat dari minyak bumi (nonrenewable) dan bersifat tidak dapat

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

didegradasi oleh mikroorganisme di
lingkungan. Kondisi tersebut menyebabkan
kemasan plastik sintetik tidak dapat
dipertahankan
penggunaannya
secara
meluas karena akan menambah persoalan
lingkungan dan kesehatan diwaktu
mendatang. Salah satu solusi terhadap
permasalahan penggunaan plastik non
(bio)degradabel tersebut agar tidak menjadi
persoalan lingkungan adalah dengan
melakukan pengembangan teknologi bahan
kemasan yang biodegradable khususnya

plastik biodegradable.
Perkembangan plastik biodegradabel
sebenarnya telah dimulai sejak lama namun
dengan laju perkembangan yang lambat.
Menurut Japan Biodegradable Plastic
Society ; pada tahun 1999, produksi plastik
biodegradable hanya sebesar 2500 ton,
yang merupakan 1/10.000 dari total
produksi bahan plastik sintetik, namun

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

135

pada tahun 2010, diproyeksikan produksi
plastik biodegradable akan mencapai
1.200.000 ton atau menjadi 1/10 dari total
produksi bahan plastik dunia [1]. Industri
plastik biodegradable akan berkembang
menjadi industri besar di masa yang akan

datang. Saat ini produksi plastik
biodegradable masih terbatas di negaranegara maju saja dengan jenis bahan yang
berbeda-beda.
Salah
satu
jenis
plastik
biodegradable yang telah berkembang
secara komersil adalah PLA (poly-lactic
acid) atau poli asam laktat. Perusahaan
besar yang memproduksi PLA adalah
Cargill-Dow Chemicals Co dengan skala
140.000 ton/tahun menggunakan bahan
baku pati jagung. Sementara itu di Jepang,
perusahaan Shimadzu Co. dan Mitsui
Chemicals Co. juga memiliki plant
produksi PLA. Perusahaan Toyota telah
merencanakan akan mendirikan plant
industri PLA di Indonesia dengan
memanfaatkan pati ubi jalar. Berdasarkan

kondisi tersebut menunjukan bahwa PLA
akan
menjadi
unggulan
plastik
biodegradable di masa depan.
PLA dapat diproduksi menggunakan
bahan baku sumberdaya alam terbarukan
seperti pati dan selulosa melalui fermentasi
asam laktat. Berbagai hasil pertanian yang
potensial untuk dikembangkan menjadi
bahan baku pembuatan PLA di Indonesia
antara lain adalah umbi-umbian tropis khas
Indonesia seperti singkong, ubi jalar, sagu,
kentang, ganyong, iles-iles dan garut yang
menjadi sumber pati. Selain itu terdapat
pula sumber-sumber selulosa seperti by
product industri gula, sawit dan kakao yang
selama ini pemanfaatannya belum optimal.
Pengembangan teknologi kemasan

plastik biodegradable di Indonesia
khususnya tentang PLA masih sangat
terbatas. Hal ini terjadi karena selain
kemampuan sumber daya manusia dalam
penguasaan ilmu dan teknologi bahan, juga
dukungan dana penelitian yang terbatas.
Penelitian dalam bidang ilmu dasar
memang memerlukan waktu lama dan dana
yang
besar.
Sebenarnya
prospek
pengembangan PLA sebagai biopolimer

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

untuk kemasan plastik biodegradable di
Indonesia sangat potensial, dimana dalam
hal ini dukungan sumber daya alam,
khususnya hasil pertanian tersedia dan

dapat
diperoleh
sepanjang
tahun
(sustainable/renewable). Untuk itu dengan
kendala-kendala yang dimiliki di Indonesia
maka
perlu
dirumuskan
strategi
pengembangan agroindustri PLA yang
cocok agar agroindustri tersebut dapat
berkembang di Indonesia bahkan dapat
menguasai pasar internasional.
1.2. Tujuan
a) Mengetahui potensi pengembangan
agroindustri PLA di Indonesia
b) Merumuskan langkah-langkah yang
ditempuh dalam strategi imitasi dan
manajemen

pengetahuan
untuk
pengembangan agroindustri PLA di
Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Inovasi
Istilah inovasi telah didefinisikan
oleh Josepth Schumpeter sebagai :
komersialisasi semua kombinasi yang
didasari oleh pemanfaatan (1) bahan dan
komponen baru, (2) proses baru, (3) pasar
baru, dan (4) bentuk organisasi baru [2].
Dengan kata lain, menurut definisi ini,
inovasi merupakan komposit dari kedua
bidang, yaitu bidangteknis dan bidang
bisnis. Bila hanya melibatkan teknologi,
maka Schumpeter menamakannya invensi
(invention), begitu bidang bisnis dilibatkan,
maka muncul inovasi (innovation).

Definisi inovasi dalam ekonomi
adalah mengenalkan barang baru dimana
para pelanggan belum mengenalnya atau
kualitas baru dari sebuah barang;
mengenalkan metoda produksi baru yang
dibutuhkan, ditemukan melalui serangkaian
uji coba ilmiah; membuka pasar baru,
dimana
perusahaan
sejenis
tidak
memasukinya, baik pasar tersebut ada atau
belum
ada
ketika
perusahaan
memasukinya; menguasai sumber bahan
baku baru untuk industri barang;
menjalankan organisasi baru, seperti


Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

136

menciptakan monopoli, atau membuka
monopoli perusahaan lain [2]. Sementara
itu menurut UU No. 18 tahun 2002
pengertian inovasi adalah kegiatan
penelitian,
pengembangan,
dan/atau
perekayasaan
yang
bertujuan
mengembangkan penerapan praktis nilai
dan konteks ilmu pengetahuan yang baru,
atau cara baru untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada
ke dalam produk atau proses produksi.
Inovasi dipandang sebagai suatu

gagasan baru yang diterapkan untuk
memprakarsai atau memperbaiki suatu
produk atau proses dan jasa [3].
Berdasarkan pengertian tersebut, inovasi
memiliki 3 fokus utama yaitu:
1. Gagasan baru yaitu suatu olah pikir
dalam mengamati suatu fenomena yang
sedang terjadi, termasuk dalam bidang
pendidikan, gagasan baru ini dapat
berupa penemuan dari suatu gagasan
pemikiran, ide, sistem sampai pada
kemungkinan
gagasan
yang
mengkristal.
2. Produk dan jasa yaitu hasil langkah
lanjutan dari adanya gagasan baru yang
ditindak lanjuti dengan berbagai
aktivitas, kajian, penelitian dan
percobaan sehingga melahirkan konsep
yang lebih konkret dalam bentuk produk
dan jasa yang siap dikembangkan dan
dimplementasikan
termasuk
hasil
inovasi dibidang pendidikan.
3. Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis
untuk melakukan penyempurnaan dan
melakukan perbaikan (improvement)
yang terus menerus sehingga buah
inovasi itu dapat dirasakan manfaatnya
Dalam teori siklus produk atau
product life cycle, inovasi merupakan suatu
hal yang wajib dilakukan oleh suatu
perusahaan untuk terhindar dalam fase
declining. Biasanya dalam siklus produk,
selambat-lambatnya
inovasi
harus
dilakukan pada tahap maturityyaitu tahap
di mana produk telah sampai pada fase
mapan.
2.2. Strategi Imitasi

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

Strategi imitasi merupakan strategi
pengikut pasar dalam upayanya untuk
mempertahankan dan meningkatkan pangsa
pasar [4]. Imitasi dapat dilakukan
perusahaan dengan berperan sebagai
pemalsu,
pengklon,
peniru,
atau
pengadaptasi.
Strategi imitasi merupakan strategi
yang biasanya digunakan oleh later entry
untuk memasuki pasar dengan melewatkan
proses yang dilakukan oleh innovator [5].
Imitator biasanya memasuki pasar dengan
meniru dari innovator. Secara umum
strategi imitasi mengkombinasikan tiga
strategi yaitu [5]:
a. Lower prices, yaitu menjual produk
dengan harga yang lebih rendah dari
produk pioneer. Hal ini sangat
memungkinkan karena imitator tidak
membutuhkan biaya untuk riset pasar
serta biaya promosi yang rendah.
b. Sell a supperior product, yaitu menjual
produk yang bisa lebih baik atau sudah
disempurnakan dari produk pioneer.
c. Use their market power to overhelm the
weaker pioneer, yaitu menyerang
pioneer secara langsung di pasar
terutama pioneer yang memiliki posisi
lemah.
Produk imitasi merupakan produk
yang diciptakan dengan mengacu atau
meniru pada produk pionir [6]. Imitasi
dapat dilakukan dengan meniru disain,
membuat produk generik dengan harga
yanglebih murah, dan melakukan beberapa
penyempurnaan dari produk terdahulu.
Produk imitasi merupakan produk
yang memasuki pasar dengan mengimitasi
produk pioneer(inovator). Imitasi tersebut
dapat dilakukan dengan membajak sampai
kepada membuat produk yang lebih baik
dengan dasar produk pioneer. Oleh karena
itu produk imitasi terdiri dari beberapa
tingkatan, yaitu [5] :
1. Counterfits
atau
pembajakan.Pada
tingkatan ini perusahaan benar-benar
menjual produk dengan merek dan
desain produk yang benar-benar sama
sehingga sering disebut produk palsu.
Imitasi ini tergolong ilegal.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

137

2. Knockoff atau kloning.Pada tingkatan
ini perusahaan benar-benar meniru
produk yang sudah ada tetapi memiliki
merek yang lain.
3. Design copy atau trade dress. Pada
tingkatan ini kemasan, tampilan atau
disain merupakan bagian yang penting
dari produk yang menggunakan strategi
ini. Selanjutnya peniruan disain
dipadukan dengan imitasi dan inovasi.
Namun jika desain atau kemasan bukan
bagian yang penting, maka yang dapat
ditiru adalah teknologi atau keunikan
dari produk yang menjadi acuan. Pada
tingkatan ini perusahaan menciptakan
produk yang sangat menyerupai produk
lain atau biasanya produk pionir atau
market leader tetapi tidak benar-benar
sama. Pada tingkatan ini sering juga
disebut sebagai kombinasi antara
strategi imitasi dan inovasi. Sesuai
fungsinya untuk mengelabui konsumen
sehingga melakukan kesalahan dalam
pembelian, maka produk ini dapat juga
disebut
dengan
istilah
produk
kamuflase. Strategi ini biasanya
digunakan oleh pengikut pasar agar
dapat menghindari berbagai biaya
sehingga dapat berhadapan langsung
dengan market leader, karena strategi ini
cenderung untuk menciptakan produk
yang hampir sama dengan market leader
tetapi dengan harga yang lebih rendah.
Komponen utama strategi imitasi
pada produk kamuflase dalam merebut
perhatian konsumen terdiri dari [4] :
- Packaging yang dibuat mirip dengan
market leader. Hal ini dilakukan
untuk mengelabui konsumen secara
visual.
- Promosi yang sama dengan market
leader. Hal ini dilakukan untuk
memberikan kesan atau positioning
yang sama dibenak konsumen
dengan produk yang menjadi market
leader.
- Produk baru yang sama dengan
market leader. Menciptakan produk
yang sama atau lebih baik
dibandingkan produk market leader.

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

- Harga
yang
lebih
murah
dibandingkan market leader. Harga
merupakan hal yang cukup menjadi
pertimbangan bagi konsumen.
- Merek yang hampir sama dengan
market leader. Untuk beberapa
produk terkadang hanya berbeda satu
atau dua huruf dengan merek
marketleader.
- Strategi distribusi yang sama dengan
market leader. Biasanya produk
imitasi cenderung mengawali proses
ini dengan menjadi saluran distribusi
dari produk market leader,
Imitasi jenis ini berada diantara
daerah ilegal dan legal. Hal ini sangat
tergantung pada kemampuan inovasi
perusahaan, selain itu faktor hukum
yang berlaku disuatu negara merupakan
hal yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan. Undang-undang dibidang
trade dress cenderung mengacu pada
hak akan kekayaan intelektual (HaKi)
untuk menghindari adanya penjiplakan.
4. Creative adaptations.Perusahaan peniru
berupaya meniru produk yang ada,
kemudian
mengembangkan
atau
mengadaptasikannya kepada lingkungan
yang baru.
2.3. Manajemen Pengetahuan
Tidak ada definisi yang universal
mengenai
Manajemen
Pengetahuan
(Knowledge
Management).Manajemen
Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai
koordinasi yang disengaja dan sistematis
dari orang-orang di dalam organisasi,
teknologi, proses, dan struktur organisasi
dalam rangka untuk menambah nilai
melalui pemakaian ulang dan inovasi
[7].Koordinasi
ini
dicapai
melalui
penciptaan, berbagi, dan menerapkan
pengetahuan dan juga melalui menyusui
pelajaran berharga dan praktik terbaik ke
dalam memori organisasi dalam rangka
untuk mendorong pembelajaran organisasi
atau
perusahaan.Definisi
lain
dari
Manajemen Pengetahuan adalah praktik
dari penerapan pengetahuan secara selektif
dari pengalaman pengambilan keputusan
sebelumnya untuk aktivitas pengambilan

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

138

keputusan saat ini dan masa depan dengan
maksud
meningkatkan
efektifitas
perusahaan atau organisasi [8].
Peran
manajemen
pengetahuanadalah untuk mengembangkan
asset
pengetahuan
strategis
untuk
membangun kompetensi dasar sejalan
dengan
bidang
strategi
bisnis
[9].Manajemen pengetahuandapat memberi
akses kepada informasi yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan dengan lebih
baik daripada apayang telah dilakukan di
masa lampau. Dalam hal ini, manajemen
pengetahuantidak memberi jawaban untuk
permasalahan
namun
memfasilitasi
kemauan untuk mempelajari jawaban [10].
Berbagai rujukan mendukung
adanya indikasi bahwa inovasi menjadi
indikator adanya proses penciptaaan
pengetahuan baru di organisasi. Penciptaan
pengetahuan merupakan esensi dari inovasi
[11]. Agar mampu bertahan di lingkungan
bisnis, organisasi melakukan berbagai cara
seperti inovasi produk, memperluas pasar,
meningkatkan
kualitas
layanan,
memperbaiki
proses
produksinya,
perbaikan
sistem
organisasi,
dan
melakukan penghematan biaya.
Strategi-strategi organisasi dibuat
dan diciptakan agar bertahan di derasnya
perubahan lingkungan. Strategi organisasi
haruslah mampu menciptakan keunggulan
kompetitif.
Terdapat
dua
sumber
keunggulan kompetitif yang bisa digali
oleh organisasi yaitu dari dalam organisasi
dan dari luar organisasi. Sumber-sumber
dari luar terdiri dari tersedianya sumber
daya alam, teknologi, pasar tenaga kerja
baik kasar maupun profesional dan lainlain.
Sedangkan sumber-sumber dari dalam
organisasi misalnya kemampuan karyawan,
struktur organisasi, sistem kerja organisasi,
kreatifitas untuk menciptakan proyekproyek yang menguntungkan organisasi,
dan manajemen pengetahuan (knowledge
management).
2.4. Kemasan Biodegradabel
Kemasan
ramah
lingkungan
merupakan sebuah konsep mengenai
pengemas produk, baik produk pangan atau

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

non pangan yang tidak mengganggu
kestabilan lingkungan apabila mengalami
kontak dengan unsur-unsur lingkungan,
seperti air, udara, dan tanah [12].Kemasan
yang dimaksudkan adalah kemasan dari
plastik.Pada awalnya plastik kebanyakan
dibuat dari minyak bumi dan bersifat
nonbiogradable.Plastik sintetik mempunyai
kestabilan fisiko-kimia yang sangat kuat
sehingga plastik sangat sukar terdegradasi
secara alami. Oleh karenaituplastik ini
dianggap tidak ramah lingkungan karena
sifatnya yang tidak bias didegradasi secara
biologi ditanah dan tentunya akan
mencemari tanah [12]. Jika plastik ini
dihancurkan dengan cara yang lain
misalnya
pembakaran,
maka
akan
menghasilkan gas CO2 yang akan semakin
memperparah
pamanasan
global.
Pengembangan kemasan ramah lingkungan
merupakan
alternatif
solusi
dalam
menanggulangi permasalahan kemasan
plastik nonbiogradable.
Secara umum terdapat tiga teknik
yang berbeda dalam memproduksi
kemasan
biodegradable
dengan
menggunakan bahan baku hasil pertanian
[13]. Generasi pertama dari pembuatan
kemasan biodegradable adalah dengan
mencampurkan poliolefin ke dalam pati
untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik dan
sifat barier terhadap uap air dari kemasan
berbahan baku utama pati [14]. Plastik ini
belum seluruhnya terdegradasi di tanah.
Generasi kedua kemasan biodegradable
dibuat dengan mencampurkan polimer
sintetik dengan polimer alami seperti
pati.Komposisi campurannya adalah pati
tergelatinisasi (40-75 %), polimer sintetik
yang bersifat hidrofobik, dan hidofilik kopolimer.Pengembangan yang terakhir
adalah generasi bioplastik (generasi
ketiga).Istilah bioplastik ditujukan untuk
bahan kemasan yang berasal dari polimer
yang 100% biodegradable dan sudah diuji
biodegradabilitasnya berdasarkan standar
yang berlaku atau dari biopolimer (produk
hasil pertanian). Oleh karena itu, istilah
"bio-plastik" tidak mencakup kemasan
biodegradable generasi pertama dan kedua.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

139

2.5. Poly Lactic Acid (PLA)
Poly Lactic Acid (PLA) adalah
polimer dari sumber yang terbaharui dan
berasal dari proses esterifikasi asam laktat
yang diperoleh dengan cara fermentasi oleh
bakteri dengan menggunakan substrat pati
atau gula sederhana [15]. Bahan bakunya
berupa asam laktat, merupakan bahan
kimia yang bersifat ramah lingkungan,
mudah terurai, dan dapat diperbaharui [16].
PLA merupakan keluarga aliphatic
polyesters yang biasanya dibuat dari alfa

asam hidroksi yang ditambahkan asam
poliglicolat
atau
polimandelat.PLA
memiliki sifat tahan panas, kuat, &
merupakan polimer yang elastic [16].PLA
yang terdapat di pasaran dapat dibuat
melalui fermentasi karbohidrat ataupun
secara kimia melalui polimerasi kondensasi
dan kondensasi azeotropik [17].Polimer
PLA dapat terurai di tanah baik dalam
kondisi aerob ataupun anaerob dalam kurun
waktu enam bulan sampai lima tahun [16].

Gambar 1.Rumus Kimia PLA [18]
PLA terdegradasi melalui dua
tahap, yaitu tahap degradasi/fragmentasi
dan tahap biodegradasi.Degradasi terjadi
karena panas, air dan sinar matahari
menghasilkan
fragmen-fragmen
polimer.Biodegradasi
terjadi
karena
fragmen-fragmen polimer dikonsumsi oleh
mikroorganisme sebagai makanan dan
sumber energi.Plastik sintetik tidak
mengalami biodegradasi, tetapi hanya
mengalami degradasi sehingga masih
meninggalkan residu.PLA mengalami
degradasi atau fragmentasi pada hari ke-15
dan mengalami biodegradasi pada hari ke30.Dibandingkan
dengan
polymer
biodegradable lainnya, PLA relatif lebih
cepat terdekomposisi [17].
Hasil-hasil
riset
terbaru
menunjukkan PLA mempunyai keunikan
dan kelebihan baik dalam permeabilitas,
transmisi oksigen, suhu transisi dan
kecepatan
mengompos
dibandingkan
dengan jenis plastik lain. PLA memiliki
permeabilitas uap air yang relatif rendah
sehingga memungkinkan layak dijadikan
kemasan.PLA juga memiliki laju transmisi
oksigen (udara) relatif lebih tinggi sehingga
bisa digunakan untuk pangan yang
didinginkan dalam bentuk cair.Suhu
perubahan PLA adalah antara 50-600C
sehingga seringkali hanya digunakan untuk
kemasan makan dingin. Tetapi sekarang

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

telah dikembangkan suatu proses dimana
PLA direkayasa agar tahan terhadap panas
dan tekanan [17].

3.

METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam
tulisan ini adalah metode evaluasi bersifat
kualitatif. Data-data kualitatif dalam
penelitian ini diperoleh dengan melakukan
wawancara langsung kepada para informan
yang terkait dengan objek masalah yang
akan dikaji. Analisis data primer dan
sekunder dilakukan dari hasil pencatatan
dan rekaman wawancara secara bebas
maupun terpimpin serta semua data yang
diperoleh dari hasil penelitian terdahulu,
informasi dari media massa/surat kabar,
peraturan
perundang-undangan
serta
dokumen lainnya yang dapat mendukung
data dan informasi penelitian.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. PLA sebagai Inovasi Kemasan
Biodegradable Potensial di Dunia
Kemasan
ramah
lingkungan
memiliki polimer-polimer yang dapat
terdegradasi oleh bakteri-bakteri yang
terdapat dalam tanah [13].Poly Lactic Acid
memiliki sifat-sifat yang mendukung untuk
dijadikan kemasan baik pangan maupun

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

140

non pangan karena memiliki sifat pembatas
(barier) yang baik terutama untuk
kelembaban dan uap air.
Sejak tahun 2002, PLA berbahan
baku pati jagung dengan merk dagang
“Nature Works” telah diproduksi secara
komersial oleh Cargill Dow LLC USA
dengan kapasitas 180.000 ton per tahun
[19]. Harga PLA (3€/kg) saat ini menjadi
harga poliester termurah dipasaran,
sehingga merupakan peluang besar apabila
dapat dikembangkan.Saat ini harga PLA
menempati posisi lebih murah di pasaran
oleh karena itu PLA dapat dijadikan
bioplastik
paling
potensial
untuk
diaplikasikan, walaupun jumlahnya belum
banyak [18].
Dalam
perkembangan
dunia
kemasan biodegradable, Amerika telah
melakukan pengembangan PLA tetapi
dengan basis jagung [12].Bahan baku
jagung tersebut digunakan karena melihat
produksi jagung di Amerika cukup
melimpah, sehingga selain untuk produk
pangan, jagung dimanfaatkan untuk
pembuatan
PLA
sebagai
kemasan
biodegradable. Proses pencetakan PLA
menjadi berbagai bentuk kemasan (tas
belanja, gelas, sendok, mangkok, dll) dapat
dilakukan sebagaimana halnya proses
pencetakan plastik sintetik, karena
bioplastik PLA juga mempunyai sifat-sifat
mekanis yang mirip dibandingkan plastik
sintetik, terutama dengan polistiren [20].
Hal tersebut merupakan salah satu
keunggulan PLA.
Selain itu kelebihan lainnya, jika
digunakan khususnya sebagai kemasan
pangan,PLAmasuk kedalam Golongan
GRAS (Generally Recognize As Safe),
sehingga terjamin aman dari migrasi
bahan-bahan berbahaya dari kemasan ke
produk pangan yang dikemasnya [17].
Beberapa produk yang dapat dibuat dari
PLA baik pangan maupun non pangan di
antaranya adalah jerigen, peralatan makan
dan tas belanja.
4.2. Potensi
Pengembangan
Agroindustri PLA di Indonesia

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

Pengembangan agroindustry PLA
di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa
bidang yaitu bidang ekonomi, bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, bidang
pertanian dan bidang lingkungan.
Bidang Ekonomi
Perhitungan
ekonomi
dari
pengembangan PLA adalah dengan
menghitung harga karbohidrat di pasaran,
karena bahan baku utama PLA adalah pati
yang berasal dari karbohidrat. Jika harga
karbohidrat murah, harga PLA juga murah.
Harga hidrolisat mentah (enzimatik) jagung
adalah $ 0,12. Harga pati ubi kayu saat ini
di pasar internasional merupakan harga pati
paling murah di dunia yaitu 0.032-0.064
$/kg dengan rendemen hasil hidrolisis
adalah sekitar 65 %, sehingga dapat
dihitung harga hidrolisat kasarnya yaitu
sekitar $ 0,1 / kg. Dari riset-riset
sebelumnya,
total
rendemen
dari
keseluruhan proses adalah sekitar 20 %
[21]. Jadi sekitar 1 kg ubi kayu akan
menghasilkan 200 gram bijih PLA.
Kemungkinan harga PLA ubi kayu adalah
3.97 $/kg. Apabila bahan baku PLA murah,
maka pengembangan PLA sebagai plastik
ramah lingkungan sangat potensial. Bisnis
Indonesia (28 September 2008) juga
mengatakan bahwa Industri plastik
nasional memiliki peluang besar untuk
meningkatkan ekspor berupa kantong
plastik hingga 400.000 ton ke pasar Uni
Eropa (UE).Indonesia berpeluang masuk
UE menggantikan posisi China. Apalagi
isu lingkungan yang berkembang sekarang
akan sangat mendukung penggunaan
plastik ramah lingkungan sebagai bahan
pengemas di berbagai Negara. Berdasarkan
laporan BPS tahun 2000, bahwa produksi
plastic
biodegradabel
di
dunia
diproyeksikan mencapai hampir 1.200.000
ton/tahun
[22].
Dengan
demikian,
pendayagunaan ubi kayu, sebagai bahan
baku PLA dapat membuka peluang
terciptanya industri baru. Secara umum,
pengembangan PLA sebagai kemasan
ramah lingkungan dapat meningkatkan
sektor perekonomian nasional.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

141

Bidang Lingkungan
Kebutuhan plastik di Indonesia
cukup tinggi dan setelah menjadi sampah,
pemerintah hanya mampu mengelola
kurang dari setengahnya saja.Perlakuan
terhadap kemasan plastik sintetik yang
tidak dapat didegradasi biasanya dengan
membuang ke tanah dan dengan
pembakaran.Perlakuan dengan membuang
sampah plastik sintetik ke tanah dapat
menyebabkan pencemaran tanah (Rudnik,
2008).Hal ini disebabkan plastik sintetik
tidak dapat mengalami biodegradasi.Hal ini
menyebabkan terjadinya akumulasi plastik
di tanah. Dalam jangka waktu tertentu,
akumulasi sampah plastik di tanah akan
menurunkan kesuburan tanah. Sedangkan
perlakuan dengan pembakaran dapat
menghasilkan gas karbondioksida.Gas
karbondioksida ini dapat menyebabkan
polusi udara dan menyumbang emisi
karbon yang menyebabkan pemanasan
global
(global
warming)
[23].Pengembangan PLA sebagai kemasan
dan bahan lainnya akan sangat membantu
permasalahan
lingkungan,
baik
di
Indonesia maupun di dunia, dimana
pencemaran lingkungan akibat bahan yang
tidak dapat diurai oleh lingkungan akan
berkurang. Walaupun pemanfaatannya
masih rendah (kurang dari 10% dari total
konsumsi plastic di dunia) namun upaya
pemanfaatan PLA harus terus digalakkan
[1].
Bidang Pertanian
Luas lahan marginal di Indonesia
mencapai 25.308.000 ha atau sekitar 13.18
% dari luas lahan di Indonesia [21]. Lahan
marginal muncul akibat dari penanganan
konservasi tanah dan air yang sangat
minim, bahkan tidak ada sama sekali.
Lahan marginal ini belum termanfaatkan
dengan baik.Pada tahun 2004 luas panen
ubi kayu Indonesia sebesar 1.26 juta ha
[21]. Apabila lahan marginal dapat
dikonversi menjadi lahan ubi kayu maka
produktivitas ubi kayu akan melimpah.
Lahan marginal dapat dimanfaatkan untuk
menanam ubi kayu karena ubi kayu dapat
dengan mudah beradaptasi dengan

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

lingkungan. Pembukaan lahan juga akan
membantu menyerap tenaga kerja.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya lingkungan telah mendorong
dilaksanakannya
riset-riset
untuk
memperoleh
kemasan
yang
ramah
lingkungan.
Riset-riset
mengenai
pengembangan PLA ini ke depan akan
sangat diperlukan, baik terkait karakteristik
produk atau aplikasinya di skala industri
[17]. Perlu dilakukan analisis biaya dan
manfaat jika diterapkan di Indonesia. Perlu
dilakukan kajian mengenai sumber-sumber
PLA lain dari komoditas lokal yang ada di
Indonesia. Secara tidak langsung hal
tersebut telah memberikan kontribusi
terhadap perkembangan dunia ilmu dan
pengetahuan dan teknologi.
4.3. Strategi Teknologi dan Manajemen
Inovasi : Strategi Imitasi dalam
Inovasi Teknologi Produksi PLA
dan Pembangunan Manajemen
Pengetahuan bagi Perusahaan PLA
di Indonesia
Agroindustri PLA saat ini banyak
berkembang di negara-negara maju dengan
leadernya saat ini adalah Amerika dan
Jepang. Bagi Indonesia akan sulit untuk
menembus pasar dengan produk PLA baru
karena kesiapannya belum memadai
walaupun banyak penelitian yang telah
dilakukan oleh universitas-universitas dan
lembaga
penelitian
di
Indonesia.
Menciptakan sebuah produk baru memang
memerlukan proses panjang yang meliputi
riset dan pengembangan, biaya mendidik
pasar, promosi besar-besaran dan hal
lainnya [6]. Untuk lebih mudahnya untuk
membangun
agroindustry
PLA
di
Indonesia adalah dengan memilih untuk
menggunakan strategi imitasi, yang
dapatmenghindarkan
perusahaan
dari
proses
panjang
dan
kemungkinan
kegagalan produk karena tidak potensial.
Strategi imitasi atau peniruan produk
mungkin sama menguntungkannya dengan
strategi inovasi produk.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

142

Strategi imitasi merupakan strategi
yang biasanya digunakan oleh later entry
untuk memasuki pasar dengan melewatkan
proses yang dilakukan oleh innovator.
Imitator biasanya memasuki pasar dengan
meniru dari innovator. Dalam kasus
agroindustry PLA, imitasi yang dapat
dilakukan adalah pada tingkatan knockoff
atau cloning yaitu perusahaan benar-benar
meniru produk yang sudah ada tetapi
memiliki merek yang lain. Hal tersebut
dipilih karena teknologi pengolahan PLA
yang masih belum dikuasai oleh
perusahaan. Dalam hal ini dilakukan
promosi yang sama dengan market leader,
produk baru yang sama dengan market
leader,
harga
yang
lebih
murah
dibandingkan market leader, strategi
distribusi yang sama dengan market leader
dan merek yang hampir sama dengan
market leader. Pada produk PLA yang
dihasilkan perusahaan diupayakan harga
yang lebih murah karena ketersedian bahan
baku PLA tersedia melimpah di Indonesia.
Bahan baku PLA yang dapat dipilih adalah
singkong, dimana tanaman tersebut mudah
dalam budidayanya dan harganya di
pasaran termasuk yang paling murah
diantara produk umbi-umbian lain. Untuk
lebih menjamin kontinuitas bahan baku,
perusahaan dapat melakukan kerjasama
dengan petani dan agroindustri pengolahan
hasil panen yang masih berupa umbiumbian.
Agar
mampu
bertahan
di
lingkungan bisnis, perusahaan atau
organisasi melakukan berbagai cara seperti
inovasi produk, memperluas pasar,
meningkatkan
kualitas
layanan,
memperbaiki
proses
produksinya,
perbaikan
sistem
organisasi,
dan
melakukan penghematan biaya. Strategistrategi perusahaan dibuat dan diciptakan
agar bertahan di derasnya perubahan
lingkungan. Strategi perusahaan harus
mampu
menciptakan
keunggulan
kompetitif.
Terdapat
dua
sumber
keunggulan kompetitif yang bisa digali
oleh perusahaan yaitu dari dalam
perusahaan dan dari luar perusahaan[24].
Sumber-sumber dari luar terdiri dari

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

tersedianya sumber daya alam, teknologi,
pasar tenaga kerja baik kasar maupun
profesional dan lain-lain. Sedangkan
sumber-sumber dari dalam organisasi
misalnya kemampuan karyawan, struktur
organisasi, sistem kerja perusahaan,
kreatifitas untuk menciptakan proyekproyek yang menguntungkan organisasi,
dan manajemen pengetahuan (knowledge
management).Setelah melakukan strategi
imitasi untuk melahirkan perusahaan PLA
baru di Indonesia maka tahap selanjutnya
adalah
menerapkan
manajemen
pengetahuan
(knowledge
management)sebagai strategi selanjutnya
agar perusahaan PLA mampu bersaing di
dunia bisnis.
Para ahli teori manajemen dan
organisasi terkemuka telah mempopulerkan
konsepmanajemen pengetahuan sebagai
keunggulan bersaing. Mereka menyarankan
bahwaagar dapat tetap bersaing, organisasi
harus
secara
efisien
dan
efektif
menciptakan, melokasikan dan menangkap
serta
membagi
pengetahuan
dan
keahliannya
untuk
mengaplikasikan
pengetahuan dalam menyelasaikan masalah
dan mengekploitasi peluang. Penghargaan
dan pelembagaan peran pengetahuan dan
pembelajaran merupakan pendekatan yang
efektif untuk membangun landasan
kemampuan
bersaing
organisasi.
Organisasi
harus
memanfaatkan
pengetahuannya
untuk
membangun
strategi.Untuk
secara
jelas
menghubungakan manajemen dengan
strategy,
organisasi
harus
mengartikulasikan kemauan strategiknya,
mengidentifikasi
pengetahuan
yang
diperlukan untuk melaksanakan strategi
yang diinginkan, dan membandingkannya
dengan
pengetahuan
aktual
untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan
strategik [24].
Penerapan
Knowledge
Management yang tepat akan memberikan
pengaruh terhadap proses bisnis organisasi:
1. Penghematan waktu dan biaya. Dengan
adanya sumber pengetahuan yang
terstruktur dengan baik, maka organisasi
akan mudah untuk menggunakan

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

143

pengetahuan tersebut untuk konteks
yang lainnya, sehingga organisasi akan
dapat menghemat waktu dan biaya.
2. Peningkatan aset pengetahuan. Sumber
pengetahuan
akan
memberikan
kemudahaan kepada setiap karyawan
untuk memanfaatkannya, sehingga
proses pemanfaatan pengetahuan di
lingkungan organisasi akan meningkat,
yang akhirnya proses kreatifitas dan
inovasi akan terdorong lebih luas dan
setiap karyawan dapat meningkatkan
kompetensinya.
3. Kemampuan beradaptasi. Organisasi
akan dapat dengan mudah beradaptasi
dengan perubahan lingkungan bisnis
yang terjadi.
4. Peningkatan produktifitas. Pengetahuan
yang sudah ada dapat digunakan ulang
untuk proses atau produk yang akan
dikembangkan, sehingga produktifitas
dari organisasi akan meningkat
Manajemen pengetahuan yang
inovatif saat ini akan menjadi usang dimasa
mendatang. Persaingan akan selalu ketat
dimasa mendatang, sehingga organisasi
harus terus mengembangkan manajemen
pengetahuannya. Perusahaan PLA yang
baru dengan strategi imitasi pada awalnya
harus
mengembangkan
manajemen
perusahaan
dengan
caramemfasilitasi
anggotanya untuk selalu mengembangkan
diri, sehingga muncul ide-ide kreatif baru
dalam produk atau jasa yang dihasilkan.
Fasilitas-fasilitas yang dapat diberikan
organisasi kepada anggotanya dapat berupa
pemberian kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan, mengikuti pelatihan/seminar
yang berkaitan dengan lingkup kerja,
berpartisipasi dalam organisasi profesi,
pemberian fasilitas kerja yang baik dan
aturan dan prosedur organisasi yang
memungkinkan terciptanya ide kreatif .
Dengan penerapan manajemen
pengetahuan
sistem,
inovasi
dan
perkembangan perusahaan PLA baru
menjadi lebih cepat karena dengan pola
siklus manajemen pengetahuan tersebut
semua pengetahuan terarsip dengan baik
dan dapat diakses dengan mudah oleh
seluruh anggota. Namun demikian

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

diperlukan
kemauan
masing-masing
individu dalam insitusi anggota untuk
mengeksplisitkan semua tacit knowledge
yang dimiliki sehingga bisa disebarluaskan
kepada anggota lain. Sikap yang harus
dibudayakan untuk pembentukan sistem ini
diantaranya menciptakan, menangkap,
menjaring, menyimpan, mengolah, dan
menyebarluaskan know ledge masingmasing.
Dengan menjadikan manajemen
pengetahuan
menjadi
keunggulan
kompetitif perusahaan PLA sebaiknya
manajemen pengetahuan didayagunakan
dan diterapkan secara nyata oleh
perusahaan.Bentuk konkrit penerapan
adalah mengembangkan strategi organisasi
berbasis pengetahuan. Strategi yang
berbasis pengetahuan diharapkan mampu
lebih mengeksplorasi keunikan yang
dimiliki perusahaan PLA di Indonesia
yang membedakan dengan perusahaan
PLA lain di luar negeri.
5. KESIMPULAN
Pengembangan agroindustry PLA
di Indonesia memiliki nilai strategis pada
beberapa bidang yaitu bidang ekonomi,
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
bidang pertanian dan bidang lingkungan.
Permasalahan yang dihadapi untuk
mengembangkan agroindustri PLA di
Indonesia adalah riset dan pengembangan,
biaya mendidik pasar, promosi besarbesaran dan hal lainnya.Untuk itu strategi
pengembangan agroindustri PLA di
Indonesia yang cocok adalah strategy
imitasi.
Perusahaan agroindusri PLA baru
tidak dapat selalu bertahan dengan strategi
imitasinya.Oleh karena itu perusahaan PLA
harus menerapkan manajemen pengetahuan
agar dapat menghadapi persaingan di dunia
bisnis.

6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Martaningtyas, D. 2004. Potensi
Plastik
biodegradable.
[Online]
available
at
:http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

144

904/02/cakrawala/lainnya06.htm
[accessed 20 Mei 2013]
[2] Schumpeter, J.A. 1934. The Theory of
Economic Development. Cambridge,
Mass.: Harvard University Press
(publikasi asli di German pada tahun
1911; dicetak ulang oleh Transaction
Publishers, New Brunswick, New
Jersey pada tahun 1997).
[3] Robbins, Stephen P. 1994.Teori
Organisasi: Struktur, Desain &
Aplikasi (terjemahan oleh Ashok
Shani). Arcan. Jakarta
[4] Kotler, Philip. 2000. Marketing
Management., 10th Ed. Prentice Hall
Inc.New Jersey
[5] Schnaars, Steven. 1994. Managing
Imitation Strategy: How Later
Entrants Seize Markets From
Pioneers. Journal of Marketing, 59
[6] Syafrizal. 2001. Manajemen Produk
Kontemporer untuk Memenangkan
Persaingan Pasar. Jurnal Ekonomi
dan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas,9(2)
[7] Dalkir, Kimiz. 2005. Knowledge
Management
in
Theory
and
Practice.Elsevier
ButterworthHeinemann.Oxford
[8] Jennex, Murray E. 2007. Knowledge
Management
in
Modern
Organizations.Idea
Group
Publishing. San Diego
[9] Maier, Ronald dan Remus, Ulrich.
2001. Towards a Framework for
Knowledge Management Strategies:
Process Orientation as Strategic
Starting Point. Proceedings of the
34th Hawai International Conference
on System Sciences. IEEE Xplore.
[10] Call, Dean. 2005. Knowledge
Management – Not Rocket Science.
Journal of Knowledge Management,
9(2).
[11] Nonaka, Ikujiro dan Takeuchi,
Hirotaka. 1995. The KnowledgeCreating Company : How Japanese
Companies Create the Dynamics of
Innovation.Oxford University Press.
Oxford

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

[12] Bastioli, Catia. 2005. Handbook of
Biodegradable Polimers. Rapra Tech
ltd. United Kingdom
[13] Narayan, Ramani. 2003. Biobased
Biodegradable Products - An
Assesment.Michigan
State
University. Michigan
[14] Gontard, N. dan S. Guilbert. 1992.
Bio-packaging : Technology and
Properties
of
Edible
and/or
Biodegradable
Material
of
Agricultural OriginDi dalam : Food
Packaging
Interaction
and
Packaging
Disposability.
Proceedings
of
the
IFTEC
symposium at the Hague, 15-17
november 1992. Universitie de
Montpelier.
[15] Bastioli, Catia. 2002. Global Status
of the Production of Biobased
Packaging Materials. Novara. Italy
[16] Auras, R., Bruce H., Susan Selke.
2002. Poly (Lactic Acid) Films as
Food
Packaging
Materials.
Environmental Conference, USA 12
Juli 2002.
[17] Auras, Rafael, Sher Paul Singh,
Gaurav Kale. 2007. Comparison of
the degradability of Poly(lactide)
Packages in Composting and
Ambient
Exposure
Conditions.
Journal of Packaging Technology
Science, 20
[18] Lunt, James. 1997.
Large-scale
Production,
Properties
and
Commercial
Applications
of
Polylactic Acid Polymers. Polymer
Degradation and Stability, 59
[19] Vink E.T.H., Rabago K.R., Glassner
D.A.,
Gruber
P.R.
2003.
Applications
of
Life
Cycle
Assessment to NatureWorksTM
Polylactide
(PLA)
Production.Journal of Polymer Deg.
Stab., 80
[20] Södegard, A. 2000. Lactic Acid Based
Polymers for Packaging Materials
for The Food Industry. The Food
Biopack Conference, Copenhagen,
Denmark, 27-29 august 2000

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

145

[21] Anonim. 2003. World Production
and Trade of Cassava. [Online]
Available at :http://www.fao.org.
[Diakses tanggal 20 Mei 2013]
[22] BPS, 2000. www.bps.go.id. [Diakses
tanggal 20 Mei 2013]
[23] Rudnik, Ewa. 2008. Compostable
Polymer Material. Elsevier. Oxford

Strategi Imitasi dan Manajemen (Fitry F)

[24] Aldi, B. Elnath. 2005. Menjadikan
Manajemen Pengetahuan Sebagai
Keunggulan Kompetitif Perusahaan
Melalui
Strategi
Berbasis
Pengetahuan.
Jurnal
Studi
Manajemen & Organisasi, 2(1).

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6304

146