Tugas Patologi Umum perjalanan penyakit

Tugas Patologi Umum (perjalanan penyakit TBC paru)

Oleh : Ade Setiawan Kuncoro
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok
Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi pada parenkin
(jaringan paru). Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain : M. tuberculosis,
M. africanum, M. Bovis, M. Leprae yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam
(BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT ( Mycobacterium
Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan
pengobatan TB. Untuk itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan
identifikasi terhadap Mycobacterium tuberculosis menjadi sarana diagnosis ideal untuk
TB. Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) adalah bersifat tahan
asam, tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
lama pada suhu antara 4°C sampai -70°C, kuman sangat peka terhadap panas sinar
matahari dan ultraviolet sehingga paparan langsung terhadap sinar ultraviolet akan
mematikan kuman dalam waktu beberapa menit dan kuman dapat bersifat dormant
(tidur/tidak berkembang).
Sumber penularan tuberculosis adalah pengidap tuberculosis dengan BTA positif bersin/
batuk sehingga menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei/percik renik) infeksi akan terjadi apabila orang lain menghiruo udara yang
mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut. Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Namun, bukan berarti pengidap tuberculosis
BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahak nya. Hal tersebut bisa saja terjadi
oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji < dari 5.000 kuman/cc
dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.
Sehingga pengidap tuberculosis BTA negative juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit ini. Tingkat penularan pengidap tuberculosis BTA positif adalah
65%, sedangkan pengidap tuberculosis BTA negative dengan hasil kultur positif adalah
26% dan pengidap tuberculosis dengan hasil kultur negative dan foto toraks positif adalah
17%.
Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit. Tahapan tersebut meliputi tahap
paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia.

Paparan, peluang peningkatan paparan terkait dengan jumlah kasus yang menular
dimasyarakat, peluang kontak dengan kasus menular, tingkat daya tular dahak sumber
penularan, intensitas batuk sumber penularan, kedekatan kontak dengan sumber
penularan, lama nya waktu kontak dengan sumber penularan dan juga faktor lingkungan:
konsentrasi kuman diudara (ventilasi, sinar ultraviolet, penyaringan adalah faktor yang
dapat menurunkan konsentrasi). Paparan kepada pengidap tuberculosis menular

merupakan syarat untuk terinfeksi. Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang
menentukan seseorang akan terinfeksi saja, menjadi sakit dan kemungkinan meninggal
dunia karena tuberculosis.
Infeksi, reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6 – 14 minggu setelah infeksi:
 Reaksi Immunologi (local), kuman memasuki alveoli dan ditangkap oleh
makrofag dan kemudian berlangsung reaksi antigen – antibody.
 Reaksi immunologi (umum), Delayed hypersensitivity (hasil tes tuberculin
menjadi positif).
 Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi
tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali.
 Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat saja terjadi sebelum
penyembuhan lesi.
Faktor resiko untuk menjadi sakit adalah tergantung dari, konsesntrasi/ jumlah kuman
yang terhirup, lamanya waktu sejak terinfeksi, usia seseorang yang terinfeksi dan tingkat
daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya tahan tubuh rendah diantaranya
infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan berkembang nya
tuberculosis aktif. Bila jumlah orang yang terinfeksi HIV meningkat maka jumlah
pengidap tuberculosis juga akan meningkat. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi
tuberculosis akan tertular, namun bila seorang dengan HIV positif akan meningkatkan
kejadian tuberculosis melalu proses reaktifasi. Tuberculosis umumnya terjadi pada paru.

Namun, penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat menyebabkan terjadi
nya tuberculosis diluar organ paru. Apabila penyebaran secara massif melalui aliran darah
dapat menyebabkan semua organ tubuh terkena (tuberculosis milier).
Faktor resiko kematian karena tuberculosis adalah akibat dari keterlambatan diagnosis,
pengobatan tidak adekuat, adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit
penyerta. Pengidap tuberculosis yang tanpa ada penanganan pengobatan, 50% akan
meninggal dan resiko ini akan meningkat pada pasien dengan HIV positif.

Gejala utama tuberculosis paru adalah batu berdahak selama 2 minggu atau lebih, Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari
tanpa ada kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan. Gejala-gejala tersebut dapat
dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberculosis, seperti bronkiektasis, bronkitis
kronis, asma, kanker paru. Mengingat prevalensi tuberculosis di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang dengan gejala diatas perlu dilakukan pemeriksaaan dahak
secara mikroskopis langsung
Tahapan pengobatan tuberculosis, pengobatan tuberculosis harus selalu meliputi
pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan.
Tahap awal , pengobatan diberikan setiap hari untuk menurunkan jumlah kuman yang
mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan

tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan.
Tahap lanjutan, pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap penting untuk membunuh
sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khusus nya kuman persister sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadi nya kekambuhan. Penanganan pengobatan
tuberculosis menggunakan antibiotik untuk membunuh kuman nya. Dua jenis antibiotik
yang umum digunakan adalah isoniazid dan rifampicin. Panduan pengobatan yang
dianjurkan akan menyembuhkan sebagian besar pengidap tuberculosis baru tanpa
memicu munculnya kuman resistan obat. Untuk tercapai nya hal tersebut, sangat penting
dipastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan sesuai anjuran dengan cara
pengawasan langsung oleh seorang pengawas menelan obat (PMO) agar mencegah
resistensi obat.
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan bila tidak ada petugas kesehatan yang
memungkinkan PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, PKK, atau juga anggota
keluarga. Tugas seorang PMO adalah mengawasi pasien tuberculosis menelan obat secara
teratur sampai selesai masa pengobatan, member dorongan kepada pasien agar mau
berobat secara teratur, mengingatkan pasien untuk melakukan pemeriksaan ulang dahak
pada waktu yang telah ditentukan,
Tuberculosis disebabkan oleh kuman bukan penyakit keturunan , tuberculosis dapat
disembuhkan dengan berobat teratur, penting nya pengawasan supaya pasien berobat
secara teratur sangatlah penting dalam tercapai nya kesembuhan dalam pengobatan

tuberculosis.

Sumber: Buku pedoman nasional pengendalian tuberkulosis 2014