Strategi Upaya Pengembangan Pariwisata B

ISSN 2337-6686
ISSN-L 2338-3321

STRATEGI UPAYA PENGEMBANGAN PARIWISATA
BERKELANJUTAN AGROWISATA BERBASIS MASYARAKAT
KAMPUNG DOMBA TERPADU JUHUT, PROVINSI BANTEN
Yustisia Kristiana dan Stephanie Theodora M.
Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan, Universitas Pelita Harapan
e-mail: yustisia.kristiana@uph.edu
Abstrak: Agrowisata adalah salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam
ekowisata karena agrowisata adalah bentuk kegiatan perjalanan wisata yang tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk
mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui: (1) potensi yang dimiliki dan upaya pengembangan agrowisata di Kampung Domba Terpadu, Juhut
serta (2) mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam pengembangan agrowisata di Kampung Domba Terpadu, Juhut. Metode yang
digunakan bersifat deskriptif, ekksploratif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara serta pengumpulan
data sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Kampung Domba Terpadu, memiliki potensi untuk menjadi salah satu kawasan
agrowisata dan upaya yang dilakukan untuk mendukung potensi antara lain dengan (a) melakukan pendekatan advocary dalam
mengembangkan kesepakatan dengan pihak luar, (b) melakukan kesepakatan tentang pembagian penerimaan antara biro perjalanan
dengan pihak pengelola agrowisata dan (c) mengembangkan prasarana seperti jalan, tempat berteduh, lokasi untuk menikmati
pemandangan alam, toilet, dan peta/sketsa kawasan wisata dan (2) terdapat kendala berdasarkan aspek konsep atau pola pikir, aspek
sosial dan aspek artefak atau kebendaan dalam mengembangkan Kampung Domba Terpadu, Juhut.

Kata kunci: agrowisata, model pengembangan agrowisata, agrowisata berbasis masyarakat
Abstract: Agrotourism is one ofthe potential alternatives to be developed in the village. Agrotourism can be classified into ecotourism

activities as ecotourism is a form oftravel that does not damage or contaminate nature with the purpose to admire and enjoy the beauty
of nature, animals or wild plants in their natural environment as well as educational facilities. The purpose of this study (1) to identify
the potential and development efforts in the Kampung Domba Terpadu, Juhut and (2) identify the obstacles encountered in the
development of agrotourism in Kampung Domba Terpadu, Juhut. The method used in this research is descriptive and data collection
methods are observation and interviews and secondary data collection. The results ofthis study are (1) Kampung Domba Terpadu, Juhut
has the potential to become one of the agrotourism area and the efforts made to potential support include (a) approach advocary in
developing agreements with outside parties, (b) an agreement on the division of revenue between the travel agency with the manager
agrotourism and (c) develop infrastructure such as roads, shelter, location to enjoy the natural scenery, toilets, and map / sketch tourist
area, and (2) there are constraints based on the aspect ofa concept or paradigm, social aspect and aspect ofartifacts or material in the
development ofagrotourism in Kampung Domba Terpadu, Juhut.
Keywords: agrotourism, agrotourism development model, community-based agrotourism

PENDAHULUAN

Latar belakang penelitian ini adalah adanya
bentuk pariwisata berkelanjutan yang dapat dilakukan
adalah dengan mengembangkan ekowisata.

Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke
area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Ekonomi yang dikembangkan dalam ekowisata
adalah yang dikembangkan oleh dan untuk
masyarakat, demi meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Di waktu yang akan
datang, kecenderungan wisatawan global lebih
banyak akan berkunjung ke desa-desa terpencil untuk
melihat sesuatu yang belum pernah dilihat di
negaranya sendiri. Salah satu alternatif potensial
untuk dikembangkan di desa adalah agrowisata.
Jurnal Ilmiah Widya

Agrowisata ini tidak lain adalah suatu jenis pariwisata
yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan,
atau perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.
Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata
ekologi (ecotourism), karena agrowisata adalah

bentuk kegiatan perjalanan wisata yang tidak merusak
atau mencemari alam dengan tujuan untuk
mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan
atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta
sebagai sarana pendidikan. Bahasan tentang sektor
pertanian dalam konteks pengembangan agrowisata
dapat dipandang sebagai bagian dari budaya
masyarakat.
Provinsi Banten sebagai salah satu provinsi di
Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang
mampu menarik wisatawan untuk datang. Provinsi
Banten senantiasa mengembangkan kawasan wisata
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
166

Yustisia Kristiana dan
Stephanie Theodora
M., 1 66 -1 72

yang berpegang pada prinsip pariwisata

berkelanjutan. Salah satu kawasan yang sedang
dikembangkan oleh pemerintah daerah adalah
Kampung Domba Terpadu (KDT). Kampung Domba
Terpadu (KDT) berada di Cinyurup, Kelurahan Juhut
Kecamatan Karang Tanjung Pandeglang Banten.
Kawasan Kampung Domba Terpadu (KDT) yang
berdiri pada tahun 2004 dan ditetapkan menjadi
kawasan Kampung Domba Terpadu (KDT) yang
berintegrarsi dengan tanaman sayur, tanaman pangan
dan talas beneng. Pada tahun 2008 telah dibentuk
kelompok Sadar Wisata sebagai bentuk apresiasi
pemuda di kampung tersebut untuk terus
mengembangkan bukan saja sebagai kampung
penghasil ternak domba, penghasil aneka sayuran
tetapi juga untuk terus mengenalkan daerah ini
sebagai daerah wisata budaya. Di kampung ini juga
terdapat peninggalan kerajaan Sunda yaitu Batu
Bedil, Sumur Tujuh, Pahoman dan banyak
peninggalan budaya lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi (1) potensi yang dimiliki dan upaya
pengembangan agrowisata di Kampung Domba
Terpadu, Juhut serta mengidentifikasi (2) kendala
yang dihadapi dalam pengembangan agrowisata di
Kampung Domba Terpadu, Juhut. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dan
metode pengmupulan data, dilakukan melalui
observasi dan wawancara serta pengumpulan data
sekunder.

PEMBAHASAN

Agrowisata
Wolfe dan Bullen (2009:17) dalam Budiasa
(2011:76) mendefinisikan agrowisata sebagai sebuah
aktivitas, usaha atau bisnis yang mengkombinasikan
elemen dan ciri-ciri utama pertanian dan pariwisata
dan menyediakan sebuah pengalaman kepada
pengunjung yang mendorong aktivitas ekonomi dan
berdampak pada usaha tani dan pendapatan

masyarakat. Sznajder, Pzezborska dan Scrimgeour
(2009:51) menambahkan bahwa terdapat dua konsep
agrowisata yaitu agrowisata tradisional dan
agrowisata modern. Agrowisata tradisional hanya
menawarkan paket liburan dengan tinggal sementara
kepada wisatawan untuk menikmati sumber daya
alami usaha tani dan petani hanya mendapatkan
sejumlah kecil tambahan pendapatan. Selanjutnya,
dalam agrowisata modern, petani lebih berinisiatif
melakukan investasi untuk dapat menawarkan lebih
Jurnal Ilmiah Widya

Strategi Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Agrowisata Berbasis Masyarakat Kampung Domba
Terpadu Juhut, Provinsi Banten

banyak produk agroturistik dengan harapan dapat
memberikan sumbangan nyata terhadap pendapatan
usaha taninya.
Basis Pengembangan Agrowisata

Agrowisata juga merupakan sebuah bisnis
pariwisata, tetapi berbeda dengan bisnis pariwisata
lainnya karena basis pengembangannya pada
pertanian dan gaya hidup perdesaan. Agrowisata
sangat khusus dalam hal: (1) agrowisata menyediakan
tempat perjalanan dan wisata yang bebas dari polusi
dan kebisingan serta yang berlatarbelakang
perdesaan, (2) biaya makanan, akomodasi, rekreasi,
dan perjalanan dalam agrowisata lebih rendah
(minimal), (3) agrowisata meminimalkan kecurigaan
masyarakat perkotaan akan sumber bahan makanan
dan bahan baku agroindustri seperti tanaman dan
hewan/ternak, (4) lingkungan keluarga adalah salah
satu ciri penting dalam agrowisata, (5) wisatawan
tidak hanya dapat menyaksikan tetapi dapat
berpartisipasi dalam aktivitas pertanian dan
berpengalaman berusaha tani, dan (6) agrowisata
dapat menciptakan kesadaran akan kehidupan
perdesaan dan pengetahuan tentang pertanian, serta
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

Budiasa (2011:4) mengemukakan dua model
pengembangan agrowisata, yaitu agrowisata berbasis
modal (capital-based agritourism) dan agrowisata
berbasis masyarakat (community-based agritourism).
Pengembangan agrowisata berbasis modal lebih
menekankan pada kemampuan modal investor yang
dapat melihat peluang keuntungan dari aktivitas
agrowisata tersebut, dengan harapan bahwa
keuntungan maksimal dari usaha agrowisata tersebut
dapat dinikmati oleh investor. Selanjutnya, dalam
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat,
anggota masyarakat mengorganisasi diri dan
mengoperasikan bisnis agrowisata tersebut
berdasarkan aturan-aturan serta pembagian tugas dan
kewenangan yang telah disepakati bersama.
Pariwisata Berkelanjutan
Cronin (1990:15) dalam Sharpley (2000:17),
menkonsepkan
pembangunan
pariwisata

berkelanjutan sebagai pembanguan yang terfokus
pada dua hal, (1) keberlanjutan pariwisata sebagai
aktivitas ekonomi di satu sisi dan (2)
mempertimbangkan pariwisata sebagai elemen
kebijakan pembangunan berkelanjutan yang lebih
luas. Stabler dan Goodall (1996:180) dalam Sharpley
(2000:15), menyatakan pembangunan pariwisata
berkelanjutan harus konsisten atau sejalan dengan
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
167

Strategi Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Agrowisata Berbasis Masyarakat Kampung Domba
Terpadu Juhut, Provinsi Banten

Yustisia Kristiana dan
Stephanie Theodora
M., 1 66 -1 72

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Lane

(1994:108) dalam Sharpley (2000:4) menyatakan
bahwa pariwisata berkelanjutan adalah hubungan
triangulasi yang seimbang antara daerah tujuan
wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya,
pembuatan paket liburan (wisata), dan industri
pariwisata, dimana tidak ada satupun stakeholder
dapat merusak keseimbangan.
Atraksi Wisata Kampung Domba Terpadu
Atraksi wisata yang dimiliki oleh Kampung
Domba Terpadu Juhut ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, sebagai berikut:
1. Atraksi Wisata Alam
a. Gunung Karang; Kampung Domba Terpadu Juhut
terletak di lereng Gunung Karang sehingga membuat
kampung ini memiliki suasana yang sejuk.
Wisatawan yang datang berkunjung ke Kampung
Domba Terpadu Juhut dapat menikmati keindahan
alam dari Gunung Karang tersebut. Wisatawan yang
berkunjung ke Gunung Karang biasanya juga
melakukan ziarah ke makam keluarga Sultan

Hasanudin. di puncak Gunung Karang tersebut
terdapat sumur keramat yang disebut Sumur Tujuh
yang dulunya menjadi tempat persinggahan salah satu
Wali Songo.
b. Agrowisata; Sesuai dengan namanya, Kampung
Domba Terpadu Juhut ini merupakan peternakan
domba. Di Kampung Domba Terpadu Juhut ini
terdapat kurang lebih 200 ekor domba yang
dikembangkan, diantaranya domba Etawa, Barbados,
domba Garut, domba Sumatra, dan domba lokal.
Tidak hanya peternakan domba saja yang ada di
Kampung Domba Terpadu Juhut ini, melainkan juga
tempat pengembangan sayuran organik seperti calsin,
wortel, tomat; tanaman perkebunan, seperti jagung,
kacang tanah, buncis, ubi jalar, ubi kayu dan juga
buah-buahan, seperti stroberi yang bisa dijadikan
oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke
Kampung Domba Juhut.
2. Atraksi Wisata Budaya
a. Rampak Bedug; Kata "rampak" mengandung arti
"serempak" juga banyak. Jadi "rampak bedug" adalah
seni bedug dengan menggunakan waditra berupa
banyak bedug dan ditabuh secara serempak sehingga
menghasilkan irama khas yang enak didengar.
Rampak bedug dapat dikatakan sebagai
pengembangan dari seni bedug atau ngadulag. Bila
ngabedug dapat dimainkan oleh siapa saja, maka
"Rampak Bedug" hanya bisa dimainkan oleh para
pemain profesional. Rampak bedug merupakan
pengiring Takbiran, Ruwatan, Marhabaan,
Shalawatan (Shalawat Badar), dan lagu-lagu
bernuansa religi lainnya. Rampak bedug pertama kali
dimaksudkan untuk menyambut bulan suci
Jurnal Ilmiah Widya

Ramadhan, persis seperti seni ngabedug. Walau para
pencetus dan pemainnya lebih didasari oleh motivasi
religi, tapi masyarakat seniman dan pencipta seni
memandang seni rampak bedug sebagai sebuah karya
seni yang patut dihargai. Di masa lalu pemain rampak
bedug terdiri dari semuanya laki-laki, tetapi terdiri
dari laki-laki dan perempuan. Jumlah pemain sekitar
10 orang, laki-laki 5 orang dan perempuan 5 orang.
Adapun fungsi masing-masing pemain sebagai
berikut: (1) Pemain laki-laki sebagai penabuh bedug
dan sekaligus kendang, (2) Pemain perempuan
sebagai penabuh bedug, (3) Baik pemain laki-laki
maupun perempuan sekaligus juga sebagai penari.
Waditra (alat musik) rampak bedug terdiri dari: (1)
Bedug besar, berfungsi sebagai bass, (2) Ting tir,
terbuat dari batang pohon kelapa, berfungsi sebagai
penyelaras irama lagu bernuansa spiritualis (takbiran,
shalawatan, marhabaan, dan lain-lain), (3) Anting
caram dan anting karam terbuat dari pohon jambe dan
dililiti kulit kendang berfungsi sebagai pengiring lagu
dan tari.
b. Debus; Seni pertunjukkan ini merupakan kesenian
yang sangat populer di Provinsi Banten, karena
hampir ada dan tumbuh berkembang dengan baik di
tiap pelosok daerah di Banten, termasuk Pandeglang.
Sehingga debus dapat dikatakan sebagai seni
pertunjukkan khas Banten. Permainan debus
merupakan seni pencak silat yang berhubungan
dengan ilmu kekebalan sebagai refleksi sikap
masyarakat Banten untuk mempertahankan diri.
Kesenian tradisional yang dikombinasi dengan seni
tari, seni suara dan seni kebatinan ini bernuansa
magis. Debus adalah seni pertunjukan yang
memperlihatkan permainan kekebalan tubuh terhadap
pukulan, tusukan, dan tebasan benda tajam. Dalam
permainannya, debus banyak menampilkan atraksi
kekebalan tubuh sesuai dengan keinginan pemainnya.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa
sekitar abad ke-17 (1651-1652), debus difokuskan
sebagai alat untuk membangkitkan semangat para
pejuang dalam melawan penjajah. Pada
perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu
bagian dari ragam seni budaya masyarakat Banten.
c. Padingdang Pandeglang; merupakan salah satu
kesenian hasil dari kolaborasi rampak bedug
Pandeglang dengan kendang pencak, tarian Saman,
teriakan Beluk, lagu-lagu, tarian pencak silat,
angklung dodod dan jenis seni tradisi lainnya.
Padingdang Pandeglang ditata sesuai kebutuhan paket
pertunjukan modern yang terdapat pola tabuhan
perkusi melalui waditra bedug, kendang, dan terbang
yang terbalut rapih aransemen musik dan melodi
vokal Saman, Beluk dan Sholawatan terbang tandak
serta lengkingan terompet pencak.
168

Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016

Strategi Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Agrowisata Berbasis Masyarakat Kampung Domba
Terpadu Juhut, Provinsi Banten

Yustisia Kristiana dan
Stephanie Theodora
M., 1 66 -1 72

d. Makanan khas
1) Emping Melinjo; Emping adalah sejenis makanan
ringan yang terbuat dengan cara menghancurkan
bahan baku (biasanya terbuat dari biji melinjo)
hingga halus kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari.
2) Otak-otak; Teksturnya yang lembut karena terbuat
dari ikan tenggiri yang diaduk merata dengan tepung
tapioka (aci), santan, bawang putih, merica, gula pasir
dan garam, serta aroma yang timbul dari daun pisang
(sebagai pembungkusnya) yang terbakar di atas
arang.
3) Angeun lada; atau sayur lada merupakan masakan
berupa sayur yang dicampur dengan daging kerbau
atau sapi dan menggunakan daun khas bernama daun
walang yang wanginya sangat menyengat seperti
binatang walang sangit.
4) Kue jojorong; biasanya disebut sebagai putri malu
oleh masyarakat karena bentuknya yang putih halus
dan tidak terlihat isi kue tersebut bila dilihat nampak
luarnya saja.
5) Kue pasung; terbuat dari tepung beras, hanya saja
ada adonan kue ini terdiri dari dua adonan, campuran
tepung beras dan gula aren/merah, kemudian adonan
tepung sagu dan santan untuk membuatnya jadi
kenyal. Keunikan dari kue ini memang bentuknya
yang menyerupai corong.
6) Balok menes; Kue balok adalah khas makanan dari
Menes, sebuah kecamatan di Kabupaten Pandeglang,
Banten. Kue balok adalah sejenis makanan yang
terbuat dari singkong, berbentuk segi empat layaknya
kotak, dan berwarna putih. Keunikan dari makanan
ini adalah penambahan dua bumbu yaitu bawang
goreng yang dicampur sejenis minyak, diolesi tepat di
atas potongan balok ini, dan ditambah serundeng di
atasnya.
7) Apem putih; Makanan khas Pandeglang yang
berbahan baku beras dan tape ini mudah ditemui saat
bulan Ramadhan. Warnanya putih bersih berbentuk
kotak bertekstur kenyal. Rasa asam pada kuliner
tradisional ini tidak lagi terasa saat dibumbui dengan
kinca (gula merah cair) atau sirup aneka rasa.
Fasilitas
Letak Kampung Domba Terpadu Juhut yang
cukup jauh dari pusat kota tidak membuat kampung
ini memiliki fasilitas yang buruk. Wisatawan yang
mulai berdatangan ke tempat ini membuat pemerintah
daerah setempat mengembangkan sarana dan
prasarana dari Kampung Domba Terpadu Juhut ini.
Kampung Domba Terpadu Juhut memiliki tempat
penginapan yang cukup nyaman untuk wisatawan
berkunjung ke daerah ini. Rumah masyarakat juga
telah dipersiapkan untuk menjadi homestay bagi
wisatawan yang berkunjung. Kampung Domba
Jurnal Ilmiah Widya

Terpadu Juhut juga memiliki area parkir yang
memungkinkan wisatawan untuk memarkirkan
kendaraan, hanya saja area parkir ini belum memadai
untuk kendaraan jenis bis. Sehingga untuk bis harus
memarkirkan kendaraannya dengan jarak yang cukup
jauh. Toilet umum belum tersedia, yang tersedia
adalah toilet yang berada di area tempat penginapan.
Di Kampung Domba Terpadu Juhut belum terdapat
rumah makan, bila wisatawan hendak membeli
makanan jarak terdekat rumah makan adalah sekitar 1
km. Di daerah ini pun sudah terdapat jaringan internet
dan sinyal yang cukup baik sehingga dapat memenuhi
kebutuhan sosial dari wisatawan yang datang.
Akses
Akses untuk menuju Kampung Domba Terpadu
Juhut ini cukup mudah, dengan letak kampung ini
yang berjarak kira-kira 3 km dari jalanan utama
Serang-Pandeglang, ke arah kaki Gunung Karang,
membuat wisatawan tidak terlalu sulit untuk
berkunjung ke Kampung Domba Terpadu Juhut.
Wisatawan yang ingin datang ke Kampung Domba
Terpadu Juhut ini dapat menggunakan motor, mobil,
bahkan bis dengan kapasitas 20-30 orang. Wisatawan
juga dapat berkunjung ke kota Pandeglang dahulu
sebelum menuju ke Kampung Domba Terpadu Juhut
ini.
Hasil dan Pembahasan
Setelah melakukan wawancara dan observasi,
hasil pengumpulan data dari berbagai elemen
penelitian seperti terlihat pada tabel 1 berikut:
No
Temuan
Elemen Penelitian
Aspek konsep/pola pikir
v
1 Kesadaran dari masyarakat setempat tentang
potensi yang dimiliki dalam rangka
pengembangan agrowisata.
v
2 Kehendak dari masyarakat setempat bahwa
potensi itu harus dikembangkan.
3 Kesepakatan dari masyarakat setempat untuk
menerima uluran tangan dari pihak luar
(lembaga independen) dalam rangka
pengembangan potensi.
v
4 Inisiatif dari pihak luar(lembaga independen)
untuk mendorong masyarakat setempat untuk
mengembangkan potensinya, dalam rangka
konsep keberlanjutan.
5 Kesepakatan dengan masyarakat di sekitarnya
yang terkait/tersentuh dalam pengembangan
potensi tersebut, untuk mengembangkan potensi
agrowisata,khususnya yang berkait dengan hak
dan kewajibannya masing-masing.
6 Kesepakatan antara masyarakat setempat dengan
pihak komponen kepariwisataan (biro
perjalanan) bahwa potensi agrowisata memang
relevan untuk dikembangkan.
7 Kesepakatan dengan pemerintah setempat untuk
membantu pengembangan potensi agrowisata.

169

Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016

Yustisia Kristiana dan
Stephanie Theodora
M., 1 66-1 7 2

Strategi Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Agrowisata Berbasis Masyarakat Kampung Domba
Terpadu Juhut, Provinsi Banten

Juhut memiliki kesadaran dan kehendak tentang
potensi yang dimiliki oleh kampung tersebut. Hal ini
sesuai dengan Budiasa (2011:5) tentang bagaimana
masyarakat mengorganisasi diri dan mengoperasikan
bisnis agrowisata tersebut berdasarkan aturan-aturan
serta pembagian tugas dan kewenangan yang telah
disepakati bersama. Secara tradisional, kawasan
Kampung Domba Terpadu Juhut memang sudah
menarik bagi masyarakat setempat dan kalangan
wisatawan nusantara sehingga memunculkan inisiatif
dari pihak luar (lembaga independen) yang
sebelumnya sudah pernah mengunjungi kampung
tersebut untuk mendorong masyarakat setempat
mengembangkan potensinya dengan konsep
pariwisata berkelanjutan.
Potensi wisata yang ada di Kampung Domba
Terpadu Juhut ini dapat dipakai untuk mendukung
kegiatan ekonomi, seperti menciptakan lapangan
kerja baru dan memperoleh pendapatan yang
dibutuhkan untuk pembangunan. Hal ini sesuai
dengan pendekatan advocary menurut Spillane
(1994:20). Namun hal tersebut masih belum dapat
diwujudkan oleh Kampung Domba Terpadu Juhut
karena masyarakat Kampung Domba Terpadu Juhut
masih belum banyak melakukan kesepakatan dengan
pihak luar (lembaga independen), seperti masyarakat
sekitar kampung tersebut, biro perjalanan, pemerintah
daerah, dan stakeholder lainnya. Bila hal ini dapat
dilakukan maka dapat meningkatkan jumlah
kunjungan dan mengembangkan potensi wisata yang
ada di Kampung Domba Terpadu Juhut.
2. Aspek sosial
Sesuai dengan basis pengembangan agrowisata
berbasis masyarakat yang dikemukakan oleh Budiasa
(2011:4), sumber daya, terutama lahan yang dimiliki
secara individual dapat diserahkan pengelolaannya
kepada kelompok atau pihak manajemen yang
ditentukan dengan imbalan keuntungan yang
proporsional. Pendapatan dari aktivitas agrowisata,
seperti yang bersumber dari penjualan atraksi,
homestay, dan penyediaan makanan dapat
diakumulasi dan didistribusikan secara proporsional
sebagai tambahan pendapatan usaha secara
individual. Dalam hal ini, masyarakat Kampung
Domba Terpadu Juhut sepakat untuk memberikan
yang dimiliki untuk penataan kawasan
Berdasarkan Tabel 1 di atas, analisis per aspek lahan
agrowisata dengan pembagian pendapatan yang
pada elemen penelitian sebagai berikut:
proporsional yang diterima dari kalangan internal
1.Aspek konsep/pola pikir
Dalam usaha pengembangan agrowisata berbasis kawasan agrowisata tersebut maupun kawasan di
masyarakat, masyarakat Kampung Domba Terpadu sekitarnya yang terkait. Selain itu, masyarakat
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
Jurnal Ilmiah Widya
170
Temuan
No
Elemen Penelitian
8 Kesepakatan dengan semua stakeholder tentang
visi dari pengembangan agrowisata.
9 Secara tradisional, kawasan itu memang sudah
v
menarik bagi masyarakat setempat, dan
kalangan wisatawan nusantara.
Aspek sosial
1 Kesepakatan dari masyarakat untuk memberikan
v
pengorbanan terhadap lahan yang dimiliki
dalam rangka penataan kawasan agrowisata.
2 Kesepakatan tentang proporsi pembagian
v
pendapatan yang diterima dari kegiatan
agrowisata. Baik pembagian pendapatan di
kalangan internal kawasan, maupun dengan
kawasan di sekitarnya yang terkait.
3 Kesepakatan tentang siapa pengelola kegiatan
v
agrowisata,dan bagaimana strukturnya.
4 Kesepakatan tentang pembagian penerimaan
antara pihak biro perjalanan dengan pihak
pengelola agrowisata.
5 Kesepakatan bahwa masyarakat tidak
menggantungkan hidupnya hanya dari
kedatangan para wisatawan. Untuk itu
masyarakat harus berusaha meningkatkan nilai
tambah komoditas yang dihasilkan di kawasan.
6 Kesepakatan dari masyarakat setempat untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam proses peningkatan nilai tambah
komoditas yang dihasilkan, dan dalam
pengelolaan agrowisata.
7 Mempersiapkan berbagai paket kegiatan di
kawasan agrowisata, dan menyepakati biaya
yang harus dibayar oleh wisatawan.
8 Mempersiapkan aturan tertulis tentang yang
boleh dan tidak boleh dilakukan/dibangun di
kawasan agrowisata.
9 Mempersiapkan masyarakat setempat untuk
mampu menjadi pemandu wisata di kawasan
agrowisata.
10 Melakukan penyuluhan yang dilaksanakan oleh
pemda setempat agar masyarakat dapat
melayani wisatawan dengan sikap yang sopan.
11 Melakukan studi banding ke kawasan lain yang
kegiatan agrowisatanya sudah berjalan.
Aspek artefak/kebendaan.
1 Memperbaiki prasarana (jalan, tempat berteduh
bagi wisatawan, lokasi bagi wisatawan untuk
menikmati pemandangan alam, toilet, dan lainlain).
2 Menyiapkan lokasi kawasan parkir.
3 Mempersiapkan peta/sketsa untuk setiap paket
v
perjalanan wisata di kawasan.
4 Mempersiapkan rumah-rumah penduduk
sebagai tempat penginapan bagi wisatawan yang
ingin bermalam.
5 Mempersiapkan masyarakat setempat untuk
v
mampu membuat oleh-oleh khas kawasan.
6 Mempersiapkan lokasi untuk menjual oleh-oleh
v
bagi wisatawan.
Sumber: Hasil pengumpulan data (2015)

Strategi Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Agrowisata Berbasis Masyarakat Kampung Domba
Terpadu Juhut, Provinsi Banten

Yustisia Kristiana dan
Stephanie Theodora
M., 1 66-1 7 2

Kampung Domba Terpadu Juhut juga sudah sepakat
mengenai struktur pengelola dari daerah agrowisata
tersebut.
Kendala yang dihadapi pada unsur sosial ini
adalah dengan belum adanya kesepakatan tentang
pembagian penerimaan antara pihak biro perjalanan
dengan pihak pengelola agrowisata sehingga
menyebabkan pendapatan yang diterima belum
optimal. Belum adanya kesepakatan dari masyarakat
setempat untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam proses peningkatan nilai tambah
komoditas yang dihasilkan, dan dalam pengelolaan
agowisata menyebabkan pengembangan pariwisata di
kawasan ini tergolong lambat. Pengembangan yang
dilakukan di Kampung Juhut ini harusnya untuk
memajukan dan memperbaiki atau meningkatkan
sesuatu yang telah ada (Lanya, 1995:18).
Pengembangan
juga
bertujuan
untuk
mengembangkan produk dan layanan yang
berkualitas sehingga dapat bertahan dan menjadi
berkelanjutan (Suwantoro, 2003:9). Masyarakat
belum sepenuhnya melakukan pengembangan
terhadap Kampung Domba Terpadu Juhut ini. Hal
tersebut dapat dilihat dari belum adanya paket wisata
di kawasan agrowisata tersebut, aturan tertulis
tentang perijinan pembangunan di kawasan tersebut,
pemandu wisata, penyuluhan yang dilakukan oleh
pemda setempat, dan studi banding ke kawasan lain
untuk memunculkan potensi agrowisata baru di
kampung tersebut.
3. Aspek Artefak/Kebendaan
Menurut Sznajder, Pzezborska, dan Scrimgeour
(2009:12), terdapat dua konsep agrowisata yaitu
agrowisata tradisional dan agrowisata modern.
Agrowisata tradisional hanya menawarkan paket
liburan dengan tinggal sementara kepada wisatawan
untuk menikmati sumber daya alami usaha tani.
Sedangkan, dalam agrowisata modern, petani lebih
berinisiatif melakukan investasi untuk dapat
menawarkan lebih banyak produk agroturistik dengan
harapan dapat memberikan sumbangan nyata
terhadap pendapatan usaha taninya. Masyarakat
Kampung Domba Terpadu Juhut menggunakan kedua
konsep tersebut dalam usaha pengembangan
agrowisata berbasis masyarakat, dimana dapat dilihat
bahwa di kawasan Kampung Domba Terpadu Juhut
sudah memiliki lahan parkir untuk kendaraan
wisatawan yang datang berkunjung serta masyarakat
setempat mempersiapkan rumah-rumah penduduk
sebagai tempat penginapan bagi wisatawan yang
Jurnal Ilmiah Widya

ingin bermalam walaupun jumlah penginapannya dan
kualitas layanannya masih sangat minim. Selain itu,
masyarakat setempat juga mempersiapkan tempat
yang menjual oleh-oleh khas dari Kampung Domba
Terpadu Juhut sebagai bentuk investasi dari produk
agroturistik kampung tersebut.
Kampung Domba Terpadu Juhut memang
memiliki penginapan dan lahan parkir, akan tetapi,
masih ada beberapa prasarana di Kampung Domba
Terpadu Juhut ini yang harus ditambahkan atau
diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan
wisatawan, seperti jalan, tempat berteduh, lokasi
untuk menikmati pemandangan alam, toilet, dan
peta/sketsa kawasan wisata. Prasarana tersebut dapat
dibuat dan dikembangkan sesuai dengan tradisi dari
masyarakat Kampung Domba Terpadu Juhut sesuai
dengan pendekatan adaptancy dan developmental dari
Spillane (1994:36).
Model pengembangan agrowisata berbasis
masyarakat seperti terlihat pada Gambar 1:

Gambar 1. Model Pengembangan Agrowisata
Berbasis Masyarakat
Pengembangan dari penelitian di Kampung
Domba Terpadu Juhut dapat mengikuti model
pengembangan pada Gambar 1, yaitu:
1. Perencanaan kawasan: (a) Fasilitas pendukung
yang dibangun tidak merusak atau didirikan pada
ekosistem yang sangat unik dan rentan, (b)
Rancangan fasilitas umum sedapat mungkin sesuai
tradisi lokal, dan masyarakat lokal terlibat dalam
proses perencanaan dan pembangunan, (c) Ada sistem
pengolahan sampah di sekitar fasilitas umum, (d)
Kegiatan sehari-hari seperti menanam dapat
dimasukkan ke dalam atraksi lokal untuk
memperkenalkan wisatawan pada cara hidup
masyarakat dan mengajak wisatawan tersebut
menghargai pengetahuan dan kearifan lokal.
2. Pemberdayaan institusi masyarakat lokal dan
kemitraan: (a) Adanya pembagian adil dalam
171

Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016

Yustisia Kristiana dan
Stephanie Theodora
M., 1 66 -1 72

pendapatan dari layanan yang diberikan, (b)
Organisasi masyarakat membuat panduan untuk
wisatawan. Selama wisatawan berada di wilayah
masyarakat, wisatawan mengacu pada etika yang
tertulis di dalam panduan tersebut, (c) Melindungi
pengetahuan serta hak atas karya intelektual
masyarakat lokal, termasuk foto, kesenian, budaya,
pengetahuan tradisional, musik, dan lain-lain.
3. Keberlanjutan agrowisata dari aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan: (a) Prinsip daya dukung
lingkungan diperhatikan dimana tingkat kunjungan
dan kegiatan wisatawan dikelola sesuai dengan batasbatas yang dapat diterima baik dari segi alam maupun
sosial budaya, (b) Menggunakan teknologi ramah
lingkungan (listrik tenaga surya, mikrohidro, biogas,
dan lain-lain), (c) Ketersediaan homestay yang
memiliki standar kelayakan.
4. Prinsip Edukasi: (a) Kegiatan agrowisata
mendorong
masyarakat
mendukung
dan
mengembangkan upaya konservasi, (b) Edukasi
tentang budaya setempat dan konservasi untuk para
wisatawan menjadi bagian dari paket ekowisata.

PENUTUP

Strategi Upaya Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Agrowisata Berbasis Masyarakat Kampung Domba
Terpadu Juhut, Provinsi Banten

perijinan pembangunan di kawasan tersebut,
pemandu wisata lokal, penyuluhan yang dilakukan
oleh pemda setempat, dan studi banding ke kawasan
lain untuk memunculkan potensi agrowisata baru di
kampung tersebut; dan (c) berdasarkan aspek artefak
atau kebendaan belum tersedia prasarana yang baik
bagi wisatawan dan peta mengenai kawasan
Kampung Domba Terpadu Juhut.
Saran-Saran
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, saran
mengenai penelitian selanjutnya adalah dengan
melakukan di lokus penelitian yang berbeda sehingga
model pengembangan agrowisata berbasis
masyarakat dapat terus disempurnakan dan dapat
diterapkan secara lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Budiasa, I. W. Konsep dan Potensi Pengembangan Agrowisata di
Bali. Universitas Dwijendra, Denpasar. 2011.
Cronin, L. A Strategy for Tourism and Sustainable Developments.
World Leisure and Recreation, 32 (3), 12-18, 1990.
Lane, B. Sustainable Rural Tourism Strategies: A Tool for
Development and Conservation. In Rural Tourism and
Sustainable Rural Development, B. Bramwell and B.

Lane, eds. Channel View, Clevedon, 1994.

Kesimpulan
Lanya. Buku Pedoman Kerja Pariwisata (BPKM) Mata Kuliah
Dasar - Dasar Pengembangan Wilayah . Fakultas
1. Kampung Domba Terpadu Juhut telah
Pertanian
Unud, Denpasar. 1995.
dikembangkan sebagai kawasan agrowisata tetapi Sharpley, Richard. Tourism
and Sustainable Development:
jumlah kunjungan wisatawan masih tergolong kecil.
Exploring the Theoretical Divide. Journal of
Masyarakat Kampung Domba Terpadu Juhut pada
Sustainable Tourism, VIII (1), 2000.
dasarnya telah menyadari potensi yang dimiliki untuk Stabler, M. dan Goodall, B. Environmental Auditing in Planning
for Sustainable Island Tourism . In L. Briguglio et al.
menjadi salah satu kawasan agrowisata. Namun
(eds)
Sustainable Tourism in Islands and Small States:
masih banyak kesepakatan dan persiapan yang belum
Issues and Policies. Pinter, London, 1996.
dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat setempat. Suwantoro, G. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi,
Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain
Yogyakarta. 2003.
dengan (a) melakukan pendekatan advocary dalam Spillane, J.J. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa
. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 1994.
mengembangkan kesepakatan dengan pihak luar, (b) Sznajder, Kebudayaan
M., Pzezborska, L. dan Scrimgeour, F. Agritourism .
melakukan kesepakatan tentang pembagian
AMA DataSet Ltd, UK. 2009.
penerimaan antara biro perjalanan dengan pihak Wolfe, K. dan Bullen, G. Agritourism, Your Way: A How-To
Guide for Successful Agritourism Enterprises,
pengelola agrowisata dan (c) mengembangkan
http://content.ces.ncsu.edu/agritourism-your-way, 2009.
prasarana seperti jalan, tempat berteduh, lokasi untuk
menikmati pemandangan alam, toilet, dan peta/sketsa
kawasan wisata.
2. Dalam pengembangan agrowisata Kampung
Domba Terpadu, Juhut memiliki kendala antara lain
(a) berdasarkan aspek konsep atau pola pikir belum
adanya kesepakatan yang terjadi antara masyarakat
setempat dengan masyarakat sekitar kampung, pihak
biro perjalanan wisata, pihak pemerintah dan pihak
stakeholder dalam pengembangan agrowisata
Kampung Domba Terpadu Juhut; (b) berdasarkan
aspek sosial belum adanya kesepakatan proporsi
pembagian pendapatan dengan biro perjalanan
wisata, kesepakatan dari masyarakat setempat untuk
peningkatan keterampilan dalam meningkatkan nilai
komoditas, paket wisata, aturan tertulis tentang
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
Jurnal Ilmiah Widya
17 2