OPTIMASI PRODUKSI DENGAN PERENCANAAN PRO

OPTIMASI PRODUKSI DENGAN PERENCANAAN
PRODUKSI (AGGREGATE PLANNING) MENGGUNAKAN
METODE TRANSPORTASI (TABULAR) DI INDUSTRI
AUTOMOTIF
Marsudi1, Hery Hamdi Azwir2
Fakultas Teknik, Teknik Industri, President University
Jl. Ki Hajar Dewantara
Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi – Indonesia 17550
Email : [email protected], [email protected]

ABSTRAK
Penerapan strategi perencanaan dan pengendalian produksi yang tepat dengan menjaga konsistensi produk yang
berkualitas sehingga perusahaan dapat bersaing dan berkembang adalah mutlak diperlukan. Untuk mencapai hal
tersebut perencanaan produksi kurang optimal, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan untuk memperoleh
biaya produksi yang lebih kecil. Perencanaan produksi yang dilakukan adalah dengan melakukan peramalan
produksi yang lebih akurat, sebagai dasar perencanaan produksi agregat.
Setelah dilakukan perhitungan peramalan produksi dengan metode Last period demand, Arithmetic average
(average methods), Single moving average (SMA), Weighted moving average (WMA), Single exponential
smoothing (SES dengan nilai α = 0.1, α = 0.5, α = 0.9). Diperoleh metode peramalan yang memberikan nilai
yang lebih akurat, yaitu dengan nilai presentase kesalahan yang terkecil yaitu 11.60% artinya tingkat akurasi
88.40 % dengan metode Single exponential smoothing (SES dengan α = 0.9).

Sedangkan dari hasil perhitungan aggregate planning dengan metode transportasi (tabular) diperoleh total biaya
/ cost produksi dalam setahun sebesar Rp 2,789,659,000 dengan perhitungan maksimal overtime, dengan cost
over time sebesar Rp 1,426,748,000. Dengan menurunkan downtime mesin sebesar 18.91% dengan cara
melakukan preventive maintenance , maka diperoleh saving cost overtime sebesar 45.08%.
Kata kunci : Forecasting, Aggregate Planning, Arithmetic average, Last period demand, Single exponential
smoothing, Single moving average, Weighted moving average, Tracking signal-Brown.

1.

Pendahuluan
Kemajuan teknologi industri dan perkembangan strategi perekonomian menyebabkan semakin pesatnya
persaingan antar perusahaan. Salah satunya adalah perkembangan strategi perencanaan dan pengendalian
produksi yang tepat, dengan menjaga konsistensi produk yang berkualitas sehingga suatu perusahaan dapat
berkembang dan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. PT. XY adalah salah satu perusahaan yang
menerapkan perencanaan dan pengendalian produksi dalam proses manufaktur.
PT. XY yang berdiri sejak tahun 1978 berlokasi di Kawasan Industri Jababeka I. Merupakan perusahaan joint
venture antara PT. Y (Astra Internasional) dengan X Corporation Japan. PT. XY adalah salah satu perusahaan
yang bergerak dibidang otomotif. Perusahaan ini memproduksi shock absorber, steering steem dan power
steering. Dengan proses utama assembling, machining, metal forming, welding, aluminium gravity casting, heat
treatment, surface treatment, painting dan plating.

Salah satu departemen dari PT. XY adalah Aluminium product department merupakan bagian produksi 2W
(roda dua), yang mempunyai sub departemen yaitu Casting, Machining, Buffing dan painting Al. Pada Sub
Departemen Casting khususnya yang memproduksi produk U/B, Gear Housing dan D/C.
Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana mengoptimasi biaya produksi produk U/B yang terdiri dari
beberapa tipe, yaitu KY, K1, K2, K3 dan K4. Sehingga dapat bersaing dengan kompetitor lain. Hal ini
dikarenakan untuk menurunkan tingginya biaya produksi. Dengan tujuan profit yang lebih tinggi dan dapat
bersaing dengan kompetitor, sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk mendukung tujuan bisnis perusahaan.
Maka perlu peramalan (forecasting) yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai dasar perencanaan
produksi (aggregate planning ) produk U/B lebih tepatnya berdasarkan rata – rata proporsi jumlah produksi
untuk masing – masing tipe tiap periodenya, sehingga dapat memberikan hasil produksi yang maksimal. Upaya
melakukan optimasi peramalan dan perencanaan produksi yang lebih tepat merupakan tuntutan mutlak dalam
proses produksi manufaktur untuk mendapatkan nilai keuntungan yang sebesar - besarnya.

2.

Metode

2.1 Observasi Awal
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan informasi tentang kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan secara menyeluruh. Pengumpulan informasi – informasi dilakukan dengan cara wawancara dengan

pihak perusahaan yang berkaitan langsung dengan proses produksi. Langkah observasi awal Dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui keadaan fisik maupun cara kerja.
2.2 Identifikasi Masalah
Setelah melakukan tahapan wawancara dan pengumpulan informasi, kemudian dilakukan pengidentifikasian
masalah yang dihadapi oleh perusahaan saat ini. Dalam tahap ini berisi rumusan masalah, batasan masalah dan
tujuan. Dengan tujuan melakukan optimasi rencana produksi dengan melakukan peramalan (forecasting) dan
perencanaan produksi (aggregate planning), yaitu dengan metode forecasting yang tepat dan metode transportasi
(tabular) untuk mendapatkan perencanaan produksi (aggregate planning) yang maksimal sesuai dengan proporsi
masing – masing tipe produk.
2.2.1 Tujuan
Memilih model peramalan dengan nilai MAD (mean absolute deviation ) terkecil sebagai dasar perencanaan
produksi. Serta melakukan optimasi perencanaan produksi (aggregate planning ) produk U/B yang terdiri dari
beberapa tipe, yaitu KY, K1, K2, K3 dan K4 lebih tepat, sehingga dapat membantu dalam menentukan jumlah
produk yang harus diproduksi sesuai dengan permintaan (demand).
2.2.2 Batasan Masalah




Pada penelitian ini permasalahan yang diambil pada bagian subdepartment aluminium product,

khususnya untuk produk U/B dengan tipe KY, K1, K2, K3 dan K4.
Metode penyelesaian peramalan produksi berdasarkan ploting data histori dan penyelesaian perencanaan
produksi dengan metode transportasi (tabular).
Biaya yang digunakan dalam perhitungan hanya biaya tenaga kerja saja.
Data yang digunakan adalah data pada tahun 2012 dan 2013.
Tidak ada perubahan terhadap proses produksi, jumlah operator dan mesin serta fasilitas produksi.





2.3 Studi Pustaka

Pada langkah ini dilakukan pencarian teori – teori dasar yang digunakan dalam penyelesaian optimasi peramalan
dan perencanaan produksi, sehingga dapat memberikan tahapan atau langkah – langkah penyelesaian serta
memberikan solusi yang maksimal dan tepat.
2.4 Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data untuk mendukung dalam perhitungan pada penelitian. Data – data
tersebut dikumpulkan melalui pengamata secara langsung maupun secara wawancara dengan pihak – pihak yang
terkait dengan permasalahan ini.

2.5 Perhitungan dan Analisis Data
Proses pengolahan data dilakukan dengan dua tahapan yang harus dilakukan. Yaitu, melakukan perhitungan
peramalan produksi (forecasting) dan perhitungan perencanaan agregat (aggregate planning ). Setelah dilakukan
kedua tahapan perhitungan tersebut maka diperoleh jadwal induksi produksi serta besarnya biaya produksi yang
dibutuhkan.
2.5.1 Peramalan produksi (Forecasting)
Setelah melakukan pengumpulan dan perhitungan dari data histori permintaan, maka dilakukan validasi data
untuk menentukan tipe data, yang kemudian sebagai penentu metode peramalan yang akan digunakan. Dengan
menggunakan formula (Daniel sipper, Robert L. bulfin, JR 1997) :

Dimana :
Dt : peramalan permintaan
n : jumlah periode
V : variability coefficient
Maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

2.5.2 Perencanaan produksi (Aggergate Planning)
Metode peramalan yang tepat sebagai dasar perhitungan perencanaan agregat. Dalam perhitungan ini
menggunakan metode transportasi (tabular) untuk menentukan jadwal induk produksi serta besarnya biaya
produksinya.

2.6 Kesimpulan dan Saran
Setelah melakukan analisis dari pengolahan data, kemudian dari hasil tersebut disimpulkan untuk menjawab dari
tujuan penelitian tesis ini. Sehingga manfaat – manfaat yang diterima untuk perusahaan maupun bagian yang
terkait sesuai dengan ekspektasi awal, sehingga dapat diimplementasikan dengan saran – saran perbaikan.

3. Data dan Analisis
3.1 Peramalan Produksi (Forecasting)
Dari pengolahan data histori doperoleh nilai v = 0.021 maka, data tersebut adalaha data konstan karena nilai v <
0.25. Sehingga metode peramalan yang digunakan adalah :Last period demand, Arithmetic average, Single
moving average, Weighted moving average dan Single exponential smoothing. Berikut data permintaan
produksi 2012 dan 2013.
PERIODE (Bulan)

Tabel 1. Perbandingan nilai MAD
TAHUN 2012 (unit KY)
TAHUN 2013 (unit KY)

1

21,237


19,111

2

21,237

20,012

3

20,175

20,012

4

23,361

21,125


5

23,361

20,012

6

20,175

22,925

7

24,422

22,925

8


15,928

22,005

9

22,299

27,678

10

29,924

25,917

11

27,086


25,917

12

27,561

27,678

RATA-RATA

22,830

22,465

TOTAL

276,766

275,317


3.1.1 Last Period Demand
Formulanya adalah :
dt' = dt-1
di mana :
dt' : forecast untuk periode t
dt-1 : aktual permintaan pada periode sebelumnya (periode t-1)
3.1.2 Arithmetic Average
Metode arithmetic average merupakan metode yang sederhana juga, yaitu dengan menhitung semua rata – rata
permintaan sebelumnya pada periode yang diramalkan, formulanya adalah sebagai berikut :
+

�´ =

Dimana :
dt´ = peramalan permintaan untuk periode t
dt = actual permintaan pada periode t
n = jumlah periode

∑��=1 �
+⋯+ �
=



3.1.3 Single Moving Average
Formulanya adalah :
� �

=

�´

�− + �−

=

+⋯+ � −

Dimana :
dt´ = peramalan permintaan pada periode t
dt-i = actual permintaan pada t-i
N = jumlah periode yang masuk dalam moving average

=

∑��=1 � − �

3.1.4 Weighted Moving Average
Formulanya adalah :
� �

di mana C adalah pembobotan.

= �´ =

�−

�−

+ �−

�−


+⋯+ � −

�−

=

∑�
�=1 � − � � − �


3.1.5 Single Exponential Smoothing
Dengan formula :

dt´ = α.dt-1 + (1-α).dt-1´
Dimana :
α = koefisien smoothing / pemulusan (0 < α < 1)
pada model ini biasanya menggunakan nilai koefisien (α) adalah (0.1), (0.5) dan (0.9).
Dari metode – metode peramalan data konstan dengan formulasinya maka, dapat dilihat dari tabel hasil
perhitungan peramalan produksi setiap metode.
Tabel 2. Hasil perbandingan nilai peramalan
SINGLE
ARITHMETIC
WMA
PERIOD
MOVING
AVERAGE
C=4
DEMAND
AVERAGE
(unit)
(unit)
(unit)
2 (unit)
LAST

SES

SES

SES

α=0.1

α=0.5

α=0.9

(unit)

(unit)

(unit)

-

-

-

-

-

-

21,237

21,237

21,237

21,237

21,237

-

21,237

21,237

21,237

20,175

20,883

20,706

-

21,131

20,706

20,281

23,361

21,503

21,768

22,830

21,354

22,034

23,053

PERIODE

DEMAND

(bulan)

(unit)

1

21,237

-

-

-

2

21,237

21,237

-

3

20,175

21,237

4

23,361

5

23,361

6

20,175

23,361

21,874

23,361

24,423

21,555

22,697

23,330

7

24,422

20,175

21,591

21,768

21,768

21,417

21,436

20,491

8

15,928

24,422

21,995

22,299

22,829

21,717

22,929

24,029

9

22,299

15,928

21,237

20,175

16,458

21,138

19,429

16,738

10

29,924

22,299

21,355

19,114

20,176

21,254

20,864

21,743

11

27,086

29,924

22,212

26,112

28,863

22,121

25,394

29,106

12

27,561

27,086

22,655

28,505

34,084

22,618

26,240

27,288

13

19,111

27,561

23,064

27,324

29,955

23,112

26,900

27,534

14

20,012

19,111

22,760

23,336

17,930

22,712

23,006

19,953

15

20,012

20,012

22,564

19,562

16,025

22,442

21,509

20,006

16

21,125

20,012

22,393

20,012

16,238

22,199

20,760

20,011

17

20,012

21,125

22,314

20,569

21,576

22,092

20,943

21,014

18

22,925

20,012

22,179

20,569

20,569

21,884

20,477

20,112

19

22,925

22,925

22,220

21,469

22,925

21,988

21,701

22,644

20

22,005

22,925

22,257

22,925

23,825

22,081

22,313

22,897

21

27,678

22,005

22,245

22,465

23,462

22,074

22,159

22,094

22

25,917

27,678

22,503

24,842

27,218

22,634

24,919

27,120

23

25,917

25,917

22,659

26,799

28,294

22,963

25,418

26,037

24

27,678

25,917

22,800

25,917

27,873

23,258

25,667

25,929

27,678

23,003

26,799

26,798

23,258

25,667

25,929

25

Dengan nilai MAD (mean absolute deviation) dan nilai uji validasi sebagai berikut :
Tabel 3. Perbandingan nilai MAD
METODE PERAMALAN

MAD
(Mean Absolute Deviation )

Last Period Demand

2,959.13

Arithmetic Average

2,909.41

Single Moving Average

2,713.32

Weighted Moving Average

3,692.63

Single Exponential Smoothing α = 0.1

2,861.44

Single Exponential Smoothing α = 0.5

2,568.69

Single Exponential Smoothing α = 0.9

2,561.58

Tabel 4. Perbandingan uji validasi dengan tracking signal
METODE PERAMALAN
Nilai Tracking Signal
Last Period Demand
Arithmetic Average

-2.0 s/d 7.9

Single Moving Average

-1.2 s/d 3.2

Weighted Moving Average

-2.1 s/d 1.5

Single Exponential Smoothing α = 0.1

-2.0 s/d 8.6

Single Exponential Smoothing α = 0.5

-2.0 s/d 4.2

Single Exponential Smoothing α = 0.9

-2.0 s/d 2.7

Dari perhitungan nilai MAD dan nilai tracking signal (tabel 3 dan 4) maka, diperoleh metode single exponential smoothing α
= 0.9 dengan nilai MAD yang terkecil yaitu 2,561.58 dan nilai uji tracking signal -2.0 s/d 2.7. Maka ini yang paling tepat
untuk dijadikan dasar perencanaan produksi dengan nilai error 11.60 % dengan akurasi 88.40 %.

3.2 Perencanaan produksi (Aggergate Planning)
3.2.1 Kapasitas produksi
Berdasarkan aktual permintaan produksi, maka diperoleh perincian kapasitas produksi setiap periode dengan
perincian sebagai berikut :
 Jumlah tenaga kerja adalah 35 orang (aktual data).

Upah rata-rata tenaga kerja adalah Rp 2,450,000 / orang.
 Jumlah persediaan awal adalah 1,000 pcs (data aktual).
 Jumlah persediaan akhir yang diinginkan adalah 6,129 pcs (safety stok) dengan perhitungan (SS)= Zα *
S√L = 6,129 unit.
 Standard deviasi 5% dari total permintaan (kebijakan perusahaan).
 Biaya jam normal (regular time) adalah Rp 5,000.
 Biaya jam over time (OT) adalah Rp 19,000.
 Biaya subkontrak adalah Rp 22,000.
 Biaya persediaan adalah Rp 2,500 (20% dari harga produk).
 Kapasitas jam normal aktual adalah kapasitas dikali jumlah hari kerja (kapasitas tiap hari adalah 900
unit).
 Kapasitas regular time dengan satuan agregat adalah 788 unit KY.
 Kapasitas jam lembur max 50% dari kapasitas jam normal.
 Kapasitas subkontrak adalah 25% dari total kapasitas jam normal dan kapasitas jam lembur.
Perhitungan kapasitas jam normal per tipe berdasarkan total waktu baku atau waktu proses, maka diperoleh hasil
kapasitas produksi regular time, overtime dan kapasitas sub-kontrak tiap periode.
Tabel 5. Kapasitas jam normal satuan unit KY
waktu proses

jam kerja

kapasitas

equivalen

(menit)

(3 shift)

(unit KY)

coefficient

KY

8.57

24

168

1.00

K1

7.50

24

148

0.88

K2

8.57

24

168

1.00

K3

7.50

24

148

0.88

K4

8.00

24

156

0.93

Tipe

Total

Periode
(bulan)

∑ hari kerja

788

Tabel 6. Kapasitas produksi
kapasitas RT
kapasitas OT

kapasitas SC

(unit KY)

(unit KY)

(unit KY)

1

20

15,760

7,880

5,910

2

20

15,760

7,880

5,910

3

19

14,972

7,486

5,615

4

22

17,336

8,668

6,501

5

22

17,336

8,668

6,501

6

19

14,972

7,486

5,615

7

23

18,124

9,062

6,797

8

15

11,820

5,910

4,433

9

21

16,548

8,274

6,206

10

22

17,336

8,668

6,501

11

20

15,760

7,880

5,910

12

17

13,396

6,698

5,024

189,120

94,560

70,920

TOTAL

Kapasitas Produksi

kapasitas (unit KY)

40000
35000
30000
25000

kapasitas SC

20000

kapasitas OT

15000

kapasitas RT

10000
5000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

periode (bulan)

Gambar 1. Kapasitas produksi
Gambar 1 menunjukkan kapasitas produksi masing – masing periode berbeda, hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu
jumlah hari kerja efektif pada masing – masing periode tidak sama sehingga berakibat perbedaan pada hasil perhitungan
kapasitas jam lembur maupun kapasitas sub-kontrak.

3.2.2 Perhitungan Dengan Metode Transportasi (Tabular)
Setelah selesai melakukan perhitungan terhadap kapasitas produksi, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan perhitungan perencaan produksi (aggregate planning). Dalam perhitungan perencanaan produksi
dengan menggunakan metode transportasi (tabular) maksimal overtime dengan tujuan pengalokasian produksi
dengan biaya minimal. Biaya- biaya yang dipertimbangkan adalah biaya regular time, biaya overtime, biaya
sub-kontrak dan biaya inventori atau biaya simpan, dalam kondisi jumlah persediaan awal 1,000 unit dan jumlah
persediaan akhir (safety stock) 6,129 unit. Dalam perhitunga ini maupun perhitungan peramalan menggunakan
alat bantu software WinQSB.
Tabel 7. Tabel transportasi (bulan Januari – Maret)

Maka diperoleh jadwal imduk produksinya dengan satuan unit KY sesuai dengan coefficient equivalent , yaitu :
Tabel 8. Jadwal induk produksi
Periode

Demand

(bulan)

(unit)

Kapasitas

Sisa

reguler

kapasitas

tersedia

reguler

Rencana produksi

Total
produksi

Regular Time

Over
Time

(unit)

Subcontrac

Persediaan
akhir

1,000

Initial

1

27,534

15,760

0

15,760

7,880

2,894

26,534

0

2

19,953

15,760

0

15,760

4,193

0

19,953

0

3

20,006

14,972

0

14,972

5,034

0

20,006

0

4

20,011

17,336

0

17,336

2,675

0

20,011

0

5

21,014

17,336

0

17,336

3,678

0

21,014

0

6

20,112

14,972

0

14,972

5,140

0

20,112

0

7

22,644

18,124

0

18,124

9,062

0

27,186

4,542

8

22,897

11,820

0

11,820

5,910

625

18,355

0

9

22,094

16,548

0

16,548

8,274

0

24,822

2,728

10

27,120

17,336

0

17,336

8,668

1,815

27,819

3,427

11

26,037

15,760

0

15,760

7,880

5,910

29,550

6,940

12

25,929

13,396

0

13,396

6,698

5,024

25,118

6,129

TOTAL

275,351

189,120

0

189,120

16,268

280,480

23,766

75,092

3.2.3 Perhitungan biaya produksi
Tabel 9. Biaya produksi dengan metode transportasi

Dari perhitungan biaya produksi pada tabel 4.32 maka diperoleh total biaya produksi sebesar Rp 2,789,659,000.
Biaya overtime masih terlalu tinggi dibandingkan dengan biaya regular time. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisa untuk menurunkan biaya overtime. Langkah selanjutnya adalah mencari potensi yang dapat
menyebabkan kehilangan waktu untuk produksi, yaitu menurunkan downtime mesin sebesar 18.91 % dari data.

BULAN

Tabel 10. Data downtime mesin
mesin
kerusakan mesin
jumlah hari
normal
kerja
jam
%
(jam)

Januari

20

480

183.17

38.16

Februari

20

480

48.58

10.12

Maret

19

456

104.88

23.00

April

22

528

105.60

20.00

Mei

22

528

82.47

15.62

Juni

19

456

50.39

11.05

Juli

23

552

104.82

18.99

Agustus

15

360

72.00

20.00

September

21

504

83.41

16.55

Oktober

22

528

116.16

22.00

November

20

480

82.85

17.26

Desember

17

408

57.65

14.13

480

91.00

18.91

RATA-RATA

Langkah yang dilakukan untuk menurunkan downtime tersebut adalah dengan cara mengefektifkan kembali
kegiatan preventive maintenance, yaitu melakukan perawatan berkala maintenance ( service), perawatan harian
maintenance (inspection), perawatan berkala maintenance penggantian oli (oil replacement) dan perawatan
berkala maintenance (part replacement). Berikut perincian biaya yang diperlukan dalam melakukan preventive
maintenance. Tentu saja membutuhkan biaya untuk melakukan kegiatan tersebut (tabel 11).
Tabel 11. Total biaya preventive maintenance

preventive maintenance

cost (Rp)

oil replacement

11,102,075.00

flushing oil

7,507,500.00

part replacement

85,497,808.00

total

104,107,383.00

Dengan melakukan preventive maintenance untuk menurunkan downtime mesin sebesar 18.91 %, sehingga
diperoleh saving cost overtime (tabel 12).
kapasitas
aggregat (unit)
Regular Time
Over Time

Tabel 12. Saving cost overtime
kapasitas setelah
biaya agregat
perbaikan (unit)

(Rp)

biaya setelah

biaya preventive

perbaikan (Rp)

maintenance (Rp)

189120

224883

945,600,000.00

945,600,000.00

75092

39329

1,426,748,000.00

679,489,248.00

Saving Cost Overtime (Rp)

643,151,369.00

Saving Cost Overtime (%)

45.08

104,107,383.00

Sebagai kesimpulan setelah menurunkan downtime mesin sebesar 18.91 % dengan langkah preventive
maintenance, maka diperoleh saving cost overtime sebesar 45.08 % (sebesar Rp 643,151,369 setelah dikurangi
dengan biaya yang diperlukan untuk melakukan preventive maintenance).

4. Kesimpulan
Kesimpulkan yang diperoleh setelah melakukan analisis adalah :
 Dengan melakukan ploting data histori dan melakukan perhitungan ulang peramalan produksi (forecasting)
dengan menggunakan metode Last period demand, Arithmetic average (average methods), Single moving
average (SMA), Weighted moving average (WMA), Single exponential smoothing (SES dengan nilai α =
0.1, α = 0.5, α = 0.9). Dari metode tersebut di peroleh hasil perhitungan peramalan produksi dengan
menggunakan metode Single exponential smoothing (SES dengan α = 0.9) dengan nilai pesentase kesalahan
yang terkecil yaitu 11.60% dengan tingkat akurasi 88.40%.
 Hasil perhitungan aggregate planning dengan metode transportasi (tabular) diperoleh total biaya / cost
produksi dalam setahun sebesar Rp 2,789,659,000 (perhitungan dengan maksimal overtime), dengan biaya
overtime sebesar Rp 1,426,748,000. Dengan menurunkan downtime mesin sebesar 18.91% dengan cara
melakukan preventive maintenance, maka diperoleh saving cost overtime sebesar 45.08%.

Daftar Pustaka
Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Bedworth, DD & Bailey, JE. Integrated Production Control System. John Wiley & Sons. Singapore. 1987.
Kusuma, H. 2004. Managemen Produksi : Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Andi Offset, Yogyakarta.
Makridakis, Spyros; Steven C Wheelwright; Victor E McGee. (1999). Metode dan Aplikasi Peramalan. Jilid I,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Narasimhan, S. (1995). Production Planning and Inventory Control. Second edition. Prentice-Hall International,
Inc. New Jersey.
Nasution, Arman Hakim. (2003). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi Pertama Cetakan Ke-dua.
Guna Widya. Surabaya.
Render, Barry; Ralph M. Stair, Jr; Michael E. Hanna. (2006). Quantitative Analysis for Management. 9th
edition. Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Sipper, Daniel. Robert L. Bulfin, JR. PRODUCTION : planning, Control, and Integration. McGraw-Hill. USA.
1997.
Smith, Spencer B. (1989). Computer-based Production and Inventory Control. Prentice-Hall International Inch.
USA.
Taylo III, Bernard W. 2005. Introduction to Management Science. Salemba Empat: Jakarta.
Tersine, Richard J. (1994). Principles of Inventory and Material Management. 4th edition. Prentice Hall, Inc.,
New Jersey.
T.Hani Handoko, 1984, edisi ke-1, Dasar – Dasar ManagemenProduksi dan Operasi, Yogyakarta ;
BPFE_Yogyakarta.

Lampiran