Pokok pokok ajaran agama Islam

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “ POKOK – POKOK AJARAN ISLAM”.
Penyusunan makalah guna memenuhi persyaratan tugas matakuliah pendidikan agama islam .
Denagn waktu yang terbatas dan pengalam dangkal yang penulis miliki , penulis
berusaha untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya, yang mana dalam peenyusunan ini
tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan . penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun.
Didalam penyusunan makalah penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak , baik secara
langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada ,media massa yang telah memberikan informasi, dan rekan-rekan serta semua pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis selama penyususnan makalah .
Dengan penuh kesadaran makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dengan
segala kerendahan hati, penulis selalu mengharapkan saran dan kritiik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan .
Akhir kata , penulis selalu berharap semoga apa yang penulis sajikan ini, hendaknya
dapat bbermanfaat bagi penulis khususnya dari semua pembaca umumnya, Amin.

Makassar, 14 Oktober 2016

Penyusun


1 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

1

DAFTAR ISI

2

BAB

3

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
BAB

II PEMBAHASAN

3
3
4
5

A. Pengertian aqidah

5

B. Berpegang teguh pada aqidah

6

C. Sumber Aqidah Islam


6-7

D. Pengertian Syariah

7-8

E. Pengertian Akhlak

9 -10

F. Keutamaan Akhlak

10-11

G. Kedudukan Akhlak dalam Islam

12

H. Ciri – ciri Akhlak Islam


12-13

I. Metode Pembinaan Akhlak Islam

13-15

BAB

III PENUTUP

16

A. Kesimpulan
B. Saran

16
16

DAFTAR PUSTAKA


17

2 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan RasulNya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati.Yaitu iman (akidah), Islam
(syariat), dan ihsan (akhlak).Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang mengabaikan
salah satu dari tiga hal ini.Sehingga kehidupannya menjadi jauh dari agama.
Dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlak sering sekali
dilupakan keterkaitannya. Contohnya: seseorang melaksanakan shalat, berarti dia
melakukan syariah. Tetapi shalat itu dilakukannya untuk membuat kagum orangorang di sekitarnya, berarti dia tidak melaksanakan aqidah. Karena shalat itu
dilakukannya bukan karena Allah SWT, maka shalat itu tidak bermanfaat bagi dirinya
sendiri ataupun orang lain. Alhasil, dia tidak mendapatkan manfaat pada
akhlaknya.Itulah yang menjadikan suatu perbuatan yang seharusnya mendapat
ganjaran pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-siaan karena tidak dilakukan sematamata karena Allah.
Penyusunan makalah ini, penulis berharap dapat menegaskan kembali mengenai
kerangka dasar ajaran Islam yang terdiri dari: Aqidah, Syari’ah, dan akhlak yang kian
terlupakan. Di sini para penyusun akan menjelaskan tentang hubungan antara

ketiganya, sehingga kemantapan seorang mukmin akan terjaga.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Adiqah ?
2. Bagaimana cara berpegang teguh pada Aqidah yang benar?
3. Bagaimana sumber Aqidah Islam?
4. Apa pengertian Syariah?
5. Bagaiman pembagian Syariah Islam?
6. Apa pengertian Akhlak?
7. Bagaimana keutamaan Akhlak?
8. Bagaimana kedudukan Akhlak dalam Islam ?
9. Bagaimana ciri – ciri Akhlak Islam?
10. Bagaimana metode pembinaan Akhlak dalam perspektif Islam?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian Adiqah ?
2. Untuk mengetahui bagaimana cara berpegang teguh pada Aqidah yang benar?
3 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

3. Untuk mengetahui bagaimana sumber Aqidah Islam?
4. Untuk mengetahui apa pengertian Syariah?

5. Untuk mengetahui bagaimana pembagian Syariah Islam?
6. Untuk mengetahui apa pengertian Akhlak?
7. Untuk mengetahui bagaimana keutamaan Akhlak?
8. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Akhlak dalam Islam ?
9. Untuk mengetahui bagaimana ciri – ciri Akhlak Islam?
10. Untuk mengetahui bagaimana metode pembinaan Akhlak dalam perspektif Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

4 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

Pengertian Adiqah
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi)
Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam
(pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu
biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di
antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut
diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan

" ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan.Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan
keyakinan bukan perbuatan.Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada
Rasul.Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, alQaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah
aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan
dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada
orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima
keraguan atau prasangka.Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh,
maka tidak dinamakan aqidah.Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal
tersebut.1

1


http://almalanji.wordpress.com/2007/03/20/makna-dan-peran-aqidah-dalam-islam/ (diakses
tanggal 26 September 2016 jam.10.50)

5 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

Berpegang teguh pada Aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup
Allah berfirman yang artinya:
”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka
beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka
(seraya berkata) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu.”(QS.
Fushilat: 30)
Dan Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
”Katakanlah: Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomah-lah (berlaku lurus-lah) kamu.”
(HR. Muslim dan lainnya)
Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana
ini.
Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah

niscaya dia akan masuk surga”.(HSR. Al-Hakim dan lainnya)
Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat
manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesusah mereka.
Allah berfirman yang artinya:
”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)
Dan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
”Sebaik-baiknya manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat) kemudian yang berikutnya
(yaitu generasi tabi’in) kemudian berikutnya (yaitu generasi tabi’ut-tabi’in).” (HR. Bukhari,
Muslim dan lainnya).
Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena ia
merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin
sempurna pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah semakin sempurna pula
dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syari’at-Nya.
Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
”Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dan paling mengetahui-Nya diantara kamu
sekalian adalah aku.” (HR. Bukhari)
Sumber Aqidah Islam
Aqidah adalah sesuatu yang harus berdasarkan wahyu, oleh sebab itu sumber aqidah
Islam adalah Al-Qur’an Al-karim dan sunnah Nabi saw yang shahih sesuai dengan apa yang

difahami oleh para sahabat Nabi saw, karena mereka telah diridhai oleh Allah ta’ala.
Allah berfirman yang artinya:
“Adapun jika datang kepada kamu sekalian petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 132)
6 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

Dalam menafsirkan ayat tersebut diatas Abdullah bin Abbas ra berkata yang artinya:
”Allah menjamin siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan kandungannya bahwa
dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat kelak” (Dikeluarkan oleh ibnu Abi
Syaihah, Al-Hakim dan dishahihkannya)
Allah berfirman tentang ucapan-ucapan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam yang
artinya :
”Dan tidaklah dia (Muhammad) berkata menurut kemauan hawa nafsunya. Perkataannya itu
tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm: 3-4)
Allah berfirman yang artinya:
”Dialah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang rasul yang diantara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada
mereka kita (Al-Qur’an) dan hikmah (As-Sunnah) dan sesungguhnya mereka sebelumnya benarbenar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2)
Adapun pengukuhan Allah akan kebenaran para sahabat nabi saw di dalam aqidah,
ibadah dan akhlaq/muamalah mereka serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dalam
banyak
ayat-ayat
Al-Qur’an,
diantaranya
artinya:
”Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam diantara orang-orang
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereke kekal didalamnya selama-lamanya itulah
kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Dan ketika Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam ditanya tentang kelompok yang selamat
beliau menjawab:
”Mereka adalah orang-orang yang berada di atas sesuatu seperti yang aku dan para sahabatku
berada di atasnya pada hari ini”. (HR. Ahmad) 2
Pengertian Syariah
Arti Syariah
Syari’at bisa disebut syir’ah.Artinya secara bahasa adalah sumber air mengalir yang
didatangi manusia atau binatang untuk minum.Perkataan “syara’a fiil maa’i” artinya datang ke
sumber air mengalir atau datang pada syari’ah.
Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian hukum-hukum Allah yang
diturunkan untuk manusia.
Kata “syara’a” berarti memakai syari’at.Juga kata “syara’a” atau “istara’a” berarti
membentuk syari’at atau hukum.Dalam hal ini Allah berfirman, “Untuk setiap umat di antara

2 http://robisevilla.blogspot.co.id/2013/03/aqidah-syariah-dan-akhlak.html (diakses
tanggal 26 September 2016. Jam 11,20)

7 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

kamu (umat Nabi Muhammad dan umat-umat sebelumnya) Kami jadikan peraturan (syari’at)
dan jalan yang terang.” [QS. Al-Maidah (5): 48]
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) tentang urusan itu
(agama), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang yang tidak
mengetahui.” [QS. Al-Maidah (5): 18].
“Allah telah mensyari’atkan (mengatur) bagi kamu tentang agama sebagaimana apa yang telah
diwariskan kepada Nuh.” [QS. Asy-Syuuraa (42): 13].
Sedangkan arti syari’at menurut istilah adalah “maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal
ahkaami ‘alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min dayaajiirizh zhalaami ilan nuril bi
idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi.”Artinya, hukum-hukum (peraturan) yang
diturunkan Allah swt.melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari
kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.
Jika ditambah kata “Islam” di belakangnya, sehingga menjadi frase Syari’at Islam (asysyari’atul islaamiyatu), istilah bentukan ini berarti, ” maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal
ahkaami ‘alaa lisaani sayyidinaa muhammadin ‘alaihi afdhalush shalaati was salaami sawaa-un
akaana bil qur-ani am bisunnati rasuulillahi min qaulin au fi’lin au taqriirin.” Maksudnya,
syari’at Islam adalah hukum-hukum peraturan-peraturan) yang diturunkan Allah swt.untuk umat
manusia melalui Nabi Muhammad saw. baik berupa Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi yang
berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.
Terkadang syari’ah Islam juga dimaksudkan untuk pengertian Fiqh Islam.Jadi, maknanya
umum, tetapi maksudnya untuk suatu pengertian khusus.Ithlaaqul ‘aammi wa yuraadubihil
khaashsh (disebut umum padahal dimaksudkan khusus).
Pembagian Syariah Islam
Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Ilmu Tauhid, yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasardasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-benar
menjadi keimanan kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan dengan Dzat dan Sifat
Allah swt.yang harus iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya
kenikmatan dan siksa, serta iman kepada qadar baik dan buruk. Ilmu tauhid ini
dinamakan juga Ilmi Aqidah atau Ilmu Kalam.
b. Ilmu Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan
penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada perlindungan
keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus berbuat benar, harus
memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta dan berkhianat.
c. Ilmu Fiqh, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh mengandung dua
bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan
8 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai
dengan niat.Contoh ibadah misalnya shalat, zakat, puasa, dan haji.Kedua, muamalat,
yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan antara manusia
dengan sesamanya.Ilmu Fiqh dapat juga disebut Qanun (undang-undang).3
Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” (Akhlaq) berasal dari bahasa Arab,merupakan bentuk jamak dari ”khuluq” yang
menurut bahasa berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata tersebut
mengandung segi persesuaian dengan kata”khalq” yang berarti kejadian.Ibnu ‘Athir menjelaskan
bahwa khuluq adalah gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat
batiniah),sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit,tinggi
rendah badan, dan lain sebagainya). Kata khuluq sebagai bentuk tunggal dari akhlak, tercantum
dalam Al-quran surah Al-Qalam(68):4, yang artinya:”Sesungguhnya engkau (Muhammad)
berada di atas budi pekerti yang agung” Kata akhlak juga dapat kita temukan dalam hadis yang
sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang artinya:”Bahwasanya aku
(Muhammad) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”;. Secara
terminologis, terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli. Ahmad Amin
mendefinisikan akhlak sebagai”kehendak yang dibiasakan”. Imam Al-Ghazali menyebutkan
bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangkan Abdullah Darraz
mengemukakan bahwa akhlak adalah “suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap yang
membawa kecendrungan kepada pemilihan pada pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak
yang jahat (akhlak yang buruk)”.
Selanjutnya menurut Abdullah Darraz,perbuatan-perbuatan
manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila memenuhi dua syarat,
yaitu :
1. Perbuatan perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga
menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya.
2. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan jiwanya, bukan karena adanya
tekanan dari luar,seperti adanya paksaan yang menimbulkan ketakutan atau bujukan
dengan harapan mendapatkan sesuatu.
Disamping istilah “akhlak”,kita juga mengenal istilah “etika” dan ‘moral”. Ketiga istilah itu
sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan perbuatan manusia.Perbedaannya
terletak pada standar masing-masing.Akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan

http://www.dakwatuna.com/2008/mengenal-syariat-islam-bagian-1/ (diakses tanggal 30
September. Pukul 20.15)
3

9 | Pokok – Pokok Ajaran Islam

Sunnah.Sedangkan etika standarnya pertimbangan akal pikiran,dan moral standarnya adat
kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat
1. Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.Di dalam kamus
istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang
mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). Menurut Dr. H. Hamzah ya’qub “ etika adalah
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.( Asmaran, 1992: 7). Etika
menurut Ki Hajar Dewantara“ etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan
di dalam hidup manusia semuanya”. (Saputra, 2004: 59).

2. Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk
perbuatan dan perkataan. Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan
terhadap aktivitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk.Perbedaan antara moral dan
etika yaitu, etika lebih banyak bersifat teoritis sedangkan moral lebih banyak bersifat
praktis.Etika memandang tingkah laku manusia saecara umum, sedangkan moral secara lokal.
Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu.(Asmaran, 1992: 8-9).
3. Kesusilaan
Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari
bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip,
peraturan hidup atau norma. Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti
sopan, beradab, baik budi bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Kata susila
selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik.Orang susila adalah orang
yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.4
Keutamaan Akhlak
"Muslim yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya."(HR Tirmidzi dan
Ahmad).Hadis ini mengungkapkan hal yang sangat penting dalam Islam, yaitu akhlak.Selain
masalah tauhid dan syariat, akhlak memiliki porsi pembahasan yang sangat luas.
Secara etimotogi akhlak terambil dari akar kata khuluk yang berarti tabiat, muruah,
kebiasaan, fitrah, atau naluri.Sedangkan secara syar'i, seperti diungkapkan Imam Al-Ghazali,
4 Nurasmawi, Buku Ajar Akidah Akhlak. hal. 48 pengertian akhlak

10 | P o k o k – P o k o k A j a r a n I s l a m

akhlak adalah sesuatu yang menggambarkan perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang
baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.
Jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia, yang dapat
dibenarkan oleh akal dan syariat, maka ia dinamakan akhlak yang mulia. Namun, jika
sebaliknya, maka ia dinamakan akhlak yang tercela. Abu Hurairah ra.mengabarkan bahwa suatu
saat Rasulullah SAW pernah ditanya tentang kriteria orang yang akan masuk syurga. Beliau
menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi dan Ahmad).
Tatkala Rasulullah SAW menasihati sahabatnya, beliau menggandengkan nasihat untuk
bertakwa dengan nasihat untuk berakhlak baik pada manusia.Ada sebuah riwayat dari Abi Dzar
Al-Ghiffary bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau
berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi
kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi).
Benar, tauhid adalah inti dan pokok ajaran Islam yang harus selalu diutamakan.Namun,
hal ini tidak berarti mengabaikan akhlak sebagai penyempurna.Tauhid dan akhlak sangat
berkaitan erat, karena tauhid adalah realisasi akhlak seorang Muslim.
Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Makin
sempurna tauhid seseorang, akan semakin baik pula akhlaknya. Sebaliknya, tatkala seorang
hamba memiliki akhlak buruk, berarti akan lemah pula tauhidnya. Akhlak adalah tolak ukur
kesempurnaan iman seseorang.Rasulullah SAW bersabda, "Orang Mukmin yang paling
sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

1.

2.

3.
4.
5.

Setidaknya ada enam dimensi akhlak dalam Islam, yaitu:
Akhlak kepada Allah SWT. Diaplikasikan dengan cara mencintai-Nya, mensyukuri
nikmat-Nya, malu berbuat maksiat, selalu bertobat, bertawakkal, dan senantiasa
mengharapkan limpahan rahmat-Nya.
Akhlak kepada Rasulullah SAW. Diaplikasikan dengan cara mengenalnya lebih jauh,
kemudian berusaha mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya, termasuk pula banyak
bershalawat, menerima seluruh ajaran beliau dan menghidupkan kembali sunnah-sunnah
yang beliau contohkan.
Akhlak terhadap Alquran. Diaplikasikan dengan membacanya penuh perhatian,
tartil.Kemudian berusaha untuk memahami, menghapal, dan mengamalkannya.
Akhlak kepada orang-orang di sekitar kita, mulai dari cara memperlakukan diri sendiri,
kemudian orangtua, kerabat, tetangga, hingga saudara seiman.
Akhlak kepada orang kafir. Caranya adalah dengan membenci kekafiran mereka.Namun,
kita harus tetap berbuat adil kepada mereka.Agama memperbolehkan kita berbuat baik
pada mereka selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam, atau untuk mengajak
mereka pada Islam.

11 | P o k o k – P o k o k A j a r a n I s l a m

6. Akhlak terhadap lingkungan dan makhluk hidup lain. Caranya dengan berusaha menjaga
keseimbangan alam, menyayangi binatang, melestarikan tumbuh-tumbuhan, dan lainnya.5
Kedudukan Akhlak dalam Islam
Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi dalam Islam, ini dapat dilihat dari beberapa sebab:
a. Islam telah menjadikan akhlak sebagai illat (alasan) kenapa agama Islam diturunkan.
Hal ini jelas dalam sabda Rasulullah: Maksudnya: Aku diutus hanyalah semata-mata
untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.
b. Islam menganggap orang yang paling tinggi darjat keimanan ialah mereka yang
paling mulia akhlaknya. Dalam hadis telah dinyatakan: Maksudnya: Telah dikatakan
Ya Rasulullah, mukmin yang manakah paling afdhal imannya, Rasulullah s.a.w.
bersabda orang yang paling baik akhlaknya antara mereka.
c. Islam telah mentakrifkan “Addin” dengan akhlak yang baik. Dalam hadis telah
dinyatakan bahawa telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. Maksudnya: Apakah
Addin itu? Sabda Rasulullah, akhlak yang baik Ini bererti bahawa akhlak itu dianggap
sebagai rukun Islam.
d. Islam menganggap bahawa akhlak yang baik adalah merupakan amalan yang utama
dapat memberatkan neraca amal baik di akhirat kelak. Hal ini telah dinyatakan
dengan jelasnya dalam hadis Rasulullah: “Perkara yang lebih berat diletakkan dalam
neraca hari akhirat ialah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”.
e. Dalam ajaran Islam dinyatakan bahawa mereka yang berjaya memenangi kasih
sayang Rasulullah dan mendapat sesuatu kedudukan yang hampir dengan Rasulullah
pada hari akhirat ialah orang yang lebih baik akhlaknya. Dalam hadis Rasulullah
s.a.w. telah bersabda: Maksudnya: Yang paling aku kasihi di antara kamu dan yang
paling dekat kedudukannya padaku di hari akhirat orang yang paling baik akhlaknya
di antara kamu”.
Ciri – ciri Akhlak Islam
a. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan menjauhkan
diri dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya adalah syarak, iaitu
apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak
itulah yang buruk.
b. Lingkungan skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia.
c. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna
keimanannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.
5

http://www.republika.co.id/berita/25260/Keutamaan_Akhlak
(diakses tanggal 1 Oktober 2016. Pukul 11.00)

12 | P o k o k – P o k o k A j a r a n I s l a m

d. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah dan sebaliknya orang
yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.6
Metode pembinaan Akhlak dalam perspektif Islam
Ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam, metode yang diambil dari alQur’an dan Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam :


Metode Uswah (teladan)

Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan.
Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana
firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 :
“Sesungguhnyaterdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu.”
Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW, karena
sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT.
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati
orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak
berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling
penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.



Metode Ta’widiyah (pembiasaan)

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat Imam alGhazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih
bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh
dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat”
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh
lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang

6 http://miftahulhasanah13.blogspot.co.id/2013/01/kedudukan-akhlak-dalam-islamakhlak.html
(diakses tanggal 1 Oktober 2016. Pukul 11.00)

13 | P o k o k – P o k o k A j a r a n I s l a m

dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang
baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia.
Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’,
terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan
Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa
makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh
untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.


Metode Mau’izhah (nasehat)

Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk
melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah yang dinasehatkan kepada orangorang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”…
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang
keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar
ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si
pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak
demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.



Metode Qishshah (ceritera)

Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran,
dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang
sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.
Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis merupakan metode
pendidikan yang sangat penting, alasannya, ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat,
menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil
dan lain-lain.
Aplikasi metode qishshah ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video dan ceriteraceritera tertulis atau bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk
bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak mulia.



Metode Amtsal (perumpamaan)

Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis
untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 :
14 | P o k o k – P o k o k A j a r a n I s l a m

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api”…
Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti
mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang
yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikutikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika
berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannnya dan sulit
untuk dilupakan.
Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan bersifat abstrak,
membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang tua tidak boleh salah dalam
membandingkan, karena akan membingungkan anak didik.
Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal
yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta
didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.



Metode Tsawab (ganjaran)
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan
panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka,
mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan
ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.

Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan yang sinis, memuji
orang lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan
menjewernya sebagai alternatif terakhir. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari
Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata :
“Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa biji anggur untuk disampaikan kepada
Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan ketika aku
mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.7

7 http://naturalofreligion.blogspot.co.id/2012/10/metode-pembinaan-akhlakdalam.html
(diakse tanggal 1 Okotober 2016. Pukul 14.00)

15 | P o k o k – P o k o k A j a r a n I s l a m

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kaitan antara aqidah, syariat dan akhlak ialah bagaikan sebuah pohon, terdapat akar,
batang dan daun, yang saling menyatu bila satu hilang atau rusak maka akan terjadi
kehancuran untuk pohon tersebut.
Aqidah merupakan pilar utama untuk menumbuhkan syariat dan akhlak. Tanpa
aqidah, syariat dan akhlak yang baik akan menjadi percuma, atau pun sebaliknya.
Rasulullah pernah menjelaskan tentang pegertian ketiganya ketika Jibril datang
kepadanya sebagai seorang manusia.
Rasulullah sangat menekankan hubungan antara ketiganya. Tidak boleh dilepas satu
sama lain. Rasulullah menegaskan barang siapa meninggalkan syariat dan akhlak
akan kehilangan keimanannya, ataupun sebaliknya. Dan Rasulullah menegaskan
untuk memelihara ketiganya dalam tubuh seorang mukmin dan muslim.
B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan
penyusunannya.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.

16 | P o k o k – P o k o k A j a r a n I s l a m

DAFTAR PUSTAKA
http://almalanji.wordpress.com/2007/03/20/makna-dan-peran-aqidah-dalam-islam/ (diakses
tanggal 26 September 2016 jam.10.50)
http://robisevilla.blogspot.co.id/2013/03/aqidah-syariah-dan-akhlak.html (diakses
tanggal 26 September 2016. Jam 11,20)

http://www.dakwatuna.com/2008/mengenal-syariat-islam-bagian-1/
September. Pukul 20.15)

(diakses

tanggal

30

Nurasmawi. 2011. Buku Ajar Aqidah Akhlak
https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/17/makalah-akhlak-pengertian-akhlakkonsep-akhlak-dan-urgensi-akhlak-dalam-kehidupan/

http://www.republika.co.id/berita/25260/Keutamaan_Akhlak
(diakses tanggal 1 Oktober 2016. Pukul 11.00)
http://miftahulhasanah13.blogspot.co.id/2013/01/kedudukan-akhlak-dalam-islamakhlak.html
(diakses tanggal 1 Oktober 2016. Pukul 11.00)
http://naturalofreligion.blogspot.co.id/2012/10/metode-pembinaan-akhlakdalam.html
(diakse tanggal 1 Okotober 2016. Pukul 14.00)

17 | P o k o k – P o k o k A j a r a n I s l a m