isi hukum dagang ranah jual beli

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Sejak zaman Romawi perdagangan sudah berkembang dengan pesatnya, sehingga dengan demikian
diperlukan pula pengaturan yang tepat untuk dapat mengikuti perkembangan yang serba
dinamis itu. Timbulnya pengaturan baru ini akan menimbulkan suatu perubahan pula dalam
hukum Perdata Romawi yang telah ada. Sehingga, akhirnya terbentuklah sebuah Kitab
Undang-Undang yang baru yang kemudian bernama Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Pemisahan Hukum Perdata dalam dua buah bagian itu yang terdiri atas hukum perdata dan
hukum dagang diambil alih oleh tata hukum Prancis yang hukumnya sangat berbau Romawi. Sistem tata
hukum

Prancis

akhirnya

diambil

oleh


Belanda

dan

berdasarkan

asas

konkordansi/concordantie baginsel berlakulah pula sistem hukum Belanda itu di Indonesia.
Maka dari itu sampai saat ini hukum Perdata di Indonesia terbagi pula dalam dua buah
bagian yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Sipil/KUHS atau Burgerlijk Wetbork/BW dan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang/KUHD atau Wetboek van Koophandel/WvK.
Dalam konteks ranah perdagangan di Indonesia sebenarnya istilah jual-beli perusahaan
tidak terlalu tepat karna membuat konotasi pengertian yang berbeda, malah istilah jual-beli
perusahaan ini mengartikan perusahaannya yang diperjual-belikan. Saya sependapat dengan
Dosen Hukum Dagang saya di Fakultas Hukum Universitas Udayana yaitu Bapak
Murwanto,S.H.,M.Hum bahwa istilah yang lebih tepat untuk menggantikan istilah jual-beli
perusahaan tersebut yaitu jual-beli perniagaan. Istilah jual-beli perniagaan juga dikemukakan
oleh Sukardono. Dalam hal ini saya ingin memperdalam materi mengenai hukum dagang
dalam ranah jual-beli perusahaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1

Apa sajakah ranah didalam hukum dagang ?

1.2.2

Apa pengertian dari jual-beli perusahaan ?

1.2.3

Apa sajakah ruang lingkup dari jual-beli perusahaan ?

1

1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1

Agar mengetahui dan memahami pengertian dari hukum dagang serta ruang
lingkup hukum dagang didalamnya.


1.3.2

Agar mengetahui dan memahami pengertian dari jual-beli perusahaan.

1.3.3

Agar mengetahui dan memahami ruang lingkup dari jual-beli perusahaan.

1.4 MANFAAT PENULISAN
1.4.1

Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai hukum dagang.

1.4.2

Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai jual-beli perusahaan.

1.4.3


Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai segala aspek ruang lingkup
dari jual-beli perusahaan.

2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HUKUM DAGANG

A. Sejarah Hukum Dagang
Pada Tahun 1807 Kaisar Napoleon di Perancis mengkodifikasikan

2 Kitab Undang

Undang Hukum :
1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata Perancis ( Code Civil des Francais );
2. Kitab Undang Undang Hukum Dagang Perancis (Code Du Commerce )
Kebetulan pada saat itu Belanda dijajah oleh Perancis ( 1809- 1813) sehingga hukum
Perancis itu diberlakukan di Belanda sesuai dengan Asas Konkordansi I (Concordantie

Beginsel L).
Tapi pada tanggal pada tanggal 1 Oktober 1838 Belanda berhasil membuat membuat
BURGERLIKE WET BOEK ( KUH-PERDATA)

DAN

WET BOEK VAN

KOOPHANDEL ( KUH-DAGANG)
Kemudian karena saat itu (tahun 1838 Indonesia sedang dijajah oleh Belanda

maka

Burgerlike Wetboek DAN Wetboek Van Kophandel diberlakukan di Indonesia (Hindia
Belanda)

sejak tahun 1848 yang diterjemahkan dengan nama

KUH PERDATA


(KUHP) DAN KITAB UNDANG UNDANG HUKUM DAGANG (KUHD.)1[1]

1[1] Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, Rajawali, Jakarta, 2002,
h.1-5

3

B. Pengertian Hukum Dagang menurut para ahli :
1. M .Ikhsan,

mendifinisikan

hukum dagang adalah hukum yang mengatur masalah

perdagangan yaitu masalah yang timbul karena tingkah laku manusia dalam
perdagangan / perniagaan.2[2]
2. Purwosutjipto

mengartikan hukum dagang sebagai hukum perikatan yang timbul


dalam lapangan perusahaan.3[3]
3. CST. Kansil, menyamakan hukum dagang dengan hukum perusahaan, sehingga hukum
perusahaan adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan dalam usahanya memperoleh keuntungan.
4. Sunaryati Hartono,

lebih khusus lagi mensinonimkan hukum dagang dengan hukum

ekonomi yaiitu, keseluruhan peraturan putusan pengadilan dan hukum kebiasaan yang
menyangkut pengembangan kehidupan ekonomi.
5. Munir Fuadi mengartikan Hukum Bisnis, suatu perangkat kaedah hukum yang mengatur
tentang tata cara pelaksanaan urusan kegiatan dagang, industri atau keuangan yang
dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan
uang dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu dengan optik adalah untuk
mendapatkan keuntungan tertentu.

2[2]. Achmad Ihsan, Hukum Dagang, Pradnya Paramita, Jakarta, 1975, h.17
3[3] Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2007, h.17
4


C. Sumber Sumber Hukum Dagang
1. Yang tertulis dan dikodifikasi yaitu KUHD dan KUHPerdata
2. Yang tertulis dan tidak dikodifikasi yaitu seluruh perundang-undangan tentang
perdagangan.
3. tidak tertulis yaitu kebiasaan.

D. Hubungan Hukum Perdata dan Hukum Dagang
Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai pengertian hukum dagang, maka perlu
dikemukakan terlebih dahulu mengenai hubungan antara hukum dagang dan hukum perdata.
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan yang lain dalam
segala usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu bidang dari hukum perdata
adalah hukum perikatan. Perikatan adalah suatu perbuatan hukum yang terletak dalam bidang
hukum harta kekayaan, antara dua pihak yang masing-masing berdiri sendiri, yang
menyebabkan pihak yang satu mempunyai hak atas sesuatu prestasi terhadap pihak yang lain,
sementara

pihak

yang


lain

berkewajiban

memenuhi

prestasi

tersebut.

Apabila dirunut, perikatan dapat terjadi dari perjanjian atau undang-undang (Pasal 1233
KUH Perdata). Hukum dagang sejatinya terletak dalam hukum perikatan, yang khusus timbul
dari lapangan perusahaan. Perikatan dalam ruang lingkup ini ada yang bersumber dari
perjanjian

dan

dapat

juga


bersumber

dari

undang-undang.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa hukum dagang adalah hukum perikatan
yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata
dan Hukum Dagang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).
Kesimpulan ini sekaligus menunjukkan bagaimana hubungan antara hukum dagang dan
hukum perdata. Hukum perdata merupakan hukum umum (lex generalis) dan hukum dagang
merupakan hukum khusus (lex specialis). Dengan diketahuinya sifat dari kedua kelompok
hukum tersebut, maka dapat disimpulkan keterhubungannya sebagai lex specialis derogat lex
generalis, artinya hukum yang bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat
umum. Adagium ini dapat disimpulkan dari pasal 1 Kitab undang-Undang Hukum Dagang
yang pada pokoknya menyatakan bahwa: “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata seberapa
5

jauh dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus diadakan penyimpanganpenyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang.

E. Berlakunya Hukum Dagang
Perkembangan hokum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad pertengahan eropa
(1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan pada zaman itu di Italia dan
perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia,
Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya ) . tetapi pada saat itu hokum Romawi
(corpus lurus civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka
dibuatlah hokum baru di samping hokum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 &
ke- 17 yang berlaku bagi golongan yang disebut hokum pedagang (koopmansrecht)
khususnya mengatur perkara di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum
pedagang ini bersifat unifikasi.
Karena bertambah pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi
dalam hokum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert
dengan peraturan (ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673. Dan pada tahun 1681 disusun
ORDONNANCE

DE

LA

MARINE

yang

mengatur

tenteng

kedaulatan.

Dan pada tahun 1807 di Perancis di buat hokum dagang tersendiri dari hokum sipil yang ada
yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun dari ordonnance du commerce (1673) dan
ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hokum
dagang tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini
ada 3 kitab dan tidak mengenal peradilan khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan .
KUHD Belanda berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi
pemmbuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19 Prof.
molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD Nederlands menjadi UU
yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896).Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2
kitab yaitu , tentang dagang umumnya dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari
pelayaran.

6

F. Hubungan pengusaha dan pembantunya
Dalam melaksanakan perusahaannya, ia memerlukan bantuan orang-orang yang bekerja
padanya sebagai bawahan, ataupun orang yang berdiri sendiri dan mempunyai perusahaan
sendiri dan yang mempunyai perhubungan tetap ataupun tidak tetap dengan dia.
Sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan yang demikian pesat dewasa ini, pengusahapengusaha kebanyakan tidak lagi berusaha seorang diri, melainkan bersatu dalam
persekutuan-persekutuan atau perseroan-perseroan yang menempati gedung-gedung untuk
kantornya dengan sedikit atau banyak pegawai. Kemudian dibedakanlah antara perusahaan
kecil, sedang dan besar. Pada tiap-tiap toko dapat dilihat aneka warna pekerja-pekerja seperti
para penjual, penerima uang, pengepak, pembungkus barang-barang, dan sebagaiinya.
Adapun pembantu-pembantu luar perusahaan antara lain:
a. Agen perusahaan
Agen perusahaan adalah orang yang melayani beberapa pengusaha sebagai perantara
pihak ketiga. Orang ini mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan mewakilinya
untuk mengadakan dan selanjutnya melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga.
Perbedaan antara agen perusahaan dan pekerja keliling adalah pada hubungan kerja dan
tempat kedudukan, seperti diuraikan berikut:
Pekerja keliling mempunyai hubungan hukum tenaga kerja dengan pengusaha (majikan),
sedangkan agen perusahaan mempunyai hubungan hukum pemberian kuasa dengan
perusahaan yang diageninya.
Pekerja keliling adalah karyawan perusahaan majikannya, dia tidak berdiri sendiri dan
berkedudukan di tempat kedudukan perusahaan, sedangkan agen perusahaan bukan bagian
dari

perusahaan

yang

diageninya,

melainkan

perusahaan

yang

berdiri

sendiri.

Hubungan pengusaha dengan agen perusahaan adalah sama tinggi dan sama rendah, seperti
pengusaha dengan pengusaha. Hubungan agen perusahaan bersifat tetap. Agen perusahaan
juga mewakili pengusaha, maka ada hubungan pemberi kuasa. Perjanjian pemberian kuasa
diatur dalam Bab XVI, Buku II, KUHPER, mulai dengan pasal 1792, sampai dengan 1819.
Perjanjian bentuk ini selalu mengandung unsur perwakilan (volmacht) bagi pemegang kuasa
(pasal 1799 KUHPER).
7

Dalam hal ini agen perusahaan sebagai pemegang kuasa, mengadakan perjanjian dengan
pihak ketiga atas nama pengusaha.
b. Perusahaan perbankan
Perusahaan perbankan adalah lembaga keuangan yang mewakili pengusaha untuk
melakukan
•Pembayaran kepada pihak ketiga
• Penerimaan uang dari pihak ketiga
• Penyimpanan uang milik pengusaha selaku nasabah
c. Pengacara
Pengacara ialah orang yang mewakili pengusaha ini dalam berperkara di muka hakim.
Dalam mewakili pengusa ini pengacara tidak hanya terbatas dimuka hakim saja, juga
mengenai segala persoalan hukum di luar hakim. Hubungan antara pengacara dengan
pengusaha adalah hubungan tidak tetap, sedang sifat hukumnya berbentuk pelayanan berkala
dan pemberian keputusan.
d. Notaris
Seorang notaris dapat membantu pengusaha dalam membuat perjanjian dengan pihak
ketiga. Hubungan notaris dengan pengusaha bersifat tidak tetap, sebagai juga halnya dengan
pegacara hubungan hukumnya bersifat pelayan berkala dan pemberian kekuasaan. Notaris
adalah pejabat umum, khusus berwenang untuk membuat akte mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan, yang dipertahkan oleh peraturan umum atau yang diinginkan oleh
yang berkepentingan, agar dapat ternyata pada akta otentik itu tentang kepastian tanggal,
menyimpan akta dan menerbitkan grossen, turunan dan kutipan, semua itu bila pembuatan
akta itu oleh peraturan umum tidak dibebankan atau dijadikan kepada pejabat atau orang lain.

8

e. Makelar
Menurut pengertian Undang-undang, seorang makelar pada pokoknya adalah seorang
perantara yang menghubungkan pengusaha dengan pihak ke tiga untuk mengadakan berbagai
perjanjian. Makelar mempunyai ciri khusus, yaitu:
Makelar harus mendapat pengangkatan resmi dari pemerintah (c.q. Mentri Kehakiman) –
(pasal 62 ayat (1)) Sebelum menjalankan tugasnya, makelar harus bersumpah di muka Ketua
Pengadilan Negeri, bahwa dia akan menjalankan kewajibannyadengan baik (pasal 62 ayat (1)
Mengenai makelar diatur dalam KUHD, buku 1, pasal 62 sampai 72, dan menurut pasal 62
ayat (1) makelar mendapat upahnya yang disebut provisi atau courtage. Sebagai perantara
atau pembantu pengusaha, makelar mempunyai hubungan yang tidak tetap dengan pengusaha
(pasal 62 ayat (1)). Hubungan ini tidak sama halnya dengan pengacara, tetapi lain dengan
hubungan antara agen perusahaan dengan pengusaha. Adapun sifat hukum dari hubungan
tersebut adalah campuran yaitu sebagai pelayan berkala dan pemberian kuasa.
Makelar dan agen perusahaan kedua-duanya berfungsi sebagai wakil pengusaha terhadap
pihak ketiga. Akan tetapi, antara keduanya terdapat perbedaan pokok dilihat dan segi:
• Hubungan dengan pengusaha: makelar mempunyai hubungan tidak tetap, sedangkan agen
perusahaan mempunyai hubungan tetap.
• Bidang usaha yang dijalankan: makelar dilarang berusaha dalam bidang mana dia diangkat
dan dilarang menjadi penjamin dalam perjanjian yang dibuat dengan pengantaraannya,
sedangkan agen perusahaan tidak dilarang.
• Formalitas menjalankan perusahaan: makelar diangkat oleh Menteri Kehakiman dan
disumpah, sedangkan agen perusahaan tidak. Akan tetapi, sekarang formalitas ini tidak
relevan lagi.
f. Komisioner
Mengenai komisioner diatur dalam pasal 76 sampai dengan pasal 85 KUHD. Dalam pasal
76 KUHD dirumuskan, bahwa komisioner adalah seorang yang menyelenggarakan
perusahaannya dengan melakukan perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama firma
dia sendiri, tetapi atas amanat dan taggungan orang lain dan dengan menerima upah atau
provisi (komisi) tertentu.
9

Adapun ciri-ciri khas komisioner ialah:
Tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan sebagai halnya makelar
Komisioner menghubungkan komitetn dengan pihak ketiga atas namanya sendiri (pasal
76)Komisioner tidak berkewajiban untuk menyebut namnay komiten (pasal 77 ayat (1)). Dia
disini menjadi pihak dalam perjanjian (pasal 77 ayat (2) Tetapi komisioner juga dapat
bertindak atas pemberi kuasanya (pasal 79). Dalam hal ini maka dia tunduk pada Bab XVI,
buku II KUHPER tentang pemberian kuasa, mulai pasal 1972 dan seterusnya. Konisioner
mempunyai

hubungan

kerja

tidak

tetap

dan

koordinatif

dengan

pengusaha.

G. Pengusaha dan kewajibannya
• Hak dan Kewajiban pengusaha adalah:
a. Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja.
b.Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat.
c. Memberikan pelatihan kerja (pasal 12)
d. Memberikan ijin kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan kewajiban menurut
agamanya (pasal 80)
e. Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu, kecuali ada
ijin penyimpangan (pasal 77)
f. Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki/laki dan perempuan;
g. Bagi perusahaan yang memperkerjakan 25 orang buruh atau lebih wajib membuat
peraturan perusahaan
h. Wajib membayar upah pekerja pada saat istirahat / libur pada hari libur resmi
i. Wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pekerja yang telah mempunyai
masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih
j. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum (pasal 90)
k. Wajib mengikutsertakan dalam program Jamsostek (pasal 99)

10

H. Bentuk-bentuk Badan Usaha
a.Perseroan terbatas
b. Koperasi
c.Yayasan
d. Badan Usaha Milik Negara
a. Perseroan Terbatas
Bentuk badan usaha PT adalah bentuk perusahaan yang paling populer dalam bisnis dan
paling banyak digunakan oleh para pelaku bisnis di Indonesia dalam menjalankan kegiatan
usaha diberbagai bidang. Selain memiliki landasan hukum yang jelas seperti yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Perubahan atas Undang-undang Nomor 1
Tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS bentuk PT ini juga dirasakan lebih menjaga
keamanan para pemegang saham/pemilik modal dalam berusaha.
Sama halnya dengan CV pendirian PT juga dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang atau
lebih, karena sistem hukum di Indonesia menganggap dasar dari perseroan terbatas adalah
suatu perjanjian maka pemegang saham dari perseroan terbatas pun minimal haruslah
berjumlah 2 (dua) orang, dengan jumlah modal dasar minimum Rp. 20.000.000,-,
(Rp.50.000.000,- pada UUPT no.40/2007 atas perubahan UUPT no. 1/1995) sedangkan
untuk bidang usaha tertentu jumlah modal dapat berbeda seperti yang ditentukan serta
berlaku

aturan

khusus

yang

mengatur

tentang

bidang

usaha

tersebut.

b. Koperasi
koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang
berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha koperasi
merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya penjelasan UUD
1945 Pasal 33 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan
sebagai

bagian

yang

tidak

terpisahkan

dalam

sistem

perekonomian

nasional.

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berusaha
menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan anggota.
Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan dalam mengembangkan koperasi harus

11

mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin
dan mengikuti prinsipprinsip koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.
Prinsip Koperasi :
Di dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan pada
pasal 5 bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah koperasi harus melaksanakan prinsip koperasi.
Berikut ini beberapa prinsip koperasi:
• Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.
• Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis.
• Sisa hasil usaha (SHU) yang merupakan keuntungan dari usaha yang dilakukan oleh
koperasi dibagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing anggota.
• Modal diberi balas jasa secara terbatas.
• Koperasi bersifat mandiri.
c. Yayasan
Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan dalam mencapai tujuan tertentu pada bidang sosial, keagamaan, kesehatan,
kemanusiaan dan lain-lain. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai
dengan maksud dan tujuan didirikannya yayasan tersebut.
Pihak-pihak yang Terkait dengan Yayasan:
1) Pengadilan Negeri
Pendirian yayasan didaftarkan ke pengadilan negeri
2) Kejaksaan
Kejaksaan Negeri dapat mengajukan permohonan pembubaran yayasan kepada
pengadilan jika yayasan tidak menyesuaikan anggaran dasar dalam jangka waktu yang
ditentukan.
3) Akuntan Publik
Laporan keuangan yayasan diaudit oleh akuntan publik yang memiliki izin
menjalankan pekerjaan sebagai akuntan public

12

• Kedudukan Yayasan
Yayasan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Sumber Kekayaan Yayasan
• Sumbangan / bantuan yang tidak mengikat
• Wakaf
• Hibah
• Hibah wasiat
• Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan
perundangan yang berlaku Yayasan Asing.
d. Badan Usaha Milik Negara
BUMN adalah suatu unit usaha yang sebagian besar atau seluruh modal berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan serta membuat suatu produk atau jasa yang sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat.BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan
keuangan negara yang nilainya cukup besar.
• Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :
a) Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya
dan penerimaan negara pada khususnya
b) Mengejar keuntungan
c) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
d) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan olehsektor
swasta dan koperasi
e) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
lemah, koperasi, dan masyarakat.

13

Pada beberapa BUMN di Indonesia, pemerintah telah melakukan perubahan mendasar
pada kepemilikannya dengan membuatnya menjadi perusahaan terbuka yang sahamnya bisa
dimiliki

oleh

publik.

Contohnya

adalah

PT.

Telekomunikasi

Indonesia,

Tbk.

Sejak tahun 2001, seluruh badan usaha ini dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian
BUMN, yang dipimpin oleh seorang Menteri Negara.
2.2 PENGERTIAN JUAL BELI PERUSAHAAN
A. Pengertian jual beli perusahaan
Jual beli adalah suatu perjajian timbal-balik yang dalam hal ini pihak yang satu (si
penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang
lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas jumlah uang sebagai
imbalan dari perolehan hak milik tersebut.4[4]
Pengertian jual-beli Perdata (umum) diatur dalam Pasal 1457-1540 KUH Perdata. Jual
beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan pembeli, dengan mana pihak
penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak pembeli
mengikatkan diri untuk membayar harga benda sebagaimana yang telah diperjanjikan.
(Psl 1457 KUH Pdt)
Jual beli dapat tercapai apabila:
a.

Saat tercapainya kesepakatan benda dan harga, meskipun belum ada penyerahan atau
pembayaran.

b.

Azas Konsensualisme (psl.1458 BW)

2.3 JENIS JUAL-BELI PERUSAHAAN
Jenis jual beli perusahaan yaitu jual beli perusahaan umum dan jual beli perusahaan
khusus.
1. Jual beli perusahaan umum
Pengertiannya terdapat didalam Pasal 1457 KUHPer yang berbunyi “Jual
beli adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

44[4] Richard Eddy. 2010.Aspek Legal Properti – Teori, contoh, dan Aplikasi. Yogyakarta : Andi. h.56
14

menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
dijanjikan.”
Saat terjadinya perikatan jual beli yaitu terdapat didalam Pasal 1458 yang
berbunyi “ Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera
setelah orang-orang itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta
harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.”
Saat tejadinya peralihan hak milik, yaitu diatur dan terdapat didalam Pasal
1459 KUHPer, Pasal 612 dan Pasal 616 KUHPer.
Saat terjadinya peralihan resiko, yaitu diatur dalam Paal 1460 dan Pasal
1461 KUHPer.
2. Jual beli perusahaan khusus
Menurut Zeylemeker jual beli perusahaan (handelskoop) adalah perbuatan pedagang atau
pengusaha lainnya yang berdasarkan perusahaannya/ jabatannya melakukan perjanjian jual beli.
Dengan demikian jual beli perusahaan tersebut merupakan jual beli yang memiliki sifatsifat khusus.
Kekhususan Jual Beli Perusahaan, yaitu:
a)

Perbuatan perusahaan
Jual

beli

perusahaan

merupakan

perbuatan

perusahaan.

Menurut

Polak

perbuatantersebut direncanakan terlebih dahulu tentang untung ruginya dan
segalasesuatunya dicatat dalam pembukuan. Jadi jual beli ini bukan untuk
kepentingansendiri sebagai konsumen tetapi untuk kepentingan perusahaan atau
jabatannyadalam perusahaan
b)

Para pihak
salah satu / keduanya adalah pengusaha yaitu orang atau badan hukum yangmenjalankan
perusahaan yang mungkin saja bertempat tinggal tidak dalam satunegara

c)

Barang-barang yang diperjualbelikan
Biasanya barang-barang dagangan tidak dipakai/dikonsumsi sendiri, tetapi
untuk dijual kepada orang lain atau dipergunakan untuk kepentingan perusahaan.

d)

Pengangkutan
15

Biasanya barang-barang yang diperjualbelikan tidak sedikit, oleh karena
itudiperlukanpengangkutan yang khusus pada waktu penyerahan baik melaluipengangkutan
darat. laut, dan udara. (70% biasanya melalui laut).
Jual beli dalam garis besar Hukum dagang dapat dibagi dua, yaitu :
 Jual beli keperdataan
 Jual beli perusahaan
Jual beli keperdataan adalah jual beli yang dapat dilakukan oleh siapa saja, dengan tujuan
memnuhi kebutuhan primer atau pokok si pembeli.
Jual beli perusahaan adalah jual beli yang dilakukan oleh para pengusaha atau pedangang,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan (mendapat keuntungan).
Perbedaan antara keduanya dapat dilihat di dalam table berikut :

Jual beli keperdataan

Jual beli perusahaan

 KUHPdt
 KUHD
 Perjanjian
Aturan yang berlaku

 KUHPdt (Buku III)

lain

yang

disepakati oleh terkait
 Peraturan internasional
terkait

jual

beli

perusahaan
 Perjanjian antar pulau

Pihak yang terkait (Berhak/

 Bebas atau umum

legalstanding)

 Pengusaha
 Minimal
pihak
pengusaha

16

salah

satu

haruslah
atau

pedagang

Jumlah barang yang dibeli

 Relatif

transportasi

angkutan

sesuai

dengan kebutuhan

 Tidak
Kebutuhan

sedikit,

begitu

karena

penting,

pemindahan

barang cukup 1x (satu
kali)

 Relatif banyak, sesuai
dengan modal

 Sangat diperlukan baik
itu transportasi darat,
laut,

maupun

Karena

barang

udara.
akan

diangkut berulang kali.

Setelah memahami apa itu jual beli keperdataan dan jual beli perusahaan, berikut syarat-syarat
terkait hal tersebut. Pada prinsipnya tidak ada syarat-syarat khusus untuk pergantian Hak milik
atau penyerahan barang dari penjual kepada pembeli didalam jual beli keperdataan, namun
didalam jual beli perusahaan, hal itu sangat dibutuhkan, mengingat kepentingan para pihak yang
terkait, diantaranya :
 Loko
Apabila syarat loko disepakati dalam perjanjian jual beli, maka :
 Pergantian Hak Milik atau penyerahan barang dilakukan didalam gudang penjual.
 Semua resiko setelah pengambilan barang (keluar dari gudang penjual), adalah tanggung
jawab pembeli.
 FAS (Free Alongside Ship)
Apabila syarat FAS disepakati dalam jual beli, maka :
 Pergantian Hak Milik atau penyerahan barang dilakukan di dermaga kapal berlabuh
(Pelabuhan).
 Resiko dan biaya angkutan barang dari gudang penjual ditanggung penjual

17

 Biaya bongkarmuat barang kapal dan resiko sejak barang berada di dermaga adalah
tanggung jawab si pembeli
 FOB (Free On Board).

Apabila syarat FOB disepakati dalam perjanjian jual beli, maka :
 Pergantian Hak Milik atau penyerahan barang dilakukan di atas kapal.
 Segala resiko dan biaya selama barang ditransportasikan adalah tanggung jawab penjual.
 CF (Cost and Freight)
Apabila syarat CF disepakati dalam perjanjian jual beli, maka :
 Peragantian Hak Milik atau penyerahan barang ada dua pilihan, yaitu :
1. Syarat umum, tempat pergantian Hak Milik di atas kapal (Sebelum berangkat dari
pelabuhan si penjual)
2. Syarat Khusus, tempat pergantian Hak Milik saat berada di pelabuhan si pembeli (Barang
masih berada di dalam kapal)
 Biaya selama barang diangkut dari gudang penjual sampai pelabuhan si pembeli adalah
tanggung jawab penjual.
 CIF (Cost Insurance Freight)
Secara keseluruhan sama dengan syarat CF, hanya saja, syarat CIF, penjual harus memberikan
police assurance.
 Franko
Apabila dicermati, Franko adalah kebalikan dari Loko.
Apabila syarat ini disepakati dalam jual beli, maka :
18

 Pergantian Hak Milik atau penyerahan barang dilakukan di gudang pembeli.
 Segala resiko atau biaya pemindahan barang dari gudang penjual ke gudang pembeli
ditanggung oleh penjual.

2.4 RUANG LINGKUP JUAL BELI PERUSAHAAN
B. Peraturan nasional dan internasional yang berlaku bagi jual beli perusahaan
Ketentuan- ketentuan dalam bab v, buku III, KUHPER digunakan untuku jual
beli perusahaan, selain banyak unsur yang berbeda antara jual beli perdata dan jual beli
perusahaan, juga karena mengandung unsur internasional. Tidak adanya peraturan
nasional yang lengkap,bukan hanya terjadi di indonesia, tetapi juga terjadi di belanda
atau di negara lain.
Menurut dorhout mees5[5], telah ada beberapa peraturan internasional tentang jual beli
perusahaan, dengan maksud untuk menciptakan kesatuan hukum internasional bagi jual
beli perusahaan, yaitu:
a)

Warsaw-oxford rules 1928-1932, mengenai syarat-syarat jual beli perusahaan, uang
ditinjau kembali pada tahun 1953

b)

Inco-terms, mengenai syarat-syarat jual beli perusahaan yang paling banyak dipergunakan,
yang di tinjau kembali pada tahun 1962 dan 1947

c)

“Uniform costoms and praktice for documentary credits” (disingat: :uniform costoms”)yang
ditinjau kembali pada tahun 1962 dan 1974
Peraturan huruf b dan c dibuat atas usaha kamar dagang internasional (“International
chamber of commerce” disingkat ICC). Selanjutnya dorhout mess menyebutkan adanya
perjanjian L.U.V.I. tahun 1964(loi uniform sur ia vante international des mobillers
corporel).
Pada bulan april 1964 di gravenhage (negeri Belanda) diadakan konversensi
internasional yang dihadiri oleh 28 negara. Ada 4 negara dan 6 organisasi internasional
mengirimkan peninjauan. Konferensi tersebut menghasilkan dua perjanjian, yaitu”

5[5] Dorhout mecs ned, hanles, III, druk, h.447

19

1)

Mengenai jual beli i nternasional benda bergerak

2)

Mengenai terjadinya perjanjian jual belio semacam itu.
Masing-masing dari dua buah perjanian itu dibuat kesatuan undang-undang. Undang-

undang yang terpenting adalah mengenai materi pertama, yang judul resminya adalah “ loi
uniforme sur la vente internationale des objets mobiller corporels”, disingakat LUVI. Undangundang ini khusus mengenai jual beli benda bergerak yang bersifat internasional. Untuk itu, para
pihak harus bertempat tinggal dinegara yng berlainan dan memenuhi salah satu syarat seperti
yang dibawah ini:
1.

Jual beli harus mempergunakan pengangkutan internasional untuk mengirim barangnya.

2.

Penawaran dan penerimaan harus terjadi dinegara- negara barlainan. Dan

3.

Penawaran harus dilakukan di negara lain dari tempat dimana penawaran dan pemerintahn
terjadi.
C. Hubungan jual beli perusahaan dengan ekspor-impor
Ekspor di pandang dari sudut indonesia adalah perbuatan mengirimkan barang keluar
indonesia dipandang dari sudut pandangan perusahaan.perbuatan ekspor impor adalah perikatan
yang timbul dari perjanjian jual beli perusahaan yang telah tutup. Ekspor-impor adalah prestasi
npenjual dalam usahanya untuk menyerahkan barang kepada poembeli di sebarang lautan.
Ekspor dilakukan oleh penjual diindonesia, sedangkan impor dilakukan oleh penjual di luar
negeri. Jadi, ekspor-inpor adalah perbuatan penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Ini
merupakan unsur pertama dari jual beli perusahaan. Sedangkan unsur kedua adalah pembayan.
Unsur kedua ini dilakukan dengan menggunakan devisa, yaitu alat pembayaran luar negeri
mengenai : Ekspor-impor” dan “lalulintas devisa”, dan PP(L.N.1964-131), “tentang perubahan
Ekspor-inpor”’, dan lalu lintas devisa”, serta perubahan yang akan terjadi. Sedangkaan peraturan
internasionbal “unifrm costoms and practice for documentary credits”, (disingkat uniform
costom) merupakan peraturan tentang “ cara-cara pembayaran yang harus dilakukan oleh
pembeli melalui bank. 6[6]

D. Jual beli loko dan timbulnya syarat-syarat
6[6] DR.Rr. Dijann Widijowati, S.H.,M.H. HUKUM DAGANG. h.127

20

Jual beli loko adalah bentuk jual beli yang sangat sederhana. Si pembali datang di tempat
si penjual, yang memiliki barang- barang yang akan dijual sipembeli, membeli, membayar,
dan menerima barang di tempat dan disaat yang sama. Contoh klasik mengenai hal ini ialah
jual beli di pasar. Perbuatan memisahkan benda jenis beras. Pindahnya resiko dan hak milik,
penyerahan, penerimaan dan pembayaran terjadi pada saat dan tempat yang sama.
Dalam keadaan sehari hari tidak semua bentuk jual beli itu berbentuk jual beli loko seperti
jual beli diatas, yakni beberapa perbuatan hukum pada jual beli terjadi pada saat dan tempat
yang sama, tetapi ada beberapa jenis jual beli yang melaksanakan perbuatan hukumhukumnya terpisah satu sama lain dalam waktu dan tempat. Keadaan inilah yang
menimbulkan syarat-syarat. Syarat-syarat ini dinyatakan dalam huruf sebagai kependekan dari
kata-kata, misalnya syarat-syarat f.o.b., c.i.f. dan franco. Pada umumnya syarat-syarat itu
dinyatakan dengan kata-kata lengkap dalam syarat atau perjanjuan. Dengan adanya syaratsyarat ini perlu perlu dibicarakan akibat hukum yang timbul karena adanya syarat-syarat
tersebut, misalanya tentang beralihnya resiko dan hak milik. Dalam praktik aturan, aturan
umum itu sering dikoreksi dengan aturan khusus. Yang merupakan bagian dari perjanjian atau
kontrak. Oleh karena itu, agar kita jangan sampai salah paham, isi dari aturan khusus itu harus
dipelajari secara seksama.
Disamping syarat yang bersifat umum itu, masih terdapat syarat yang bersifat khusus lagi,
untuk mengubah atau melengkapi syarat-syarat yang bersifat umum tersebut, misalnya syarat
pemberitahuan pembayaran pada dokumen(betaling tegen documenten), penyerahan dengan
dokumen(laveribg tegen), dan lain-lain.
E. Berlakunya syarat-syarat dan kebiasaan pada jual beli perusahaan
Jual beli perusahaan adalah perjanjian antara orang-orang ahli. Dari itu mereka dapat
memperhitungkan semua kemungkinan yang timbul berhubung dengan telah ditutupnya
perjanjian jual beli perusahaan itu. Mereka memperhitungkan persoalan, bagaimana mengangkut
barang-barang itu, kualitas dari barang yang akan dibeli/dijual, pembayaran harga barang yang
paling aman, dan lain-lain hal yang dalam jual beli perdata biasanya tidak atau kurang
mendapatkan perhatian.
Dalam perlaksanaan perjanjian jual beli perusahaan itu para pihak bertindak sebagaimana
mestinya, membayar harga barang-barang pada waktunya, mengenai beberapa jenis barang dapat
21

menerima sedikit labih atausedikit kurang. Disamping hal-hal ini masih ada kebiasaan yang
berlaku, yang harus juga ditaati oleh para pihak.
Kemungkinan-kemungkinan di atas telah diperhitungkan masak-masak oleh para pihak
merupakan kebiasaan yang ditaati oleh semua pihak, baik dalam lingkungan nasional maupun
dalam lingkungan internasional. Disinilah timbul syarat-syarat(beding-beding), yang meskipun
dinyatakan dalam huruf atau kata-kata pendek, tetapi mengandung pengertian yang luas dan
dalam. Ini semua hanya dimengerti oleh para ahlinya.
Kecuali syarat-syarat seperti tersebut diatas, masih ada lagi hal-hal yang harus diperhatikan oleh
para pihak, hal ini mempunyai dasar hukumnya pada pasal 1933 KUHPER, yang berbunyi:
“perjanjian perjanjian tidak tidak hannya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan
didalam nya, tetapi juga untukj segala sesuatu, yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh
keadilan, kebiasaan, atau undang-undang.” Dengan ini, jelas bahwa syarat-syarat dan kebiasaan
yang berlaku pada jual beli perusahaan mempunyai dasar hukumnya dalam pasal 1339
KUHPER, termasuk dalam pengertian’ keadilan dan kebiasaan’, seperti yang dimaksud dalam
pasal 1339 KUHPER tsb.
F. Kontrak baku merupakan undang-undang bagi jual beli perusahaan
Syarat-syarat dan kebiasaan jual beli perusahaan tidak hannya berlaku dalam lingkingan
nasional, tetapi juga berlaku dalam lingkungan lebih luas, yakni internasional. Perdagangan
internasional mambawaserta kesukaran terhadap tidak pastinya hukum yang berlaku bagi
perjanjian jual beli itu dalam kontrak baku. Kontrak baku ini disusun oleh para ahli yang
berkepentingan, sebagai suatu aturan yang berlaku bagi semua jenis perdagangan tertentu.
Yang dimaksid dengan kontrak baku(standardcontracten) ialah formulir yang dudah dicetak
rapi dengan tempat-tempat kosong, yangbharus diisi oleh pihak-pihak dalam perjanjia, agar
menjadi suatu kontrak yang semourna.

G. Dasar hukum dari ketentuan-ketentuan kontrak baku
Jual beli perusahaan dikuasai oleh ketentuan ketentuan dalam kontrak baku dan syaratsyarat umum. Sekarang timbul persoalan, apakah dasar hukum berlakunya kontrak baku dan
syarat-syarat umum tersebut.hal ini kita bisa mendasarkan dari pada paal 1338 ayat (1)
22

KUHPER yang berbunyi: “semua perjanjian di buat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya”. Sudah tentu hal ini dimaksud bila perjanjianitu tidak
bertentangan dengan hukum memaksa” (dwingenrech). Suatu perjanjian yang bertentangan
dengan ketentuan “ hukum memaksa” adalah batal,(pasal 1335 dan1337 KUHPER) berbunyi:
suatu perjanjian tampa sebab atau yang dibuat kasena suatu sebab palsu atau terlarang, idak
mempunyai kekuatan hukum”, sedangkan pasal 1337 KUHPER berbunyi: “ suatu sebab
adalah terlarang apabila dilarang oleh UU, atau bila bertentangan dengan kesusilaan atau
ketertiban umum.

H. Syarat-syarat yang menurut kebiasaan selalu di perjanjikan
Syarat-syarat yang menurut kebiasaan selalu di perjanjikan seperti yang dimaksud pada
pasal 1347 KUHPER, dapat di pergunakan sebagai pedoman bagi syarat-syarat yang
dipergunakan dalam perjanjian jual beli perusahaan. Pasal 1347 KUHPER 7[7] berbunyi”
syarat-syarat yang menurut kebiasaan selalu di perjanjikan dianggap secara diam diam
dimasukkan dalam perjanjian, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. Yang biasa dibuat
orang, dan akibatnya berlaku sebagai syarat-syarat itu ada tertulis. Itulah arti sewajarnya dari
pasal tersebut.Pada pokoknya ada syarat-syarat yang tidak dinyatakan secara terus terang,
tetapi secara diam-diam.
I. Perwasitan dalam jual beli peusahaan
Biasanya pada tiap-tiap kontrak baku atas perjanjian jual beli perusahaan itu tercantum
kausal yang dinyatakan bila ada perselisihan mengenai panafsiran atau pelaksanaan suatu
ketentuan dalam perjanjian, para pihak akan menyelesaikan dengan sistem perwasitan.
Putusan wasit tidak hanya memengaruhi secara langsung isi perjanjian jual beli perusahaan,
tetapi berpengarauh kepada perkembanngan lembaga jual beli perusahaan untuk selanjutnya.
Sekarang,Tiap-tiap kontrak baku jual beli perusahaan selalu tercantum klausul” pactum de
compromittendo”, dengan menemukan wasit-wasit tetapnya. Dalam hal ini kadin indonesia
telah membentuk suatu lembaga perwasitan yang disebut “B.AN.I. dengan adanya lembaga

7[7] Prof .R.Subekti, S.H dan R. Tjitrosudibio kitab undang undang hukum dagang.h.333

23

tersebut para pengusaha dapat mengambil mamfaatnya, dengan cara lansung mengajukan
persoalan kepada BANI tersebut.
Lembaga perwasitan itu di perbolehkan adanya undang-undang no 14 tahun 1970(L.N. 197074), meskipun tidak dinyatakan dalam diktum undang-undang tersebut, tetapi dalam
menyelesaikan pasal demi pasal, pasal 3 ayat 1 ada kalimat yang berbunyi: “ penyelesaian
perkara diluar pengadilan atas dasarperadilan atau melalui wasit (arbitrase) tetap di
perbolehkan. Adapun arti pentingnya peradilan wasit untuk penyelesaian sengketa yang
timbul dari perjanjian jual beli perusahaan ialah:
1.

Persengketaan dapat diselesaikan dengan cepat

2.

Putusan lebih sesuai dengan perusahaan keadilan para pengusaha

3.

Adanya peradilan wasit mendorng perkembangan hukum pada material.

24

BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Hukum dagang sejatinya terletak dalam hukum perikatan, yang khusus timbul dari
lapangan perusahaan. Perikatan dalam ruang lingkup ini ada yang bersumber dari perjanjian dan
dapat juga bersumber dari undang-undang.Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. Hukum
Dagang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).
Jual beli adalah suatu perjajian timbal-balik yang dalam hal ini pihak yang satu
(sipenjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang
lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas jumlah uangsebagai imbalan
dari perolehan hak milik tersebut.
Jual beli perusahaan (handelskoop) adalah perbuatan pedagang atau pengusaha lainnya yang
berdasarkan perusahaannya/ jabatannya melakukan perjanjian jual beli. Jual beli dapat tercapai
apabila:
a.

Saat tercapainya kesepakatan benda dan harga, meskipun belum ada penyerahan atau
pembayaran.

b.

Azas Konsensualisme (psl.1458 BW)

3.2 Saran
Saya yang dapat saya sampaikan yaitu bahwa saya menyadari akan kekurangan paper ini,
oleh sebab itu diharapkan kepada pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang
25

konstruktif dalam rangka penyempurnaan paper ini. Akhirnya, kepada Tuhanlah saya
menyerahkan diri serta memohon anugrah dan hidayah-Nya. Semoga paper ini bermanfaat bagi
kita semua agar kita lebih bisa mengetahui, mengerti, memahami serta memperdalam materi
Jual-Beli Perusahaan dalam ranah Hukum Dagang ini, sehingga kita mampu menguasainya
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Subekti, dkk. Kitab Undang- Undang HUKUM PERDATA. Pradnya Paramita: Jakarta.
Soedharyo Soimin,S.H. 1995. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Sinar Grafika :
Jakarta.
Zainal Asikin. 2002. Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, Rajawali :
Jakarta.
Achmad Ihsan. 1975. Hukum Dagang. Pradnya Paramita : Jakarta.
Purwosutjipto. 2007. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan : Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/93893061/1/Pengertian-Jual-Beli-Perusahaan
www.academi.edu

26

27

28