Proposal Skripsi Sistem Akuntansi Keuang

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam
masyarakat. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia memerlukan
adanya manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup dalam masyarakat.
Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain, disadari
atau tidak untuk mencukupkan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pergaulan hidup
tempat setiap orang melakukan perbuatan dalam hubungannya dengan orang lain
disebut muamalah.1
Masalah muamalah selalu dan terus berkembang, tetapi perlu diperhatikan
agar perkembangan tersebut tidak menimbulkan kesulitan-kesulitan hidup pada
pihak tertentu yang disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan atau tipuan dari
pihak lain.
Islam adalah agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia secara
menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupannya mencakup aspek-aspek aqidah,
ibadah, akhlak dan kehidupan bermasyarakat menuju tercapainya kebahagiaan
hidup rohani dan jasmani, baik dalam kehidupan individunya, maupun dalam
kehidupan masyarakatnya.2
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya supaya hidup saling tolongmenolong, yang kaya harus menolong yang miskin, yang mampu harus menolong
yang kurang mampu. Bentuk dari tolong-menolong ini bisa berupa pemberian
dan bisa juga berupa pinjaman.
Dalam bentuk pinjaman, hukum Islam menjaga kepentingan kreditur,

jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu, ia dibolehkan meminta barang dari
debitur sebagai jaminan utangnya. Sehingga apabila debitur itu tidak mampu

1 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), ed. Revisi,
(Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 11.
2 Suparman Usman, Hukum Islam (Asas-asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam
Tata Hukum Indonesia), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm. 66.

2
melunasi pinjamannya, maka barang jaminan boleh dijual oleh kreditur. Konsep
tersebut dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah rahn atau gadai.3
Salah satu bentuk perwujudan dari muamalah yang di syari'atkan adalah
gadai, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat
283 yang berbunyi:
       
      
    
       
      
  

283. jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan
Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.4
Selama ini banyak usaha-usaha perorangan yang mencoba menyalurkan
dana atau kredit kepada masyarakat tetapi sering menimbulkan kerugian karena
bunga yang terlalu tinggi. Kerena itu pemerintah mencoba memberikan fasilitasfasilitas kredit dan fasilitas-fasilitas pembiayaan lainnya. Fasilitas-fasilitas
tersebut oleh pemerintah disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan
melalui Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. Lembaga
keuangan bank dibagi menjadi 2 yaitu Bank Umum dan Bank Prekreditan Rakyat.
Lembaga keuangan bukan bank terdiri dari pengadaian, asuransi dana pensiun,
reksadana, bursa efek dan lain-lain.

3 Muhammad Solikhul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003) hlm.
1-3.
4 Al-Qur’an, 2 (al-Baqarah) : 283.


3
Di Indonesia satu-satunya lembaga pegadaian yang resmi dan didirikan oleh
pemerintah dinamakan Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Perusahaan Umum
(Perum) Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan
lembaga perkreditan non bank, yang memberikan jasa pelayanan kredit
berdasarkan hukum gadai dan berlaku untuk siapa saja dengan syarat jaminan
berupa benda-benda bergerak.
Meskipun banyak lembaga keuangan yang menawarkan pinjaman atau
kredit, namun Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian tetap menjadi pilihan
masyarakat yang membutuhkan dana, karena lembaga ini mampu menyediakan
dana secara cepat dengan prosedur yang mudah. Hal ini sesuai dengan semboyan
dari Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian itu sendiri yaitu “Mengatasi Masalah
Tanpa Masalah”.
Kehadiran Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang didirikan pemerintah
mengusung peran sosial yang cukup jelas, yaitu membantu pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat, meski peran lain sebagai perusahaan,
juga terus ditingkatkan. Bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah
keberadaannya merupakan pilihan yang sangat tepat untuk memperoleh dana atau
kredit.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perusahaan Umum (Perum)
Pegadaian mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pemerintah
untuk meningkatkan pemerataan pembangunan, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat dalam rangka program mengentaskan kemiskinan.
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian merupakan lembaga kredit yang
mempunyai tugas memberikan pelayanan jasa kredit berupa pinjaman uang
dengan jaminan barang bergerak. Perusahaan ini mengharapkan pendapatan dari
hasil penjualan jasa tersebut walaupun ada pendapatan – pendapatan lain selain
dari pemberian kredit seperti adanya jasa taksiran dan jasa titipan barang. Produkproduk penyumbang pendapatan terbesar bagi perusahaan ini adalah produk

4
bisnis inti yakni Kredit Cepat Aman, dan produk bisnis non inti berupa Kreasi
(Kredit Angsuran Fidusia), Kredit Usaha Rumah Tangga. Namun ternyata tidak
hanya sampai di situ fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Karena sebagian
besar masyarakat Indonesia adalah penganut agama Islam, maka Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian meluncurkan sebuah produk gadai yang berbasiskan
prinsip-prinsip syariah.
Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari uang
pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian syariah tetap
memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpan barang seperti yang sudah

diatur oleh Dewan Syariah Nasional sebagai berikut:
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang
dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang)
sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya, Marhun
tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak
mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaan dan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban
Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan
pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan Marhun
a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk segera
melunasi utangnya.
b. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual
paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
c. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya

pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi
kewajiban Rahin.5

5 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn

5
Disamping berusaha memberikan pelayanan umum berupa penyediaan dana,
manajemen Pegadaian juga berusaha agar pengelolaan ini sedapat mungkin tidak
mengalami kerugian. Pegadaian diharapkan dapat mengalami keuntungan atau
setidaknya penerimaan yang di dapat mampu menutup seluruh biaya dan
pengeluaraanya sendiri.
Kebutuhan akan sumber daya yang berkualitas dan dalam jumlah yang besar
harus diproyeksikan beberapa tahun ke depan, fasilitas pelayanan yang ada harus
di manfaatkan secara efektif dan efisien mungkin kesemuanya itu berakibat pada
peningkatan biaya Pegadaian. Sehubungan dengan itu guna peningkatan efisiensi
dan mengembangkan kepercayaan masyarakat dengan salah satunya menyajikan,
mengukur, mengungkapkan, dan mengakui pendapatannya dalam laporan
keuangan secara transparan, serta dapat menyajikan informasi yang dapat
dipahami, relevan, andal, dan dapat dipercaya kebenarannya. Laporan keuangan

dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan
tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada
manajemen.
Dalam hal pelaporan keuangan Pegadaian Syariah, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum)
Pegadaian menyebutkan bahwa :
Perhitungan Tahunan dibuat sesuai dengan Standar Akutansi Keuangan yang
berlaku.6
Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku Perusahaan ditutup, Direksi
wajib menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (1) huruf 1 kepada Menteri, yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Perhitungan Tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yhang bersangkutan serta
penjelasan atas dokumen tersebut;
b. laporan mengenai keadaan dan jalannya Perusahaan serta hasil yang telah
dicapai;
6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian Pasal 50.

6

c. kegiatan utama Perusahaan dan perubahan selama tahun buku;
d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan
Perusahaan;
e. nama anggota Direksi dan Dewan Pengawas; dan
f. gaji dan tunjangan lain bagi anggota Direksi dan Dewan Pengawas.7
Laporan Tahun ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Dewan
Pengawas serta disampaikan kepada Menteri Keuangan.8
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti bagaimana
Lembaga Keuangan Syariah menyajikan, mengukur, mengungkapkan, dan
mengakui pendapatannya dalam laporan keuangan perusahaan, khususnya
Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank yakni Pegadaian Syariah yang penulis
tuangkan dalam karya ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul : “Sistem Akuntansi
Pegadaian Syariah (Studi Kasus Cabang dan Unit Pegadaian Syariah
Banjarmasin)”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka penulisan dalam penelitian ini akan
difokuskan pada pertanyaan berikut:
1. Bagaimana Sistem Akuntansi Cabang dan Unit Pegadaian Syariah
Banjarmasin?
2. Apakah ada perbedaan sistem akuntansi pada masing-masing Cabang dan

Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Sistem Akuntansi Cabang dan Unit Pegadaian Syariah
Banjarmasin.
7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian Pasal 51.
8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian Pasal 52 ayat 1.

7
2. Untuk menelaah apakah ada perbedaan sistem akuntansi pada masing-masing
Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin
Hasil penelitian masalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan

mampu memberikan sumbangan


pemikiran bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam pada umumnya dan
keuangan Islam pada khususnya serta dapat dijadikan rujukan bagi penelitian
berikutnya tentang system akuntasi.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi Cabang
dan Unit Pegadaian Syariah di Banjarmasin atau pihak yang terkait di
dalamnya dalam menyajikan, mengukur, mengungkapkan, dan mengakui
pendapatan dalam laporan keuangan.
D. Batasan Istilah
Judul dari skripsi ini adalah “Sistem Akuntansi Pegadaian Syariah (Studi
Kasus Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin)”. Untuk memudahkan
pemahaman

terhadap

judul

dari

skripsi


ini

dan

menghindari

terjadi

kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menginterpretasi judul serta permasalahan
yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut:
1. Sistem Akuntansi dimaksudkan untuk memberikan informasi keuangan yang
dibutuhkan

oleh

manajemen

sebuah

perusahaan

guna

memudahkan

pengelolaan perusahaan.
2. Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin dimaksud, yaitu : Cabang
Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah
Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).
Yang dimaksud judul penelitian ini adalah informasi keuangan oleh Cabang
Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah
Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).

8
E. Tinjauan Pustaka
1. System Akuntansi
Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan,
mengklarifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan
keuangan sebuah perusahaan.9
Sedangkan Sistem akuntansi menurut Mulyadi, sistem akuntansi adalah
organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa
untuk menyediakan informasi keuangan yang memudahkan manajemen guna
memudahkan pengelolaan perusahaan.” 10
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem akuntansi
dibuat untuk memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen sebuah perusahaan guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
Fungsi utama sistem akuntansi adalah mendorong seoptimal mungkin
agar sistem tersebut dapat menghasilkan berbagai informasi akuntansi yang
terstruktur yaitu tepat waktu, relevan, dan dapat dipercaya. Unsur-unsur yang
terdapat dalam suatu sistem akuntansi saling berkaitan satu sama lain,
sehingga dapat dilakukan pengolahan data mulai dari awal transaksi sampai
dengan pelaporan yang dapat dijadikan sebagai informasi akuntansi.
Terdapat 5 (lima) unsur sistem akuntansi. Unsur sistem akuntansi pokok
adalah sebagai berikut :
a. Formulir, merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi.
b. Jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data
lainnya.
9 Warren, Reeve and Fess. Accounting: Pengantar Akuntansi. Diterjemahkan: Aria
Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan. (Jakarta : Salemba Empat, 2005), hlm. 234.

10 Mulyadi, Sistem Akuntansi, (Jakarta : Salemba Empat, 2001), hlm. 3.

9
c. Buku Besar (general ledger), terdiri dari rekening-rekening yang
digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya
dalam jurnal.
d. Buku Pembantu (susbsidiary ledger), terdiri dari rekening-rekening
pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening
tertentu dalam buku besar.
e. Laporan, merupakan hasil akhir proses akuntansi yang berupa neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok
produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar
umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, dan daftar saldo persediaan
yang lambat penjualannya.
Dalam mewujudkan sistem akuntansi yang baik, pada dasarnya harus
mengetahui pembangun sistem akuntansi itu sendiri, sistem akuntansi erat
hubungannya dengan kerjasama manusia dengan sumber daya lainnya
didalam suatu perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Tujuan
sistem akuntansi merupakan suatu tujuan yang berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai oleh perusahaan.
Dari setiap sistem akuntansi yang terdiri dari berbagai sistem
mempunyai tujuan yang sama, sistem akuntansi sendiri dibuat oleh
manajemen dalam mengelola perusahaannya, maka dari itu untuk lebih
jelasnya, tujuan sistem akuntansi dapat dikemukakan dibawah ini.
Tujuan umum pengembangan sistem akuntansi mempunyai tujuan
sistem akuntansi sebagai berikut :
a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.
b. Untuk meningkatkan informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah
ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur
informasinya.
c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekkan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan (reability) informasi akuntansi, dan

10
untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan
perlindungan kekayaan perusahaan.
d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan
akuntansi.”11
Dari uraian tujuan sistem akuntansi diatas, dapat disimpulkan bahwa
sistem akuntansi merupakan faktor utama pendorong agar manajemen
perusahaan dapat menghasilkan informasi akuntansi yang terstruktur dan
mengandung arti.
Berdasarkan tujuan sistem akuntansi yang diuraikan diatas memiliki
penjelasan, yaitu :
a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.
b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada.
c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern.
d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan
akuntansi.
Dalam penyusunan sistem akuntansi terdapat prinsip-prinsip umum
sebagai berikut :
a. Menganalisis struktur organisasi
b. Menganalisis semua transaksi pada perusahaan secara harian maupun
bulanan
c. Menganalisis pengendalian intern berdasarkan struktur organisasi, uraian
tugas, sistem dan prosedur organisasi
d. Kumpulan catatan berbagai transaksi dalam bentuk formulir, buku, dan
catatan-catatan
e. Menganalisis kegiatan internal cek (uji coba) struktur kegiatan perusahaan
f. Menganalisis berbagai laporan akuntansi keuangan untuk pihak ekstern
yang harus disiapkan dari catatan transaksi, demikian pula laporan
akuntansi manajemen untuk pihak intern
g. Menetapkan secara terus-menerus bagian pengawasan intern secara
periodik dan melakukan pengawasan ekstern yang diperlukan.12
11 Ibid., hlm. 20.
12 La Midjan, Sistem Informasi Akuntansi I, (Bandung : Lembaga Informasi Akuntansi,
2001), hlm. 90.

11

Dalam penyusunan sistem akuntansi terlebih dahulu dengan kegiatan
menganalisis sampai dengan melakukan pengawasan, yang dilakukan secara
terus-menerus. Hal tersebut dilakukan agar dalam penyusunan sistem
akuntansi dapat berjalan lancar dengan efektif dan efisien.
2. Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
Menurut kitab Undang- Undang Hukum perdata pasal 1150 disebutkan
bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak, dan yang menberikan kekuasaan kepada orang
berpiutang itu utuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripadaorang yang berpiutang lainya; dengan pengecualian
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan barang itu setelah digadaikan, biaya- biaya mana yang harus
didahulukan.
Secara umum usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang- barang
berharga kepada kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan
barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai perjanjian antara
nasabah dengan lembaga gadai. Pegadaian terdiri dari dua macam, yaitu
pegadaian konvensional dan pegadaian syariah. Pegadaian adalah lembaga
yang melakukan pembiayaan dengan bentuk penyaluran kredit atas dasar
hukum kredit.
Dalam pegadaian syariah atau rahn terdapat beberapa istilah, jadi orang
yang menyerahkan barang gadai disebut rahin, orang yang menerima barang
gadai disebut murtahin, dan barang yang digadaikan yaitu marhun.13

13 Buchari Alma, Manajemen Bisnis Syariah, Cet 1 (Bandung: Alfabeta, 2009) hlm. 30

12
Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang kita
miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari hasil
penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta benda milik
si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang
dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya.
Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai
jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan, kendaraan, atau
barang bergerak lainnya yang terbentuknya Pegadaian syariah di Indonesia,
yaitu yang bekerjasama dengan Perum Pegadaian yang membentuk Unit
Layanan Gadai Syariah (ULGS).14
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 25/DSN-MUI/III/2002
tanggal 26 Juni 2002 menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan.15
Persamaan gadai syariah dengan gadai konvensional:
1) Hak gadai atas pinjaman uang.
2) Adanya agunan sebagai jaminan utang.
3) Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan.
4) Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh para pemberi gadai.
5) Apabila batas waktu pinjaman uang habis, barang yang digadaikan boleh
dijual atau dilelang.
Perbedaan gadai syariah dengan gadai konvensional:

14 Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004),
hlm. 188
15 Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang
Rahn.

13
1) Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara suka rela atas dasar tolong
menolong tanpa mencari keuntungan. Sedang, gadai menurut hukum
perdata disamping berprinsip tolong menolong juga menarik keuntungan
dengan cara menarik bunga atau sewa modal yang ditetapkan.
2) Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada benda yang begerak.
Sedangkan dalam hukum Islam, rahn berlaku pada seluruh benda, baik
harus yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
3) Dalam rahn tidak ada istilah bunga.
4) Gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga yang
di Indonesia disebut Perum Pegadaian, rahn menurut hukum Islam dapat
dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.16
Produk Pegadaian
1) Jasa Taksiran
Layanan Pegadaian untuk memberikan penilaian berbagai jenis dan
kualitas emas dan berlian, para penaksir akan bergerak atau bertindak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Jasa Titipan
Bagi nasabah yang ingin manyimpan barangnya yang berharga,
dapat menyimpan dipegadaian dengan layanan tititpan, dengan prosedur
mudah, layanan murah, dan barang akan dijamin oleh pegadaian. Selain
itu, jika nasabah akan meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang
lama, nasabah dapat manitipkan barang- barang dipegadaian.
3) Penjualan Koin Emas ONH
Koin emas ONH adalah emas yang berbentuk koin yang dapat
digunakan untuk tujuan persiapan dana pergi menunaikan ibadah haji bagi
pembelinya. Nasabah hanya cukup membeli sejumlah koin emas ONH
(yang tersedia dalam pilihan berat), baik sekali saja maupun secara rutin.
Setelah koin emas ONH milik nasabah telah mencapai sekitar 250-300
gram, secara otomatis nasabah akan didaftarkan sebagai calon jamaah haji
16 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta : Ekonisia,
2005), hlm. 172-178

14
melalui Sistem Haji Terpadu (Siskoat). Selain untuk haji, dapat pula dibeli
untuk tujuan investasi.
4) Krasida
Kredit angsuran system gadai merupakan pemberian pinjaman
kepada para pengusaha mikro kecil (dalam rangka mengembangkan
usaha) atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya dilakukan
melalui angsuran. Dengan janka waktu maksimal tiga tahun dan jaminan
bergerak,seperti: perhiasan, kendaraan bermotor, dan barang bergerak
lainya.
5) Kreasi
Kreasi adalah pemberian pinjaman uang yang ditujukan kepada
pengusaha kecil dengan menggunakan konstruksi penjaminan kredit atas
dasar fidusia. Kredit atas dasar fidusia merupakan pengikatan jaminan
dengan lembaga pengikatan jaminan yang sempurna dan memberikan hak
yang preferent kepada kreditor, dalam hal ini adalah lembaga jamin atau
fidusia. Kredit pada fitur fidusia, bagi kreditor dan debitur merupakan
jaminan yang ideal.
6) Kresna
Kresna merupakan pemberian pinjaman kepada pegawai atau
karyawan

dalam

rangka

kegiatan

produktif

/konsumtif

dengan

pengembalian secara angsuran. Sampai saat ini kresna baru bisa diambil
oleh pegawai pegadaian. Kresna dimasa mendatang akan dikembangkan
menjadi produk yang bisa dimanfaatkan untuk cicilan kendaraan bermotor.

15
7) Jasa gadai (Kredit Cepat Aman/KCA)
Proses pemberian system gadai hanya memakan waktu 15 menit,
selain itu, aman dan prosedurnya mudah, yaitu dengan jaminan barang
bergerak.
8) Usaha Sewa Gedung
Perum pegadaian juga menyediakan sewa gedung, seperti : Gedung
Langen Palikrama, Gedung Serbaguna, dan Harco Pasar Baru, serta
Kenari Baru.
9) Kredit Tunda Jual Komoditas Pertanian
Kredit tunda jual komoditas pertanian ini diberikan kepada petani
degan jaminan gabah kering giling. Layanan kredit ini ditujuhkan untuk
membantu para petani pasca panen terhindardari tekanan akibat fluktuasi
harga pada saat panen dan permainan para tengkulak. Sasaran utama gadai
gabah adalah membantu petani agar dapat menjual gabah yang dimilikinya
sesuai dengan harga dasar yang ditetapkan pemerintah.
10) Kredit Kelayakan Usaha
Suatu bentuk pengembangan dari kredit gadai yang diperuntukkan
bagi para pengusaha kecil dan mikro agar tidak lagi menggadaikan alatalat produksinya. Dengan melihat kelayakan usahanya, mereka tetap
memperoleh kredit dan barang jaminanya tetap dapat digunakan
untukmenjalankan usahanya.
11) Lelang Barang Jaminan
Jika sampai batas waktu tertentu, nasabah tidak melunasi, mencicil
atau memperpanjang pinjaman, barang akan dilelang pada bulan ke-5.
Pelelangan akan di dilaksanakan oleh pegadaian sendiri. Tanggal lelang
akan diumumkan pada papan pengumuman dan media radio. Dalam hal
barang jaminan akan dilelang, nasabah masih berhak menerimah uang
kelebihan yaitu hasil penjualan dalam lelang setelah setelah dikurangi
uang pinjaman + sewa modal, biaya lelang. Apabila kredit belum dapat
dikembalikan dalam waktunya dapat diperpanjang dengan cara dicicil atau

16
gadai ulang. Kedua cara ini secara otomatis akan memperpanjang jangka
waktu kredit.17
Ulama’ Syafi’iyah berpendapat bahwa penggadaian dapat sah bila
memenuhi tiga syarat:
a. Harus berupa barang, karena uang tidak bisa digadaikan.
b. Penetapan kepemilikan penggadaian atas barang yang digadaikan tidak
terhalang.
c. Barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah masa pelunasan utang
gadai.
Berdasarkan tiga syarat di atas, maka dapat diambil alternatif dalam
mekanisme perjanjian gadai, yaitu dengan menggunakan tiga akad perjanjian.
Ketiga akad perjanjian tersebut adalah:
1) Akad al-Qardul Hasan
Akad ini dilakukan pada kasus nasabah yang menggadaikan
barangnya untuk keperluan konsumtif. Dengan demikian nasabah (rahin)
akan memberi biaya upah atau fee kepada pegadaian (murtahin) yang
telah menjaga atau merawat barang gadaian (marhun).
2) Akad al-Mudharabah
Akad dilakukan untuk nasabah yang menggadaikan jaminannya
untuk menambah modal usaha (pembiayaan investasi dan modal kerja).
Dengan demikian, rahin akan memberikan bagi hasil (berdasarkan
keuntungan) kepada murtahin sesuai dengan kesepakatan, sampai modal
yang dipinjam terlunasi.
3) Akad al-Muqayadah
Untuk sementara akad ini dapat dilakukan jika rahin yang
menginginkan menggadaikan barangnya untuk keperluan produktif,
artinya dalam menggadaikan, rahin tersebut menginginkan modal kerja
17 Veithza Rivai, Andria Permata, Ferry, Bank and financial Institution Managemen,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 1332.

17
berupa pembelian barang. Sedangkan barang jaminan yang dapat
dijaminkan untuk akad ini adalah barang-barang yang dapat dimanfaatkan
atau tidak dapat dimanfaatkan oleh rahin atau murtahin. Dengan
demikian, murtahin akan membelikan barang yang sesuai dengan
keinginan rahin atau rahin akan memberikan mark-up kepada murtahin
sesuai dengan kesepakatan pada saat akad berlangsung sampai batas
waktu yang telah ditentukan.18
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini adalah penelitian lapangan (field
reseach), yaitu metode untuk menemukan secara spesifik dan realistis19 tentang
system akuntansi Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin.
Sifat penelitian yang penulis lakukan adalah bersifat deskriptif kualitatif,
penelitian ini bertujuan untuk menemukan informasi dari suatu permasalahan
dan menggambarkan permasalahannya20 yaitu system akuntansi Cabang dan
Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi

penelitian

ini

adalah

pada

Cabang

Pegadaian

Syariah

Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl.
Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah bagian pegawai bagian laporan Cabang
Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah
Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).
Objek penelitian ini adalah system akuntansi Cabang Pegadaian Syariah

18 Heri Sudarsono, Op. Cit., hlm. 172-178
19 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), hlm.28.
20Lihat Hariwijaya dan Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis, (Jakarta:
Oryza, 2011), hlm. 22.

18
Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl.
Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).
4. Data dan Sumber Data
a. Data
Data yang digali dalam penelitian ini meliputi:
1) Data primer
Data ini dapat berupa dokumen-dokumen system akuntansi
Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit
Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan
Adam dan Jl. Kertak Baru).
2) Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang penulis
dapatkan dari literatur kepustakaan yang berhubungan dengan system
akuntansi.
b. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data adalah:
3) Responden

yaitu

orang

yang

berhubungan

langsung

dengan

permasalahan penelitian, yaitu pegawai bagian system akuntansi
Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit
Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan
Adam dan Jl. Kertak Baru).
4) Informan yaitu orang yang dapat memberikan informasi seputar
system akuntansi.

19
5. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara:
a. Interview (wawancara)
Interview

(wawancara),

yaitu

teknik

yang

digunakan

untuk

memperoleh informasi dari responden dengan melakukan tanya-jawab
secara langsung. Dalam hal ini, peneliti melakukan tanya jawab atau
wawancara secara langsung kepada pegawai bagian system akuntansi
Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit
Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam
dan Jl. Kertak Baru).
b. Observation (pengamatan langsung)
Observation (pengamatan langsung), yaitu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengamati objek penelitian secara langsung.
Dalam hal ini peneliti mengamati lokasi Cabang Pegadaian Syariah
Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl.
Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah untuk mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.21 Dalam hal ini peneliti
memanfaatkan arsip atau data-data yang berhubungan dengan sejarah
berdirinya Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5),
Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan
Adam dan Jl. Kertak Baru), struktur organisasi, tujuan, jumlah Pengurus dan

21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,
Cet. Ke-16, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 334.

20
lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teori dan
data yang dapat menunjang penelitian.
6. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan Data
1) Editing, penulis meneliti kembali data yang telah terkumpul untuk
mengetahui kelengkapan dan kekurangan data dalam penyusunan untuk
2)

memperoleh kejelasan dan kesempurnaan penelitian.
Kategorisasi, semua data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan
jenis dan permasalahannya untuk memudahkan memahami.

b. Analisis Data
Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
deskriptif kualitatif, yaitu pembahasan yang dilakukan dengan menafsirkan
data-data yang diperoleh akan diolah berdasarkan landasan teoritis sehingga
didapat kesimpulan yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti.
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini dilaporkan secara terperinci dalam lima bab dengan urutan
sebagai berikut :
BAB

I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah dari
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat dari
penelitian, batasan istilah, tinjauan pustaka dan sitematika
pembahasan.

BAB

II : LANDASAN TEORI
Bab ini meliputi dua sub judul. Yang pertama tentang system
akuntansi yang memaparkan tentang teori-teori tentang pengertian,
fungsi, unsur dan tujuan system akuntansi. Yang kedua tentang
Pegadaian Syariah yang meliputi pengertian, rukun, syarat,

21
pemanfaatan barang jaminan dan akad-akad dalam pegadaian
syariah.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang jenis
penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan metode
analisa data.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini analisis data dan pembahasan hasil analisis serta
pembahasannya yang meliputi: analisis system akuntansi Cabang
Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit
Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl.
Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru)..
BAB

V : PENUTUP
Pada bab terakhir ini memuat kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan, refleksi untuk memberikan saran berdasarkan
kesimpulan penelitian.

22
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Al-Qur’an al-Karim.
Alma Buchari, Manajemen Bisnis Syariah, Cet 1 (Bandung: Alfabeta, 2009).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,
Cet. Ke-16, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).
Basyir, Ahmad Azhar, Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), ed.
Revisi, (Yogyakarta: UII Press, 2000).
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn.
Hadi, Muhammad Solikhul, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003).
Hariwijaya dan Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Oryza,
2011).
Midjan, La, Sistem Informasi Akuntansi I, (Bandung : Lembaga Informasi Akuntansi,
2001).
Mulyadi, Sistem Akuntansi, (Jakarta : Salemba Empat, 2001).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.
Rivai, Veithza, Andria Permata, Ferry, Bank and financial Institution Managemen,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007).
Rodoni, Ahmad, Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004).
Sudarsono Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta : Ekonisia,
2005).
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999).
Usman, Suparman, Hukum Islam (Asas-asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam
Dalam Tata Hukum Indonesia), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001).
Warren, Reeve and Fess. Accounting: Pengantar Akuntansi. Diterjemahkan: Aria
Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan. (Jakarta : Salemba
Empat, 2005).