USULAN PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN ANAK

USULAN
PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
Pendahluan
Di dalam kelas yang beragam tentunya kita akan menemukan pula keberagaman
kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa. Kita akan menjumpai siswa yang
memiliki kemampuan belajar yang lebih baik dalam beberapa mata pelajaran
dibanding teman-temannya, ada pula yang prestasi belajarnya rendah, bahkan
mungkin kita akan menjumpai siswa yang memiliki minat hanya pada satu
pelajaran saja serta ia sangat berprestasi dalam pelajaran itu.
Keberagaman itu sering luput dari perhatian guru. Guru lebih memilih melakukan
pembelajaran dengan cara atau metode yang sama untuk semua anak. Padahal
satu cara itu tidak mungkin memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar siswa
dalam satu kelas yang begitu beragam.
Tidak terpenuhinya kebutuhan dan kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa
akan menimbulkan berbagai dampak, diantaranya potensi belajar tidak
berkembang secara optimal, menimbulkan perilaku yang mengganggu suasana
kelas, rendah motivasi, dan lain-lain. Munculnya dampak tersebut sering
ditanggapi oleh guru sebagai hal yang negatif sehingga upaya yang dilakukan
untuk mengatasinya tidak menyentuh pada “akar” permasalahan. Upaya yang
tidak tepat dapat merugikan semua siswa. Misalnya, siswa yang sesungguhnya
memiliki potensi belajar yang sangat baik akan tidak berkembang potensinya itu

jika upaya yang dilakukan tidak tepat. Prestasi belajarnya akan berada jauh di
bawah potensi yang dimiliki.
Sebagaimana yang sering terjadi pada kasus-kasus anak berbakat. Mereka
sering dituduh sebagai anak nakal, pemalas, suka mengganggu, atau bahkan
disebut anak bodoh. Sesungguhnya perilaku negative yang muncul dari anak
berbakat itu lebih disebabkan oleh factor pembelajaran yang tidak mampu
mengakomodasi kemampuan dan kebutuhan belajarnya. Tentunya itu sangat
merugikan.
Sangat disayangkan bila kondisi ini terus terjadi. Jika terus terjadi makan kita
akan banyak kehilangan generasi unggul. Kerugian besar bagi kita jika anakanak berbakat ini tidak dapat mengaktualisasikan potensinya. Sebaliknya,
apabila mereka mampu mengaktualisasikan potensinya maka bangsa ini akan
memperoleh manfaat yang besar dari hasil-hasil karya mereka.
Oleh karena itu perlu dipikirkan suatu pembelajaran yang dapat mengakomodir
kemampuan dan kebutuhan belajar anak-anak berbakat ini. Pembelajaran yang
dilakukan tentunya harus tetap memperhaikan keberagaman kemampuan
belajar. Maksudnya adalah pembelajaran bagi anak berbakat tetap dilakukan di
sekolah-sekolah regular dalam setting inklusif.

1


2

Mengapa demikian? Karena semua anak, diantaranya anak berbakat, tetap
harus belajar menghadapi keberagaman, nantinya pun ketika mereka selesai
mengikuti pendidikan akan kembali kemasyarakat. Apabila mereka telah belajar
tentang keberagaman maka ketika mereka kembali kemasyarakat diharapkan
mampu menyikapi keberagaman yang ada di masyarakat dengan sikap-sikap
yang baik sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Pengertian Anak Berbakat
Istilah keberbakatan (anak berbakat) yang digunakan di psikologi
seperti gifted, talented,genius dan prodigy ternyata tidak memiliki satu definisi
atau batasan yang sama, hal ini baru saya ketahui setelah membaca buku karya
Reni Akbar-Hawadi (Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non-tes dengan
Pendekatan Konsep Keberbakatan Renzulli).
Seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan diatas ratarata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan
tugasnya (Renzulli, 1998)
Istilah gifted digunakan untuk merujuk pada orang-orang dengan bakat
intelektual . Menurut Galton, keberbakatan merupakan kemampuan alami yang
luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi:
a. kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja (Whitmore, dalam

Hawadi, 2002). Inteligensi, kreativitas, dan talenta , merupakan pusat
perhatian untuk mendefinisikan kerberbakatan selama bertahun-tahun. Anak
berbakat didefinisikan oleh USOE (United States Office of Education) sebagai
anak-anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi
dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik,
b. kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik, dan mereka yang
membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang
disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuankemampuannya (Hawadi, 2002).
Istilah gifted ditujukan untuk orang, anak didik atau siswa yang memiliki
kemampuan akademis (secara umum) yang tinggi, yang ditandai dengan
didapatkannya skor IQ yang tinggi pada pengerjaan tes kecerdasan/intelegensi
(terkait: IQ

Tidak

Sama

dengan

Kecerdasan),


sedangkan talentedadalah

kebalikannya, ditujukan untuk orang yang memiliki kemampuan unggul dalam
bidang akademis yang khusus (seperti matematika, bahasa), juga bidang seni,
musik, dan drama. Jadi kalau gifted itu ditujukan untuk kemampuan akademis
secara umum, sedangkan talented ditujukan untuk dua kemampuan unggul:
Contoh orang yang talented bisa diwakili oleh Bung Karno yang sangat jago
dalam berpidato dan jago menguasai massa. Presiden Soekarno (EYD: Sukarno)

3

dapat berpidato berjam-jam tanpa jeda dan tanpa teks, dan anehnya
pendengarnya tidak jenuh-jenuh dan tetap serius mendengarkan beliau.
Kemudian apa bedanya gifted dan genius (jenius)? Genius merujuk pada
individu yang telah menampilkan kemampuan tingkat tinggi yang luar biasa pada
prestasi bermakna, sedangkan giftedadalah secara umum merujuk pada mereka
yang menampilkan tanda-tanda atau indikasi kemampuan superior. Jadi,
seorang gifted belum


tentu

orang

yang

jenius,

sebab gifted belum

tentu

memberikan kontribusi unik pada lingkungannya dalam kurun tertentu, tetapi
orang jenius sudah pasti seorang gifted. Contoh orang jenius bisa diwakili oleh
Bapak B.J. Habibie yang banyak memberikan kontribusi yang mengagumkan
dalam bidang teknologi penerbangan di Indonesia dan dunia, juga berkontribusi
atas perkembangan demokrasi di Indonesia.
Istilah prodigy (anak ajaib) merujuk pada anak yang mampu berprestasi
secara menakjubkan dalam bidang keterampilan tertentu seperti matematika,
catur dan musik. Jadi prodigy ini boleh dibilang sama dengan talented menurut

pengertian di atas. Contoh orang seperti ini barangkali bisa diwakili oleh Utut
Adianto, seorang pecatur yang sering dianggap sebagai yang terbaik yang
pernah dimiliki Indonesia. Ia adalah Grandmaster (GM) Indonesia berperingkat
tertinggi di dunia saat ini. Saat meraih gelar grand master, ia adalah pecatur
Indonesia termuda yang berhasil mencapai prestasi ini, yaitu pada usia 21 tahun.

Ciri-ciri Anak Berbakat
Berikut disarikan beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat
pada anak berbakat istimewa pada masing-masing domain diatas. Namun
demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted)
selalu menunjukkan atau memiliki semua karakteristik yang disebutkan di dalam
daftar ini.

Karakteristik Intelektual-Kognitif
a. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang
tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
b. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu
konsep yang utuh.
c. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
d. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang

sederhana dan mudah dipahami.

4

e. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
f.

Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

g. Memiliki perbendaharaan kosakata
mengartikulasikannya dengan baik.

yang

sangat

kaya

dan


mampu

h. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai
kata-kata.
i.

Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.

j.

Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.

k. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau
sains.
l.

Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

m. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
n. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

o. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu
yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

Karakteristik Persepsi/ Emosi
a. Sangat peka perasaannya dan Menunjukkan gaya bercanda atau humor

yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi
tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
b. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan

sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
c.

Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu dan Peka dengan adanya
perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).

d. Pada umumnya introvert dan Memandang suatu persoalan dari berbagai

macam sudut pandang.
e. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru serta Alaminya


memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

Karakteristik Motivasi Dan Nilai-Nilai Hidup
a. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
b. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan
orang lain.
c. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
d. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak
terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self
driven).

5

e. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari
makna hidup.
f.

Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami
orang lain.


g. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko , menunjukkan perilaku
yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya”. Dan Sangat peduli dengan
moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
h. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

Karakteristik Aktifitas
a. Punya energi yang seolah tak pernah habis , selalu aktif beraktifitas dari satu
hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
b. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun , waktu tidur yang lebih sedikit
dibanding anak normal.
c. Sangat waspada.
d. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan
dalam waktu yang sangat lama.
e. Tekun, gigih, pantang menyerah, namun cenderung Cepat bosan dengan
situasi rutin , pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru
untuk dilakukan serta Spontanitas yang tinggi .

Karakteristik Relasi Sosial
a. Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah
mapan.
b. Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
c. Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian
dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
d. Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
e. Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan
orang-orang yang usianya jauh lebih tua

6

HASIL SURVEI ANAK BERBAKAT
Karakteristik Perilaku (Hasil Survei)
Ada kecenderungan dua pola perilaku dasar, yaitu agresif dan menarik diri.
Gambaran pola perilaku agresif, mencakup:
1) Penolakan yang terus menerus yang ditunjukkan dengan complain.
2) Mencari perhatian.
3) Mengganggu orang lain.
4) Penolakan yang terus menerus terhadap tugas yang ditetapkan.
5) Ketiadaan arahan diri dalam pembuatan keputusan.
6) Pemisahan yang terus menerus dari teman sebaya.
Gambaran pola perilaku menarik diri, mencakup:
1) Kurangnya komunikasi
2) Dikuasai oleh dunia fantasi
3) Bekerja sendiri
4) Sebentar dalam kelas ketika dalam penyelesaian pekerjaan.
5) Sedikit upaya dibuat untuk menjustifai perilaku.

7

M. Yunus (16 tahun).
Pemecahan Rekor MURI 2011
Sejak SD menyukai elektro
dan beberapa kali
memodifikasi bebrapa
mainan rusak untuk
Irsalina Anwar (12
dikombinasikan menjadi
tahun)
robot.
Sejak usia 7 tahun
hingga sekarang
telah
memenangkan
Juara Melukis
Anak-anak dalam
74 kali Lomba,
untuk jenis Lukisan
Surealis dan
Naturalis.
Karakteristik Yunus dan Irsalina (Studi Survei)
a.

Kemampuan Mengumpulkan informasi. Responden mampu menangkap
berbagai informasi yang didengar dan kemudian menceritakannya kembali.

b.

Memiliki ketertarikan yang besar.
Responden cenderung mudah
menunjukkan minat pada berbagai topic, misalnya tertarik pada dinosaurus
di waktu tertentu, lalu tertarik pada ruang angkasa di bulan berikutnya, dan
seterusnya.

c.

Menulis dan membaca lebih dini. Responden mampu membaca dan
menulis pada usia dini tanpa pendidikan formal sebelumnya.

d.

Berbakat di bidang seni (Irsalina Anwar/ 12 tahun). Menunjukkan bakat
luar biasa dalam seni lukis, menggambar, dan music. Sejak Balita
Responden mampu menggambar sesuatu dengan jelas, mampu membuat
garis sempurna.

8

Contoh Hasil Jarya Irsalina

Irsalina

Sejak SD suka menggambar dan tergolong diberikan fasilitas oleh orangtuanya,
namun tidak pernah diikutkan Les menggambar karena orangtuanya tidak
memperoleh informasi tempat les. Kegiatan lomba yang diikuti selama ini atas
informasi dari Guru kesenian di Sekolah, dan di Sekolah tidak ada kegiatan
ekstra kurikuler menggambar.
Setelah masuk SMP (sekarang), Irsa tidak mengikuti lomba lagi karena tidak
mendapatkan informasi tentang penyelenggaraan lomba meskipun berusaha
mencarinya melalui internet. Orangtuanya mulai keberatan dengan
permintaan alat lukis karena dianggap tidak ada manfaatnya karena tidak ada
lomba lagi yang diikuti.

e.

Menunjukkan konsentrasi. Responden (Yunus dan Irsalina) menurut
orangtuanya sering lama berkonsentrasi ketika mengerjakan sesuatu atau
mengamati sesuatu.

f.

Memiliki ingatan yang baik. Responden sejak balita mampu mengingat
sesuatu dengan baik, mampu mengingat dan menceritakan kembali
peristiwa sejak kanak-kanak.

g.

Memiliki kosakata lanjutan. Responden sejak usia balita dapat berbicara
menggunakan kosakata dan kalimat lebih, Contohnya, "Ada ular." Maka
responden mampu membuat kalimat lagi, seperti "Ada ular panjang di
halaman belakang dan lari ketika kulihat."

h.

Memahami sesuatu yang kompleks. Responden mampu untuk memahami
sesuatu yang kompleks, yang berkaitan dengan hubungan dan berpikir
secara abstrak. Mereka mampu memahami masalah secara mendalam dan
memikirkan solusinya.

9

Contoh Hasil Karya Yunus

Yunus
Dari Keluarga miskin dan sejak SD ayahnya
meninggal dunia. Yunus menghabiskan banyak
waktu di luar sekolah untuk melihat tetangganya
mereparasi televisi, kipas angin, dan beberapa
peralatan elektronik. Yunus mulai mengembangkan
bakatnya, menciptakan beberapa peralatan/ mainan
dari barang bekas untuk dijadikan Robot. Juga
memodifikasi beberapa mainan elektrik (remote
control) menjadi satu Robot, serta membuat
mainan jenis Aerodynamic.
Yunus tidak pernah mengikuti kursus ataupun les
untuk hobinya, dan selama ini belum pernah
mendapatkan fasilitas dari sekolah untuk hobinya
membuat robot.
Kebutuhan Belajar

10

Merujuk kepada konsep keberbakatan yang menggunakan perspektif yang lebih
inklusif dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat diidentifikasi
maka kebutuhan belajar siswa berbakat secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar yaitu:
1) kebutuhan dalam mengembangankan kemampuan intelektual dan kreatifitas,
2) kebutuhan dalam mengembangkan aspek sosial-emosional dan motivasi.

Rancangan Pendidikan Anak Berbakat
Rancangan pembelajaran ini didasari oleh konsep keberbakatan yang
diungkapkan oleh Joseph S. Renzulli (1998), bahwa keberbakatan itu harus
memenuhi tiga area, yaitu kecerdasan di atas rata-rata, memiliki kreatifitas, dan
keterikatan terhadap tugas/motivasi. Dari konsep keberbakatan tersebut, maka
pendidikan yang efektif bagi anak-anak berbakat harus memperhatikan,
sekurang-kurangnya
meliputi
pemilihan
konten
materi,
pendekatan
pembelajaran, memberikan peluang pembelajaran yang mengacu pada
kebutuhan belajar anak berbakat.
Untuk mewujudkan itu maka diperlukan langkah-langkah yang meliputi;
identifikasi, asesmen, diferensiasi kurikulum (konten, proses, produk), dan
strategi (materi, metode, penataan lingkungan, evaluasi).
a.

Self-Directed Learning. Kurikulum memberikan peluang pada proses belajar
mandiri. Oleh karena itu kurikulum disusun berdasarkan kesiapan belajar
anak. Melalui proses ini diharapkan anak mampu belajar mandiri,
diantaranya mampu memilih keputusan, membuat perencanaan, menyusun
tujuan, menentukan sumber belajar, dan mengevaluasi sendiri.

b.

Learning Centers. Kurikulum menjadi pusat proses belajar sehingga anak
mampu memperoleh pengayaan dan penambahan berbagai hal ketika anak
telah mampu menguasai standar kurikulum yang telah ditetapkan.

c.

Problem-Based Learning. Kurilum harus menciptakan pembelajaran yang
berbasis masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak-anak
berbakat diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan itu.
Melalui pembelajaran seperti demikian maka akan mendorong anak-anak
berbakat untuk memunculkan ide-ide yang original.

Produk.
Hasi dari pencapai tujuan kurikulum dapat berupa produk pemikiran atau
berwujud barang/benda kongkrit. Contoh di setiap akhir semester siswa memilih
tugas projek untuk menghasilkan sesuatu. Tugas projek sesuai dengan minat
masing-masing. Tugas projek ini ada yang tugas individu ada pula tugas
kelompok.
Strategi
a. Materi

11

Pengembangan materi dapat mengikuti tahapan taksonomi Blooms (1956), yaitu
mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tiga tahapan
terakhir merupakan tahapan yang paling diharapkan lebih banyak muncul bagi
anak berbakat (Smutny & Blocksom, 1990). Analisis di dalamnya terdapat
kemampuan klasifikasi, komparasi, menjelaskan, investigasi, membuat
kesimpulan. Sitesis akan mendorong anak untuk menggunakan ide dan
pengetahuannya dalam menghasilkan kerja yang original, dan merancang atau
merencanakan sesuatu. Kemampuan evaluasi dibutuhkan agar anak mampu
melakukan interpretasi, verifikasi, kritis, menghubungkan, serta judgment ide dan
inforasi.
b. Metode
Menentukan metode-metode
discoveri, inquiry, dll

pembelajaran

yang

menantang

diantaranya

c. Penataan lingkungan
Lingkungan ditata sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang diharapkan
d. Evaluasi
Memberikan berbagai evaluasi yang adil/objektif sehingga dapat mengungkap
kemampuan dan keberhasilan pembelajaran serta dapat menentukan tindak
lanjut yang dibutuhkan.

PUSTAKA ACUAN
Clark, B. (1988), Growing Up Gifted (3rd ed.). Columbus, OH: Charles E.
Merrill Colangalo, Nicholas, and Daives, Gary A. (1991), Handbook of Gifetd
Education, Boston: Allyn and Bacon
Davis, G.A., and Rimm, S. B. (1998). Education of the Gifted and Talented (4th
Ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Kitano, Margie K. dan Kirby, Darrell F. (1986), Gifted Education: A
Comprehensive View, Boston: Little, Brown and Company.
Rimm, Sulvia, (1995), Why Bright Kids Get Poor Grades and What You Can Do
About It, New York: Crown Publishers, Inc.
Reis, Sally M. & McCoach, D. Betsy, (2000).The Underachievement of Gifted
What Do We Know and Where Do We Go? Students Gifted Child Quartly,
44 (3), 152-170
Uno ,Hamzah B., dan Masri Kuadrat, (2009). Mengelola Kecerdasn Dalam
Pembelajaran,Jakarta: Bumi Aksara.

12

Somantri ,T. Sutjihati, (2007). Psikologi Anak Luar Biasa,Bandung: Refika
Aditama.
Tirtonegoro, Sutratianah, (2006). Anak
Pendidikannya, Jakarta: Bumi Aksara

Supernormal

dan

Program

Hawadi,Reni akbar (2006). Akselerasi: a-z program percepatan belajar dan anak
berbakat intelektual.Jakarta: Gramedia
Semiawan
,Conny,Perspektif
6.Jakarta:Grasindo,1997

Pendidikan

Anak

Berbakat,Cet

Verdiansyah ,Chris (ed). Home Schooling Rumah
Sekolahku.Jakarta:Kompas Media Nusantara,2007

Kelasku

keDunia