Ancaman Hoax Terhadap Sila Persatuan Ind

ANCAMAN HOAX TERHADAP SILA PERSATUAN INDONESIA
DAN PENTINGNYA LITERASI MEDIA
MAKALAH TUGAS AKHIR

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Akhir sebagai pengganti UAS matakuliah
Filsafat Pancasila II yang diampu oleh Dr. Rizal Mustansyir

oleh
Nail Hikam Faqihuddin
15/381266/FI/04066

FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017/2018

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi sangat
pesat dan membawa perubahan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Perubahan
tersebut sedikit banyak telah mengarah pada hal-hal positif, tetapi tentu saja ada dampak
negatif yang menyertainya. Katakanlah perkembangan jaringan interconnected network

(internet) yang mengalami perkembangan pesat saat ini. Internet telah memudahkan

akses informasi dan komunikasi manusia. Akan tetapi, dampak negatif dari maraknya
pengguna internet adalah konten-konten seperti pornografi dan informasi palsu yang
tersebar di berbagai situs-situs web. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal
itu, tetapi tetap saja tidak bisa membendung konten negatif yang muncul.
Taruhlah hoax atau informasi palsu yang baru-baru ini semakin marak terjadi.
Bahaya serius yang mengancam dari menjamurnya hoax adalah hilangnya rasa
nasionalisme dan memungkinkan untuk muncul gerakan separatisme masal seperti GAM
dan Papua Merdeka, bahkan lebih dari itu. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apa yang harus
dilakukan untuk mencegahnya? Apa sikap kita jika suatu saat terjadi hal seperti itu?
Bahaya tersebut sangat mengancam sila ketiga Pancasila yaitu “Persatuan
Indonesia”. Namun, bagaimana Pancasila itu sendiri memaknai ancaman ini? Sebagai
genetivus subjectivus, sudah hal yang wajar bahwa Pancasila digunakan sebagai

instrumen analisis masalah-masalah aktual seperti hoax. Penelitian ini mencoba mengkaji
hal tersebut, sekaligus menemukan alternatif solusi tentang penanganan hoax menurut
perspektif Filsafat Pancasila.
1. Rumusan Masalah
Setelah dipaparkan latar belakang masalah, peneliti membatasi rumusan masalah sbb.

a. Apa ancaman hoax bagi kelangsungan hidup bangsa?
b. Apa pandangan Pancasila terhadap ancaman hoax?
c. Apa solusi yang ditawarkan untuk menangani ancaman hoax?
2. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan sbb.
a. Mendeskripsikan ancaman hoax bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
b. Merefleksikan pandangan Pancasila terhadap ancaman hoax.
c. Menemukan solusi yang tepat untuk menangani ancaman tersebut.

1

B. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian tanpa manfaat apapun, menurut pragmatisme, adalah sia-sia. Oleh
karena itu, penelitian ini diharapkan dapat mencapai manfaat berikut ini.
1. Bagi perkembangan Ilmu Filsafat, penelitian ini dapat memperkaya objek kajian
filosofis terhadap problem aktual yang berhubungan dengan hoax. Matakuliah
yang mungkin berkorelasi adalah Filsafat Pancasila, Filsafat Politik, Pendidikan
Kewarganegaraan, Ketahanan Nasional, dll.
2. Bagi Pembangunan Nasional, penelitian ini berupaya untuk menyediakan solusi
yang dapat diterapkan untuk membangun karakter nasional yang cerdas, selektif,

dan berideologi kuat terhadap informasi palsu yang mengancam negara.
3. Bagi Penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat memberikan referensi yang
memadai tentang ancaman hoax dan bagaimana cara mengatasinya.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan berita hoax menjadi lebih cepat tersebar di media massa, terutama
oleh karena kemudahan mengakses berita lewat jejaring sosial saat ini. Isu hoax menjadi
permasalahan yang dapat dianggap really urgent. Hal ini dikarenakan semua orang dapat
dengan mudah dan cepat mengakses berita apapun, dari sumber manapun, dan jika
mereka terpengaruh dengan berita hoax tersebut, maka dampak yang terjadi adalah
miskonsepsi secara massive dan bahkan dapat mengakibatkan peperangan. Oleh karena
itu, sangat penting untuk memahami dan menangani isu hoax ini.
Hoax secara harfiah berarti bohong, palsu, menipu. Informasi-informasi yang
bersifat hoax lebih mudah tersebar di jejaring sosial ketimbang media massa fisik lainnya.
Saking urgennya isu ini, Presiden Jokowi bahkan sampai menghimbau masyarakat untuk
berhati-hati terhadap penyebaran hoax dan meminta semua pihak untuk ikut memberantas
masalah ini.
D. KERANGKA TEORI
Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia sekaligus sebagai pandangan hidup
bernegara. Artinya, Pancasila tidak hanya sebagai filsafat bangsa (Philosophische
Grondslag) yang membedakan Indonesia dengan ideologi negara lain, tetapi juga sebagai


sebuah pandangan hidup (Weltanschauung) masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan
bernegara (Kemenristekdikti, 2016, pp. 144-146). Beberapa urgensi Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah sebagai berikut (Kemenristekdikti, 2016, p. 147). (1) Agar dapat

2

diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila
sebagai prinsip-prinsip politik. (2) Agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi
operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara. (3) Agar dapat
membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. (4) Agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta
memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional (Sastrapratedja,
2001, p. 3).
Oleh karena itu, penting untuk mengkaji Filsafat Pancasila agar tahu hakikat silasila Pancasila dan cara mengimplementasikannya. Salah satu sila tersebut adalah sila
Persatuan Indonesia. Indonesia bukanlah negara yang berdasarkan individualisme, tetapi
negara yang berlandaskan asas kekeluargaan, yang mana tiap anggota masyarakat saling
bersatu memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (Kaelan, 2009, p.
184). Hakikat persatuan tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu meski

terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang berbeda-beda, tetapi tetap menjunjung
tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kaelan, 2009, p. 185).
E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis-deskriptif kualitatif dengan
menganalisis hoax dan ancamannya ditinjau dari Filsafat Pancasila. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan studi kepustakaan. Objek penelitian ini adalah hoax yang tersebar
di media sosial. Data primer dalam penelitian ini berupa jurnal, buku, laporan penelitian,
ataupun artikel yang memuat informasi yang dapat dipercaya dan otentik tentang hoax
dan Pancasila sebagai genetivus subjectivus. Data sekunder berupa data lapangan yang
diperoleh melalui video atau berita surat kabar dan televisi. Setelah data terkumpul,
peneliti menganalisis data dengan cara deduksi, yaitu bertolak pada teori umum ke hal
konkret/khusus. Kesimpulan ditampilkan dalam bentuk analisis-deskriptif tentang
pandangan Pancasila terhadap hoax serta alternaitf penyelesaian masalahnya.

3

PEMBAHASAN
A. ANCAMAN HOAX
1. Media Sosial sebagai Alat
Penyebaran hoax dapat dilakukan di manapun, melalui media apapun, dan kepada

siapapun targetnya. Salah satu instrumen yang paling sering digunakan saat ini untuk
menyebarkan hoax adalah media sosial. Media sosial dapat dengan mudah diakses
melalui ponsel oleh setidaknya 170 juta masyarakat yang memilikinya. Bahkan, ada
sindikat khusus yang menyebar dan mengendalikan informasi hoax seperti Saracen
(Riyanta, 2017). Beberapa media sosial yang menjadi sasaran empuk dalam penyebaran
hoax antara lain Facebook, Whatsapp, Google, bahkan Youtube.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara pernah dengan tegas
mengatakan bahwa ia akan memblokir beberapa situs jejaring sosial seperti Facebook dan
Whatsapp karena maraknya hoax di situ (Yohanes, 2017). “Memblokir itu fokusnya
bukan hanya kepada yang punya akun Facebook, tapi ke penyelenggaranya," ujar
Rudiantara usai sebuah diskusi di gedung Galeri Nasional, Gambir, Jakarta, Jumat, 9 Juni
2017. Menurutnya, pilihan untuk memblokir bukan hal yang utama mengingat fungsi
positif dari media sosial. Akan tetapi, hal itu menjadi urgen jika penyedia abai terhadap
situasi saat ini.
Baru-baru ini YouTube juga didapati menampilkan berita hoax tentang kasus
penembakan di Las Vegas. Sebenarnya Google dan Facebook telah menampilkan video
tersebut. Pihak YouTube segera bertindak tegas setelah mengetahui hal tersebut melalui
The Wall Street Journal dengan menghapus video tersebut (Fauzi, 2017). Mereka juga

akan membenahi algoritme pencarian agar lebih akurat dan tidak terjadi kasus yang sama.

Kasus pembakaran gedung GMBI oleh para anggota FPI merupakan salah satu
akibat dari miskonsepsi karena informasi hoax (Utama, 2017; Sitompul, 2017). Kisruh
FPI-GMBI dipicu oleh hoax yang menyatakan bahwa ada anggota FPI yang ditusuk dan
diculik oleh oknum GMBI sehingga menyulut emosi FPI. Tanpa verifikasi kebenaran
berita tersebut, FPI langsung membakar salah satu rumah dan sekretariat GMBI di Bogor,
pada Jum’at 13 Januari 2017 pukul 02.51 WIB. Atas penyerangan tersebut, polisi
mengamankan sekitar 20 orang yang diduga pelaku.

4

2. Mekanisme Hoax
Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau
sikap yang dimiliki (Respati, 2017). Hal ini terjadi yang terjadi pada kasus pembakaran
gedung GMBI oleh FPI di atas. Secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri
seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat afirmasi sehingga cenderung tidak akan
mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar dan bahkan mudah saja bagi
mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut (Abner, et al., 2017).
Penyebaran hoax melalui media sosial dipengaruhi oleh kemampuan
orang/kelompok dalam memanipulasi fakta. Terdapat perbedaan antara seseorang yang
memiliki keahlian khusus dalam menggunakan search engine dengan orang yang masih

baru atau awam dalam menggunakan search engine (Lazonder, et al., 2000). Mereka
dibedakan oleh pengalaman yang dimiliki. Individu yang memiliki pengalaman lebih
banyak dalam memanfaatkan search engine, akan cenderung lebih sistematis dalam
melakukan penelusuran dibandingkan dengan yang masih minim pengalaman (novice).
3. Ujaran Kebencian (Hate Speech)
Kadang kala informasi palsu atau hoax tidak hanya bertujuan untuk mengelabui
pembaca dengan memutarbalikkan fakta, tetapi juga untuk menyebarkan hate speech atau
ujaran kebencian. Istilah ini mengarah pada propaganda media untuk menghasut dan/atau
membenci seseorang atau kelompok tertentu dengan motif tertentu pula. Menurut Eko
Ismadi (2017) hate speech merupakan bentuk antidemokrasi dan antitoleransi.
Narasi kebencian yang disebarkan kepada warga negara berpengaruh terhadap
nilai-nilai pluralisme yang selama ini dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia (Riyanta,
2017). Perbedaan yang seharusnya menjadi kekuatan yang mempererat warga negara,
dijadikan sumber perselisihan dan permusuhan. Sikap toleransi terhadap perbedaan yang
melemah akan menjadi bibit perpecahan bagi bangsa Indonesia. Jika warga negara
mempunyai pondasi penghayatan Pancasila yang menjunjung tinggi keragaman dan
pluralisme harusnya tidak mudah untuk terpecah belah, apalagi hanya berdasarkan narasi
kebencian dan konten hoax yang beredar di media sosial (Riyanta, 2017). Selain itu jika
warga negara mempunyai sikap nasionalisme yang mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara dibandingkan dengan kepentingan kelompok atau pribadi, sikap melihat

perbedaan SARA sebagai bahan pertentangan, harusnya tidak perlu dilakukan (Riyanta,
2017).

5

4. Ancaman bagi Eksistensi NKRI
Ancaman utama dari hoax adalah perpecahan dalam diri masyarakat Indonesia.
Bagaimana tidak? Propaganda dan hate speech mempengaruhi psikologi seseorang untuk
memusuhi orang lain. Jika hal ini tidak segera diatasi, kasus-kasus korban hoax seperti
FPI akan menjadi lebih banyak dan bahkan menyebabkan peperangan dalam negeri.
Indonesia akan terpecah belah karena sila ketiga tentang persatuan terancam.
Dilihat dari segi demokrasi, hoax justru melanggar prinsip freedom of speech.
Freedom of speech adalah kebebasan yang mengacu pada sebuah hak untuk berbicara

secara bebas tanpa adanya tindakan sensor atau pembatasan tetapi tidak termasuk dalam
hal untuk menyebarkan kebencian (Notanubun, 2014, p. 112). Kebebasan berpendapat di
Indonesia sendiri bahkan telah dijamin dalam pasal 28 UUD 1945. Namun, mereka abai
terhadap tanggung jawab yang melekat dalam setiap kebebasan. Dengan seenaknya
mereka menyebarkan hoax dan memicu disinformasi, perpecahan, dan merugikan orang
lain. Mereka sama sekali tidak bertanggung jawab pada konten yang mereka sebarkan.

Dalam hal ini, sila keempat tentang demokrasi tidak diimplementasikan dengan baik.
B. PANDANGAN PANCASILA TERHADAP HOAX
Merebaknya hoax di media sosial membuat pemerintah mengambil langkah tegas
dengan mengesahkan UU no.11/tahun 2008 tentang ITE. Khusus pelanggaran freedom of
speech diatur dalam pasal 27 UU ITE. Bukan berarti UU ITE meniadakan kebebasan

berpendapat dalam pasal 28 UUD 1945, justru itu adalah penegasan bahwa pemerintah
sangat menghargai kebebasan individu dan sebagai batas bagi individu untuk tidak
mengganggu kebebesan orang lain seenaknya (Notanubun, 2014, p. 115).
Pancasila sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” mengandung arti Indonesia
adalah satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian yang saling menyatu
(Kaelan, 2009). Persatuan itu tercermin dalam semboyan nasional Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti meski terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang berbeda-beda, tetapi
tetap menjunjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kaelan, 2009, p. 185). Sila
ketiga sangat menentang bentuk-bentuk aksi yang mengancam persatuan dan kesatuan
nasional, terutama hoax yang bersifat propagandis dan hate speech.
Susunan kodrat kedudukan manusia adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk
bebas. Dengan menyebarkan hoax, ia telah mengabaikan kedudukannya sebagai makhluk
Tuhan, di mana moral dan tanggung jawab melekat padanya. Dalam etika, seharusnya


6

kebebasan diiringi dengan tanggung jawab, tetapi mereka mengabaikan hal itu. Oleh
karena itu, wajar saja UU ITE disahkan agar penyelewengan hakikat diri manusia
menurut Pancasila tidak lagi terjadi.
C. PENTINGNYA LITERASI MEDIA
Situasi dunia maya sangat rentan terhadap informasi hoax yang mengancam
persatuan dan demokrasi di Indonesia. Pencegahan hoax bisa dilakukan dengan
mengedukasi para pengguna jejaring sosial tentang literasi media. Literasi media penting
sebagai kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan
dalam pelbagai bentuknya (Aufderheide, 1992). Sebenarnya literasi media ini telah
tertuang dalam pasal 52 UU no.32/tahun 2003 tentang Penyiaran, yang memaknai literasi
media sebagai kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan sikap kritis masyarakat
(Iriantara, 2009, p. 25; Juliswara, 2017, p. 147).
Tujuan literasi media terbagi menjadi dua (Aufderheide, 1992; Juliswara, 2017,
p. 147). (1) Kelompok ‘proteksionis’ menyatakan pendidikan media atau literasi media
dimaksudkan untuk melindungi warga masyarakat sebagai konsumen media dari dampak
negatif media massa—terutama hoax. (2) Kelompok ‘preparasionis’ menyatakan bahwa
literasi media merupakan upaya mempersiapkan warga masyarakat untuk hidup di dunia
yang sesak-media agar mampu menjadi konsumen media yang kritis. Target literasi
media tentu saja adalah warganet, yang sebagian besar merupakan anak muda. Usia muda
adalah usia yang rawan, di mana ia sedang mencari jati dirinya sehingga kondisi
psikologisnya belum stabil.
Salah satu bentuk literasi media adalah dengan menyebarkan tips-tips mengatasi
hoax seperti yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) di
websitenya sbb (Surahmin, 2017). (1) Hati-hati terhadap judul yang provokatif, karena
ini digunakan untuk menarik perhatian agar membaca berita hoax tersebut. Sebaiknya
cari referensi berita serupa dari situs berita resmi dan bandingkan isinya. (2) Cermati
alamat situs yang belum terverifikasi sebagai pers resmi seperti domain blog. Menurut
catatan Dewan Pers, sekitar 43.000 situs portal berita hanya 300 di antaranya yang benarbenar resmi. (3) Periksa fakta dan jangan terpengaruh opini pembuat hoax. (4) Cek
keaslian foto di Google Images dan temukan berita yang asli. (5) Ikuti grup diskusi
tentang hoax di Facebook seperti Indonesian Hoaxes, atau di platform lain. Jangan lupa,
laporkan berita hoax tersebut agar orang lain tidak menjadi korban.

7

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tiga hal
berikut ini.
(1) Ancaman utama dari hoax adalah perpecahan dalam diri masyarakat Indonesia.
Dilihat dari segi demokrasi, hoax justru melanggar prinsip freedom of speech.
Instrumen yang paling sering saat ini untuk menyebarkan hoax adalah media
sosial. Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini
atau sikap yang dimiliki. Kadang kala informasi palsu atau hoax tidak hanya
bertujuan untuk mengelabui pembaca dengan memutarbalikkan fakta, tetapi juga
untuk menyebarkan hate speech atau ujaran kebencian.
(2) Sila ketiga sangat menentang bentuk-bentuk aksi yang mengancam persatuan dan
kesatuan nasional, terutama hoax yang bersifat propagandis dan hate speech.
Dengan menyebarkan hoax, ia telah mengabaikan kedudukannya sebagai
makhluk Tuhan, di mana moral dan tanggung jawab melekat padanya. Pemerintah
telah mengambil langkah tegas dengan mengesahkan UU ITE sebagai upaya
menangani isu hoax yang tidak sesuai dengan Pancasila.
(3) Pencegahan hoax bisa dilakukan dengan mengedukasi para pengguna jejaring
sosial tentang literasi media. Tujuan literasi media dimaksudkan untuk
melindungi warga masyarakat sebagai konsumen media dari dampak negatif
media massa, dan upaya mempersiapkan warga masyarakat untuk hidup di dunia
yang sesak-media agar mampu menjadi konsumen media yang kritis.
B. KRITIK DAN SARAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang masih jauh dari ranah filosofis.
Perlu dianalisis secara mendalam problem filosofis apa yang muncul dari hoax, ditinjau
dari segi filsafat pancasila, filsafat sosial, maupun filsafat ilmu. Akan tetapi, penelitian
ini setidaknya telah memberikan kontribusi sebagai bentuk penolakan terhadap hoax.
Penelitian tentang hoax yang ditinjau dari segi filsafat pancasila, diharapkan dapat
memunculkan penelitian serupa dengan objek formal yang berbeda, misalnya dari segi
sila pertama atau keempat. Tentu saja, penelitian lain harus lebih kritis dalam
menganalisis. Dengan demikian, akan ditemukan bahwa hoax secara komprehensif
sangat bertentangan dengan sila-sila Pancasila baik secara filosofis maupun ideologis.

8

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Pemikiran Sosiologi, 4(2), pp.
Abner, K., Abdillah, M. R., Bimantoro,
142-164.
R. & Rinaldy, W., 2017.
"Penyalahgunaan Informasi/Berita
Kaelan, 2009. FIlsafat Pancasila:
Hoax di Media Sosial. [Online]
Pandangan Hidup Bangsa. 2nd
Available at:
penyunt. Yogyakarta: Penerbit
https://mti.binus.ac.id/2017/07/03/penya
Paradigma.
lahgunaaninformasiberitahoaxdimediasosial/
Kemenristekdikti, 2016. Buku Ajar
[Diakses 11 Desember 2017].
Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan
Pancasila untuk Perguruan Tinggi. 1st
Aufderheide, P., 1992. Media Literacy,
penyunt. Jakarta: Direktorat Jenderal
A Report of the National Leadership
Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Conference on Media Literacy,
Kemeterian Riset, Teknologi, dan
Queenstown Maryland: The Aspen
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Institute Wye Center.
Lazonder, A. W., Biemans, H. J. &
Fauzi, M. P., 2017. "Waduh! Setelah
Wopereis, I. G. J. H., 2000. Differences
Google dan Facebook, Youtube Ikutan
between Novice and Experienced Users
Tampilkan Video Hoax". [Online]
in Search Information on the World
Available at:
Wide Web.
https://techno.okezone.com/read/2017/1
0/06/207/1790369/waduh-setelahNotanubun, P. G., 2014. Tinjauan
google-dan-facebook-youtube-ikutanYuridis Terhadap Kebebasan Berbicara
tampilkan-video-hoax
Dalam Ketentuan Pasal 27 Ayat 3 UU
[Diakses 8 November 2017].
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE
Dalam Hubungan Dengan Pasal 28
Iriantara, Y., 2009. Literasi Media: Apa,
UUD 1945. Jurnal Ilmu Hukum
Mengapa, Bagaimana. Bandung:
"Mimbar Keadilan", Mei-November.pp.
Simbiosa Rekatama Media.
111-120.
Ismadi, E., 2017. "Ujaran Kebencian
Respati, S., 2017. "Mengapa Banyak
Dan Ancaman Bagi Pertahanan
Orang Mudah Percaya Berita Hoax?".
Nasional Dan Keamanan Nasional
[Online]
Indonesia Dalam Bingkai NKRI".
Available at:
[Online]
http://nasional.kompas.com/read/2017/0
Available at: http://jurnalpatrolinews.1/23/18181951/mengapa.banyak.orang.
com/2017/08/30/ujaran-kebencian-dan-mudah.percaya.berita.hoax
ancaman-bagi-pertahanan-nasional[Diakses 11 Desember 2017].
dan-keamanan-nasional-indonesiadalam-bingkai-nkri-html.
Riyanta, S., 2017. "Saracen, Ancaman
[Diakses 11 Desember 2017].
Serius bagi Eksistensi NKRI". [Online]
Available at:
Juliswara, V., 2017. Mengembangkan
https://jurnalintelijen.net/2017/09/04/sar
Model Literasi Media yang
acenancamanseriusbagieksistensinkri/
Berkebhinnekaan dalam Menganalisis
[Diakses 11 Desember 2017].
Informasi Palsu (Hoax) di Media Sosial.

9

Sastrapratedja, M., 2001. Pancasila
sebagai Visi dan Referensi Kritik Sosial.
Yogyakarta: Penerbitan Universitas
Sanata Dharma.
Sitompul, J. M., 2017. "Polri Sebut FPI
Bakar Markas GMBI Karena Termakan
Informasi Hoax. [Online]
Available at: www.merdeka.com/
peristiwa/polri-sebut-fpi-bakar-markasgmbi-karena-termakan-informasihoax.html
[Diakses 8 November 2017].
Surahmin, I., 2017. "Ini Cara
Mengatasi Berita Hoax di Dunia
Maya". [Online]
Available at:
https://kominfo.go.id/content/detail/894
9/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-didunia-maya/0/sorotan_media
[Diakses 15 Desember 2017].
Utama, A., 2017. "Polda Jabar: Kisruh
FPI-GMBI Berawal dari Hoax di Media
Sosial". [Online]
Available at: https://www.cnnindonesia.
com/nasional/20170113104853-12186048/polda-jabar-kisruh-fpi-gmbiberawal-dari-hoax-di-medsos/
[Diakses 8 November 2017].
Yohanes, P., 2017. "Hoax Merebak,
Rudiantara Ingatkan Perusahaan
Media Sosial". [Online]
Available at:
https://tekno.tempo.co/read/
883366/hoax-merebak-rudiantaraingatkan-perusahaan-media-sosial
[Diakses 8 November 2017].

10

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Pengaruh Proce To Book Value,Likuiditas Saham dan Inflasi Terhadap Return Saham syariah Pada Jakarta Islamic Index Periode 2010-2014

7 68 100

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Strategi Public Relations Pegadaian Syariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen

7 149 96

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

5 236 136

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46