Corporate university Strategi pengelolaan Membentuk

CORPORATE UNIVERSITY : Antara Komitmen Pimpinan dan Visi
Birokrasi Kelas Dunia
Oleh : Dewi Sartika,SE, MM - Peneliti Muda PKP2A III LAN

Beberapa waktu lalu kita sempat mendengar beberapa pemerintah daerah yang mengalami
kesulitan keuangan dalam membayar tunjangan Aparatur Sipil Negara (ASN) akibat defisit keuangan yang
tengah dialami. Dengan jumlah ASN di daerah mencapai 316. 453 pegawai atau sekitar 7,04% dari total
jumlah seluruh ASN di Indonesia (BKN, 2016). Keberadaan ASN yang overkuota itu ditambah fenomena
kurangnya kinerja pemerintahan yang baik, hanya akan menjadi beban anggaran daerah. Tercatat, untuk
APBD 2016, 131 daerah Kabupaten/Kota memiliki rasio belanja pegawai dan tunjangan terhadap total
APBD mencapai di atas 50%. Jadi APBD-nya hanya untuk belanja pegawai. Jumlah ini melebihi rasio
belanja pegawai pemerintah pusat yang mencakup 1/4 terhadap anggaran pemerintah pusat. Untuk
daerah Provinsi, rata-rata rasio belanja pegawai terhadap total belanja APBD lebih rendah dibanding
daerah Kabupaten/Kota. Yakni hanya sebesar 18,32%. Ketika Pemerintah daerah telah mengeluarkan
banyak anggaran untuk belanja pegawai, seharusnya dapat menjadi akselerator terhadap peningkatan
kinerja pemerintah. Sebagai contoh, besaran belanja Pegawai Pemda di Kaltim rata-rata mencapai 3040% dari anggaran daerah. Sebagian kalangan mungkin akan berasumsi, mengapa anggaran belanja
daerah yang relatif besar namun tidak dibarengi oleh kualitas pelayanan publik yang memuaskan.
Kondisi tersebut dapat terjadi ketika ASN tidak dapat memberikan nilai tambah dan inovasi dalam
peningkatan kinerja pemerintahan, disinilah pentingnya Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BPSDM) dan Unit Kepegawaian di setiap pemerintahan daerah untuk dapat berperan mewujudkan
Corporate University, mengubah potensi ASN yang ada menjadi investasi sumber daya manusia aparatur

yang bercirikan birokrasi kelas dunia yaitu profesional, percaya diri, multi skill dan otonom (Dwiyanto,
2015)
Peran strategis BPSDM itu adalah bertransformasi dari lembaga diklat semata menjadi corporate
university. Meski masih sedikit yang mengenal apa itu corporate university, akan tetapi sejumlah
perusahaan besar dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menerapkan sebagai strategi investasi
SDM unggul diantaranya Pertamina, Wijaya Karya, BNI, Semen Indonesia, Garuda Indonesia, BCA,
Citibank, Trakindo Utama, Pan Brothers, Holcim Indonesia, PLN, dan AIA Financial. Mereka memandang
pegawai/ karyawan bukan sebagai beban perusahaan, tetapi sebagai asset investasi yang harus dikelola
dan dikembangkan untuk optimalisasi dan pengembangan perusahaan. Fortune 500 Companies sebagai
perusahaan yang telah mengimplementasikan dan mempertahankan Corporate University dengan
sukses (Dibtagroup : 2016) dimana perusahaan Indonesia yang masuk Fortune 500 adalah Pertamina
yang masuk dalam ranking 122 pada tahun 2013 dan ranking 123 pada tahun 2014 dengan PLN
menempati ranking 477 di tahun yang sama (Kementerian Keuangan Corporate University : 2016). Di
Indonesia, konsep corporate university mulai diterima setelah tahun 2000. PT Telkom, dapat disebut
sebagai pelopor dalam bidang ini. Memang, perusahaan-perusahaan yang termasuk BUMN paling
semangat untuk menerapkan konsep corporate university ini. Selain PT Telkom, kita mengenal PLN
Corporate University (milik PLN) dan juga IPC Corporate university (milik PT Pelindo II). (PPM, 2018)
Jamak diketahui, kualitas SDM berbanding lurus dengan kinerja / performance organisasi.
Diperlukan peran BPSDM atau unit kepegawaian yang lebih besar dari sekedar menjadi training center.
Badan diklat tidak lagi sekadar bersifat taktikal untuk memenuhi analisis kesenjangan kompetensi atau


yang biasa dikenal dengan competence gap. Namun, harus diperluas sebagai strategic business partner
untuk dapat membentuk SDM aparatur yang berpengetahuan serta terus mendorong mereka
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya melalui continuos learning. Pakar manajemen sumber daya
manusia (SDM) menyarankan pembentukan corporate university yang sangat penting sebagai upaya
untuk mencetak SDM yang bermutu dalam sebuah perusahaan. Meskipun biasanya perusahaan juga
sering mengadakan pelatihan-pelatihan, tetapi pelatihan yang dilakukan selama ini masih kurang
sistematis dan temanya selalu berubah.
Adalah hal mendasar dibangunnya corporate university untuk menolong organisasi mencapai misinya. Strategi membangun corporate university adalah strategi mencapai tujuan perusahaan. Corporate
university memberikan nilai bagi organisasi (perusahaan) melalui kegiatan pembelajaran. Nilai tambah
tersebut diciptakan dengan menyelaraskan strategi perusahaan dengan strategi corporate university.
Meski tidak mudah dan butuh waktu panjang, beberapa hal diperlukan dalam membentuk corporate
university diantaranya ; Pertama, kurikulum. Konten kurikulum yang terdiri dari silabus dan mata kuliah
terintegrasi dengan standarisasi yang jelas untuk setiap jenjang kedudukan dalam perusahaan serta
memperhatikan aspek yang bersifat leadership managerial dan fungsional. Kedua, tersedianya modul
dan materi pembelajaran yang bagus dan berkualitas. Ketiga, pengajar yang menarik serta
berpengalaman. Keempat, tindak lanjut dan pemonitoran terhadap tugas-tugas yang diberikan kepada
karyawan serta mekanisme untuk memantau dampak pelatihan selama tiga sampai enam bulan ke
depan untuk mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan. Layaknya perkuliahan pada
umumnya, karyawan di corporate university juga harus membuat tugas akhir berupa project real sesuai

kebutuhan perusahaan. Banyak perusahaan yang mengirimkan pegawainya secara parsial untuk
mengikuti training yang didesain secara generik, seringkali tidak selaras dengan visi-misi perusahaan.
Atau perusahaan yang punya komitmen tetapi tidak memiliki strategi yang jelas dan terarah sehingga
training yang ditawarkan kepada pekerja sangat banyak, tapi tidak berdampak apa-apa.
Tidak jauh beda, saatnya ASN harus dipandang sebagai asset organisasi (human capital).
Kemenkeu telah menerapkan corporate university dengan KLC atau Kemenkeu Learning Centre. Dimana
diklat (dipandang) bukan sekedar membuat minuman botol tetapi juga bagaimana cara menjual
minuman botol. Siapapun dapat belajar kapanpun tanpa meninggalkan tempat kerja dan waktu kerja.
KLC telah memiliki 55 course online dan website www.KLC. Kemenkeu.go.id, serta 4 buah jurnal
internasional. Keberhasilan ini layak ditiru. Lembaga diklat tidak hanya sebagai transfer materi/modul
tetapi juga mampu menyemai alumni yang memiliki kemanfaatan terbesar dalam organisasi, dengan
merespon perkembangan dan kebutuhan organisasi. Leader menjadi teacher. Membangun smart ASN
bukan hanya tanggungjawab pimpinan tetapi juga, sinergisitas lembaga sebagai pemantau, dimotori
BPSDM dan Unit Kepegawaian di setiap pemerintahan daerah, Top manager menjadi pengajar dan pakar.
Meskipun pembentukan corporate university tidak mudah, bermodalkan komitmen pimpinan dan
keberanian (baca : nekat), bukanlah langkah sulit untuk berinvestasi di SDM aparatur dalam menjadikan
birokrasi kelas dunia.

http://news.prokal.co/read/news/2800-corporate-university-strategimembangun-smart-asn-dan-birokrasi-kelas-dunia