MOTIVASI BELAJAR ANAK DARI ORANG TUA MEL

MOTIVASI BELAJAR ANAK DARI ORANG TUA
MELALUI KOMUNIKASI KELUARGA YANG BAIK*
Oleh Dr. S. Bekti Istiyanto

Pendahuluan
Bagi orang tua, mempunyai anak adalah hal yang sangat membahagiakan, sehingga menjadi
kewajibannyalah untuk menumbuh kembangkan anak. Anak lahir dalam keadaan lemah seluruh
inderanya, dan ini menjadi tugas orang tua untuk menguatkan demi pertumbuhan fisik anak dan tugas
orang tua untuk merangsang perkembangan anak agar tumbuh kembangnya anak berjalan seimbang.
Sayangnya, kebanyakan orang tua hanya memperhatikan pertumbuhan anak dengan memberikan
makanan-makanan yang kadang-kadang berlebihan, dan tidak memperhatikan faktor-faktor penting
lainnya yang juga sangat menentukan perkembangan anak
Orang tua adalah guru pertama dan utama serta rumah adalah sekolah yang paling penting bagi
anak-anak. Namun sekarang ini tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua, bisa jadi hal ini menyebabkan
banyak orang tua tidak tahu bagaimana cara yang terbaik untuk tumbuh kembangnya anak. Secara khusus
ada tiga hal utama sekaligus mendasar yang harus diketahui untuk dapat menumbuh kembangkan anak,
(a) peranan sentral orang tua, (b) potensi intelektual seorang anak, dan (c) bagaimana cara untuk
mengoptimalkan potensi tersebut.
Sebuah penelitian tentang peranan orang tua di Indonesia diperoleh hasil:
a. 85,5 % orang tua tidak mampu mengawasi anak
b. 68,1 % orang tua bersikap tidak tegas terhadap anak

c. 56 % orang tua tidak mampu memberi bimbingan secara akademis
d. 58 % orang tua selalu membela anak yang salah

Permasalahan
Melihat uraian pendahuluan di atas dapat dimuculkan sebuah permsalahan yang mengkaji
peranan orang tua di Indonesia yang belum mampu sepenuhnya menjalankan tugasnya terutama dalam
hal perkembangan belajar anak, dimana salah satu faktor yang penting dalam perkembangan belajar anak
untuk sukses adalah melalui pendidikan dalam keluarga dengan menggunakan komunikasi yang tepat.

*Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat KKN Mahasiswa Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang,
Purbalingga, 31 Januari 2015.

Pembahasan
Prof. Benyamin S. Bloom (1980) ahli pendidikan dari Universitas Chicago membuat penelitian
panjang yang menghasilkan bahwa perkembangan intelektual telah dimulai saat pembuahan, dan sampai
usia 4 tahun perkembangan intelektual otak mencapai 50 %, sampai usia 8 tahun mencapai 80 % dan
pada usia 18 tahun mencapai 100 %. Dr Glenn Doman dalam The Gentle Revolution menambahkan
sebuah informasi menarik dari hasil penelitiannya. Penelitian tersebut dilakukan pada anak cacat mental
artinya bayi yang lahir dengan IQ di bawah 70. Ia menyediakan waktu setiap hari untuk bermain, bicara,
bercerita, menunjukkan gambar dan berbagai informasi kepada mereka dengan sabar dan tekun. Hasilnya

adalah dengan kegiatan komunikasi yang dilakukannya ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun mereka
telah mampu berpikir dan berbuat seperti layaknya anak-anak yang lahir normal. Ia berpikir jika semua
aktifitas komunikasi yang diberikan adalah kepada anak-anak yang ber-IQ normal hasilnya tentu akan
luar biasa.
Teknik berkomunikasi adalah cara atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang
komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak seperti yang diinginkan pada komunikan.
Dampak yang ditimbulkan karena adanya proses komunikasi dapat digolongkan menjadi tiga bagian
yaitu : dampak kognitif, dampak afektif, dan dampak behavioral (Rakhmat, 1990)

Potensi Intelektual Anak
Secara umum, anak yang sehat seperti layaknya manusia memiliki tiga unsur yaitu :
Pertama, baik dalam hal fisik/jasmani, ditandai dengan tubuh yang sehat dan kuat. Untuk itu diperlukan

nutrisi berupa makanan yang cukup dan bergizi baik. Kedua, baik dalam hal akal, dengan memiliki akal
yang cerdas dan kreatif. Disini dibutuhkan pendidikan yang baik dan diberikan sejak dini. Ketiga, b aik
dalam hal spiritual atau ruhani, sehingga dengan bekal ini anak dapat memiliki perilaku terpuji dan
berpribadian yang baik (Abdul Qodir, 1997)
Salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi manusia adalah otak. Digambarkan sebagai sebuah
mesin yang paling rumit yang ada di jagad raya, bahkan jika dibandingkan dengan komputer super
sekalipun. Penelitian terhadap otak manusia yang dilakukan secara terus menerus tetap dilakukan sampai

sekarang. Tapi selalu ada penemuan baru tentang otak manusia yang selalu membuat para ilmuwan dan
semua orang merasa takjub.
Otak manusia terdiri dari tiga bagian besar yaitu: pertama , Cerebrum (otak besar) yaitu bagian
terbesar dari otak, ukurannya mencapai 85 % dari berat total. Di dalamnya terdapat Cerebral Cortex yang
mengandung setengah milyar sel syaraf dengan panjang 1.000 km per setengah inchi kubik. Kortek inilah
*Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat KKN Mahasiswa Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang,
Purbalingga, 31 Januari 2015.

yang memberikan kemampuan yang luar biasa pada manusia untuk memproses informasi. Kedua ,
Cerebellum (otak kecil) dimana berfungsi mengatur fungsi fisiologis seperti keseimbangan, postur dan

koordinasi gerakan tubuh. Ketiga , Brain Stem (batang otak) adalah bagian dasar atau paling bawah dari
otak sebagai pusat sistem syaraf untuk mengkontrol pernapasan, detak jantung dan metabolisme tubuh.
Bagian penting lainnya adalah neuron yang berfungsi sebagai pembawa pesan dari sistem syaraf. Di
dalam otak manusia terdapat 10-100 milyar neuron yang saling berhubungan membentuk jalur-jalur
informasi. Otak sendiri mengalami pertumbuhan, yaitu saat lahir otak anak memiliki berat 350 gram atau
25 % dari berat otak dewasa. Dia akan tumbuh terus seiring dengan tumbuhnya fisik anak dan
bertambahnya usia. Pada saat dewasa beratnya mencapai 1,4 kg dan setelah itu pertumbuhannya berhenti.
Menurut Buckminster Fuller (dalam Qadir, 1997) setiap anak dilahirkan jenius dan kita para
orang tua menghabiskan 6 tahun pertama hidupnya membuat mereka menjadi tidak jenius? Bahkan sejak

lahir sampai usia dua tahun, sebagian besar pola emosional dan intelektual sudah terbentuk. Penelitian
Keith Osborn (dalam Istiyanto, 2004) menunjukkan bahwa perkembangan intelektual anak sangat luar
biasa, sejak lahir sampai usia 4 tahun sama besarnya dengan dari usia 4 tahun sampai 18 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa 4 tahun pertama adalah masa yang sangat penting. Apa yang dicapai dalam periode
ini sama dengan periode selama 14 tahun berikutnya. Pertumbuhan intelektual akan mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya usia dan akan terhenti setelah anak mencapai usia 18 tahun.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa anak usia 4 tahun kecerdasannya setengah dari orang dewasa. Ini hanya
menunjukkan bahwa setengah dari jalur-jalur informasi/ilmu pengetahuan dan pola dalam otak manusia
sudah mulai terbentuk.
Para ahli perkembangan anak menemukan adanya 93 kemampuan dan pemahaman dasar yang
harus dimiliki oleh anak usia prasekolah. Pengembangan kemampuan ini mutlak diperlukan bagi
pendidikan prasekolah. Ke-93 skill tadi terangkum dalam 10 bagian, yaitu : ketrampilan visual dan
observasi, ketrampilan mendengarkan dan berkonsentrasi, ketrampilan berbahasa dan membaca,
ketrampilan matematika awal, ketrampilan tangan, ketrampilan mandiri, secara sosial dan emosional,
pemahaman posisi dan arah, pemahaman warna, pemahaman waktu, pemahaman tekstur (permukaan dan
bentuk).
Kemampuan otak anak seperti spon bahkan lebih hebat lagi. Spon mampu menyerap air sampai
batas tertentu, tetapi otak manusia khususnya anak-anak memiliki kemampuan menyerap dan
menyimpan informasi yang sangat besar. Dan mereka tidak pernah merasa bingung untuk menerimanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belahan otak kanan dan otak kiri memiliki fungsi yang berbeda,


*Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat KKN Mahasiswa Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang,
Purbalingga, 31 Januari 2015.

yaitu: Otak Kanan dengan isi : irama, musik, warna, imajinasi, lamunan, dimensi dan Otak Kiri: tata
bahasa, logika, angka, analisis, daya ingat, rasional.

Mengoptimalkan Potensi Belajar Anak
Seringkali orang tua melakukan kesalahan fatal dengan beranggapan bahwa ketika anak sudah
disekolahkan maka tanggung jawab pendidikan berubah fungsi ke para guru di sekolah, dan orang tua
berlepas begitu saja. Sehingga bila anak menglami kegagalan solusi yang sering dilakukan adalah
melakukan protes ke guru kenapa mengalami kegagalan. Kesalahan lain adalah bahwa pendidikan anak
hanya bisa diberikan pada anak sampai usia sekolah. Ternyata pendidikan kepada anak harus dilakukan
sejak dini bahkan dapat dilakukan ketika anak masih dalam kandungan. Mengajak bicara atau
berkomunikasi kepada calon bayi adalah salah satu cara, karena ternyata dengan komunikasi langsung
khususnya dari sang ibu dapat memberikan respon positif kepada sang janin. Cara lain adalah dengan
mendengarkan ‘musik’ atau lainnya yangs sesuai dengan kondisi.
Untuk mengoptimalkan potensi belajar anak ini Istiyanto (2004) membagi dalam beberapa tahap
yaitu: a. Pendidikan pranatal (sebelum kelahiran), seperti dengan mengajak bicara atau lainnya.
Penelitian menggambarkan bahwa sang bayi dapat merasakan kondisi ibunya. Bahkan janin dalam

kandungan bisa mendengar suara dan detak jantung ibunya, selain pembicaraan orang lain di sekitarnya.
b. Pendidikan setelah kelahiran.
Para ahli pendidikan dan perkembangan anak menyarankan dalam mendidik anak melakukan:
Pertama, mengajak bermain; dengan mengajak bermain anak akan merasa senang, gembira yang

berpengaruh pada perkembangan jiwa anak. Selain itu, juga untuk menimbulkan kesan bahwa belajar
adalah kegiatan yang menyenangkan karena tidak ada paksaan dalam belajar. Gerakan berguling,
melompat, berayun dan berputar-putar sangat baik bagi pertumbuhan otak. Karena gerakan-gerakan
tersebut mempengaruhi vestibular system yang berhubungan dengan cairan otak di belakang telinga, dan
ini sangat mempengaruhi syaraf-syaraf kecerdasan anak. Kedua, membacakan cerita; manfaat
membacakan cerita sejak dini adalah : melatih pendengaran, good neuro association pada anak terhadap
buku, reading habit/menanamkan kebiasaaan membaca sejak dini, mengembangkan imajinasi anak,
merangsang rasa keingin tahuan yang besar pada anak, kelekatan hubungan emosional orang tua dengan
anak, dll. Ketiga, menjawab keingin tahuan anak ; secara universal setiap anak mempunyai rasa ingin
tahu yang besar. Jika setiap pertanyaan selalu dijawab dengan benar akan memperkuat neuro pathway
(syaraf keingin tahuan) anak. Sebaliknya jika setiap pertanyaan selalu tidak mendapatkan jawaban atau
bahkan dilarang bertanya maka syaraf ini tidak akan berkembang atau melemah. Anak akan menjadi
*Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat KKN Mahasiswa Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang,
Purbalingga, 31 Januari 2015.


malas. Keempat, mengajarkan bahasa internasional ; dengan mengajarkan salah satu bahasa internasional
sejak dini anak akan merasa bahasa-bahasa tersebut tidaklah asing. Bahkan anak usia 8 bulan mampu
membedakan setiap bahasa dari aksen atau intonasi. Bayi merupakan pelajar bahasa yang sangat
mengagumkan. Kemampuan ini akan bertahan sampai usia 10 tahun, setelah itu mengalami penurunan,
kecuali bagi orang yang mempunyai kemampuan luar biasa.

Penutup
Sebagai penutup Qodir (1997) mengingatkan kita bahwa potensi kecerdasan anak akan lebih
optimal dikembangkan bila dilakukan bersama dengan orang tua karena anak adalah seorang peniru yang
terbaik juga bukan dilakukan karena sekadar kewajiban tapi didasari oleh cinta. Anggadewi Moesono
(2003) menambahkan pentingnya mengurangi dampak televisi kepada anak. Televisi bagaimanapun
ternyata mempunyai dampak yang negatif pada anak yaitu: Pertama, menyebabkan visual laziness;
karena warna-warna televisi yang sangat menarik dan indah, maka anak akan terbiasa dengan gambargambar besar, menarik dan berwarna, kemudian tiba-tiba saat sekolah melihat buku pelajaran sekolah
yang hitam putih, tulisannya kecil serta tidak ada gambar menarik maka tanpa disadari matanya akan
sakit. Akibatnya anak menjadi malas atau tidak suka membaca buku. Kedua, menyebabkan mental
laziness; alur cerita yang ada pada umumnya bisa ditebak, misalnya antara baik dan buruk, atau mula-

mula tokoh yang baik kalah tapi pada akhir cerita akan menang. Dengan tema seperti ini, anak tak
dibiasakan berpikir padahal pada saat sekolah mulai banyak problem yang timbul sehingga wajar anak
menjadi kebingungan atau penakut menghadapi masalah atau malah menimbulkan masalah baru yang

semakin tidak terkendali kebanyakan seperti sekarang ini.

Daftar Pustaka
Bloom, Benjamin S. 1980. All Our Children Learning. New York: McGraw-Hill.
Doman, Glen. Special Needs Children. dalam
http://www.gentlerevolution.com/mm5/merchant.mvc?Screen=CTGY&Store_Code=G&Categ
ory_Code=SpNeeds. Diakses 25 Januari 2015
Istiyanto, S. Bekti. 2004. Optimalisasi Kecerdasan Anak Dengan Komunikasi Keluarga . Purwokerto:
Artikel Makalah
Moesono, Anggadewi. 2003. Psikoanalisis dan Sastra . Depok: Lembaga Penelitian UI
Rakhmat, Jalaludin. 1990. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Qodir, Abdul. 1997. Optimalisasi Otak Anak Dengan Pendidikan Terbaik. Bandung: Artikel Seminar.

*Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat KKN Mahasiswa Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang,
Purbalingga, 31 Januari 2015.