STUDI KEANEKARAGAMAN MOLUSCA BERDASARKAN. pdf

STUDI KEANEKARAGAMAN MOLUSCA BERDASARKAN ZONA INTERTIDAL
DI KAWASAN PANTAI PANCUR TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN KKL
yang dibina oleh Drs. Agus Dharmawan, M.Si.dan Dr. Vivi Novianti, M.Si.

Oleh
Mahasiswa Jurusan Biologi Angkatan 2015

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
April 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1


Latar Belakang
Taman Nasional Alas Purwo (TN Alas Purwo) adalah taman nasional yang terletak

di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur, Indonesia. Secara geografis terletak di ujung tenggara Pulau Jawa wilayah pantai
selatan antara 8°26’45”–8°47’00” LS dan 114°20’16”–114°36’00” BT. Nama “Alas
Purwo” memiliki arti hutan perintis atau hutan purba, sesuai dengan legenda Jawa yang
mengatakan daratan yang pertama kali muncul berasal dari lautan di di sekeliling pantai
Alas Purwo (Eliot, 2001). TN Alas Purwo memiliki luas 43.420 ha terdiri dari beberapa
zona , yaitu :
a.

Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 ha

b.

Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 ha

c.


Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 ha

d.

Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 ha.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis dataran
rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, padang rumput, dan hutan bambu
yang mendominasi 40% dari luas kawasan. Menurut Dharmawan (2005) ekosistem lahan
basah di Alas Purwo yang terdiri dari hutan mangrove dan hutan perairan laguna, yang
secara fungsional kedua ekosistem ini saling berinteraksi.
Pada ekosistem pantai, tepatnya di kawasan pantai pancur, banyak dijumpai hewan
lunak bercangkang (molusca), Menurut Kotpal (1989) Filum mollusca merupakan
kelompok hewan yang dominan dan mencakup hewan seperti kerang, tiram, siput, cumicumi dan gurita. Mollusca merupakan filum terbasar yang kedua setelah Arthropoda dalam
kelimpahan numeriknya. Jumlah spesies yang diidentifikasi berkisar antara 80.000 sampai
100.000 spesies di seluruh samudera dunia dan ditemukan lebih banyak berada di zona
pesisir pantai tropis (littoral zone of tropical seas) (Shanmugan, 2005).
Moluska memiliki keuntungan secara ekonomi di sektor perikanan pada masyarakat
pesisir dan sebagai hewan yang mengisi keragaman organisme laut. Populasi moluska

dapat berperan sebagai sumber makanan, ornamen hias (S. Monalisha). Menurut Jasin

(1984) Ciri-ciri Mollusca secara umum adalah bertubuh lunak dan tidak berbukubuku biasanya tubuh bercangkok (berubah) dari zat kapur, hewan ini ada yang hidup di
darat,di air tawar dan ada pula yang hidup di laut, tubuh simetri bilateral, jenis
kelaminumumnya terpisah, tetapi dapat juga hermaprodit, cangkang dibentuk oleh mantel,
badanterdiri dari kepala, kaki dan massa jerohan, kaki termodifikasi untuk merayap,
berenang bahkan untuk menangkap makanan.

1.2

Rumusan masalah

1. Apa saja jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman Nasional Alas
Purwo Banyuwangi?
2. Bagaimana indeks keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan jenis
(R) Mollusca di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi?
3. Jenis Mollusca apa sajakah yang dominan pada tiap zona di kawasan Pantai Pancur
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman Nasional Alas
Purwo Banyuwangi.
2. Mengetahui indeks keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan jenis
(R) Mollusca di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
3. Mengetahui jenis Mollusca apa sajakah yang dominan pada tiap zona di kawasan
Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

1.4 Ruang Lingkup
1. Penelitian ini dibatasi pada jenis-jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
2. Aspek yang diamati dalam penelitian ini dibatasi pada keanekaragaman,
kemerataan, dan kekayaan jenis, serta pola distribusi Mollusca di kawasan Pantai
Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

1.5 Definisi operasional
1. Filum Mollusca (bahasa Latin: molluscus = lunak) merupakan hewan triploblastik
selomata yang bertubuh lunak. Anggota filum moluska adalah semua hewan lunak
dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan,
serta cumi-cumi dan kerabatnya.
2. Keanekaragaman yaitu keteherogenan jenis dan merupakan ciri khas dari struktur

komunitas.
3. Keseragaman yaitu komposisi ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam
suatu komunitas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keanakeragaman Hayati
Biodiversitas, atau "keanekaragaman hayati", umumnya mengacu pada keragaman dan
variabilitas kehidupan di Bumi. Menurut “United Nations Environment Programme”
(2015) Keanekaragaman hayati biasanya mengukur variasi pada tingkat genetik,
spesies, dan ekosistem. Menurut Gaston (2000) terdapat 2 jenis mengenai
keanekaragaman hayati, antara lain:
1. Terrestrial biodiversity, Keanekaragaman hayati terestrial cenderung lebih
besar di dekat khatulistiwa, yang tampaknya merupakan hasil dari iklim yang
hangat dan produktivitas primer yang lebih tinggi.
2. Marine biodiversity, Keanekaragaman hayati laut cenderung tertinggi di
sepanjang pantai Pasifik Barat, di mana suhu permukaan lautnya tertinggi dan
di sepanjang mid-latitudinal di semua samudera.
Keanekaragaman makhluk hidup yang terdapat dalam eksositem menjadi

penting karena setiap makhluk hidup memiliki peran dalam menjaga keseimbangan
eksosistem dan kelestarian makhluk hidup. Ekosistem yang terdiri dari beranekaragam
makhluk hidup akan memiliki tingkat kelestarian yang tinggi. Eksosistem juga akan
selalu seimbang bila komposisi jumlah populasi berbagai jenis makhluk hidup dalam
keadaan

seimbang.

Keanekaragaman

dapat

meningkat

ataupun

menurun.

Meningkatnya keanekaragaman makhluk hidup dikarenakan adanya peristiwa
perkawinan (reproduksi) (Yuliana, 2009).

2.2 Mollusca
Filum Mollusca (bahasa Latin: molluscus = lunak) merupakan hewan
triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Anggota filum moluska adalah semua
hewan lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton,
kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Ciri-ciri umum Molusca adalah
tidak bersegmen, kecuali Monoplacophora, tubuhnya simetri bilateral, triplobastik
solomata, dilindungi pallium (mentel) bagian tubuh anterior adalah kepala, saluran
pencernaan makan lengkap dan glandula digestoria dan glandula salivaria, mulut
dilengkapi dengan radula, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala

yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang
secara umum digunakan untuk begerak, dan bagian dorsal adalah masa piscera dinding
tubuh sebelah dorsal meluas menjadisatu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau
pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel
yang di dalamnya berisi insang (Suwignyo, 2005).
Moluska merupakan filum terbesar kedua yang ada dilaut, yang terdiri dari
sekitar 23% dari semua organisme laut yangyang telah teridentifikasi. Banyak moluska
juga hidup di habitat air tawar dan terestrial. Mereka sangat beragam, tidak hanya dalam
ukuran dan struktur anatomis, tapi juga dalam perilaku dan habitat (Nicol, 1969). Filum
biasanya dibagi menjadi 9 atau 10 kelas taksonomi, yang dua seluruhnya telah punah.

Cephalopoda, seperti cumi-cumi, sotong dan gurita, termasuk yang paling kompleks
dalam hal neurologis dari semua invertebrata - dan cumi-cumi raksasa atau cumi-cumi
kolosal adalah spesies invertebrata terbesar yang diketahui. Gastropoda sejauh ini
adalah moluska yang paling banyak ditemukan dalam jumlah spesies yang
diklasifikasikan, dan mencapai 80% dari total filum moluska (Chapman, 2009). Kelas
Bivalvia, terdiri dari anggota yang beragam, melimpah, memiliki kepentingan
komersial dan juga merupakan bagian penting dari produksi perikanan (Maeda, 2008).

2.3 Indeks Keanekaragaman, Kemerataan dan Dominansi
2.3.1 Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiever (H’)
Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk mencirikan hubungan kelompok
genus dalam komunitas. Indeks keanekaragaman yang dipergunakan adalah indeks
Shannon Wiever, seperti berikut ini :
H’ = -∑ (pi ln pi)
Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
N = Jumlah total individu semua jenis dalam komunitas
Ni = jumlah individu jenis ke 1
Pi = kelimpahan proporsional


Pi =

𝑛𝑖
𝑛

Menurut Wilhm and Dorris (1986), kriteria indeks keanekaragaman dibagi dalam 3
kategori yaitu :
H` < 1 : Keanekaragaman jenis rendah
H` < 3 : Keanekaragaman jenis sedang
H` > 3 : Keanekaragaman jenis tinggi
2.3.2 Indeks Keseragaman Evenness (E)
Untuk mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman, yaitu
ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin mirip
jumlah individu antar spesies (semakin merata penyebarannya) maka semakin besar
derajat keseimbangan.
E=
Keterangan :

𝐻′


ln 𝑠

S = jumlah keanekaragaman
Dengan kisaran sebagai berikut :
e < 0,4 : Keseragaman populasi kecil
0,4 < e < 0,6 : Keseragaman populasi sedang
e > 0,6 : Keseragaman populasi tinggi
Semakin kecil nilai indeks keanekaragaman (H’) maka indeks keseragaman (e) juga
akan semakin kecil, yang mengisyaratkan adanya dominansi suatu spesies terhadap
spesies lain.
2.3.3 Riches/Kekayaan (R)
R=

𝑠−1

ln 𝑁

Keterangan :
N = jumlah individu


2.4 Ekosistem Zona Intertidial
Zona intertidal, yang juga dikenal sebagai tepi pantai dan pantai dan kadangkadang disebut sebagai zona pantai, adalah daerah yang berada di atas air pada saat air
surut dan di bawah air pada saat air pasang (dengan kata lain, daerah antara tanda pasangsurut air). Kawasan ini bisa mencakup berbagai jenis habitat, dengan berbagai jenis hewan,
seperti kelompok molusca, bintang laut, landak laut, dan banyak spesies karang. Daerah

ini juga mencakup tebing berbatu yang curam, pantai berbatu, pantai berpasir, atau lahan
basah (misalnya lumpur subur). Zona intertidal juga merupakan rumah bagi beberapa
spesies dari berbagai taksa termasuk Porifera, Annelida, Coelenterates, Moluska,
krustasea, Arthropoda, dan lain-lain (Walag, 2016). Ketersediaan air sangat bervariasi dan
teratur, karena sumber air berasal dari air tawar melalui hujan/aliran sungai dan air asin
dari laut, serta wilayah kering dengan genangan air pasang.
Ketersediaan air memberikan sejumlah karakteristik yang khas pada daerah
pesisir. Kekuatan air yang menyebabkan erosi menghasilkan jenis bentang alam tertentu,
seperti bukit pasir dan muara. Secara biologis, ketersediaan air yang optimum dapat
meningkatkan keragaman tumbuhan dan hewan, dan terutama pembentukan lahan basah
(wetland) yang luas seperti zona batu lempeng, zona batu besar, zona batu kecil, zona batu
beralga, dan zona pasir berlamun.
2.5 Faktor Abiotik
Suhu merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian
kelautan. Suhu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi makhluk
hidup (Odum, 1993). Suhu mempengaruhi proses metabolisme dan biokimia seperti
aktivitaas enzim dan konsumsi oksigen, pertumbuhan dan reproduksi serta morfologi
seperti bentuk cangkang Mytilus edulis (Pelu, 2001). Suhu air pada kisaran 27-310 C juga
dianggap cukup layak untuk kehidupan mollusca seperti tiram mutiara.
Salinitas, air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam
sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam
lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam
sekitar 30% (Goetz, 1986)
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Air murni bersifat netral, dengan
pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh
disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa
atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan
atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan,
rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
internasional.

Kecepatan angin disebabkan oleh udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah, biasanya dikarenakan adanya perubahan suhu. Kecepatan angin sekarang
biasanya diukur dengan anemometer namun juga dapat diklasifikasikan menggunakan
skala Beaufort yang didasarkan pada pengamatan seseorang terhadap efek angin yang
didefinisikan secara khusus. (C. Michael, 2010).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan melalui program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) pada mata
kuliah Ekologi yang dilaksanakan di Hutan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo,
Banyuwangi, Jawa Timur. Kegiatan ini dilaksanaan pada tanggal 23-26 Maret 2017.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh individu dari seluruh spesies Mollusca yang
ada di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Sedangkan sampel dari
penelitian ini yaitu beberapa individu dari beberapa spesies yang masuk dalam kuadrat yang digunakan
untuk pencuplikan specimen
3.3 Alat dan Bahan

3.4 Prosedur Kerja
a) Persiapan
1.

Menyiapkan alat yang di perlukan pada saat praktikum

2.

Mendengarkan intruksi dan arahan dari asisten atau dosen pendamping

b) Pengambilan Spesimen
1.

Berjalan ke lokasi pengambilan sampel (pantai pancur) secara berkelompok
dengan didampingi oleh asisten pendamping.

2.

Memasuki pantai dan membuat plot berukuran 1 x1 m sebanyak tiga kali ulangan
pada setiap zona

3.

Meletakkan transek pada zona yang akan diamati (zona batu lempeng, zona batu
besar, zona batu kecil, zona batu alga, dan zona pasir berlamun)

4.

Menghitung Mollusca yang terdapat pada plot tersebut dan menghitung faktor
abiotiknya

5.

Memasukkan sampel yang ditemukan ke dalam kantong plastic dan masukkan
pada tabel data

c) Pengidentifikasian
1.

Mengumpulkan semua sampel yang ditemukan,

2.

Membersihkan sampel yang ditemukan,

3.

Memasukkan sampel yang ditemukan ke dalam botol plakon yang telah berisi air
dan formalin serta menutupnya dengan rapat menggunakan isolasi,

4.

Mengabadikan sampel tersebut,

5.

Mengidentifikasi sampel yang didapat dan menyusun klasifikasinya.

3.5 Teknis Analisis Data
Analis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis data deskriptif.
Analisis deskriptif kuantitatif merupakan metode yang bertujuan mengubah kumpulan
data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang ringkas,
dimana hasil penelitian beserta analisanya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah dan
kemudian akan dibentuk suatu kesimpulan.

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Zona Batu Besar
Ulangan 3
(Off C/6)
P P P
P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 2 3

Ulangan 4
(Off A/16)
P P P
1 2 3

Planaxis
sulcatus

0

0

0

0

0

0

0

0

5

0

0

0

0

0

0

5

Nerita undata

0

0

0

1

0

0

5

0 10

0

0

0

0

0

0

16

Hexaplex sp.

0

0

22

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

4

26

Nerita
planospira

0

0

0

0

0

1

0

0

0

93 54 52

0

0

0

200

Nerita textilis

0

0

0

0

0

32 12 7 11

0

0

0

0

0

0

62

Conusebraeus

0

0

0

0

0

0

0

0

9

0

0

0

0

0

0

9

Monodonta

0

0

1

0

0

0

0

0 13

1

0

0

0

0

0

15

Nerita sp.

0

0

0

0

0

1

0

5

0

0

0

0

0

0

0

6

Chlamys sp

0

0

0

0

0

1

0

2

0

0

0

0

0

0

0

3

Bela sp

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

2

Pattela
compresa

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

1

Littoraria
undulata

0

1

0

2

0

0

0

0

1

0

2

0

0

0

0

6

Ovatella sp

0

0

0

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

Trochus

0

0

0

0

0

1

1

7

0

0

0

0

0

0

0

9

Taksa

Ulangan 1
(Off A/21)

Ulangan 2
(Off B/11)

Ulangan 5
(Off A/ 1)



P1 P2 P3

4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Zona Batu Kecil

Taksa

Ulangan
2(Off
G/4)
P P P
P1 P2 P3
1 2 3
Ulangan 1
(Off A/14)

Ulangan
3(Off
G/24)
P P P
1 2 3

Ulangan
Ulangan 5
4(Off
(OffC/9)
H/19)
P P P
P1 P2 P3
1 2 3



Nassarius sp

0

0

0

0

1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

2

Fulgiconus
exiguus
bougei

0

0

0

0

1

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

3

Planaxis
sulcatus

1

0

2

1

0

2 24

1

13

0

0

1

0

0

0

45

Nerita undata

1

23

0

0

1

0

1

0

0

15 26 7

0

0

0

74

Cominella sp

0

0

0

0

0

0 16

6

11

0

1

0

0

0

0

34

Hexaplex sp.

0

0

0

1

1

0

1

1

0

0

0

1

0

0

0

5

Nerita
planospira

0

0

0

0

1

0

1

12

0

6

0

1

3

14

37 75

Astraea

0

0

0

0

0

2

0

1

0

0

0

1

0

0

0

4

Nerita textilis

0

1

8

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

10

Conusebraeus

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

1

Niotha
gemmulata

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

1

Monodonta
sp.

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

6

1

0

7

0

0

0

1

2

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

0

0

18

0

1

0

0

0

0

0

0

5

0

0

0

24

1

2

1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

5

0

0

0

1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

Patella
saccharina
Nerita sp.
Engina sp.
Patella
barbara

4.1.3 Tabel Hasil Pengamatan Zona Batu Alga

Taksa

Ulangan 1
(Off B/5)
P1 P2 P3

Ulangan
2(Off B/15)
P
P
P1
2
3

Ulangan 3
(Off I/20)

Ulangan 4
(Off B/10)



P1 P2 P3 P1 P2 P3

Nassarius sp

0

0

0

0

0

0

15

0

0

0

0

0

15

Fulgiconus exiguus
bougei

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

1

Planaxis sulcatus

0

0

0

0

0

2

19

0

0

0

1

0

22

Nerita undata

2

0

0

2

2

15

4

0

0

1

0

0

26

Hexaplex sp
Nerita planospira

0

0

2

2

2

0

6

0

0

0

1

0

13

0

0

0

0

0

1

4

0

0

2

2

0

9

Nerita textilis

0

0

0

0

0

2

0

3

0

3

0

0

8

Conus ebraeus

0

0

2

0

0

0

0

1

0

0

3

63

69

Niotha gemmulata

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

1

Monodonta sp.

0

0

0

2

0

0

0

4

0

0

0

0

6

Patella saccharina
Nerita sp.
Chlamys sp
Littoraria undulata
Ovatella sp

0
0
0
0

17
0
0

10
0
0
0

2
0
0
0

0
3
0
0

8
0
0
0

0
0
0
2

18
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
1
0

1
0
0
0

56
3
1
2

0

0

0

0

0

0

1

1

0

0

0

0

2

4.1.4 Tabel Hasil Pengamatan Zona Lempeng
Taksa

Ulangan 1 (off
I/23)
P1 P2 P3

Ulangan 2 (off Ulangan 3 (off
C/8)
G/13)
P1 P2 P3 P1 P2 P3

Ulangan 4 kel
3
P1 P2 P3

Ulangan 5 kel
18
P1
P2
P3



Nerita
undata

0

18

0

0

0

0

18

0

0

0

87

20

2

0

0

145

Comin
ella sp

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

1

Hexapl
ex sp.

0

3

7

0

0

0

2

0

5

0

0

0

0

2

0

19

Nerita
planos
pira

0

5

31

46

21

4

0

10
4

0

0

0

0

2

0

2

215

Monod
onta
sp.

0

0

6

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

7

0

20

3

0

0

0

0

0

0

3

16

18

0

101

11

172

0

0

1

8

3

2

0

0

0

2

0

0

0

0

0

16

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

5

0

0

0

0

0

5

Patella
saccha
rina
Nerita
sp.
Stromb
us sp
Nerita
fulgura
ns

4.1.5 Tabel Hasil Pengamatan Zona Pasir Berlamun

Taksa

Ulangan 1
(off B/ 7)

Ulangan 2
(off C/ 12)

Ulangan 3 Ulangan 4
(off H/ 17) (off G/ 2)
P P
P
P2 P3 P1 P2
3 1
3

Ulangan 5
(Off G/ 22
P
P1 P2
3



P1

P2

P3

P1

P2

3

0

0

0

0

0 0

0

1

0

0

4

1

0

1

10

0

3

10

0

0

0 0

0

0

0

0

2

0

0

0

15

Nerita undata

0

0

0

0

1

0 0

0

0

2

25

6

5

3

7

49

Cominella sp

0

0

0

0

0

0 0

0

0

0

2

0

0

0

0

2

Hexaplex sp.

0

0

0

0

0

0 0

5

2

0

1

0

0

0

0

8

Nerita
planospira

0

0

0

0

0

0 0

0

0

7

0

4

0

0

0

11

Astraea sp

0

0

0

0

0

0 0

0

0

0

1

1

0

0

1

3

0

0

0

3

0

0 2

3

0

0

0

0

0

0

1

9

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0 0
0 0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
3

0
0

3
0

2
1

5
4

0

0

0

0

0

0 0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

0

0

0

0

0

0 0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

Bela sp

0

0

0

0

0

0 0

0

0

0

0

0

0

10

4

14

Cypraea
stercoraria

0

0

0

0

0

0 1

0

0

0

0

0

0

0

0

1

Fulgiconus
exiguus
bougei
Planaxis
sulcatus

Patella
saccharina
Chlamys sp.
Engina sp
Kerang
kuwuk
(meretrix
Ranella sp

4.1.6 Tabel hasil Pengamatan Faktor Abiotik
Zona Batu Besar :
Suhu
DO
Salinitas
Kekeruhan
pH
Intensitas Cahaya
Konduktivitas
Kecepatan Angin
Kelembaban

Zona Batu Kecil :
34,6°C
0,81
3 gr/100 NaCl
45 mg/C
337 x 100 mx
2,23 m/s
61,50 %

Zona Batu Alga :
Suhu
DO
Salinitas
Kekeruhan
pH
Intensitas Cahaya
Kecepatan Angin

32,47°C
6,81
4,7 gr/100 NaCl
12,67 mg/C
434 x 100 mx
1,99

Zona Pasir Berlamun :
39,1 °C
8,4 mg/l
4 gr/100 NaCl
44 mg/C
8,08
210 x 100 mx
3,75 m/s

Zona Batu Lempeng :
Suhu
DO
Salinitas
Kekeruhan
pH
Intensitas Cahaya
Kecepatan angin
Kelembapan

Suhu
DO
Salinitas
Kekeruhan
pH
Intensitas Cahaya
Konduktivitas
Kecepatan Angin

31,8 0C
15,8 mg/l
64,67 gr/100 NaCl
29,33 mg/C
7,967
269,667 x 100 mx
4,37 m/s
12,87 %

Suhu
DO
Salinitas
Kekeruhan
pH
Intensitas Cahaya
Kecepatan Angin

32,5 °C
6,4 mg/l
5 gr/100 NaCl
13 mg/C
12,56
239 x 100 mx
1,95 m/s

4.1.7 Tabel Spesimen Mollusca
No.

Nama spesies

1.

Nassarius sp

2.

3.

4.

Fulgiconus exiguus bougei

Planaxis sulcatus

Nerita undata

Deskripsi
-

Bentuk cangkang : Trochiform
Ukuran cangkang : mikro
Sulur : dextral
Jumlahs seluk : 6
Mulut cangkang : setengah lingkaran
Hiasan : keel
Garis taut : dangkal
Bentuk dasar : mengerucut
Tepi cangkang : menyudut dengan
carima
Warna : coklat muda dan coklat tua
Pusar : celah
Bentuk Cangkang : Conical
Ukuran Cangkang : 14 mm Kecil
Sulur : sangat pendek
Jumlah seluk : 5
Mulut Cangkang : Oval
Hiasan : Garis/ Striae
Garis taut : Dangkal
Bentuk Dasar : membulat
Tepi Cangkang : menyudut
Warna : Coklat kehijauan
Pusar : terbuka lebar
Sebaran : Bentuk Cangkang : Turreted
Ukuran Cangkang : Kecil
Sulur : Dextral
Jumlah seluk : 4
Mulut Cangkang : Oval
Hiasan : Garis/ Striae
Garis taut : Dangkal
Bentuk Dasar : Rata
Tepi Cangkang : membulat
Warna : Anterior (coklat) Posterior
(hitam)
Pusar : Tertutup
Sebaran : Bentuk Cangkang : Turreted
Ukuran Cangkang : Besar
Sulur : Dextral
Jumlah seluk : 1
Mulut Cangkang : Setengah lingkaran
Hiasan : Lamella/lirae
Garis taut : sangat dangkal
Bentuk dasar : membulat

Klasifikasi
Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Nassariidae
Nassarius

(Dumeril, 1806)

Kingdom: Animalia
Phylum: Mollusca
Class: Gastropoda
Family: Conidae
Genus: Conus/Fulgiconus
Species: Fulgiconus exiguus
(Lamarck, 1810)

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:
Species:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Planaxidae
Planaxis
P. sulcatus

(Born, 1791)

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:
Species:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Neritidae
Nerita
N. Undata

5.

6.

7.

Cominella sp

Hexaplex sp.

Nerita planospira

-

Tepi Cangkang : membulat
Warna : Abu-abu
Pusar : Tertutup
Sebaran : -

(Linnaeus, 1758)

-

Bentuk Cangkang : Dextral, Turreted
Ukuran Cangkang : Kecil
Salur : Tinggi
Jumlah Seluk : 7-8
Mulunt Cangkang : Bulan sabit
Hiasan : Sejumlah lamella
Garis taut : Dangkal
Bentuk dasar : Membulat
Tipe cangkang : Sedikit membulat
Warna : Abu-abu, Coklat dan Putih
Pusar : Tertupup
Sebaran : Bentuk Cangkang : Dextral, Conical
Ukuran cangkang : Besar
Sulur : Pendek
Jumlah Seluk : 5
Mulut Cangkang : Oval
Hiasan : Sejumlah lamella dan duri
Garis Taut : Dangkal
Bentuk Dasar : Miring
Tipe Cangkang : Menyudut
Warna : Kehijauan dengan garis hitam
Pusar : Tertutup
Sebaran : -

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:

- Bentuk Cangkang : Turbinate
- Ukuran Cangkang : Pj. 2 ; lebar 1,4 ;
diameter apetura 0,8 (kecil)
- Sulur : Tidak ada
- Jumlah seliik : Tidak ada
- Mulut Cangkang : Setengah lingkaran
- Hiasan : Striae/garis
- Garis Taut : tidak ada
- Bentuk Dasar :
- Tepi Cangkang : membulat
- Warna : Hitam
- Pusar : Tertutup
- Sebaran :

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:
Species:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Buccinidae
Cominella

(Gray, 1850)

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Muricidae
Hexaplex

(Perry, 1811)

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Neritidae
Nerita
N. Planospira

(Anton, 1839)

8.

9.

10.

11.

Astraea sp

Nerita textilis

Conus ebraeus

Niotha gemmulata

-

Bentuk cangkang : dextral
Ukuran cangkang : kecil
Sulur : sedang
Jumlah seluk : 9
Mulut cangkang : oval
Hiasan : garis
Garis taut : dangkal
Bentuk dasar : miring
Tepi cangkang : membulat
Warna : coklat muda
Pusar : tertutup

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:

-

Bentuk cangkang : discordal
Ukuran cangkang : besar
Sulur : sedang
Jumlahs seluk : 13
Mulut cangkang : setengah lingkaran
Hiasan : lamellae
Garis taut : dangkal
Bentuk dasar : miring
Tepi cangkang : membulat
Warna : hitam
Pusar : tertutup

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:
Species:

-

Bentuk cangkang : discordial
Ukuran cangkang : besar
Sulur : pendek
Jumlahs seluk : 5
Mulut cangkang : bulan sabit
Hiasan : lirae
Garis taut : dangkal
Bentuk dasar : miring
Tepi cangkang : rata
Warna : putih kecoklatan ada bulatan
hitam
Pusar : tertutup
Pendek dan gemuk
Penggembalan tubuh secara meluas
Mulut cangkang bergerigi
Warna coklat terang dan biru
keunguan
Bagian appertura berwarna putih,
bagian interior ungu

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:
Species:

-

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Turbinidae
Astraea

(Röding, 1798)

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Neritidae
Nerita
N. textilis

(Gmelin, 1791)

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Conidae
Conus
C. ebraeus

(Linnaeus, 1758)

Kingdom: Animalia
Phylum:
Mollusca
Class:
Gastropoda
Family:
Nassariidae
Genus:
Nassarius/Niotha
Species:
Niotha gemmulata

(Lamarck, 1822)

12.

13.

14.

Monodonta sp.

Patella saccharina

Nerita sp.

-

Bentuk cangkang : Trochiform
Ukuran cangkang : sedang
Sulur : sedang
Jumlahs seluk : 22
Mulut cangkang : lingkaran
Hiasan : lamellae
Garis taut : dangkal
Bentuk dasar : membulat
Tepi cangkang : menyudut
Warna : coklat muda totol hitam
Pusar : tertutup

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:

Bentuk cangkang : conical
Ukuran cangkang : kecil
Sulur : pendek
Jumlahs seluk : 9
Mulut cangkang : Hiasan : carina
Garis taut : dalam
Bentuk dasar : membulat
Tepi cangkang : menyudut dengan
carina
- Warna : coklat keabuan
- Pusar : lingkaran kecil
- Bentuk cangkang turbinate

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:
Species:

Kingdom:

Animalia

- Putaran cangkang dekstal

Phylum:

Mollusca

- Ukuran cangkang kecil

Class:

Gastropoda

- Jenis pusar celah

Family:

Neritidae

- Bentuk mulut cangkang setengah

Genus:

Nerita

-

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Trochidae
Monodonta

(Lamarck, 1799)

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Lottiidae
Patelloida
P. saccharina

(Linnaeus, 1758)

lingkaran
- Tepi cangkang membulat

(Linnaeus, 1758)

- Hiasan cangkang striae/garis
- - Warna hitam dengan
kelabu

bercak

15.

Chlamys sp.

- Bentuk cangkang pipih

Kingdom:

Animalia

- Putaran cangkang sinistral

Phylum:

Mollusca

- Ukuran cangkang sedang

Class:

Bivalvia

- Jenis pusar sempit

Order:

Pectinoida

- Bentuk mulut cangkang setengah

Family:

Pectinidae

Genus:

Chlamys

lingkaran
- Tepi cangkang membentuk sudut
- Hiasan cangkang striae/garis

(Röding, 1798)

- Warna coklat muda
16.

Engina sp.
-

Bentuk cangkang trochiform
Putaran sinistral
Ukuran sedang
Jenis pusar tertutup
Mulut cangkang setengah lingkaran
Tepi cangkang rata
Hiasan berupa striae

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Buccinidae
Engina

(Gray, 1839)

17.

Kerang kuwuk (meretrix)

-

Bentuk cangkang turbinae
Putaran cangkang (-)
Ukuran cangkang 20 mm (kecil)
Bentuk mulut cangkang bulat sabit
Warna putih tulang

Kingdom:
Animalia
Phylum:
Mollusca
Class:
Bivalvia
Order:
Veneroida
Family:
Veneridae
Genus:
Meretrix
(Linnaeus, 1758)

18.

Ranella sp.

-

Cangkang berbentuk trochiform
Putaran cangkang ke kanan
Ukuran cangkang sedang
Bentuk mulut cangkang bulat sabit
Warna coklat kehijauan

Kingdom:
Phylum:
Class:

Animalia
Mollusca
Gastropoda

Order:

Sorbeoconcha

Family:

Ranellidae

Genus:

Ranella

(Lamarck, 1816)
19.

Bela sp

-

Berbentuk seperti pyramid
Cangkang berwarna coklat putih
Terdapat bercak putih
Umbo berwarna putih

Kingdom:
Phylum:
Class:
Order:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
NeoGastropoda

Superfamily: Conoidea
Family:
Mangeliidae
Genus:
Bela
(Gray, 1847)

20.

Pattela compressa

21.

Cypraea stercoraria

-

-

Cangkang berbentuk bulat oval
Memiliki corak seperti garis di tengah
Pada lengan cangkang nampak terang
Bebrbentuk pipih
Ukuran cangkang kecil (12 mm)
Warna cangkng kuning kecoklatan
dengan corak cokelat

Kingdom:
Animalia
Phylum:
Mollusca
Class:
Gastropoda
Family:
Patellidae
Genus:
Cymbula
Species:
C. compressa
Synonyms with Patella
compressa
( Linnaeus, 1758)

Ukuran antara 60-70 mm
Tidak memiliki pintu
Cangkang keras dan mengkilat
Berbentuk oval
Permukaan halus
Warna bagian dorsal hitam gelap
Warna bagian ventral putih
Umumnya berwarna coklat hingga
abu-abu

Kingdom:
Animalia
Phylum:
Mollusca
Class:
Gastropoda
Family:
Cypraeidae
Genus:
Trona
Species:
T. stercoraria
Synonyms with Cypraea
stercoraria (basionym)
(Linnaeus, 1758)

22.

23.

Littoraria undulata

Strombus sp

-

Bentuk cangkang: Trochiform
Ukuran: panjang tubuh 14 mm
Suhu: tinggi
Jumlah seluk: 4
Mulut cangkang: bulan sabit
Hiasan: keel
Garis taut: spiral
Bentuk dasar: kerucut
Tepi cangkang: halus
Warna: coklat terang/gelap, sedikit
punya garis krem
- Pusar: tidak ada
- Cangkangnya bergerigi
- Berwarna hitam gelap

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:
Species:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Littorinidae
Littoraria
L. undulata

(Gray, 1839)

Kingdom:
Phylum:

Animalia
Mollusca

Class:
Family:
Genus:

Gastropoda
Strombidae
Strombus

(Linnaeus, 1758)

24.

Ovatella sp

-

Bercangkang tipis
Aparatus bentuk oval
Memiliki 4 gigi
Terjadi penebalan pada bagian bibir
Memiliki 3-4 pada bagian cangkang
Berwarna coklat keabuan

Kingdom:
Phylum:
Class:
Order:
Family:
Genus:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Pulmonata
Ellobiidae
Ovatella

(R.T. Lowe 1832)
25.

26.

Trochus sp. s

Lyria sp

-

Habitat di laut
Cangkang terbentuk seperti kerucut
Warna hijau kusam
Arah Sumbu ujung berlawanan dengan
arah jarum jam
- Ukuran lebar 2-3 sm
- Tinggi sekitar 3 cm

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:

- Habitat berada di batu kecil

Kingdom:

Animalia

- Warna cangkang putih mempunyai

Phylum:

Mollusca

Class:

Gastropoda

Family:

Volutidae

Genus:

Lyria

sekat.
- Mempunyai lapisan periostrakum dan
beralur

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Trochidae
Trochus

(Linnaeus, 1758)

(Gray, 1847)
27.

Patella barbara

-

Bentuk cangkang: conical
Ukuran: 95 cm
Sulur: sedang
Jumlah seluk: 29
Mulut cangkang: lingkaran
Hiasan: garis
Garis taut:
Bentuk dasar: oval
Tepi cangkang: bersegi tajam
Warna: putih, coklat
Pusar: tidak ada

Kingdom:
Animalia
Phylum:
Mollusca
Class:
Gastropoda
Family:
Patellidae
Genus:
Scutellastra
Species:
S. barbara
Synonyms with Patella
(Scutellastra) barbara
(Linnaeus, 1758)

28.

Nerita fulgurans

-

Bentuk cangkang: coniral
Ukuran: 95 cm
Sulur: sedang
Jumlah seluk: 29
Mulut cangkang: lingkaran
Hiasan: garis
Garis taut:
Bentuk dasar: oval
Tepi cangkang: bersegi tajam
Warna: putih, coklat kemerahan
Pusar: tidak ada

Kingdom:
Phylum:
Class:
Family:
Genus:
Species:

Animalia
Mollusca
Gastropoda
Neritidae
Nerita
N. fulgurans

(Gmelin, 1791)

4.2 Analisis Data
4.2.1 Zona Batu Besar

Taksa

Ulangan 1 (Off
A/21)
P1

Ulangan 2
(Off B/11)

Ulangan 3
(Off C/6)
P P P
P2 P3 P1 P2 P3
1 2 3

Ulangan 4
(Off A/16)
P P P
1 2 3

Ulangan 5
(Off A/ 1)



Pi

LN PI

-Pi ln Pi

4,2822063

0,0591464
96

Planaxis
sulcatus

0

0

0

0

0

0

0

0

5

0

0

0

0

0

0

5

0,0138
1215

Nerita
undata

0

0

0

1

0

0

5

0 10

0

0

0

0

0

0

16

0,0441
989

Hexaplex
sp.

0

0

22

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

4

26

0,0718
232

Nerita
planospi
ra

0

0

0

0

0

1

Nerita
textilis

0

0

0

0

0

Conuseb
raeus

0

0

0

0

Monodo
nta

0

0

1

0

0

93 54 52

0

0

0

0,5524
200
8619

32 12 7 11

0

0

0

0

0

0

62

0,1712
7072

0

0

0

0

9

0

0

0

0

0

0

9

0,0248
6188

0

0

0

0 13

1

0

0

0

0

0

15

0,0414
3646

0

0

0

H

E

R

1,5811
3

0,112
93803
2

2,2065147
75

P1 P2 P3

3,1190554
9
2,6335476
7
0,5933268
5
1,7645098
3
3,6944196
3
3,1835940
1

0,1378588
06
0,1891498
33
0,3278048
87
0,3022088
65
0,0918502
12
0,1319168
79

Nerita
sp.

0

0

0

0

0

1

0

5

0

0

0

0

0

0

0

6

0,0165
74586

Chlamys
sp

0

0

0

0

0

1

0

2

0

0

0

0

0

0

0

3

0,0082
8729

Bela sp

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

2

0,0055
2486

Pattela
compres
a

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0,0027
6243

Littorari
a
undulata

0

1

0

2

0

0

0

0

1

0

2

0

0

0

0

6

0,0165
7459

Ovatella
sp

0

0

0

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0,0055
2486

Trochus

0

0

0

0

0

1

1

7

0

0

0

0

0

0

0

9

0,0248
6188

4,0998847
4
4,7930319
2
5,1984970
3
5,8916442
1
4,0998847
4
5,1984970
3
3,6944196
3

0,0679538
91
0,0397212
59
0,0287209
78
0,0162752
6

0,0679538
91
0,0287209
78
0,0918502
12

4.2.2 Zona Batu Kecil

Taksa

Ulangan
2(Off
G/4)
P P P
P2 P3
1 2 3

Ulangan
3(Off
G/24)
P P P
1 2 3

Ulangan
4(Off
Ulangan 5
H/19)
(OffC/9)
P P P
P1 P2 P3
1 2 3



Pi

LN PI

-Pi ln Pi

Ulangan 1
(Off A/14)
P1

Nassarius sp

0

0

0

0

1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0,00678

-4,99383

0,033856

Fulgiconus
exiguus
bougei

0

0

0

0

1

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

3

0,010169

-4,58836

0,046661

Planaxis
sulcatus

1

0

2

1

0

2 24

1

13

0

0

1

0

0

0

45 0,152542

-1,88031

0,286827

Nerita undata

1

23

0

0

1

0

1

0

0

15 26 7

0

0

0

74 0,250847

-1,38291

0,3469

Cominella sp

0

0

0

0

0

0 16

6

11

0

1

0

0

0

0

34 0,115254

-2,16061

0,24902

Hexaplex sp.

0

0

0

1

1

0

1

1

0

0

0

1

0

0

0

5

0,016949

-4,07754

0,069111

Nerita
planospira

0

0

0

0

1

0

1

12

0

6

0

1

3

14

37 75 0,254237

-1,36949

0,348175

Astraea

0

0

0

0

0

2

0

1

0

0

0

1

0

0

0

4

0,013559

-4,30068

0,058314

Nerita textilis

0

1

8

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

10 0,033898

-3,38439

0,114725

H

2,034661

E

R

0,127166 2,637606

Conusebraeus

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

1

0,00339

-5,68698

0,019278

Niotha
gemmulata

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

1

0,00339

-5,68698

0,019278

Monodonta
sp.

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

6

1

0

7

0,023729

-3,74107

0,088771

0

0

0

1

2

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

0,010169

-4,58836

0,046661

0

0

18

0

1

0

0

0

0

0

0

5

0

0

0

24 0,081356

-2,50892

0,204116

1

2

1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

5

0,016949

-4,07754

0,069111

0

0

0

1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0,00678

-4,99383

0,033856

Patella
saccharina
Nerita sp.
Engina sp.
Patella
barbara

4.2.3 Zona Batu Alga

Taksa

Ulangan 1 (Off
B/5)
P1

P2 P3

Ulangan
2(Off B/15)
P
P
P1
2
3

Ulangan 3
(Off I/20)

Ulangan 4
(Off B/10)



Pi

LN PI

-Pi ln Pi

H

E

R

P1 P2 P3 P1 P2 P3

Nassarius sp

0

0

0

0

0

0

15

0

0

0

0

0

15 0,064103

2,74727

0,176107

Fulgiconus
exiguus bougei

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

1

0,004274

5,45532

0,023313

Planaxis
sulcatus

0

0

0

0

0

2

19

0

0

0

1

0

22 0,094017

2,36428

0,222283

Nerita undata

2

0

0

2

2

15

4

0

0

1

0

0

26 0,111111

Hexaplex sp

0

0

2

2

2

0

6

0

0

0

1

0

13 0,055556

Nerita
planospira

0

0

0

0

0

1

4

0

0

2

2

0

9

0,038462

Nerita textilis

0

0

0

0

0

2

0

3

0

3

0

0

8

0,034188

Conus ebraeus

0

0

2

0

0

0

0

1

0

0

3

63

69 0,294872

Niotha
gemmulata

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

1

0,004274

Monodonta sp.

0

0

0

2

0

0

0

4

0

0

0

0

6

0,025641

Patella
saccharina

0

17

10

2

0

8

0

18

0

0

0

1

56 0,239316

2,19722
2,89037
-3,2581
3,37588
1,22121
5,45532
3,66356
1,42997

0,244136
0,160576
0,125311 2,047282 0,136485 2,566302
0,115415
0,360102
0,023313
0,093937
0,342215

Nerita sp.

0

0

0

0

3

0

0

0

0

0

0

0

3

0,012821

Chlamys sp

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

1

0,004274

0

0

0

0

2

0

0

0

0

0

2

0,008547

0

0

0

0

1

1

0

0

0

0

2

0,008547

Littoraria
undulata
Ovatella sp

0
0

0

4,35671
5,45532
4,76217
4,76217

0,055855
0,023313
0,040702
0,040702

4.2.4 Zona Batu Lempeng
Taksa

Ulangan 1 (off
I/23)
P1 P2 P3

Ulangan 2 (off Ulangan 3 (off
C/8)
G/13)
P1 P2 P3 P1 P2 P3

Ulangan 4 kel
3
P1 P2 P3

Ulangan 5 kel
18
P1 P2 P3



Pi

LN PI
1,388
02
6,364
75
3,420
31

-Pi ln Pi

Nerita
undata

0

18

0

0

0

0

18

0

0

0

87

20

2

0

0

145

0,249
57

Comin
ella sp

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

1

0,001
721

Hexapl
ex sp.

0

3

7

0

0

0

2

0

5

0

0

0

0

2

0

19

0,032
702

Nerita
planos
pira

0

5

31

46

21

4

0

10
4

0

0

0

0

2

0

2

215

0,370
052

0,994
11

0,367873

Monod
onta
sp.

0

0

6

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

7

0,012
048

4,418
84

0,053239

H

E

R

1,40
1486

0,155
721

1,2569
23

0,346407

0,010955

0,111852

Patella
saccha
rina

0

20

3

0

0

0

0

0

0

3

16

18

Nerita
sp.

0

0

1

8

3

2

0

0

0

2

0

Stromb
us sp

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

Nerita
fulgura
ns

0

0

0

0

0

0

0

0

0

5

0

10
1

11

172

0,296
041

0

0

0

0

16

0,027
539

0

0

0

0

0

1

0,001
721

0

0

0

0

0

5

0,008
606

1,217
26
3,592
16
6,364
75
4,755
31

0,360358

0,098924

0,010955

0,040924

4.2.5 Zona Berlamun

Taksa

Ulangan 1
(off B/ 7)

Ulangan 2
(off C/ 12)

Ulangan 3
(off H/ 17)

Ulangan 4
(off G/ 2)

Ulangan 5
(Off G/ 22



Pi

LN PI

-Pi ln Pi

H

E

R

P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
Fulgiconus
exiguus
bougei
Planaxis
sulcatus
Nerita
undata

0,194569
2,58776

3

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

4

1

0

1

10 0,075188

0

3

10

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

0

0

15 0,112782 -2,1823 0,246124 2,090691 0,149335 2,658297

0

0

0

0

1

0

0

0

0

2

25

6

5

3

7

49 0,368421

0,367879
0,99853

Cominella
sp

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

0

0

0

2

0,015038 -4,1972 0,063116

Hexaplex
sp.

0

0

0

0

0

0

0

5

2

0

1

0

0

0

0

8

0,06015

0,169077
2,81091

Nerita
planospira

0

0

0

0

0

0

0

0

0

7

0

4

0

0

0

11 0,082707

0,206143
2,49245

Astraea sp

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

0

0

1

3

0

0

0

3

0

0

2

3

0

0

0

0

0

0

1

9

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

2

5

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3

0

0

1

4

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

Bela sp

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

10

4

Cypraea
stercoraria

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

Patella
saccharina
Chlamys
sp.
Engina sp
Kerang
kuwuk
(meretrix
Ranella sp

3,79174
0,067669
2,69312
0,037594
3,28091
0,030075
3,50405
0,022556

0,007519

4,89035

0,085528
0,182242
0,123343
0,105385
0,03677

0,03677
4,89035
14 0,105263
0,236978
2,25129
1

0,007519

1

0,007519

4,89035

0,03677

3

GRAFIK PERSEBARAN MOLLUSCA
2,637606
2,566302

2,658297

2,5
2,206514775

JUMLAH PERSEBARAN

2,047282
2,034661

2,090691

2

1,58113

Zona Batu Besar

1,401486

1,5

Zona Batu Kecil

1,256923

Zona Batu Alga

Zona Lempeng

1

Zona Berlamun

0,5
0,155721
0,149335
0,136485
0,127166
0,112938032
0
H

E

R
FAKTOR PERSEBARAN

Pengambilan Mollusca dilakukan di lima zona, yaitu zona lempeng , zona batu kecil,
zona batu besar, zona batu alga, dan zona pasir berlamun. Pada zona alga ditemukan 16 spesies
dimana spesies terbanyak pada Conus ebraeus dengan 69 individu. Pada zona batu kecil juga
ditemukan 16 spesies dengan spesies Nerita planospira yang ditemukan sebanyak 75 individu.
Pada zona batu besar ditemukan 14 spesies dengan spesies terbanyak Nerita planospira hingga
mencapai 200 spesies. Pada zona batu lempeng 9 spesies dengan spesies Nerita planospira
yang terbanyak, sebanyak 215 individu, sedangkan pada zona pasir berlamun sebanyak 14
spesies dengan spesies Nerita undata yang berjumlah 49 individu.
Nilai keanekaragaman (H’) pada zona batu besar sebesar 1,58113, zona batu kecil
sebesar 2,034661, zona batu alga sebesar 2,047282, zona batu lempeng sebesar 1,401486, zona
pasir berlamun sebesar 2,090691. Lalu untuk nilai kemerataan (E), zona batu besar sebesar
0,112938032, zona batu kecil sebesar 0,127166, zona batu alga sebesar 0,136485, zona batu
lempeng sebesar 0,155721, zona pasir berlamun sebesar 0,149335. Sedangkan untuk nilai
kekayaan (R) pada zona batu besar sebesar 2,206514775, zona batu kecil sebesar 2,637606,
zona batu alga sebesar 2,566302, zona batu lempeng sebesar 1,256923, zona pasir berlamun
sebesar 2,658297.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik analisis diatas, didapatkan Indeks
Keanekaragaman Shannon dan Wiener (H’) terbesar untuk Mollusca adalah pada zona pasir
berlamun sebesar 2,090691, sedangkan nilai keanekaragaman terkecil adalah pada zona batu
lempeng sebesar 1,401486. Lalu, untuk indeks kemerataan (E) Mollusca terbesar pada zona
batu lempeng sebesar 0,155721 dan nilai kemerataan terkecil pada zona batu besar sebesar
0,112938032. Sedangkan indeks kekayaan terbesar (R) Mollusca terdapat pada zona pasir
berlamun sebesar 2,658297, dan indeks kekayaan terkecil adalah pada zona pasir berlamun
dengan angka sebesar 1,256923.
Apabila dilihat dari nilai indeks keanekaragaman pada kelima zona, maka termasuk
dalam keanekaragaman jenis sedang karena masuk dalam kisaran 1 < H` < 3. Hasil indeks
keseragaman untuk Mollusca pada zona batu kecil beralga, zona batu besar biasa dan zona
pasir berlamun termasuk kemerataan populasi rendah karena 0,11 < e < 0,15, sedangkan pada
zona lempeng alga, zona batu kecil biasa, dan zona batu besar beralga termasuk memiliki
keseragaman populasi tinggi karena 1,2 < e > 2,6.

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Zona Batu Besar
Berdasarkan analisis diatas, pada zona batu besar ditemukan 14 spesies, antara lain
Planaxis sulcatus, Nerita undata, Hexaplex sp. Nerita planospira, Nerita textilis,
Conusebraeus, Monodonta, Nerita sp, Chlamys sp, Bela sp, Pattela compresa, Littoraria
undulata, Ovatella sp, Trochus, dengan spesies Nerita planospira yang berjumlah 200 individu
hal ini sesuai dengan penelitian oleh Siong (2008) yang menyatakan bahwa Nerita planospira
banyak ditemukan di celah dan di bawah bebatuan besar pemecah ombak dan pantai yang
berbatu dari bagian tengah hingga paling atas dari zona intertidal dan spesies ini bersifat
nokturnal, sehingga akan muncul dari Tempat persembunyiannya pada sore hari hingga malam
hari. Dari semua spesies yang ditemukan, didominasi oleh gastropoda dengan genus Nerita
dikarenakan Nerita umumnya bersifat euryhaline daripada gastropoda lainnya seperti Neritina
dan Chiton yang lebih sering ditemukan di air payau. Di sepanjang pantai, herbivora ini
biasanya menghuni zona intertidal bagian tengah hingga bagian atas dan diketahui
berkelompok (Siong, 2008).
Nilai kemerataan yang tergolong rendah sebesar 0,112938032 maka terdapat spesies
yang mendominasi daerah tersebut. Menurut Krebs (1978) semakin kecil (mendekati 0) indeks
kemerataan suatu spesies menunjukkan bahwa penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak
sama dan ada kecenderungan satu spesies yang mendominasi, hal tersebut sangat sesuai dengan
hasil yang didapatkan, karena spesies Nerita planospira mendominasi di zona batu besar
sebanyak 200 individu.
5.2 Zona Batu Kecil
Pada zona batu kecil juga ditemukan 16 spesies dengan spesies Nerita planospira yang
ditemukan sebanyak 75 individu, spesies tersebut selalu mendominasi zona bebatuan karena
sesuai dengan habitatnya yang bersembunyi di celah bebatuan keras. Hat tersebut
menyebabkan rendahnya indeks kemerataan yang hanya sebesar 0,127166, akibat adanya
dominansi suatu spesies. Menurut Insafitri (2010), untuk mengetahui keseimbangan komunitas
digunakan indeks keseragaman, yaitu ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam
suatu komunitas. Semakin mirip jumlah individu antar spesies (semakin merata
penyebarannya) maka semakin besar derajat keseimbangan. Keanekaragaman jenis juga
memiliki hubungan yang baik dengan kekayaan spesies dan indeks kemerataan dan keragaman
yang maksimal dengan jumlah spesies yang tinggi dan minimum dengan jumlah spesies yang
rendah (Srinivasan, 1999).

5.3 Zona Batu Alga
Pada zona alga ditemukan 16 spesies, antara lain spesies Nassarius sp, Fulgiconus
exiguus bougei, Planaxis sulcatus, Nerita undata, Hexaplex sp, Nerita planospira, Nerita
textilis, Conus ebraeus, Niotha gemmulata, Monodonta sp., Patella saccharina, Nerita sp.,
Chlamys sp, Littoraria undulata dan Ovatella sp, dimana spesies terbanyak tertuju pada Conus
ebraeus dengan 69 individu, hal ini kurang sesuai dikarenakan Conus ebraeus tinggal di
wilayah pantai zona eulittoral rendah dengan batuan yang besar dan bersifat predator/karnivora
karena mampu menyengat mangsanya (WoRMS, 2010
Berdasarkan beberapa faktor abiotik pada zona tersebut tergolong ideal bagi tempat
tinggal beberapa spesies mollusca, seperti pendapat dari Jasin (1992) bahwa salinitas air laut
pada umumnya adalah berkisat antara 3-5. Kekeruhan sebesar 4mg/l, ph sebesar 8,08 dan suhu
sebesar 39,1°C, DO sebesar 08,4 dan kecepatan angin sebesar 2,93. Sedangkan pada zona batu
alga faktor abiotik suhu yang cenderung tinggi karena menurut Asiyah (1999) bahwa moluska
dapat hidup pada suhu berkisr antara 0-40°C

5.4 Zona Batu Lempeng
Pada zona batu lempeng hanya ditemukan 9 spesies, dengan spesies Nerita planospira
yang terbanyak, sebanyak 215 individu, jumlah individu yang sangat banyak tersebut
berdampak langsung terhadap nilai kemerataan spesies pada zona tersebut, sehinnga nilai
kemerataannya tergolong rendah sebesar 0,155721. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Krebs (1978) bahwa nilai kemerataan yang mendekati 0 menunjukkan bahwa kehidupan setiap
jenis individu pada lingkungan tersebut tidak merata sehingga ada salah satu jenis individu
yang mendominasi. Sedangkan Nilai kekayaan berdasarkan data yang diperoleh yaitu 1,256923
yang menurut Magguran (1988) nilai ini termasuk kedalam kategori kekayaan rendah pula.
Kekayaan suatu jenis individu pada ekosistem merupakan bagian dari adanya keanekaragaman.

5.5 Zona Pasir Berlamun
Pada zona pasir berlamun sebanyak 14 spesies dengan spesies Nerita undata yang
berjumlah 49 individu. Dengan banyaknya spesies tersebut dikarenakan Nerita undata adalah
orhanisme yang mampu bertahan hidup (survive) dalam segala kondisi, mulai dari salinitas,
dan suhu yang tinggi, hingga kondisi perairan yang tercemar logam berat (Bintal, 2006).
Nilai keanekaragaman spesies moluska di zona berlamun sebesar 2,090691. Menurut
Restu (2002) nilai tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies moluska tergolong
sedang dengan produktivitas yang cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan

ekologis sedang. Tingkat keanekaragaman yang rendah tersebut sama halnya dengan tingkat
keanekaragaman pada keempat zona yaitu zona batu besar, kecil, alga dan lempeng. Dapat
dikatakan bahwa pada zona berlamun produktivitas pada setiap jenis individu cukup sehingga
aliran energi pada zona ini masih dalam keadaan aman dan stabil.

\

BAB VI
PENUTUP

6.1 Simpulan
6.1.1 Jenis-jenis mollusca yang ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo
sebanyak 28 spesies, antara lain : Nassarius sp, Fulgiconus exiguus bougei, Planaxis
sulcatus, Nerita undata, Cominella sp, Hexaplex sp, Nerita planospira, Astraea sp,
Nerita textilis, Conus ebraeus, Niotha gemmulata, Monodonta sp, Patella
saccharina, Nerita sp, Chlamys sp, Engina sp, Kerang kuwuk (meretrix), Ranella sp,
Bela sp, Pattela compressa, Cypraea stercoraria, Littoraria undulata, Strombus sp,
Ovatella sp, Trochus sp., Lyria sp, Patella barbara, Nerita fulgurans
6.1.2 Nilai indeks keanekaragaman (H’) , kemerataan (E) dan kekayaan (R) spesies
mollusca yang ditemukan pada kelima zona, antara lain:
a. Zona batu besar

: 1,58113; 0,112938032; 2,206514775.

b. Zona batu kecil

: 2,034661; 0,127166; 2,637606.

c. Zona batu alga

: 2,047282; 0,136485; 2,566302.

d. Zona batu lempeng

: 1,401486; 0,155721; 1,256923.

e. Zona pasir berlamun

: 2,090691; 0,149335; 2,658297.

6.1.3 Pada zona alga ditemukan spesies terbanyak pada Conus ebraeus dengan 69
individu. Pada zona batu kecil dengan spesies Nerita planospira yang ditemukan
sebanyak 75 individu. Pada zona batu besar ditemukan spesies terbanyak Nerita
planospira hingga mencapai 200 spesies. Pada zona batu lempeng ditemukan spesies
Nerita planospira yang terbanyak, sebanyak 215 individu, sedangkan pada zona
pasir berlamun spesies Nerita undata yang berjumlah 49 individu merupakan spesies
terbanyak
6.2 Saran
6.2.1 Semua keperluan baik dari segi peralatan, perlengkapan, bahan khususnya adalah
alat pengukur faktor abiotik harus dipersiapkan sebelum melakukan pengambilan
spesies moluska.
6.2.2 Identifikasi hendaknya dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga diperoleh
data yang akurat.
6.2.3 Apabila data harus kompilasi satu angkatan sebaiknya ada koordinasi yang baik
dari antar kelompok sehingga penyusunan data secara kompilasi dan laporan
tidak mengulur waktu yang lama.

DAFTAR RUJUKAN

Asiyah. 1999. Keanekaragaman Mollusca Di Laguna Segara Anak Taman Nasional Alas
Purwo Banyuwangi. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA
UM Malang
Bintal Amin et al. 2006. A COMPARATIVE STUDY OF HEAVY METAL
CONCENTRATIONS IN

Nerita lineata FROM THE INTERTIDAL

ZONE

BETWEEN DUMAI INDONESIA AND JOHOR MALAYSIA. Journal of Coastal
Development. Vol. 10 (1) : 19-32
C. Michael Hogan. 2010. Abiotic factor. Encyclopedia of Earth. Washington DC : National
Council for Science and the Environment.
Chapman, A.D. 2009. Numbers of Living Species in Australia and the World, 2nd edition.
Canberra : Australian Biological Resources Study
Dharmawan, A. dkk. 2005. Ekologi Hewan. UM Press. Malang.
Eliot, Joshua., Liz Capaldi., Jane Bickersteth. 2001. Indonesia handbook, Volume 3. Bath :
Footprint Travel Guides. Ltd.
Gaston, Kevin J. 2000. "Global patterns in biodiversity". Nature. 405 (6783): 220–227.
Goetz, P. W. 1986. "The New Encyclopaedia Britannica (15th ed)", Chicago : Encyclopaedia
Britannica Inc.
Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Bivalvia di Area Buangan
Lumpur Lapindo