MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR Pemen

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya , penulis dapat menyelesaikan makalah “Pemenuhan Hak dan
Kewajiban Warga Negara” dengan baik dan lancar .
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap Hak dan Kewajiban Warga Negara . Pemahaman tersebut dapat dipahami
melalui pendahuluan , pembahasan masalah , serta penarikkan garis kesimpulan dalam
makalah ini .
Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat
membantu pembaca dalam memahami makalah ini . Dengan makalah ini , diharapkan
pembaca dapat memahami mengenai hak dan kewajiban sebagai anggota warga negara .
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya menyusun makalah
“Pemenuhan Hak dan Kewajiban Warga Negara”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca . Saran , kritik dan masukan
sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini .

Malang, 15 April 2014


Ayu Kartika Sari

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................

1

DAFTAR ISI ............................................................................................

2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

3

1.1 Latar Belakang ......................................................................


3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................

4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................

5

2.1 Definisi Negara ......................................................................

5

2.2 Fungsi dan Tujuan Negara .....................................................

5

2.2.1 Fungsi Negara .....................................................................


5

2.2.2 Tujuan Negara ....................................................................

6

2.3 Definisi Warga Negara ...........................................................

7

2.4 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia .......................

11

2.4.1 Hak Warga Negara Indonesia .............................................

11

2.4.2 Kewajiban Warga Negara Indonesia ...................................


13

BAB III PENUTUP .................................................................................

15

3.1 Kesimpulan .............................................................................

15

3.2 Saran .......................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

16

LAMPIRAN .............................................................................................


17

BAB I

2

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dari Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi bangsa
Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan martabat makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dengan kesadaran mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan
juga makhluk sosial. Sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat, dan yang paling nampak adalah unsurunsur dari negara yang berupa rakyat, wilayah dan pemerintah. Salah satu unsur negara
adalah rakyat, rakyat yang tinggal di suatu negara tersebut merupakan penduduk dari
negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu negaranya.
Tetapi seperti kita ketahui tidak sedikit pula yang bukan merupakan warga negara bisa
tinggal di suatu negara lain yang bukan merupakan negaranya sendiri. Suatu negara pasti

mempunyai suatu undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang
kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang siapa saja yang bisa dianggap
sebagai warga negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai peraturan
tentang kewarganegaraan tersebut.
Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang merupakan bagian
dari latar belakang kewarganegaraan. Tujuan agar para generasi muda mempelajari
pendidikan kewarganegaraan untuk menyadarkan kita bahwa semangat perjuangan bangsa
yang merupakan kekuatan mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa
dalam masa perjuangan. Perjuangan ini dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa
sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan prilaku yang
cinta tanah air dan mengutamakan persatuan serta kesatuan bangsa dalam rangka bela
negara demi tetap utuh dan tegaknya NKRI. Dengan itu kita sebagai generasi muda
diharapkan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku cinta
tanah air dan bersendikan kebudayaan, wawasan nusantara serta ketahanan nasional dalam
diri para mahasiswa.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Negara ?
2. Apa fungsi dan Tujuan dari Negara?
3. Apa definisi dari Warga Negara?


3

4. Apa saja Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definis Negara

4

Secara literal istilah Negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni State
(bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan Etat (bahasa Perancis), kata State,
Staat, Etat itu diambil dari kata bahasa latin Status atau Statum, yang berarti keadaan yang
tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Secara terminologi, Negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu
dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif
dari sebuah Negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah Negara, yakni adanya
masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya pemerintahan yang berdaulat.

2.2 Fungsi dan Tujuan Negara
2.2.1 Fungsi Negara
Setiap negara mempunyai fungsi yang berhubungan erat dengan tujuan dibentuknya
negara tersebut. Untuk itu hal yang harus dilakukan negara adalah sebagai berikut :
a. Melaksanakan ketertiban (law and order) untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan-bentrokaan dalam masyarakat. Dalam hal ini negar bertindak
sebagai stabilitator.
b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Pada masa sekarang, fungsi
ini dianggap sangat penting terutama bagi negara-negara baru atau yang sedang
berkembang.
c. Mengusahakan pertahanan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar, negara
harus dilengkapi dengan alat-alat pertahanan yang kuat dan canggih.
d.

Menegakkan keadilan yang dilaksanakan melalui badan-badan peradilan.

Fungsi negara dapat diartikan sebagai tugas organisasi negara itu sendiri. Oleh karena itu,
sesungguhnya tugas negara secara umum adalah sebagai berikut :
a.


Tugas esensial
Adalah tugaas untuk mempertahankan negar sebagai organisasi politik yang berdaulat.

Tugas ini menjadi tugas negara (memelihara perdmaian, ketertiban, dan ketentraman dalam
negar serta melindungi hak milik dari setiap orang) dan tugaas eksternal (mempertahankan
kemerdekaan negara). Tugas essensial ini sering disebut tugas asli dari negara sebab dimiliki
oleh setiap pemerintah dari negara manapun di dunia.
b.

Tugas fakultatif

5

Diselenggarakan oleh negara untuk dapat memperbesar kesejahteraan fakir miskin,
kesehatan dan pendidikan rakyat.
2.2.2 Tujuan Negara
Setiap negara yang berdiri pasti mempunyai tujuan tertentu. Dimana tujuan dari
negara yan gstu dengan yang lain adalah berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh penguasa
negara yang sedang memerintah. Sebab negara berdiri bertujuan untuk mencapai
kebahagiaan bersama semua orang yang masuk dalam organisasi negar tersebut.

Adapun tujuan negara bermacam-macam antara lain :
a.

Untuk memperluas kekuasaan
Ajaran negara kekuasaan menyatakan bahwa kekuasaan berarti kebenaran, dan

dengan bertambahnya kekuasaan berarti akan bertambahnya kemajuan di lapangan lain.
Negara kekuasaan menghendaki agar negaranya menjaadi besar dan jaya. Untuk mencapai
tujuannya maka rakyat dijaadikan alat untuk perluasan, kepentingan orang perseorangan ada
di bawah kepentingan bangsa dan negara.
b.

Untuk menyelenggarakan ketertiban hukum
Negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum segala kekuasaan dari alat-alat

pemerintahan berdasarkan atas hukum, semua orang harus tinduk kepada hukum, sebab
hukumlah yang berkuasa dalam negara tersebut.
c.

Untuk mencapai kesejahteraan umum

Negara bertujuan ingin mewujudkan kesejahteraan umum. Negara dipandang sebagai

alat yang dibentuk manusia untuk mencapai tujuan bersama, yakni suatu tatanan masyarakat
yan gdidalamnya ada kebahagiaan, kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
negara itu.
2.3 Definis Warga Negara
Menurut Kansil, warga negara adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai
tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu. Warga negara mempunyai
kewajiban atas negaranya dan warga negara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan
dan dilindungi oleh negara. Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui

6

oleh UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu
Tanda Penduduk (KTP), berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat
ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang
unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan
diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai
bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional. Setiap negara berdaulat
untuk berwenang dalam menentukan siapa-siapa saja yang menjadi warga negara. Dalam
menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada kriterium kelahiran dan
pewarganegaraan (naturalisasi).
1.

Kriterium kelahiran
Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
i) Ius Soli
Ius Soli adalah kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran. Di dalam
asas ini, seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat
di mana dia dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara
tersebut. Pada awalnya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini hanya
satu, yakni ius soli saja. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa karena
sesorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan logis ia menjadi
warga negara tersebut. Akan tetapi dengan semakin tingginya tingkat mobilitas
manusia, diperlukan suatu asas lain yang tidak hanya berpatokan pada tempat
kelahiran saja. Selain itu, kebutuhan terhadap asas lain ini juga berdasarkan
realitas empirik bahwa ada orang tua yang memiliki status kewarganegaraan
yang berbeda. Hal ini akan bermasalah jika kemudian orang tua tersebut
melahirkan anak di tempat salah satu orang tuanya (misalnya, di tempat
ibunya). Jika tetap menganut asas ius soli, maka si anak hanya akan
mendapatkan status kewarganegaraan ibunya saja, sementara ia tidak berhak
atas status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah, maka asas ius
sanguinis

dimunculkan,

sehingga

si

anak

dapat

memiliki

status

kewarganegaraan bapaknya.
ii) Ius Sanguinis
Ius sanguinis adalah kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan. Di dalam
asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan

7

asas kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan. Jika suatu
negara menganut asas ius sanguinis, seseorang yang lahir dari orang tua yang
memiliki kewarganegaraan suatu negara, seperti Indonesia, maka anak tersebut
berhak mendapat status kewarganegaraan orang tuanya, yaitu warga negara
Indonesia.
Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan mengutamakan
salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius Soli dan Ius Sanguinis akan
menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau tidak mempunya
kewarganegaraan sama sekali (a-patride). Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan
kewarga negaraan seseorang digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di
atas), yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelsel ini kita bedakan dalam hak
opsi dan hak reputasi. Hak opsi ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan
stelsel aktif) dan hak reputasi ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel
pasif).
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara
Indonesia (WNI) adalah:
i)
ii)
iii)

Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga

iv)

negara asing (WNA), atau sebaliknya.
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang
tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak

v)

memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal

dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.
vi) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
vii) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.
viii) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
ix)

tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia

x)

selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.

8

xi)

Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu
WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan

memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
xii) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:
i)

Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan

ii)

belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai

iii)

anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.
Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat
tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan

iv)

Indonesia.
Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam
situasi sebagai berikut:
i)

Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat
tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh

ii)

kewarganegaraan Indonesia.
Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak
secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara
Indonesia.

Sudah selayaknya keturunan warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana telah
diterangkan di atas yang menentukan status anak ialah ayahnya. Apabila tidak ada hubungan
hukum

kekeluargaan

dengan

ayahnya

atau

apabila

ayahnya

tidak

mempunyai

kewarganegaraan ataupun (selama) tidak diketahui kewarganegaraannya, maka barulah
ibunya yang menentukan status anak itu. Hubungan hukum kekeluargaan antara ibu dan anak
selalu mengadakan hukum secara yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan ayahnya, setelah
ayah itu mengadakan hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan hukum itu baru
diadakan setelah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut kewarganegaraan ayahnya.

9

2.

Kriterium Pewarganegaraan

Pewarganegaraan atau naturalisasi ialah proses perubahan status dari penduduk asing
menjadi warga negara suatu negara. Proses ini harus terlebih dahulu memenuhi beberapa
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan kewarganegaraan negara yang bersangkutan.
Hukum naturalisasi di setiap negara berbeda-beda. Di Indonesia, masalah kewarganegaraan
saat ini diatur dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2006. Adapun syarat-syarat memperoleh
naturalisasi menurut UU No. 12 Tahun 2006 yaitu:
a.

Naturalisasi biasa
Syarat-syarat naturalisasi biasa yaitu:
i) Bertempat tinggal terakhir di Indonesia minimal 5 tahun
Seseorang pemain atau atlit bisa di naturalisasi secara biasa jika dia sudah
menetap di Indonesia minimal 5 tahun. Dan dalam kurun waktu lima tahun
tersebut dia tidak keluar dalam waktu yang lama ke negara lain.
ii) Telah berusia 21 tahun atau lebih
Pada usia 21 tahun seseorang berhak untuk menentukan

status

kewarganegaraannya.
iii) Sudah menikah dan mendapatkan persetujuan dari pasangannya
Seseorang yang sudah menikah jika ingin berpindah kewarganegaraan harus
terlebih dahulu mendapatkan ijin dari pasangannya yang sah.
iv) Sehat jasmani dan rohani
Harus dalam keadaan sehat baik jasmaninya maupun rohaninya sebelum
masuk menjadi warga negara Indonesia, hal tersebut ditunjukkan oleh surat
keterangan dari pihak dokter.
v) Mampu berbahasa Indonesia secara lancar
Berbahasa Indonesia menjadi syarat

pendukung

seseorang

dalam

mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.
vi) Tidak mempunyai kewarganegaraan lain selain Indonesia
Jika ingin mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, seorang pemain atau
atlit harus terlebih dahulu melepas kewarganegaraannya yang lama. Karena
tidak memungkinkan seseorang mempunyai kewarganegaraan ganda.
b. Naturalisasi khusus
Naturalisasi khusus diberikan kepada pemain (atlit) atau individu yang telah
menunjukkan jasanya kepada Indonesia. Dia bisa mengajukan diri atau atas permintaan
pemerintah untuk menjadi WNI. Untuk lebih jelasnya mengenai ketentuan naturalisasi pemain
ataupun warga negara asing (WNA) kita bisa mengacu pada UU Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan RI sebagai pengganti UU Nomor 62 Tahun 1958.

10

2.4 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
2.4.1 Hak Warga Negara Indonesia
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia
berada di dalam kandungan. Hak asasi manusia berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM
tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of
USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal-pasal berikut
ini:
i)

Pasal 27 Ayat (2): “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan.”
ii) Pasal 28 A: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.”
Setiap manusia terutama warga negara Indonesia, sejak ia lahir mempunyai hak
yang sama dalam hal hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Tidak
ada satu orang pun yang bisa membeli nyawa orang lain atau menghilangkan
nyawa orang lain dengan alasan apa pun. Jika ada yang menghilangkan nyawa
orang lain dengan atau apa lagi tanpa alasan, maka orang tersebut harus
menanggung hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku.
iii) Pasal 28 B Ayat (1): “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.”
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Perkawinan
yang sah adalah perkawinan di mata hukum, yaitu tercatat di Kantor Urusan
Agama (KUA). Jika tidak, maka keluarga tersebut tidak sah di mata hukum dan
hak-hak sebagai warga negara Indonesia tidak dijamin oleh negara. Jika sah, maka
keluarga tersebut berhak untuk membentuk keluarga dan hak-hak seluruh anggota
keluarga tersebut terjamin di mata hukum negara.
iv) Pasal 28 B Ayat (2): “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”
Setiap anak sejak ia lahir, memiliki hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Maka, sejak lahir anak
tersebut harus diasuh dan diperlakukan selayaknya manusia. Tidak boleh ada yang
melakukan kekerasan atau pun diskriminasi, walaupun hal tersebut dilakukan oleh
keluarganya sendiri. Jika terjadi kekerasan atau diskriminasi atas anak tersebut
oleh keluarga sendiri, apalagi orang lain, maka orang yang melakukan kekerasaan
atas anak tersebut harus menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku di negara

11

Indonesia.
v) Pasal 28 C Ayat (1): “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”
Setiap orang berhak untuk mengembangkan diri dalam hal pendidikan, teknologi
dan pengetahuan, seni budaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan manusia terutama rakyat indonesia. Keluarga berkewajiban
membantu mewujudkan hal ini, jika keluarga kurang mampu maka negara
berkewajiban membantu mewujudkan hal ini terutama bagi warga negara yang
memiliki kemauan dan kemampuan yang besar.
vi) Pasal 28 C Ayat (2): “Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa
dan negaranya.”
Setiap orang berhak memajukan dirinya secara kolektif unntuk membangun
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap orang berhak mencalonkan
dirinya untuk menjadi pilihan rakyat dalam hal pembangunan negara dalam arti
dapat ikut serta dalam calon Presiden, DPR, MPR, Mentri, Bupati, Gubernur,
bahkan Rukun Tetangga (RT). Atau jika terbebani, dapat membangun bangsa
secara sukarela melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau semacamnya.
Semuanya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
vii) Pasal 28 D Ayat (1): “Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.”
viii) Pasal 28F: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi melalui
segala jenis saluran informasi, baik itu melalui media cetak, media audio, audio
visual, ataupun dari mulut ke mulut. Selama hal tersebut merupakan fakta dan
tidak merugikan orang lain atau digunakan untuk mencari fakta maka hal tersebut
diperbolehkan.
ix) Pasal 28 I Ayat (1): “Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup,
hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,

12

dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”
2.4.2 Kewajiban Warga Negara Indonesia
Pada umumnya kewajiban mengarah pada suatu keharusan / kewajiban bagi individu
dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan akan
hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut. Adapun kewajiban warga negara
Indonesia ialah sebagai berikut:
i) Wajib menaati hukum dan pemerintahan
Pasal 27 Ayat (1) UUD 1945: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.”
ii) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
Pasal 27 Ayat (3) UUD 1945: “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.”
iii) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
Pasal 28J Ayat (1) UUD 1945: “Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia
orang lain.”
iv) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
Pasal 28J Ayat (2) UUD 1945: “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.”
v) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara
Pasal 30 Ayat (1) UUD 1945: “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

13

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setiap warga negara memiliki hak dan kewajibannya masing-masing dan hak serta
kewajiban tersebut harus dipenuhi dan dijalankan secara seseimbang mungkin sehingga
sistem pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan koridornya.
Secara garis besar hak dan kewajiban warga negara yang telah tertuang dalam UUD
1945 mencakup berbagai bidang. Bidang-bidang ini antara lain bidang politik dan
pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan ekonomi dan pertahanan.
Hak dan kewajiban warga negara juga dijelaskan dalam pasal-pasal diantaranya adalah
pasal 27 ayat (1), pasal 27 ayat (2), pasal 27 ayat (3), pasal 28, pasal 29 ayat (2), pasal 30 ayat
(1) dan pasal 31 ayat (1).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan setiap orang atau setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban yang sama yang harus di jalankan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan
3.2 SARAN
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Warga
Negara Sebagai Anggota Masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar-benar memahami
tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri ini. Sehingga, jika
ada hak-hak yang belum kita dapatkan, kita bisa memperjuangkannya. Begitu juga
sebaliknya, jika hak-hak sebagai warga negara telah kita terima, maka sepatutnya kita
menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara. Dengan demikian, negeri ini akan maju
dan penuh dengan keadilan, kemakmuran, aman dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA
Zubaidi. H. Achmad. Drs. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma.
Yogyakarta
(http://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia/)
(http://cheetz89.wordpress.com/2011/11/04/hak-dan-kewajiban-sebagai-warga-negaraindonesia/)

14

LAMPIRAN
Satinah dan Pemenuhan Hak Warga Negara
Selasa, 25 Maret 2014 09:41 wib
Ancaman hukuman mati kembali menimpa buruh migran kita. Kali ini
ancaman itu membayangi Satinah yang pada 3 April akan menjalani eksekusi
hukuman mati di Arab Saudi. Vonis hukuman mati ini ditetapkan oleh Mahkamah
Saudi pada 2007 silam. Buruh migran asal Ungaran Jawa Tengah itu dipidana
hukuman mati akibat membunuh majikan.
Satinah bukanlah satu-satunya buruh migran Indonesia yang menghadapi
hukuman pancung di Arab Saudi. Menurut data Kementrian Luar Negeri, selain
Satinah saat ini terdapat 33 buruh migran lainnya yang juga terancam hukuman
serupa. Menurut hukum Arab Saudi, Satinah dapat dibebaskan jika membayar uang
diyat sebesar SR 7 juta sesuai permintaan keluarga korban. Pemerintah menyatakan
hingga saat ini baru memiliki uang sebesar SR 4 juta (Rp12 miliar).
Pembayaran uang darah ini merupakan implikasi dari pidana qisas yang
ditetapkan oleh pemerintah Saudi. Dalam qisas, korban/keluarga korban berhak
menetapkan hukuman pada terdakwa apakah akan dilakukan dengan cara yang sama,

15

penebusan dengan pembayaran uang diyat, ataupun pengampunan tanpa syarat. Kasus
pembebasan hukuman mati pernah dialami Darsem, buruh migran asal Subang. Kala
itu, pemerintah menggelontorkan Rp4,75 miliar sebagai uang darah yang
digelontorkan dari APBN. Merujuk pada kasus Satinah dan Darsem maka adakah
alternatif

penyelesaian

lain

selain

dengan

penebusan

uang

darah?

Pemahaman Hukum
Dalam Standar Operational Prosedur BNP2TKI mengenai Pelayanan
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri disebutkan bahwa dalam
Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) calon tenaga kerja harus dibekali dengan
materi peraturan perundang-undangan negara penempatan selama 2 jam pelajaran. Jika
proses ini dilakukan secara maksimal, tentunya buruh migran akan memiliki
pemahaman dasar mengenai hukum positif negara penempatan. Namun banyaknya
buruh migran yang tidak memahami peraturan perundangan di negara penempatan
menjadi tanya tersendiri; benarkah PAP telah dijalankan dengan baik?
Ketidakpahaman inilah yang menyebabkan buruh migran tidak mengerti apa
yang harus dilakukan jika mereka berhadapan dengan hukum. Pemahaman hukum
seyogyanya diberikan secara menyeluruh tidak hanya terbatas pada peraturan
perundangan saja, tapi juga sistem hukum secara keseluruhan, mulai dari struktur,
substansi hingga kultur hukum. Pemahaman sistem hukum yang komprehensif
membuat buruh migran memahami bagaimana norma hukum di negara penempatan
dijalankan. Pendidikan hukum yang baik, akan membuat buruh migran kita melek
hukum dan terhindar dari perbuatan yang dapat menjerat ke dalam persoalan hukum.
Bantuan hukum sejak mula
Pada kasus Satinah, misalnya perwakilan pemerintah Indonesia mengklaim
baru mengetahui ketika Satinah telah berada di tahanan dan telah mendapat vonis
qisas. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan pemberian bantuan hukum untuk
banding, serta lobby keluarga untuk penundaan eksekusi. Penundaan eksekusi
memang berhasil dilakukan, namun perubahan hukuman dari hukuman mati ke
hukuman yang lebih manusiawi belumlah didapat. Hampir 7 tahun lamanya Satinah
hidup dalam bayang-bayang eksekusi hukuman mati. Satu kondisi yang sangat
memprihatinkan.

16

Untuk meminimalisir kasus serupa Satinah, maka negara harus hadir sejak
awal dalam upaya memberikan bantuan hukum pada warganya, sebagaimana mandat
konstitusi. Kantor perwakilan harus pro aktif melakukan jemput bola, tidak hanya
pasif menunggu laporan saja. Ia haruslah mampu menjangkau dan menjadi garda
terdepan dalam perlindungan buruh migran kita di negara penempatan. Pendampingan
dan pemberian bantuan hukum sejak mula akan memudahkan kita untuk melakukan
pembelaan di muka persidangan. Karenanya bantuan hukum sejak awal, menjadi
penting dan mendesak.
Diplomasi antar Pimpinan Negara
Diplomasi antar pimpinan tertinggi negara memiliki dampak yang amat
penting bagi perlindungan warga negara. Sebutlah Filipina sebagai contoh. Pada 1994
buruh migran Filiphina Sarah Balabagan mendapat vonis hukuman mati dari Uni
Emirat Arab dengan tuduhan pembunuhan berencana. Fidel Ramos, presiden kala itu
melobi Syeikh Zaed bin Sultan an-Nahyan untuk meminta keluarga korban
memberikan pengampunan pada Sarah. Diakhir proses hukuman, Sarah pun
dibebaskan tanpa harus membayar uang darah. Dengan banyaknya kasus hukuman
mati yang mengancam buruh migran kita di Saudi, tentu upaya yang dilakukan
Filiphina patut untuk dicontoh. Negara memang harus hadir untuk melindungi
warganya dimanapun mereka berada. Jika diplomasi tingkat pejabat tinggi belum
membuahkan hasil maksimal, maka pucuk pimpinan harus bergerak, mengambil alih
tanggung jawab ini. Bahwa hukuman adalah keniscayaan bagi satu kejahatan adalah
pasti, namun usaha pembelaan hukum agar terbebas dari hukuman tak manusiawi juga
merupakan bagian dari kewajiban negara untuk memberikan perlindungan hukum bagi
warganya apapun jenis kejahatannya.
Tekanan Internasional
Dalam laporan yang dilansir Human Rights Watch, Arab Saudi masuk dalam
kategori negara yang banyak melakukan pelanggaran HAM dalam hal penghukuman
dan penyiksaan tak manusiawi, terutama pada pekerja rumah tangga migran. Laporan
ini berbanding lurus dengan kasus yang dialami buruh migran kita.
Berbagai negara telah meminta Arab Saudi untuk memperbaiki sistem
penghukuman mereka, meski hingga saat ini Saudi bergeming. Indonesia seharusnya
juga dapat melakukan tekanan internasional untuk memperjuangkan nasib buruh

17

migran kita. Pemerintah haruslah memiliki posisi tawar yang kuat akan hal ini.
Ratifikasi Konvensi Perlindungan Buruh Migran dan Anggota Keluarganya yang telah
dilakukan pemerintah seharusnya dapat digunakan untuk meningkatkan posisi tawar
kepada Saudi dalam pemenuhan hak buruh migran. Tidak hanya kepada Saudi,
pmerintah juga bisa meminta dukungan internasional untuk menghapuskan
perbudakaan dan penghukuman yang tak manusiawi yang menimpa buruh migran kita
disana. Upaya untuk melindungi, memenuhi dan memajukan hak warga negara
melalui mekanisme internasional patut untuk dilakukan. Hal ini sebagai bukti bahwa
pemerintah memang serius dalam upaya memberikan pemenuhan hak asasi warganya
tidak terkecuali buruh migran.
Jika keempat hal diatas dilakukan secara simultan, maka penebusan uang darah
tidaklah menjadi alternatif tunggal dalam penyelesain kasus hukuman mati yang
membelit buruh migran kita seperti yang terkesan selama ini.

http://suar.okezone.com/read/2014/03/25/58/960256/satinah-dan-pemenuhan-hakwarga-negara#sthash.eVsUbFo4.dpuf

18