Peran Guru Bidang Studi Membantu Mengata
PERAN GURU BIDANG STUDI MEMBANTU
MENGATASI KRISIS KEPERCAYAAN DIRI PADA
PERKEMBANGAN FISIK REMAJA USIA SEKOLAH
MENENGAH
OLEH:
KELOMPOK 4
ELFI SYAFRIDA TAUFIK
(4141141019)
NAZA MARIA RAMBE
WINNY AYUWIRA ASHARY
(4141141079)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada usia sekolah menengah, anak berada pada masa remaja. Masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada
masa inilah terjadi puncak pada perkembangan seorang anak. Di masa ini,
perubahan-perubahan yang cepat mulai terjadi.
Salah satu perubahan yang secara nyata terjadi dengan cepat adalah
perkembangan fisik pada remaja. Pada masa remaja awal (usia SMP) pertambahan
tinggi anak melesat drastis, namun keseimbangan dengan bobot berat badannya
belum seimbang menyebabkan anak tampak kurus dan tinggi. Namun saat mulai
memasuki masa remaja akhir, postur tubuh mulai mengalami penyeimbangan
sehingga bobot berat badan dan tinggi badan mereka tampak ideal.
Pada kenyataannya, petumbuhan dan perkembangan remaja ini tidak sama
antara anak laki-laki dan anak perempuan. Pada anak perempuan mengalami masa
pertambahan tinggi di usia yang lebih lambat dibanding anak laki-laki (anak
perempuan usia 12-13 tahun sedangkan anak laki-laki usia 11-12 tahun).
Walaupun hingga pada akhir masa remajanya tinggi badan anak perempuan akan
lebih pendek 7 cm-10 cm dibanding anak laki-laki (Syarif et al, 2015).
Selain perkembangan fisik, perkembangan seksual pada anak remaja juga
berkembang dengan cepat. Perkembangan ini ditandai dengan mulai tampaknya
ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Pada remaja laki-laki telah mengalami
mimpi basah dan pada remaja perempuan telah mengalami menarche (menstruasi
untuk pertama kalinya). Kedua hal ini merupakan pertanda paling awal
bahwasannya anak tersebut telah memasuki masa kematangan seksual. Ciri lain
yang timbul yakni pada laki-laki akan mulai tumbuh kumis, jakun mulai tampak,
suara lebih berat. Sedangkan pada perempuan pinggul akan mulai melebar,
payudara mulai tumbuh karena penumpukan lemak di daerah dada yang
2
merupakan kebalikan dari anak laki-laki yang otot dadanya lah mulai berkembang
sehingga membentuk dada yang bidang.
Pada
sebagian
anak,
terutama
perempuan
pengalaman-pengalaman
perkembangan fisik dan seksual ini dirasakan sebagai sesuatu yang mengagetkan,
mencemaskan, memberikan rasa takut atau bahkan rasa malu saat mengalaminya
untuk pertama kali. Mereka kerap kali menutupi hal tersebut karena merasa hal
tersebut merupakan hal yang memalukan untuk diceritakan. Terlebih lagi jika
anak perempuan tersebut merupakan anak yang tertutup dan tidak terbuka
terhadap orang di sekitar termasuk orang tuanya.
Sebagai pendidik, seorang guru perlu menghayati tahapan perkembangan
yang terjadi pada siswa sehingga dapat mengerti segala tingkah laku yang
ditampakkan siswa. Termasuk saat siswa mengalami masalah psikis yang
berkaitan dengan perubahan fisik yang terjadi saat memasuki masa remaja.
Untuk itu guru bidang studi, terutama bidang studi biologi yang mana lebih
memahami mengenai perkembangan fisik dan seksual remaja diharapkan mampu
mengarahkan serta memberikan, pengertian, penyuluhan, umpan balik kepada
remaja-remaja putri usia sekolah menengah dalam berbagai permasalahan
mengenai perkembangan fisik serta tingkat kepercayaan diri yang dialami. Selain
itu guru bidang studi juga diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan diri
serta potensi fisikal yang dimiliki remaja agar tidak terganggu karena perubahanperubahan fisik yang sedang dihadapi.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan laporan rekayasa ide ini adalah untuk memaparkan peran guru dalam
memberikan pengertian dan penyuluhan pada remaja putri usia sekolah menengah
yang sedang mengalami proses perkembangan fisik dan seksual, dimana pada
beberapa kasus siswa merasa cemas atau malu sehingga menurunkan tingkat
kepercayaan dirinya.
Adapun manfaat laporan rekayasa ide ialah untuk memberi gambaran
tentang apa yang anak rasakan saat mengalami perubahan fisik yang mulai
3
berkembang saat memasuki usia remaja pertama kali dan memberi informasi
bagaimana cara guru bidang studi untuk memberikan dukungan secara moril.
4
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Gambaran Umum
Masa remaja awal merupakan masa peralihan anak menuju dewasa. Pada
tahap ini anak mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun psikologis. Oleh karena itu, remaja sangan rentan mengalami masalah
psikis.
Anak yang sedang mengalami perkembangan fisik di awal masa remaja
mengalami peristiwa-peristiwa yang biasanya berlangsung cepat, drastis, dan
tidak bearturan bermuara pada sistem reproduksinya yang mulai matang,
dipengaruhi oleh hormon-hormon yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar.
Perubahan fisik hormonal yang cepat dan drastis ini memiliki pengaruh
pada perkembangan psikologis anak dimana suasana hati anak pun mudah
berubah-ubah dengan cepat. Mereka sangat rentan dengan pendapat orang lain
terhadap diri mereka dan sangat memperhatikan citra diri (self-image).
Salah satu masalah yang kerap dialami remaja putri ini adalah timbulnya
kecemasan,
ketakutan,
perasaan
minder
sehingga
menurunkan
tingkat
kepercayaan diri mereka. Remaja putri akan menilai bahwa perubahan fisiknya
akan membawa citra buruk bagi dirinya.
Pada beberapa kehidupan keluarga, hal-hal berhubungan dengan seksualitas
termasuk perubahan fisik ciri kelamin primer dan sekunder merupakan hal yang
tabu untuk dibicarakan. Sehingga tidak sedikit orang tua yang kurang memberikan
perhatian khusus tentang hal ini. Mereka berpendapat bahwa hal tersebut harus
dirasakan dan dibiasakan oleh anak itu sendiri. Sedangkan pada sebagian anak hal
ini tidak dapat ditanggung sendiri, mereka membutuhkan seseorang untuk berbagi
cerita apa yang harus dan tidak bisa dilakukan, bagaimana cara mengatasi rasa
cemas dan ketidak percayaan diri yang timbul di awal masa remajanya.
5
Bagi anak remaja yang tidak memiliki subjek yang tepat untuk
menyampaikan keluh kesah mengenai masalah ini akan menjadi masalah yang
sulit diatasi. Menurut Hurlock (1974) dalam Farida (2014) ketidak mampuan
remaja untuk mengatasi masalahnya membuat banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
Akibatnya, remaja yang pada awalnya hanya merasa cemas atau malu
mengenai perubahan bentuk fisiknya kini berubah menjadi tidak percaya diri
dalam melakukan kegiatan fisikal karena kurangnya penyuluhan dan tempat
sharing tentang apa yang mereka rasakan.
Rasa percaya diri merupakan perasaan yang membuat remaja putri
mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya maupun terhadap orang lain,
lingkungan serta situasi yang dihadapinya untuk meraih apa yang diinginkan.
Rasa percaya diri membuat remaja putri merasa dirinya berharga dan dapat
melakukan komunikasi dengan siapa pun (Farida, 2014).
Jika seorang remaja putri memiliki rasa percaya diri yang rendah akan
merasa dirinya tidak berharga, selalu merasa khawatir, berpikiran buruk, merasa
banyak kekurangan, takut mencoba hal baru. Supiyo (2008) dalam Farida (2014)
menyampaikan bahwa: “krisis kepercayaan diri yang tidak segera diatasi akan
menimbulkan: 1) tidak dapat bergaul dengan teman-teman lain secara wajar, 2)
proses belajar menjadi terhambat, 3) kesulitan berkomunikasi, 4) pencapaian tugas
perkembangan jadi terhambat, 5) terkucil dari lingkungan sosial, 6) mengalami
depresi, 7) tidak berani melakukan perubahan.
Dalam mengatasi hal ini selain orang tua, guru juga memiliki tugas penting
untuk memulihkan tingkat kepercayaan diri remaja putri pada masa remaja awal.
Melakukan bimbingan dan konseling adalah cara paling optimal untuk
membangkitkan rasa percaya diri siswa. Guru yang melakukan bimbingan dan
konseling tidak selalu harus guru BK, namun guru bidang studi juga dapat
melakukannya. Guru bidang studi melakukan bimbingan kepada siswi terkait,
guru pada saat tertentu dapat menjadi teman bagi siswi agar dapat menceritakan
permasalahan perkembangan fisik yang dialami sehingga menimbulkan ketidak
6
percayaan diri dan pada akhirnya dapat memberikan umpan balik berupa motivasi
pada siswi tersebut.
7
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Pelaksanaan
Metode dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan tugas rekayasa ide
ini adalah wawancara. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara tertulis
menggunakan media sosial dan email.
3.2. Populasi dan Sampel
Tekni sampling digunakan dengan random sampling. Populasi yang
diambil adalah remaja putri dengan rentang usia 14 – 18 tahun. Sampel yang
digunakan adalah remaja putri yang mengalami kecemasan dan kepercayaan diri
yang rendah dan remaja putri yang memiliki kepercayaan diri yang normal dan
tidak mengalami kecemasan. Total sampel ada 10 orang remaja putri.
3.3. Waktu Pelaksanaan
Proses wawancara dilakukan pada tanggal 18-19 November 2016.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Bentuk Wawancara
Wawancara dilakukan dengan memberi 3 tema pokok pertanyaan mengenai
hal yang dirasakan saat pertama kali mengalami perkembangan fisik dan seksual
memasuki masa remaja awal terhadap 10 orang remaja putri. Ada pun garis-garis
besar pertanyaan yang diajukan adalah:
1. Saat pertama kali kamu mendapat menstruasi pertama atau tumbuh
payudara, perasaan kamu bagaimana? Ada perasaan cemas atau tidak
percaya diri? Atau merasa biasa saja?
2. Pada saat terjadi peubahan demikian pada fisik kamu, adakah penyuluhan
dari orang tua, misalnya diberi pengertian kalau kamu sudah mulai
dewasa, memberi motivasi untuk tetap percaya diri? Atau hanya diam
saja?
3. Kalau guru di sekolah kamu bagaimana? pernahkah memberikan
bimbingan atau sharing mengenai hal tersebut?
4.2. Hasil Wawancara dan Pembahasan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, berikut adalah jawaban dari
kesepuluh responden yang ikut berpartisipasi:
Pertanyaan
R1
1
2
Memberi nasehat
Tidak percaya diri
tidak boleh
dan takut.
berpacaran. Tidak
3
Tidak ada
memotivasi
Memberi
R2
pengertian bahwa
Cemas dan tidak
anak sudah
percaya diri.
dewasa. Tidak
memotivasi
9
Ada
R3
Biasa saja
Saat tumbuh
Memberi nasehat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
payudara tidak
R4
percaya diri, saat
menstruasi biasa
R5
R6
R7
R8
R9
saja
Tidak percaya diri
dan cemas
Biasa saja
Terkejut
Takut, saat
menstruasi
Memberi
pertama merasa
pengertian
senang
Terkejut dan tidak
percaya diri
R10
Terkejut dan malu
Keterangan: R = Responden
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, 6 dari 10 remaja merasa kurang
percaya diri dengan perubahan fisik yang drastis di masa remaja awal. Perubahan
fisik terutama saat payudara mulai menyebabkan ketidak nyamanan saat
beraktivitas. Pada responden 1 menyatakan tidak percaya diri dan enggan begaul
dengan teman laki-laki. Orang tua R1 memberikan nasehat untuk tidak dulu
berpacaran namun beliau tidak memberi motivasi untuk meningkatkan
kepercayaan diri R1. Sedangkan guru juga tidak memberi motivasi atau
penyuluhan. Responden 2 menyatakan tidak percaya diri pada fisiknya sehingga
malas mengikuti kegiatan olahraga di kelas. Orangtua R2 memberi pengertian
kepada anaknya bahwa anak tersebut sudah dewasa, tetapi tidak memotivasi
kepercayaan diri anak tersebut. Namun guru R2 memberi penyuluhan dan
memotivasi sehingga R2 dapat mengatasi ketidak percayaan dirinya.
Pada
responden 3 menyatakan bahwa ia merasa biasa saja saat mengalami perubahan
fisik di usia remaja awal, orang tua R3 memberikan nasihat pada anaknya namun
tidak memotivasi, sedangkan guru R3 tidak memberikan penyuluhan maupun
motivasi. Pada responden 4 merasa biasa saja saat mendapat menstruasi pertama
10
namun tidak percaya diri saat mulai tumbuh payudara, orang tua R4 hanya
memperkenalkannya dengan pembalut dan bra pelajar, tetapi tidak memberi
nasehat atau motivasi, sedangkan guru R4 juga tidak memberikan penyuluhan dan
tidak memotivasi. Responden 5 merasa cemas dan malu namun ia menyatakan
dapat mengatasi hal itu, orangtua R5 memberikan nasehat dan motivasi namun
gurunya tidak demikian. Responden 6 merasa biasa saja saat mengalami
perubahan fisik di usia remaja, sayangnya baik orang tua maupun guru tidak
memberikan penyuluhan atau motivasi terhadap hal ini. Pada responden 7 merasa
terkejut saat mengalami perubahan fisik namun orangtua tidak memberikan
motivasi maupun nasehat, sebaliknya guru melakukannya. Pada responden 8
awalnya pertumbuhan payudara merasa takut, saat haid pertama merasa senang,
orangtua memberikan pengertian dan guru juga memberikan motivasi. Pada
responden 9 merasa terkejut dan malu, orang tua memberikan pengertian, namun
guru tidak. Pada responden 10 merasa terkejut dan malu, orang tua memotivasi
R10 bahwa hal itu wajar dan tidak perlu malu, sedangkan guru R10 tidak.
7 dari 10 responden mengaku bahwa guru di sekolahnya tidak pernah
melakukan bimbingan dan sharing kepada siswanya mengenai perubahan fisik
pada remaja dan memotivasi tingkat kepercayaan diri siswa.
BAB V
PENUTUP
11
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa 6 dari 10 (sebagian besar) remaja mengalami rasa cemas dan
tidak percaya diri saat pertama kali mengalami perkembangan fisik di usia sekolah
menengah (remaja awal). dari keenam remaja yang mengalami krisis kepercayaan
diri tersebut ada 4 responden mengaku guru tidak memberikan bimbingan tentang
perubahan fisik remaja dan tidak memotivasi tingkat kepercayaan diri mereka.
Dari data seluruh sampel total ada 7 responden mengaku gurunya tidak memberi
bimbingan mau pun motivasi pada masing-masing responden. Dari 10 sampel,
hanya ada dua responden (R2 dan R8) yang dimotivasi oleh guru sehingga dapat
mengatasi rasa tidak percaya diri, takut dan cemas dengan cepat. Adapun
responden 5 dan 10 dapat mengatasi perasaan tersebut karena motivasi dari orang
tua, bukan dari guru.
5.2. Saran
Sebagai orang tua kedua siswa saat di sekolah sebaiknya guru lebih
memperhatikan perkembangan pada diri siswa. Terutama saat siswa memasuki
masa remaja dimana terjadi perkembangan fisik serta psikis. Guru bidang studi
diharapkan mampu memberi bimbingan, pengarahan, dorongan, memotivasi siswa
di sela-sela jam pelajaran agar siswa tidak mengalami krisis perkembangan dan
tingkat kepercayaan diri. Dengan meningkatkan kepercayaan diri siswa maka
siswa akan berani tampil menunjukkan potensi yang dimilikinya sehingga
menghasilkan siswa yang unggul.
DAFTAR PUSTAKA
12
Syarif, K., Nasrun, Nurarjani, P. Sembiring, Nurmaniah, Rahmulyani. 2015.
Perkembangan Peserta Didik. Medan: UNIMED Press
Farida, Nur Ida. 2014. Upaya Meningkatkan kepercayaan Diri Siswa Remaja
Putri yang Mengalami Pubertas Awal Melalui Layanan Penguasaan Konten
dengan Teknik Role Playing di Kelas VII SMPN 13 Semarang Tahun Ajaran
2013/2014. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas negeri
Semarang
LAMPIRAN BIODATA
NAMA
: ELFI SYAFRIDA TAUFIK
13
NIM
: 4141141019
KELAS
: BIOLOGI DIK C 2014
TEMPAT/TGL LAHIR : RANTAUPRAPAT / 23
NOVEMBER 1995
ALAMAT
: PERUMNAS URUNG KOMPAS
NO. 267 RANTAUPRAPAT
NAMA
: NAZA MARIA BR RAMBE
NIM
: 4143141043
KELAS
: BIOLOGI DIK C 2014
TEMPAT/TGL LAHIR : 03 NOVEMBER 1997
ALAMAT
: JL. PERJUANGAN GG
LANGGAR
NAMA
: WINNY AYUWIRA ASHARY
NIM
: 4141141079
KELAS
: BIOLOGI DIK C 2014
TEMPAT/TGL LAHIR : MEDAN / 03 JULI 1996
ALAMAT
: JL. MAKMUR GG. ANGGREK 33
KAB DELI SERDANG
LAMPIRAN WAWANCARA
14
15
16
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
17
MENGATASI KRISIS KEPERCAYAAN DIRI PADA
PERKEMBANGAN FISIK REMAJA USIA SEKOLAH
MENENGAH
OLEH:
KELOMPOK 4
ELFI SYAFRIDA TAUFIK
(4141141019)
NAZA MARIA RAMBE
WINNY AYUWIRA ASHARY
(4141141079)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada usia sekolah menengah, anak berada pada masa remaja. Masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada
masa inilah terjadi puncak pada perkembangan seorang anak. Di masa ini,
perubahan-perubahan yang cepat mulai terjadi.
Salah satu perubahan yang secara nyata terjadi dengan cepat adalah
perkembangan fisik pada remaja. Pada masa remaja awal (usia SMP) pertambahan
tinggi anak melesat drastis, namun keseimbangan dengan bobot berat badannya
belum seimbang menyebabkan anak tampak kurus dan tinggi. Namun saat mulai
memasuki masa remaja akhir, postur tubuh mulai mengalami penyeimbangan
sehingga bobot berat badan dan tinggi badan mereka tampak ideal.
Pada kenyataannya, petumbuhan dan perkembangan remaja ini tidak sama
antara anak laki-laki dan anak perempuan. Pada anak perempuan mengalami masa
pertambahan tinggi di usia yang lebih lambat dibanding anak laki-laki (anak
perempuan usia 12-13 tahun sedangkan anak laki-laki usia 11-12 tahun).
Walaupun hingga pada akhir masa remajanya tinggi badan anak perempuan akan
lebih pendek 7 cm-10 cm dibanding anak laki-laki (Syarif et al, 2015).
Selain perkembangan fisik, perkembangan seksual pada anak remaja juga
berkembang dengan cepat. Perkembangan ini ditandai dengan mulai tampaknya
ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Pada remaja laki-laki telah mengalami
mimpi basah dan pada remaja perempuan telah mengalami menarche (menstruasi
untuk pertama kalinya). Kedua hal ini merupakan pertanda paling awal
bahwasannya anak tersebut telah memasuki masa kematangan seksual. Ciri lain
yang timbul yakni pada laki-laki akan mulai tumbuh kumis, jakun mulai tampak,
suara lebih berat. Sedangkan pada perempuan pinggul akan mulai melebar,
payudara mulai tumbuh karena penumpukan lemak di daerah dada yang
2
merupakan kebalikan dari anak laki-laki yang otot dadanya lah mulai berkembang
sehingga membentuk dada yang bidang.
Pada
sebagian
anak,
terutama
perempuan
pengalaman-pengalaman
perkembangan fisik dan seksual ini dirasakan sebagai sesuatu yang mengagetkan,
mencemaskan, memberikan rasa takut atau bahkan rasa malu saat mengalaminya
untuk pertama kali. Mereka kerap kali menutupi hal tersebut karena merasa hal
tersebut merupakan hal yang memalukan untuk diceritakan. Terlebih lagi jika
anak perempuan tersebut merupakan anak yang tertutup dan tidak terbuka
terhadap orang di sekitar termasuk orang tuanya.
Sebagai pendidik, seorang guru perlu menghayati tahapan perkembangan
yang terjadi pada siswa sehingga dapat mengerti segala tingkah laku yang
ditampakkan siswa. Termasuk saat siswa mengalami masalah psikis yang
berkaitan dengan perubahan fisik yang terjadi saat memasuki masa remaja.
Untuk itu guru bidang studi, terutama bidang studi biologi yang mana lebih
memahami mengenai perkembangan fisik dan seksual remaja diharapkan mampu
mengarahkan serta memberikan, pengertian, penyuluhan, umpan balik kepada
remaja-remaja putri usia sekolah menengah dalam berbagai permasalahan
mengenai perkembangan fisik serta tingkat kepercayaan diri yang dialami. Selain
itu guru bidang studi juga diharapkan dapat membangkitkan kepercayaan diri
serta potensi fisikal yang dimiliki remaja agar tidak terganggu karena perubahanperubahan fisik yang sedang dihadapi.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan laporan rekayasa ide ini adalah untuk memaparkan peran guru dalam
memberikan pengertian dan penyuluhan pada remaja putri usia sekolah menengah
yang sedang mengalami proses perkembangan fisik dan seksual, dimana pada
beberapa kasus siswa merasa cemas atau malu sehingga menurunkan tingkat
kepercayaan dirinya.
Adapun manfaat laporan rekayasa ide ialah untuk memberi gambaran
tentang apa yang anak rasakan saat mengalami perubahan fisik yang mulai
3
berkembang saat memasuki usia remaja pertama kali dan memberi informasi
bagaimana cara guru bidang studi untuk memberikan dukungan secara moril.
4
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Gambaran Umum
Masa remaja awal merupakan masa peralihan anak menuju dewasa. Pada
tahap ini anak mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun psikologis. Oleh karena itu, remaja sangan rentan mengalami masalah
psikis.
Anak yang sedang mengalami perkembangan fisik di awal masa remaja
mengalami peristiwa-peristiwa yang biasanya berlangsung cepat, drastis, dan
tidak bearturan bermuara pada sistem reproduksinya yang mulai matang,
dipengaruhi oleh hormon-hormon yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar.
Perubahan fisik hormonal yang cepat dan drastis ini memiliki pengaruh
pada perkembangan psikologis anak dimana suasana hati anak pun mudah
berubah-ubah dengan cepat. Mereka sangat rentan dengan pendapat orang lain
terhadap diri mereka dan sangat memperhatikan citra diri (self-image).
Salah satu masalah yang kerap dialami remaja putri ini adalah timbulnya
kecemasan,
ketakutan,
perasaan
minder
sehingga
menurunkan
tingkat
kepercayaan diri mereka. Remaja putri akan menilai bahwa perubahan fisiknya
akan membawa citra buruk bagi dirinya.
Pada beberapa kehidupan keluarga, hal-hal berhubungan dengan seksualitas
termasuk perubahan fisik ciri kelamin primer dan sekunder merupakan hal yang
tabu untuk dibicarakan. Sehingga tidak sedikit orang tua yang kurang memberikan
perhatian khusus tentang hal ini. Mereka berpendapat bahwa hal tersebut harus
dirasakan dan dibiasakan oleh anak itu sendiri. Sedangkan pada sebagian anak hal
ini tidak dapat ditanggung sendiri, mereka membutuhkan seseorang untuk berbagi
cerita apa yang harus dan tidak bisa dilakukan, bagaimana cara mengatasi rasa
cemas dan ketidak percayaan diri yang timbul di awal masa remajanya.
5
Bagi anak remaja yang tidak memiliki subjek yang tepat untuk
menyampaikan keluh kesah mengenai masalah ini akan menjadi masalah yang
sulit diatasi. Menurut Hurlock (1974) dalam Farida (2014) ketidak mampuan
remaja untuk mengatasi masalahnya membuat banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
Akibatnya, remaja yang pada awalnya hanya merasa cemas atau malu
mengenai perubahan bentuk fisiknya kini berubah menjadi tidak percaya diri
dalam melakukan kegiatan fisikal karena kurangnya penyuluhan dan tempat
sharing tentang apa yang mereka rasakan.
Rasa percaya diri merupakan perasaan yang membuat remaja putri
mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya maupun terhadap orang lain,
lingkungan serta situasi yang dihadapinya untuk meraih apa yang diinginkan.
Rasa percaya diri membuat remaja putri merasa dirinya berharga dan dapat
melakukan komunikasi dengan siapa pun (Farida, 2014).
Jika seorang remaja putri memiliki rasa percaya diri yang rendah akan
merasa dirinya tidak berharga, selalu merasa khawatir, berpikiran buruk, merasa
banyak kekurangan, takut mencoba hal baru. Supiyo (2008) dalam Farida (2014)
menyampaikan bahwa: “krisis kepercayaan diri yang tidak segera diatasi akan
menimbulkan: 1) tidak dapat bergaul dengan teman-teman lain secara wajar, 2)
proses belajar menjadi terhambat, 3) kesulitan berkomunikasi, 4) pencapaian tugas
perkembangan jadi terhambat, 5) terkucil dari lingkungan sosial, 6) mengalami
depresi, 7) tidak berani melakukan perubahan.
Dalam mengatasi hal ini selain orang tua, guru juga memiliki tugas penting
untuk memulihkan tingkat kepercayaan diri remaja putri pada masa remaja awal.
Melakukan bimbingan dan konseling adalah cara paling optimal untuk
membangkitkan rasa percaya diri siswa. Guru yang melakukan bimbingan dan
konseling tidak selalu harus guru BK, namun guru bidang studi juga dapat
melakukannya. Guru bidang studi melakukan bimbingan kepada siswi terkait,
guru pada saat tertentu dapat menjadi teman bagi siswi agar dapat menceritakan
permasalahan perkembangan fisik yang dialami sehingga menimbulkan ketidak
6
percayaan diri dan pada akhirnya dapat memberikan umpan balik berupa motivasi
pada siswi tersebut.
7
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Pelaksanaan
Metode dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan tugas rekayasa ide
ini adalah wawancara. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara tertulis
menggunakan media sosial dan email.
3.2. Populasi dan Sampel
Tekni sampling digunakan dengan random sampling. Populasi yang
diambil adalah remaja putri dengan rentang usia 14 – 18 tahun. Sampel yang
digunakan adalah remaja putri yang mengalami kecemasan dan kepercayaan diri
yang rendah dan remaja putri yang memiliki kepercayaan diri yang normal dan
tidak mengalami kecemasan. Total sampel ada 10 orang remaja putri.
3.3. Waktu Pelaksanaan
Proses wawancara dilakukan pada tanggal 18-19 November 2016.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Bentuk Wawancara
Wawancara dilakukan dengan memberi 3 tema pokok pertanyaan mengenai
hal yang dirasakan saat pertama kali mengalami perkembangan fisik dan seksual
memasuki masa remaja awal terhadap 10 orang remaja putri. Ada pun garis-garis
besar pertanyaan yang diajukan adalah:
1. Saat pertama kali kamu mendapat menstruasi pertama atau tumbuh
payudara, perasaan kamu bagaimana? Ada perasaan cemas atau tidak
percaya diri? Atau merasa biasa saja?
2. Pada saat terjadi peubahan demikian pada fisik kamu, adakah penyuluhan
dari orang tua, misalnya diberi pengertian kalau kamu sudah mulai
dewasa, memberi motivasi untuk tetap percaya diri? Atau hanya diam
saja?
3. Kalau guru di sekolah kamu bagaimana? pernahkah memberikan
bimbingan atau sharing mengenai hal tersebut?
4.2. Hasil Wawancara dan Pembahasan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, berikut adalah jawaban dari
kesepuluh responden yang ikut berpartisipasi:
Pertanyaan
R1
1
2
Memberi nasehat
Tidak percaya diri
tidak boleh
dan takut.
berpacaran. Tidak
3
Tidak ada
memotivasi
Memberi
R2
pengertian bahwa
Cemas dan tidak
anak sudah
percaya diri.
dewasa. Tidak
memotivasi
9
Ada
R3
Biasa saja
Saat tumbuh
Memberi nasehat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
payudara tidak
R4
percaya diri, saat
menstruasi biasa
R5
R6
R7
R8
R9
saja
Tidak percaya diri
dan cemas
Biasa saja
Terkejut
Takut, saat
menstruasi
Memberi
pertama merasa
pengertian
senang
Terkejut dan tidak
percaya diri
R10
Terkejut dan malu
Keterangan: R = Responden
Ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, 6 dari 10 remaja merasa kurang
percaya diri dengan perubahan fisik yang drastis di masa remaja awal. Perubahan
fisik terutama saat payudara mulai menyebabkan ketidak nyamanan saat
beraktivitas. Pada responden 1 menyatakan tidak percaya diri dan enggan begaul
dengan teman laki-laki. Orang tua R1 memberikan nasehat untuk tidak dulu
berpacaran namun beliau tidak memberi motivasi untuk meningkatkan
kepercayaan diri R1. Sedangkan guru juga tidak memberi motivasi atau
penyuluhan. Responden 2 menyatakan tidak percaya diri pada fisiknya sehingga
malas mengikuti kegiatan olahraga di kelas. Orangtua R2 memberi pengertian
kepada anaknya bahwa anak tersebut sudah dewasa, tetapi tidak memotivasi
kepercayaan diri anak tersebut. Namun guru R2 memberi penyuluhan dan
memotivasi sehingga R2 dapat mengatasi ketidak percayaan dirinya.
Pada
responden 3 menyatakan bahwa ia merasa biasa saja saat mengalami perubahan
fisik di usia remaja awal, orang tua R3 memberikan nasihat pada anaknya namun
tidak memotivasi, sedangkan guru R3 tidak memberikan penyuluhan maupun
motivasi. Pada responden 4 merasa biasa saja saat mendapat menstruasi pertama
10
namun tidak percaya diri saat mulai tumbuh payudara, orang tua R4 hanya
memperkenalkannya dengan pembalut dan bra pelajar, tetapi tidak memberi
nasehat atau motivasi, sedangkan guru R4 juga tidak memberikan penyuluhan dan
tidak memotivasi. Responden 5 merasa cemas dan malu namun ia menyatakan
dapat mengatasi hal itu, orangtua R5 memberikan nasehat dan motivasi namun
gurunya tidak demikian. Responden 6 merasa biasa saja saat mengalami
perubahan fisik di usia remaja, sayangnya baik orang tua maupun guru tidak
memberikan penyuluhan atau motivasi terhadap hal ini. Pada responden 7 merasa
terkejut saat mengalami perubahan fisik namun orangtua tidak memberikan
motivasi maupun nasehat, sebaliknya guru melakukannya. Pada responden 8
awalnya pertumbuhan payudara merasa takut, saat haid pertama merasa senang,
orangtua memberikan pengertian dan guru juga memberikan motivasi. Pada
responden 9 merasa terkejut dan malu, orang tua memberikan pengertian, namun
guru tidak. Pada responden 10 merasa terkejut dan malu, orang tua memotivasi
R10 bahwa hal itu wajar dan tidak perlu malu, sedangkan guru R10 tidak.
7 dari 10 responden mengaku bahwa guru di sekolahnya tidak pernah
melakukan bimbingan dan sharing kepada siswanya mengenai perubahan fisik
pada remaja dan memotivasi tingkat kepercayaan diri siswa.
BAB V
PENUTUP
11
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian dan hasil wawancara yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa 6 dari 10 (sebagian besar) remaja mengalami rasa cemas dan
tidak percaya diri saat pertama kali mengalami perkembangan fisik di usia sekolah
menengah (remaja awal). dari keenam remaja yang mengalami krisis kepercayaan
diri tersebut ada 4 responden mengaku guru tidak memberikan bimbingan tentang
perubahan fisik remaja dan tidak memotivasi tingkat kepercayaan diri mereka.
Dari data seluruh sampel total ada 7 responden mengaku gurunya tidak memberi
bimbingan mau pun motivasi pada masing-masing responden. Dari 10 sampel,
hanya ada dua responden (R2 dan R8) yang dimotivasi oleh guru sehingga dapat
mengatasi rasa tidak percaya diri, takut dan cemas dengan cepat. Adapun
responden 5 dan 10 dapat mengatasi perasaan tersebut karena motivasi dari orang
tua, bukan dari guru.
5.2. Saran
Sebagai orang tua kedua siswa saat di sekolah sebaiknya guru lebih
memperhatikan perkembangan pada diri siswa. Terutama saat siswa memasuki
masa remaja dimana terjadi perkembangan fisik serta psikis. Guru bidang studi
diharapkan mampu memberi bimbingan, pengarahan, dorongan, memotivasi siswa
di sela-sela jam pelajaran agar siswa tidak mengalami krisis perkembangan dan
tingkat kepercayaan diri. Dengan meningkatkan kepercayaan diri siswa maka
siswa akan berani tampil menunjukkan potensi yang dimilikinya sehingga
menghasilkan siswa yang unggul.
DAFTAR PUSTAKA
12
Syarif, K., Nasrun, Nurarjani, P. Sembiring, Nurmaniah, Rahmulyani. 2015.
Perkembangan Peserta Didik. Medan: UNIMED Press
Farida, Nur Ida. 2014. Upaya Meningkatkan kepercayaan Diri Siswa Remaja
Putri yang Mengalami Pubertas Awal Melalui Layanan Penguasaan Konten
dengan Teknik Role Playing di Kelas VII SMPN 13 Semarang Tahun Ajaran
2013/2014. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas negeri
Semarang
LAMPIRAN BIODATA
NAMA
: ELFI SYAFRIDA TAUFIK
13
NIM
: 4141141019
KELAS
: BIOLOGI DIK C 2014
TEMPAT/TGL LAHIR : RANTAUPRAPAT / 23
NOVEMBER 1995
ALAMAT
: PERUMNAS URUNG KOMPAS
NO. 267 RANTAUPRAPAT
NAMA
: NAZA MARIA BR RAMBE
NIM
: 4143141043
KELAS
: BIOLOGI DIK C 2014
TEMPAT/TGL LAHIR : 03 NOVEMBER 1997
ALAMAT
: JL. PERJUANGAN GG
LANGGAR
NAMA
: WINNY AYUWIRA ASHARY
NIM
: 4141141079
KELAS
: BIOLOGI DIK C 2014
TEMPAT/TGL LAHIR : MEDAN / 03 JULI 1996
ALAMAT
: JL. MAKMUR GG. ANGGREK 33
KAB DELI SERDANG
LAMPIRAN WAWANCARA
14
15
16
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
17