PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE DAN ECONOMIC PERFORMANCE

PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE DAN ECONOMIC PERFORMANCE

SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarat

Disusun Oleh: Sylviana Andhita Putri F0307087 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Motto:

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sesungguhnya (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Al- insyiroh: 6-8)

“beranilah bermimpi, karena Tuhan akan memeluk mimpi kita” (anonym)

Sebaik-baik orang adalah orang yang berguna untuk orang lain.

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga kepada penulis, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan agama ini dengan benar dan sempurna…………………….

Karya kecil ini, kupersembahkan untuk:

À Papa- mamaku tercinta dan tersayang À Mbak dan Masku tersayang À Tiga ponakanku tersayang À Kekasihku Ardy Prasetya À Sahabat-sahabatku tercinta

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul:

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE DAN ECONOMIC PERFORMANCE”.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana jenjang Strata 1 program Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang sangat besar artinya bagi penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas Segala Berkah dan Nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktu yang telah direncanakan.

2. Drs. Santosa T.H., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Nurmadi Harsa S., M.Si., Ak. Selaku pembimbing skripsi, atas semua kritik, saran dan perhatiannya yang sangat membantu penulis untuk mencapai hasil yang terbaik.

4. Christiyaningsih B, SE., M.Si., Ak. Selaku Pembimbing Akademik

5. Papa Mama, thank you so much, for your support, care, and love, every word that you said booster my spirit, I Love You .

6. Mbak sari dan Mas Doni atas semua support yang tiada hentinya, dan juga omelan yang tiada hentinya, gak lupa buat my little monsters Davin, Nathan, Doohan, yang selalu menjadi penghiburku, Tante sayang kalian.

7. Ardy Prasetya untuk semua perhatian, cinta, sayang, dan waktu yang selalu ada buat aku.

yang selalu diberikan.

9. Bu Dewi my best friend, terima kasih atas semua omelannya, dukungan, gak capek menjadi “tong sampah“ curhatku dan mewekku dan selalu sabar sama semua sifatku.

10. Tina, Diana makasih atas semua bantuannya selama ini, maaf kalau selalu diganggu dengan kerempongan saya.

11. Ratih yang kosnya selalu menjadi tempat transit dan menjadi “tong sampah“ curhat semenjak bu dewi hengkang dari solo dan makasih atas kerja samanya selama APG.

12. Teplok dan pak RT “Singgih“ atas hinaan yang memacu aku, support, dan kegilaan yang kalian lakukan yang sangat menghiburku.

13. Semua PPS 2011 khususnya buat mas Arif, Nares, Rizka, Saif, Anta, Inta makasih atas hinaan dan caci maki kalian yang mana malah mendorongku untuk cepet lulus,hehehhe, Putra Putri Solo 2011, Joss!!!

14. Semua pendukung Asean Paragames 2011, terutama untuk LO buat ilmu, pengalaman, dan kebersamaan selama 2 minggu yang hebat, and with the greatest spirit from the athletes .

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang memiliki ketertarikan dengan penelitian ini sangat penulis harapkan demi perbaikan berkelanjutan.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, Desember 2011

Sylviana Andhita Putri

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………….….. 20

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel……………………….... 20

C. Data dan Metode Pengumpulan Data…………………………………….……. 21

D. Variabel Penelitian………………………………………………................. ..... 22

1. Variabel Dependen…………………………………………………… 22

a. Economic Performance……………………………………………… 22

b. CSR Disclosure……………………………………………………… 23

2. Variabel Independen: Environmental Performance……………………… 23

3. Variabel Kontrol………………………………………………………… 24

4. Teknik Analisis Data……………………………………………………. 26

a. Uji Asumsi Klasik…………………………………………………… 26

b. Uji Hipotesis………………………………………………………… 31

BAB IV ANALISIS DATA

A. Deskripsi Obyek Penelitian…………………………………………………… 34

B. Statistik Deskriptif…………………………………………………………… 35

C. Uji Penyimpanagn Asumsi Klasik……………………………………………. 37

D. Pengujian Hipotesis…………………………………………………………… 43

E. Pembahasan…………………………………………………………………… 48

BAB V Kesimpulan dan Saran………………………………………………….. 50 DAFTAR PUSTAKA

Tabel

1. kriteria peringkat proper…………………………………………...

2. Statistik deskriptif…………………………………………………

3. Hasil uji normalitas……………………………………………….

4. Hasil uji multikolinearitas…………………………………………

5. Hasil uji heteroskedasitas………………………………………….

6. Hasil uji autokorelasi………………………………………………

7. Hasil uji hipotesis pertama………………………………………...

8. Hasil uji hipotesis kedua…………………………………………..

9. Data nama perusahaan……………………………………………..

10. Hasil uji koefisien determinasi…………………………………….

11. Hasil uji signifikasi f………………………………………………

12. Hasil uji signifikasi-t dan uji multikoliniearitas..........................

13. Hasil uji koefisien determinasi…………………………………….

14. Hasil uji signifikasi f………………………………………………

15. Hasil uji signifikasi-t dan uji multikoliniearitas...........................

16. Checklist Item Pengungkapan Informasi CSR.................................................

Gambar 1 Kerangka berpikir penelitian………………………………........... 17 2 Kriteria pengungkapan autokorelasi..........................................

42

PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE DAN ECONOMIC PERFORMANCE

SYLVIANA ANDHITA PUTRI F0307087

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui pengaruh environmental performance terhadap corporate social responsibility disclosure dan pengaruh

environmental performance terhadap economic performance. Populasi penelitian ini adalah 18 perusahaan yang terdaftar di program PROPER tahun 2006-2010 dan sekaligus terdaftar di IDX tahun 2006-2009. Penelitian menggunakan alat analisis data regresi berganda (multiple regression) dengan bantuan software SPSS versi 12.00. Sebanyak 2 hipotesis diuji dalam penelitian ini menggunakan analisis multiple regression.

Hasil penelitian ini menunjukkan bukti empiris bahwa variable environmental performance berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure . Namun demikian, environmental performance tidak berpengaruh terhadap economic performance. Penelitian ini menyimpulkan bahwa environmental performance memiliki pengaruh terhadap corporate responsibility disclosure.

Kata kunci: environmental performance, economic performance, corporate

THE AFFECT OF ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TO CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE AND ECONOMIC PERFORMANCE

SYLVIANA ANDHITA PUTRI F0307087

The aim of this research is to know about the affect of environmental

performance to corporate social responsibility disclosure and the affect of environmental performance to economic performance.

Population of this research are18 companies that have been listed at PROPER programe during 2006-2010 and have been listed at IDX during 2006- 2009. This research used a multiple regression analysis of data with the help of computer software for statistical 12.00 version of SPSS. 2 hyphothesess were examined by regression multiple analysis.

The results of this research showed empirical evidence that the environmental performance variable affect the corporate social responsibility disclosure . But, the environmental performance give no affect on the economic performance . This research concludes that environmental performance affect to corporate responsibility disclosure.

Keywords: environmental performance, economic performance, corporate social

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang luas dan kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki membuat investor tertarik untuk menanamkan investasinya maupun mendirikan usaha di Indonesia. Sampai saat ini yang masih menjadi topik perdebatan adalah apakah perusahaan-perusahaan tersebut memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar ditambah apakah produk yang mereka hasilkan memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan konsumen atau tidak dan bagaimana jaminan terhadap karyawan mereka. Isu mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perusahaan memang acap kali didengung-dengungkan. Terlebih lagi dengan banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia pada dasarwasa terakhir ini. Berbagai pihak banyak yang berpendapat bahwa bencana alam yang terjadi beberapa tahun terakhir ini akibat dari ulah manusia sendiri akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan tanpa ada upaya untuk memperbaiki atau memperbarui sumber daya alam itu dan ekositemnya. Perusahaan-perusahaan akhirnya menjadi sorotan masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai penyebab rusaknya ekositem dan sumber daya alam yang telah di eksploitasi. Hal itu ditambah lagi dengan masih tingginya kesenjangan sosial disekitar Indonesia adalah negara yang luas dan kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki membuat investor tertarik untuk menanamkan investasinya maupun mendirikan usaha di Indonesia. Sampai saat ini yang masih menjadi topik perdebatan adalah apakah perusahaan-perusahaan tersebut memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar ditambah apakah produk yang mereka hasilkan memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan konsumen atau tidak dan bagaimana jaminan terhadap karyawan mereka. Isu mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perusahaan memang acap kali didengung-dengungkan. Terlebih lagi dengan banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia pada dasarwasa terakhir ini. Berbagai pihak banyak yang berpendapat bahwa bencana alam yang terjadi beberapa tahun terakhir ini akibat dari ulah manusia sendiri akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan tanpa ada upaya untuk memperbaiki atau memperbarui sumber daya alam itu dan ekositemnya. Perusahaan-perusahaan akhirnya menjadi sorotan masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai penyebab rusaknya ekositem dan sumber daya alam yang telah di eksploitasi. Hal itu ditambah lagi dengan masih tingginya kesenjangan sosial disekitar

Penelitian tentang pengungkapan sosial dan lingkungan berkembang dengan cepat sejak tahun 1980-an. Secara umum penelitian tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu penelitian tentang item pengungkapan yang dipandang penting, alasan pengungkapan tersebut dan berbagai faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi luas/kuantitas/kualitas pengungkapan sosial dan lingkungan (Chariri, 2008). Sekarang ini sudah banyak perusahaan yang mengungkapkan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan mereka di dalam laporan keuangan, tetapi pengungkapan tersebut bukan menjadi sebuah kewajiban melainkan kebijakan yang ditetapkan bagi masing-masing perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab social juga tidak hanya diungkapkan melalui laporan keuangan saja banyak perusahaan di dalam webnya menceritakan penghargaan yang diterima mengenai tanggung jawab lingkungan mereka seperti ISO dan Top Brand yang merupakan penghargaan atas kepercayaan konsumen atas produk mereka atau kegiatan social yang mereka lakukan.

Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik

Regulasi pemerintah juga memiliki pengaruh terhadap tanggungjawab sosial perusahaan. Maka, pemerintah membuat berbagai peraturan antara lain Undang-undang No. 4 Tahun 1982, Undang-undang No. 27 Tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan, Undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. Perhatian pemerintah terhadap CSR juga tertuang dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU Nomor 40 Tahun 2007) Bab V Pasal 74. Walaupun hanya mewajibkan pelaksanaan aktivitas CSR untuk perusahaan di bidang pertambangan, Undang-Undang tersebut

menimbulkan kontrovesi dikarenakan kebijakan mewajibkan aktivitas CSR bukan merupakan kebijakan umum yang dilakukan di negara-negara lain. Kontrovesi juga timbul dari adanya kekhawatiran munculnya peraturan pelaksanaan yang memberatkan para pengusaha serta beban perusahaan karena selain membayar pajak mereka juga harus melakukan tanggung jawab sosial. Tapi apabila masalah tanggungjawab sosial ini tidak dicantumkan dalam laporan keuangan, maka hal ini akan memberikan pengaruh tersendiri bagi perusahaan dimata pemerintah, masyarakat, organisasi lingkungan, media masa khususnya pada menimbulkan kontrovesi dikarenakan kebijakan mewajibkan aktivitas CSR bukan merupakan kebijakan umum yang dilakukan di negara-negara lain. Kontrovesi juga timbul dari adanya kekhawatiran munculnya peraturan pelaksanaan yang memberatkan para pengusaha serta beban perusahaan karena selain membayar pajak mereka juga harus melakukan tanggung jawab sosial. Tapi apabila masalah tanggungjawab sosial ini tidak dicantumkan dalam laporan keuangan, maka hal ini akan memberikan pengaruh tersendiri bagi perusahaan dimata pemerintah, masyarakat, organisasi lingkungan, media masa khususnya pada

Penelitian ini mengukur environmental performance dalam pengaruhnya terhadap financial performance dan CSR disclosure perusahaan dengan sampel industri-industri manufaktur, pertambangan umum, dan migas dimana untuk industri pertambangan umum, dan migas aspek akuntansi lingkungannya telah diatur dalam PSAK. Peneliti tertarik melakukan penelitian ini karena penelitian empiris terdahulu mengenai hubungan antara environmental performance, economic performance, dan environmental disclosure menampakkan hasil yang bervariasi. Ingram dan Frezier (1980) (dalam Ignatius Bondan Suratno, Darsono, Siti Mutmainah (2006:2)) menemukan tidak adanya hubungan yang signifikan dalam pengujian

hubungan antara environmental disclosure dengan environmental performance . Pattern (2002) menemukan hubungan yang negatif antara environmental disclosure dalam annual report dengan environmental performance . Al-Tuwaijri, et al. (2004) menemukan adanya hubungan positif signifikan antara economic performance dengan environmental performance demikian juga antara environmental disclosure dengan environmental performance . AL-Tuwaijri, et al. (2004) dan Ignatius Bondan Suratno, Darsono, Siti Mutmainah (2006:2) merupakan peneliti yang memasukkan konsep economic performance sebagai variabel endogenous dalam model penelitian yang digunakan bersama dengan dua variabel endogenous lainnya.

pertama , adanya penambahan variabel kontrol yaitu komposisi dewan komisaris dan sensitivitas industri, variabel-variabel tersebut merupakan variabel-variabel yang dipergunakan pada penelitian Bramer S dan S Pavelin (2006). Kedua, sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahun 2006 sampai 2009.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh environmental performance terhadap CSR disclosure pada industri manufaktur, pertambangan umum, dan migas yang terdaftar di BEI?

2. Apakah terdapat pengaruh environmental performance terhadap financial performance pada industri manufaktur, industri pertambangan umum, dan migas yang terdaftar di BEI?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh environmental performance terhadap CSR disclosure pada industri manufaktur, pertambangan umum, dan migas yang terdaftar di BEI.

2. Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh environmental performance terhadap financial performance pada industri manufaktur, pertambangan umum, dan migas yang terdaftar di BEI.

D. Manfaat Penelitian

1. Implikasi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Implikasi Praktis

a. Bagi manajemen perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sebuah referensi bagi pihak manajemen perusahaan-perusahaan yang terdapat di Indonesia mengenai seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari hasil kinerja keuangan perusahaan mereka sehubungan dengan perkembangan dalam kegiatan tanggung jawab sosial yang telah mereka lakukan selama ini.

b. Bagi investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para investor sebagai pertimbangan dalam memperkirakan risiko manajemen jangka panjang dalam pertimbangan keputusan menginvestasikan modalnya pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, karena investor dapat melihat laporan tanggung jawab sosial.

TELAAH PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Corporate Social Responsibility (CSR)

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang (wikipedia). Akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya. Tanggung jawab sosial adalah bagaimana cara perusahaan mengelola proses bisnisnya untuk menghasilkan segala hal yang positif yang berpengaruh terhadap lingkungannya. Corporate social responsibility (CSR) atau kadang disebut juga corporate social responsiveness adalah

tidak ada satu definisi yang disepakati apakah oleh para peneliti di perguruan tinggi maupun praktisi bisnis.Salah satu yang banyak diacu oleh para pebisnis adalah definisinya Kotler dan Lee (2005) (dalam Ahmad Nurkhin (2009)) yaitu: “Tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui pilihan praktek bisnis dan sumbangan dari sumber daya perusahaan.” Kotler dan Lee (2005) (dalam Ahmad Nurkhin (2009))mengajukan enam pilihan melaksanakan inisiatif sosial perusahaan atau inisiatif menjalankan program CSR yang semuanya terkait dan terfokus pada perusahaan bukan pada masyarakat. Mengapa perusahaan melaksanaan program CSR tetap bermotivasi untuk memenuhi peraturan (karena pemerintah mengharuskan), menaikkan penjualan dan meluaskan pangsa pasar, menguatkan posisi merk, meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan, meningkatkan daya tarik (terutama karyawan atau calon karyawan), menurunkan biaya operasional, menarik bagi investor. Lima dari enam usulan kegiatan CSR Kotler dan Lee juga tidak terlalu jauh dari mencari manfaat bagi perusahaan bukan masyarakat yaitu (1) Alasan promosi; (2) Alasan berhubungan dengan pemasaran; (3) Corporate social marketing ; (4) Filantropi atau sumbangan langsung; (5) Menyediakan waktu karyawan untuk kerja sosial; dan (6) Praktek tanggung jawab sosial perusahaan. Definisi yang lebih formal dari hasil dialog dengan pebisnis dan bukan pebisnis yang diadakan oleh WBCSD

berperilaku etis dan berkontribusi pada pengembangan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya, termasuk juga masyarakat lokal dan masyarakat umum. Ebert (2003) (dalam Hardhina Rosmasita (2007)) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. CSR adalah bagaimana memerlakukan stakeholder secara etis. Stakeholder bisa dibagi menjadi direct stakeholder dan indirect stakeholder. Direct stakeholder atau para pihak langsung adalah grup yang terlibat langsung dalam transaksi ekonomi dengan perusahaan itu. Mereka misalnya karyawan, pelanggan, pemberi kredit, dan pemasok. Model dan konsep CSR berdasarkan sub-kategori ini memerlakukan grup ini melebihi aspek legal, pasar, dan membutuhkan pandangan etis. Indirect stakeholder atau para pihak tidak langsung terdiri dari grup yang tidak memiliki hubungan langsung dengan perusahaan, tetapi meskipun demikian, tetap memberikan dampak pada perusahaan atau terkena dampak dari perusahaan. Mereka adalah berbagai tingkatan pemerintah, kelompok pembela lingkungan, komunitas sekitar perusahaan. Konsep CSR berdasarkan sub-kategori ini secara eksplisit perusahaan memiliki tanggung jawab pada stakeholder tidak langsung ini.

yaitu dari sudut etika dan manajemen atau strategi bisnis. Dari sudut etika, pertama CSR bisa dilihat murni hanya berdasarkan etis, yaitu perusahaan tidak mengharapkan mendapatkan sesuatu dari program CSR-nya. Program CSR-nya murni sebagai tanggung jawab. Kedua, perusahaan akan mendapatkan manfaat balik dari program CSR-nya. Manfaat balik ini bisa tangible atau intangible. Ketiga, program CSR sangat terkait dengan investasi yang baik. Ketika perusahaan bertanggung jawab, pasar (modal) akan bereaksi positif. Keempat, program CSR perusahaan bertujuan menghindari pengaruh politik eksternal atau dengan kata lain perusahaan menjalankan tanggung jawab sosialnya untuk menghindari tuntutan pemerintah (Wan-Jan, 2006). Bank Dunia mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, untuk bekerja bersama karyawan, keluarga mereka, masyarakat lokal dan masyarakat keseluruhan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka menjadi lebih baik, sedemikian rupa sehingga baik untuk bisnis dan baik untuk pembangunan. Definisi lebih luas dari CSR, seperti direkomendasikan Bank Dunia, termasuk prinsip-prinsip berikut ini: (1) CSR sifatnya sukarela; (2) CSR melebihi peraturan-peraturan yang ada; (3) CSR adalah mengenai persoalan sosial dan lingkungan di dalam praktek utama bisnis, seperti pengelolaan lingkungan, standar buruh, hubungan dengan konsumen yang adil dan lainnya; (4) CSR bukanlah yaitu dari sudut etika dan manajemen atau strategi bisnis. Dari sudut etika, pertama CSR bisa dilihat murni hanya berdasarkan etis, yaitu perusahaan tidak mengharapkan mendapatkan sesuatu dari program CSR-nya. Program CSR-nya murni sebagai tanggung jawab. Kedua, perusahaan akan mendapatkan manfaat balik dari program CSR-nya. Manfaat balik ini bisa tangible atau intangible. Ketiga, program CSR sangat terkait dengan investasi yang baik. Ketika perusahaan bertanggung jawab, pasar (modal) akan bereaksi positif. Keempat, program CSR perusahaan bertujuan menghindari pengaruh politik eksternal atau dengan kata lain perusahaan menjalankan tanggung jawab sosialnya untuk menghindari tuntutan pemerintah (Wan-Jan, 2006). Bank Dunia mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang berkelanjutan, untuk bekerja bersama karyawan, keluarga mereka, masyarakat lokal dan masyarakat keseluruhan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka menjadi lebih baik, sedemikian rupa sehingga baik untuk bisnis dan baik untuk pembangunan. Definisi lebih luas dari CSR, seperti direkomendasikan Bank Dunia, termasuk prinsip-prinsip berikut ini: (1) CSR sifatnya sukarela; (2) CSR melebihi peraturan-peraturan yang ada; (3) CSR adalah mengenai persoalan sosial dan lingkungan di dalam praktek utama bisnis, seperti pengelolaan lingkungan, standar buruh, hubungan dengan konsumen yang adil dan lainnya; (4) CSR bukanlah

2. Environmental Performance (Kinerja Lingkungan)

Pengukuran kinerja lingkungan adalah bagian penting dari sistem manajemen lingkungan. Ini merupakan ukuran hasil dan sumbangan yang dapat diberikan sistem manajemen lingkungan pada perusahaan secara riil dan kongkrit. Pengukuran kinerja lingkungan ditafsirkan bermacam cara. Antara lain yang melihatnya semata kuantitatif, atau hasil proses, atau juga menyertakan kualitatif dan inprocess. Kinerja lingkungan adalah hasil dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target lingkungan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan yaitu berupa suatu program yang disebut Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Selanjutnya PROPER juga merupakan perwujudan transparansi dan demokratisasi dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Penerapan instrumen ini merupakan upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk menerapkan sebagian dari prinsip-prinsip good governance (transparansi, berkeadilan, akuntabel, dan

PROPER bertujuan untuk :

a. Meningkatkan penaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan.

b. Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian

lingkungan

c. Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan

d. Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha untuk menaati peraturan

perundang-undangan di bidang lingkungan hidup

e. Mendorong penerapan prinsip Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery (4R) dalam pengelolaan limbah

Sedangkan Sasaran dari pelaksanaan PROPER adalah :

a. Menciptakan lingkungan hidup yang baik

b. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan

c. Menciptakan ketahanan sumber daya alam

d. Mewujudkan iklim dunia usaha yang kondusif dan ramah lingkungan yang mengedepankan prinsip produksi bersih atau eco-efficiency.

Kinerja ketaatan yang dinilai dalam PROPER mencakup: ketaatan terhadap pengendalian pencemaran air, udara, pengelolaan limbah B3, dan penerapan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Sedangkan penilaian untuk aspek upaya lebih dari taat, meliputi penerapan sistem manajemen lingkungan, pemanfaatan limbah dan konservasi sumber daya, dan pelaksanaan kegiatan pengembangan masyarakat

(Corporate Social Responsibility). Secara umum pemilihan perusahaan peserta PROPER mengacu kepada kriteria sebagai berikut :

b. Perusahaan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan.

c. Perusahaan yang mempunyai dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan yang besar.

d. Perusahaan publik yang terdaftar di pasar modal dalam dan luar negeri.

e. Perusahaan yang berorientasi ekspor. Jumlah peserta PROPER dari tahun ke tahun akan semakin ditingkatkan. Pada tahun 2002-2003 peserta PROPER baru berjumlah 85 perusahaan, pada 2003-2004 meningkat menjadi 251 perusahaan, dan pada tahun 2004- 2005 mencapai 466 perusahaan. Dalam tahun 2008-2009 jumlah peserta PROPER diharapkan mencapai 627 perusahaan dan 2010-2011 sebesar 750 perusahaan. Sedangkan untuk sistem peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna yakni :

1. Emas : Sangat sangat baik;

skor = 5

2. Hijau : Sangat baik;

skor = 4

3. Biru : Baik;

skor = 3

4. Merah : Buruk;

skor = 2

5. Hitam : Sangat buruk;

skor = 1 skor = 1

Tabel 1 Kriteria Peringkat PROPER

Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dan telah melakukan upaya 3R (Reuse, Recycle dan Recovery), menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan serta melakukan upaya-upaya yang berguna bagi kepentingan masyarakat pada jangka panjang.

Hijau

Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, telah mempunyai system pengelolaan lingkungan, mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat, termasuk melakukan upaya 3R (Reuse, Recycle dan Recovery).

Biru

Telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Merah

Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan Melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan

Hitam

Belum melakukan upaya lingkungan berarti, secara sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana yang dipersyaratkan, serta berpotensi mencemari lingkungan.

Sumber: laporan PROPER 2006-2007

3. CSR Disclosure

CSR Disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial memiliki pengaruh penting dalam kaitannya dengan peningkatan pengaruh CSR pada reputasi perusahaan. Hal ini berkaitan apabila reputasi perusahaan baik maka akan berpengaruh perbaikan hubungan pelaku eksternal seperti pelanggan, investor, bankir, pemasok, dan pesaing. Pengungkapan atau disclosure dapat diartikan sebagai pemberian informasi bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi tersebut (Chariri dan Ghozali, 2007). Tiga kriteria pengungkapan yang digunakan adalah cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full). Pengungkapan yang cukup adalah cakupan pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar informasi tidak menyesatkan. Pengungkapan wajar adalah tujuan etis dalam memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum terhadap semua pemakai informasi.

(Sudaryanto, 2011). Sembiring (2005), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam tujuh kategori yakni: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain - lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia maka dilakukan penyesuaian (Sembiring, 2005) hingga tersisa 78 item pengungkapan. Tujuh puluh delapan item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda. Total item CSR berkisar antara 63 sampai 78, tergantung dari jenis industri perusahaan.

4. Economic Performance

Economic performance adalah kinerja perusahaan-perusahaan secara relative dalam suatu industri yang sama yang ditandai dengan return tahunan industri yang bersangkutan. Banyak faktor yang dapat menpengaruhi pertanggungjawaban sosial, seperti size perusahaan, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, maupun profile yang dianggap sebagai variabel penduga dalam pengungkapan pertanggungjawaban sosial (Bramantya Adhi, 2010).

B. Kerangka Berpikir

Gambar. 1 Kerangka berpikir

C. Hipotesis

1. Hubungan Enviromental Performance dengan CSR disclosure

Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure oleh Gray dkk (2001) didefinisikan sebagai suatu proses penyediaan informasi yang dirancang untuk mengemukakan masalah seputar social accountability, yang mana secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjawabkan dalam media seperti laporan tahunan maupun bentuk iklan-iklan yang berorientasi sosial. Menurut Verrechia (1983, dalam Suratno dkk., 2006) dengan discretionary disclosure teorinya mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa dengan mengungkapkan performance mereka berarti

Enviromental performance

Economic performance

CSR disclosure

mengungkapkan informasi kuantitas dan mutu lingkungan yang lebih dibandingkan perusahaan dengan environmental performance yang lebih buruk. Dengan adanya tindakan proaktif perusahaan dalam pengelolaan lingkungan serta adanya kinerja yang tinggi, manajemen perusahaan diharapkan akan terdorong untuk mengungkapkan tindakan manajemen lingkungan tersebut dalam annual report (Berry dan Rondinelle, 1998 dalam Ja’far dan Arifah, 2006). Penelitian dari Al-Tuwaijri, et al. (2004) yang menemukan hubungan positif signifikan antara environmental disclosure dengan environmental performance menunjukkan hasil yang konsisten dengan teori tersebut. Semakin besar peran dari perusahaan dalam kegiatan lingkungan hidup, maka semakin besar pula pengungkapan lingkungan yang diungkapkan di dalam laporan keuangan. Dengan meningkatkan kinerja lingkungannya, maka akan menjadi good news tersendiri bagi perusahaan. Dengan kinerja perusahaan terhadap lingkungan yang baik yang kemudian juga diungkapkan didalam laporan tahunan akan semakin menarik para investor. Perusahaan mempertimbangkan harapan dari berbagai konstituen sosial mereka perilaku untuk mencapai legitimasi sosial. Legitimasi adalah penghakiman sosial kelayakan, penerimaan, dan keinginan (Zimmerman dan Zeitz, 2002). Pentingnya legitimasi sosial datang dari asumsi teoritis bahwa perusahaan tertanam dalam lingkungan sosial di mana mereka beroperasi, dan bahwa kinerja dan harapan mereka dipengaruhi oleh mengungkapkan informasi kuantitas dan mutu lingkungan yang lebih dibandingkan perusahaan dengan environmental performance yang lebih buruk. Dengan adanya tindakan proaktif perusahaan dalam pengelolaan lingkungan serta adanya kinerja yang tinggi, manajemen perusahaan diharapkan akan terdorong untuk mengungkapkan tindakan manajemen lingkungan tersebut dalam annual report (Berry dan Rondinelle, 1998 dalam Ja’far dan Arifah, 2006). Penelitian dari Al-Tuwaijri, et al. (2004) yang menemukan hubungan positif signifikan antara environmental disclosure dengan environmental performance menunjukkan hasil yang konsisten dengan teori tersebut. Semakin besar peran dari perusahaan dalam kegiatan lingkungan hidup, maka semakin besar pula pengungkapan lingkungan yang diungkapkan di dalam laporan keuangan. Dengan meningkatkan kinerja lingkungannya, maka akan menjadi good news tersendiri bagi perusahaan. Dengan kinerja perusahaan terhadap lingkungan yang baik yang kemudian juga diungkapkan didalam laporan tahunan akan semakin menarik para investor. Perusahaan mempertimbangkan harapan dari berbagai konstituen sosial mereka perilaku untuk mencapai legitimasi sosial. Legitimasi adalah penghakiman sosial kelayakan, penerimaan, dan keinginan (Zimmerman dan Zeitz, 2002). Pentingnya legitimasi sosial datang dari asumsi teoritis bahwa perusahaan tertanam dalam lingkungan sosial di mana mereka beroperasi, dan bahwa kinerja dan harapan mereka dipengaruhi oleh

CSR disclosure dapat dihipotesiskan sebagai berikut.

H 1 : Enviromental performance memiliki pengaruh signifikan

terhadap CSR disclosure

2. Hubungan Enviromental performance dengan Economic Performance Al Tuwaijri (2003) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara enviromental performance dengan economic performance. Hal ini memberikan penjelasan bahwa enviromental performance perusahaan memberikan akibat pada economic performance perusahaan yang tercermin pada tingkat return tahunan perusahaan yang dibandingkan dengan return industri. Hipotesis pertama penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

H 2 : Enviromental performance memiliki pengaruh signifikan terhadap Economic Performance.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji tiga buah hipotesis yaitu hubungan antara environmental performance dengan financial performance ; environmental performance dengan CSR disclosure sehingga penelitian ini termasuk penelitian kausal yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan berupa hubungan pengaruh antar variable (Sularso, 2003:30). Penelitian ini bersifat cross sectional, karena penelitian ini hanya mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu saat tertentu, yaitu pada tahun 2006– 2009.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan kelompok, peristiwa atau suatu ketertarikan yang ingin diselidiki oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri manufaktur dan non manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggunaan perusahaan yang tercatat di BEI sebagai populasi karena perusahaan tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada pihak luar perusahaan, sehingga memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh dalam penelitian ini. Sedangkan sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian (Sekaran, 2000). Sampel

dan kehutanan go-pubic yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) pada tahun 2006-2010. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yang berarti sampel ditarik sejumlah tertentu dari populasi dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini sampel yang diambil harus memenuhi karakteristik yang disyaratkan. Secara umum, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Industri sampel adalah industri yang bergerak dibidang manufaktur, pertambangan umum, migas dan kehutanan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menerbitkan laporan keuangan (annual report) pada tahun 2006-2009

2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah industri yang bergerak dibidang manufaktur, pertambangan umum, migas dan kehutanan yang telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006-2010.

Alasan diambilnya keempat jenis industri tersebut sebagai sampel adalah industri tersebut juga memiliki tingkat resiko lingkungan yang tinggi karena bahan baku untuk proses produksi diambil langsung dari alam.

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Secara umum data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara Secara umum data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara

Metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk dianalisis dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan adalah data sekunder dalam bentuk laporan keuangan perusahaan yang dijadikan subjek penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel dependen: Economic Performance dan CSR Disclosure

a.

Menurut Al-Tuwaijri, et al. (2004) dalam Ignatius Bondan Suratno, Darsono, Siti Mutmainah (2006) economic performance dinyatakan dalam skala hitung:

( P 1 – P 0 ) + Div - Me RI P 0

Keterangan :

P 1 = harga saham akhir tahun

Me RI = median return industry

b. CSR Disclosure

Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa dan Cooke dalam Bramer S Pavelin, 2006). Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut: (Haniffa dan Cooke dalam Bramer S Pavelin, 2006)

Keterangan: CSRIj

: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j

nj

: jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78

Xij : dummy variable, 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item

i tidak diungkapkan

Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1.

2. Variabel Independen: Environmental Performance

Environmental Performance menurut Ignatius Bondan Suratno, Darsono, Siti Muthmainah (2006) adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan Environmental Performance menurut Ignatius Bondan Suratno, Darsono, Siti Muthmainah (2006) adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol yang ditetapkan dalam penelitian ini diukur seperti pada uraian di bawah:

a. Growth Opportunities, diukur dengan rasio pasar saham terhadap nilai buku modal saham sebagai proksi untuk peluang pertumbuhan masa depan.

Growth Opportunities = Nilai Pasar Ekuitas x 100%

Nilai Buku Ekuitas

b. Environmental Concern, diukur dari partisipasi perusahaan mengikuti program sertifikasi ISO seri 14000. Informasi mengenai keikutsertaan perusahaan di Indonesia yang mengikuti PROPER dapat diperoleh dari database Kementrian Lingkungan Hidup dan sumber lainnya. Environmental Concern diukur dengan menggunakan Environmental Concern scoring , apabila perusahaan berpartisipasi dalam mengikuti serifikasi ISO seri 14000 maka diberi skor 1, jika tidak maka akan diberi skor 0.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya Haniffa dan Cooke dalam Bramer S Pavelin, 2006 maka penelitian ini menggunakan proxy natural logaritma dari total aset untuk mengukur size perusahaan.

d. Leverage Diukur dengan menggunakan total kewajiban dibagi dengan total aset.

Aset Total

Total Utang Leverage =

e. Komposisi Dewan Tata kelola perusahaan harus dianggap memiliki pengaruh terhadap pengungkapan, dikarenakan dewan direksi yang mengatur pengungkapan informasi dalam laporan tahunan dan karena itu pengungkapan merupakan fungsi dari konstitusi dewan (Haniffa dan Cooke dalam Bramer S pavelin, 2006).

f. Sensitivitas Industri

Dalam studi ini, sensitivitas industri diukur melalui apakah suatu Dalam studi ini, sensitivitas industri diukur melalui apakah suatu

4. Teknik Analisis Data

Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan berbagai pengujian statistik. Analisis data tidak hanya digunakan untuk menguji hipotesis tetapi juga untuk pengujian statistik lainnya.

1. Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan perumusan masalah yang dibahas sebelumnya, maka untuk mencapai tujuan penelitian, analisa data dilakukan melalui model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah ada hubungan antara variabel independen terhadap variabel- vareabel dependen. Analisis regresi dapat digunakan terutama untuk tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut terdapat dua buah variabel dependen dan satu variabel independen. Dalam regresi linier berganda terdapat beberapa uji yang perlu diperhatikan sehingga Berdasarkan perumusan masalah yang dibahas sebelumnya, maka untuk mencapai tujuan penelitian, analisa data dilakukan melalui model regresi linier berganda. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah ada hubungan antara variabel independen terhadap variabel- vareabel dependen. Analisis regresi dapat digunakan terutama untuk tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut terdapat dua buah variabel dependen dan satu variabel independen. Dalam regresi linier berganda terdapat beberapa uji yang perlu diperhatikan sehingga

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah penelitian berasal dari populasi yang didistribusikan secara normal atau tidak. Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang kontinyu. Kurva yang menggambarkan distribusi normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris/berbentuk bel (lonceng). Bentuk ini menunjukkan bahwa frkuensi dalam suatu distribusi normal terpusat pada bagian pusat dari distribusi normal dan nilai-nilai diatas dan dibawah rata-rata adalah sama dengan distribusinya. Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai dua sampel yang diamati terdistribusi secara normal. Kriteria pengujian dengan pengujian dua arah (two- tailed test ) yaitu dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi 5%. Data dikatakan

berdistribusi normal jika nilai signifikansi (Sig hitung ) > 0,05

(Ghozali, 2001).

b. Uji Heterokedastisitas

Menurut Ernawati, dkk, (2005) dalam Anggraini (2006), kebanyakan

cross-sectional

study

mengandung situasi

besar). Situasi heterokedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien karena hasil taksiran dapat menjadi kurang dari yang semestinya. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan satu ke pengamatan lainnya tetap, maka tidak terjadi heterokedastisitas, atau terjadi homokedastisitas (Ghozali, 2001). Metode yang digunakan untuk menguji heterokedastisitas adalah dengan membuat grafik plot. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar

kemudian

menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka

0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2001). Metode yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah metode Glejser. Ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat dari signifikabsi b >0,05 maka tidak

terjadi heteroskedastisitas.

situasi adanya korelasi variabel-variabel independen diantara satu dan yang lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel independen yang bersifat ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi di antara semuanya sama dengan nol. Jika terdapat korelasi yang sempurna di antara sesama variabel independen sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel independen sama dengan satu, maka konsekuensinya adalah sebagai berikut :

a) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat diperkirakan.

b) Nilai standar eror setiap koefisien regresi menjadi tidak