PENGARUH KONSUMSI MINUMAN JERUK KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN pH SALIVA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

  PENGARUH KONSUMSI MINUMAN JERUK KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN pH SALIVA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Nur Nubli Julian Parade G0008034 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user

  

ABSTRAK

Nur Nubli Julian Parade, G0008034, 2011. Pengaruh Konsumsi Minuman Jeruk

  Kemasan terhadap Perubahan pH Saliva. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

  

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi

minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Pre-Post Test Only. Sampel yang

digunakan adalah 40 siswa SMA Negeri 1 Gresik yang berumur 14-17 tahun.

  Sampel tersebut didapat secara simple random sampling, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang masing-masing berjumlah 20 sampel. Kelompok kontrol diberi minum air putih dan kelompok perlakuan diberi minuman jeruk kemasan. Masing-masing kelompok diukur pH salivanya setelah menit ke-2, menit ke-6, dan menit ke-10. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Mann-Whitney, menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

  

Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pemberian

  minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH saliva. Hasil kelompok perlakuan tampak signifikan pada menit ke-2 ( 6,47 ± 0,46 dan p = 0,000), menit ke-6 ( 6,18 ± 0,30 dan p = 0,005) dan menit ke-10 ( 6,66 ± 0,27 ). Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil yang tidak signifikan, pada menit ke-2 ( 7,01 ± 0,13 dan p = 0,823 ), menit ke-6 ( 7,03 ± 0,14 dan p = 0,578) dan menit ke-10 ( 7,06 ± 0,11 dan p = 0,338). Secara keseluruhan perbedaan nilai pH saliva lebih signifikan pada kelompok minuman jeruk kemasan.

  

Simpulan Penelitian: Terdapat pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan

  terhadap perubahan pH Saliva. Minuman jeruk kemasan memberikan pengaruh yang bermakna dalam menurunkan pH Saliva.

  Kata kunci : minuman jeruk kemasan, pH Saliva

commit to user

  iv

  

DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................................

  1 B. Perumusan Masalah ...........................................................................

  2 C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

  3 D. Manfaat Penelitian .............................................................................

  3 BAB II. LANDASAN TEORI .............................................................................

  4 A. Tinjauan Pustaka ................................................................................

  4 1. Saliva ...............................................................................................

  4 2. Minuman Jeruk Kemasan ................................................................

  8

  3. Karbohidrat dan pH Saliva.............................................................. 9

  4. Pengukuran pH Saliva...................................................................... 10

  B. Kerangka Pemikiran............................................................................. 12

  C. Hipotesis ............................................................................................ .. 13

  BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................ 14 A. Jenis Penelitian................................................................................. 14 B. Lokasi Penelitian.............................................................................. 14

commit to user

vii

  C. Subjek Penelitian........................................................................... 15

  D. Teknik Sampling .......................................................................... 15

  E. Rancangan Penelitian .................................................................... 17

  F. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 18

  G. Skala Varibel ................................................................................. 18

  H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 19

  I. Instrumen Penelitian ..................................................................... 22 J. Cara Kerja .................................................................................... 23 K. Teknik Analisis Data ..................................................................... 23

  BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 24 A. Karakteristik Sampel ........................................................................ 24 B. Analisis Statistika ............................................................................. 26 BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 30 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 33 A. Simpulan .......................................................................................... 33 B. Saran................................................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34 LAMPIRAN

commit to user

viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di

  masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001 menyatakan bahwa penyakit gigi menduduki urutan pertama dari 60 % jumlah penduduk (Depkes RI, 2007). Penyakit gigi dan mulut yang sering dialami oleh anak usia sekolah dan sebagian orang dewasa adalah karies dan periodontitis (WHO, 2005). Karies adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme, ditandai oleh adanya demineralisasi mineral email dan dentin, diikuti oleh kerusakan bahan-bahan organik (Kidd, 2005). Karies disebabkan berbagai faktor, di antaranya adalah : karbohidrat, mikroorganisme dan waktu terpapar. (Soesilo et al., 2005) .

  Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa konsumsi jus buah dengan pH rendah dapat menyebabkan penurunan pH Saliva di bawah nilai kritis pH dan jika tetap ada selama beberapa menit akan berpotensi terhadap kerusakan gigi (Preethi et al., 2010). Touyz (1994) dan Bamise et al., (2007) menyimpulkan bahwa jus buah Kanada memiliki pH di bawah nilai kritis, sehingga dapat melarutkan email gigi. Dalam studi In vitro telah dibuktikan juga bahwa minuman yang lembut dengan pH rendah dapat menyebabkan erosi gigi dan penurunan pH Saliva dapat meningkatkan risiko erosi gigi.

  

commit to user

  2 Pada saat ini anak usia remaja banyak mengkonsumsi berbagai macam jenis minuman yang ada dipasaran. Akan tetapi, informasi mengenai dampak mengkonsumsi minuman tersebut terhadap kesehatan rongga mulut masih sangat sedikit (Andam, 2008). Menurut beberapa pengamatan, mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu dapat mempengaruhi pH Saliva yang berakibat mengganggu kesehatan gigi dan mulut. Mengkonsumsi minuman yang mengandung asam seperti minuman jeruk kemasan juga dapat mengakibatkan proses demineralisasi gigi karena terjadi kelarutan email gigi dalam saliva (Ilyas dan Yusri, 2007 ; Preethi et al., 2010).

  Selain memiliki pH yang rendah, minuman jeruk kemasan juga memiliki kandungan yang lain di antaranya : glukosa, fruktosa, sukrosa, dan kandungan gula lainnya. Bakteri dalam mulut dapat memfermentasikan karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa) dan menghasilkan asam yang dapat merusak email gigi, karena minuman yang manis sering meningkatkan risiko karies gigi.

  Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka perlu diteliti apakah ada pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva.

B. Perumusan Masalah

  Apakah ada pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva?

  

commit to user

  3 C.

   Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

  2. Manfaat Aplikatif

  a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih makanan atau minuman yang akan dikonsumsi.

  b. Memberi masukan tentang manfaat dan efek samping konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

  c. Memberi masukan tentang pencegahan dari pengaruh buruk konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

  

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Saliva Saliva adalah cairan dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar

  saliva besar (mayor) di antaranya : glandula parotis, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, bersama dengan cairan sekresi kelenjar saliva kecil (minor) yang terdapat di sekitarnya (Kahn et al., 2010). Cairan tersebut disebarkan dari peredaran darah melalui celah di antara permukaan gigi dan gusi, yaitu sulkus ginggivalis. Jumlah dan susunannya sangat menentukan bagi kesehatan mulut.

  Kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya ke dalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak di bagian bawah telinga di belakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak di bagian bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak di bawah lidah (Martini, 2005) . Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial, kelenjar bukkal, kelenjar lingual, kelenjar Von Ebner dan kelenjar Weber (Myers dan Ferris, 2007).

  Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari aurikel telinga di mana posisinya antara kulit dan otot maseter.

  Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa

  

commit to user

  5 pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Saluran keluar utama disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu (Fritsch dan Kuehnel, 2007).

  Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, di belakang gigi seri bawah ( Fritsch dan Kuehnel, 2007).

  Kelenjar sublingual merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor. Kelenjar ini terletak di lapisan submukosa, di atas otot mylohyoid dan di sebelah lateral dari oto genioglossus. Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Aliran dari sublingualis memasuki rongga mulut melalui sejumlah muara yang terdapat sepanjang plica sublingualis, yaitu suatu lingir mukosa anteroposterior di dasar mulut yang menunjukkan alur dari ductus submandibularis, atau melalui ductus utama (yaitu ductus Bartholin) yang berhubungan dengan ductus submandibularis (Mafee et al., 2005 ; Pramanik, 2007a)

  Kelenjar Saliva minor merupakan kelenjar mukosa, serosa atau campuran, yang melapisi seluruh rongga mulut dan jumlahnya sekitar 600- 1000. Kelenjar ini memiliki saluran sendiri yang bermuara langsung ke dalam rongga mulut. Kelenjar ini terkonsentrasi di daerah bukal, bibir, langit-langit dan lingual. Kelenjar Saliva juga dapat ditemukan di bagian atas dari tonsil (kelenjar weber), pilar tonsil dan dasar lidah (Newlands et al., 2006).

  Komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun

  commit to user

  6 demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum, karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99 % (Pramanik, 2007b). Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat, sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, lisozim, kalikrein dan musin (Pramanik, 2007a ; Vasudan dan Sreekumari, 2007). Susunan saliva dapat berubah dilihat dari segi derajat keasaman (pH), elektrolit, dan protein yang ditentukan oleh antara lain : waktu siang dan malam, sifat dan kekuatan rangsang, keadaan psikis, diet, kadar hormon, gerak badan, dan obat-obatan (Amerongen, 1991).

  Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga mulut. Secara umum saliva berperan dalam proses perlindungan pada permukaan mulut, pengeluaran virus dan produk metabolisme organisme sendiri dan mikrorganisme, pengaturan kandungan air (kelembapan rongga mulut), pencernaan makanan dan pengecapan serta diferensiasi, dan mengeskresi logam berat seperti tiosianat (Pramanik, 2007b).

  Saliva juga berfungsi sebagai buffer dan netralisasi pH rongga mulut jika terdapat makanan yang bersifat asam ataupun basa. Saliva juga berpengaruh dalam proses demineralisasi dan remineralisasi, dengan adanya ion-ion Ca dan Fosfat yang merupakan mekanisme penolakan yang terpenting

  commit to user

  7 terhadap dekalsifikasi email gigi dalam lingkungan asam (Ilyas dan Yusri, 2007).

  Saliva dapat melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan berbagai cara, yaitu dengan: pembersihan mekanis yang dapat menghasilkan pengurangan plak, pelumuran elemen-elemen gigi yang akan mengurangi keausan oklusi yang disebabkan oleh daya pengunyahan, pengaruh buffer sehingga naik turunnya derajat asam (pH) dapat ditekan dan dekalsifikasi elemen gigi-geligi dapat dihambat, agregasi bakteri yang dapat merintangi kolonisasi mikroorganisme, serta aktivitas anti-bakterial sehingga menghalang- halangi pertumbuhan bakteri. Untuk semua pengaruh perlindungan ini tidak hanya diperlukan cukup ludah, tetapi juga susunan ludah yang optimal (Amerongen, 1991; Khurana, 2006).

  Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva menentukan pH dan kapasitas buffer. Derajat keasaman saliva tergantung dari perbandingan antara asam dengan kapasitas buffer terutama disebabkan oleh susunan bikarbonat yang naik dengan kecepatan sekresi. Ini berarti pH dan kapasitas

  buffer saliva juga naik dengan naiknya kecepatan sekresi (Barron et al., 2003).

  Kapasitas cairan buffer dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menahan perubahan pH (Ilyas dan Yusri, 2007). Derajat asam dan kapasitas buffer selalu dipengaruhi perubahan-perubahan misalnya: waktu siang dan malam, diet makan, dan perangsangan kecepatan sekresi saliva.

  Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan berbagai cara antara lain : mekanis

  commit to user

  8 (mengunyah makanan), Kimiawi (rangsangan asam, manis, pahit, asin dan pedas), neuronal, emosional dan rangsangan rasa sakit (Pedersen et al., 2002).

2. Minuman Jeruk Kemasan

  Minuman jeruk kemasan tergolong minuman yang bersifat asam, minuman ini termasuk dalam kategori minuman ringan non alkohol. Secara umum minuman ringan dapat berupa air berasa, air bergas, teh manis, lemonade, squash dan fruitpunch (Erik dan Kevin, 2002). Minuman jeruk kemasan(Nutrisari rasa jeruk manis) mengandung komposisi antara lain : karbohidrat total 11 gr 3%, gula 10 gr, natrium 20 mg, vitamin A 200 IU 10 %, vitamin B1 (Thiamin) 0.12 mg 10 %, vitamin B3 (Niasin) 2.4 mg 15 %, vitamin B6 0.4 mg 30 %, vitamin C 60 mg 100 %, vitamin E 4 mg 40 %, asam fosfat 0.04 mg 10 %, kalsium 38 mg 6 %, fosfor 20 mg 2 % (BPOM, 2007).

  Jenis asam yang terdapat di makanan dan minuman bermacam-macam seperti asam asetat, asam benzoat, asam malat, asam propionat, asam maleat, asam sitrat, asam fosfor, asam tartarat, asam askorbat (vitamin C) dan lain-lain. Keberadaan polybasic acid pada minuman sangat penting karena kemampuannya untuk mengikat (Chelate) kalsium bahkan pada pH yang tinggi. Penelitian yang dilakukan pada binatang menunjukkan asam fosfor sangat erosif pada pH 2,5-3,3. Asam sitrat, maleat dan tartarat sangat kuat sifat erosifnya karena sifat asam dan kemampuannya dalam mengikat kalsium walaupun pada pH yang tinggi.

  commit to user

  9 3.

   Karbohidrat dan pH Saliva

  Hampir semua karbohidrat dalam diet terdiri atas polisakarida atau disakarida besar yang merupakan gabungan monosakarida yang saling berikatan satu sama lain melalui kondensasi. Ini berarti bahwa sebuah ion hidrogen telah dipindahkan dari salah satu monosakarida, dan satu ion hidroksil telah dipindahkan dari monosakarida lainnya. Kedua monosakarida kemudian bergabung satu sama lainnya pada tempat pemindahan, dan ion hidrogen dan ion karboksil bergabung untuk membentuk air. Bila karbohidrat dicernakan kembali menjadi monosakarida, maka enzim pencernaan dalam mulut (enzim ptialin) akan mengembalikan ion hidrogen dan hidroksil ke poli sakarida, dan dengan demikian memisahkan monosakarida satu sama lain.

  Proses ini disebut hidrolisis, adalah sebagai berikut : R”-R’ + H2O R”OH + R’H (Guyton dan Hall, 2007).

  Hasil dari proses hidrolisis tersebut adalah monosakarida yang merupakan pendonor ion H+, sehingga salivapun akan bersifat asam (pH Saliva turun).

  Penurunan pH Saliva juga dapat disebabkan karena adanya proses fermentasi karbohidrat oleh bakteri-bakteri asidogenik dalam mulut yang menghasilkan asam. Karbohidrat yang paling kariogenik adalah sukrosa dalam bentuk gula bebas, sebab sukrosa paling mudah difermentasi oleh bakteri plak, juga karena perubahannya menjadi glukans ekstraseluler oleh bakteri glukosil transverase, serta mudah dikonversi menjadi polimer intraseluler (Soames dan Southam, 1998). Sukrosa merupakan pemanis makanan yang paling umum

  commit to user

  10 digunakan dan terkadang dikombinasi dengan sirup fruktosa. Sukrosa ini dicerna melalui reaksi hidrolisis asam. Sukrosa merupakan makronutrien yang menyediakan sumber energi yang cepat diserap tubuh, kelebihan konsumsi sukrosa dapat menyebabkan beberapa efek samping terhadap kesehatan. Yang paling sering dijumpai adalah karies gigi di mana bakteri oral akan mengkonversi gula (termasuk sukrosa) dari makanan menjadi asam sehingga merusak email gigi (Khoswanto dan Soehardjo, 2005).

  Selesai mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung karbohidrat pH Saliva yang semula 6,8-7,2 turun hingga 4,5 dalam waktu 5 menit, titik ini disebut dengan pH kritis, pada kondisi ini jika tidak terjadi proses remineralisasi maka proses karies akan berlanjut. Proses remineralisasi membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembalikan pH Saliva ke nilai normal yang mana sebagian kristal hidroksiapatit yang terurai akan memperoleh ikatan baru antara fosfat dengan fluoride dan membentuk fluorapatit yang mempunyai daya larut lebih rendah terhadap asam (Alamsyah, 2010).

4. Pengukuran PH Saliva

  Ada beberapa cara untuk mengukur pH Saliva. pH Saliva normal berkisar pada angka 6,8 - 7,2. Pada saat akan menguji pH, saliva diambil 1-2 jam sebelum makan. Sampel diinstruksikan untuk mengumpulkan saliva dalam mulut, kemudian sampel saliva ditampung dalam gelas ukur. Pengujian saliva dapat menggunakan kertas indikator pH ataupun pH meter. pH meter merupakan instrumen elektronik yang digunakan untuk mengukur pH

  commit to user

  11 (keasaman atau kebasaan) dari suatu cairan dengan menggunakan probe khusus yang biasa digunakan untuk mengatur pH bahan semisolid. ( Alamsyah, 2010).

  Menurut Walsh (2008) dan Rooban et al (2006) bahwa pengukuran pH Saliva dapat dilakukan dengan cara menginstruksikan sampel untuk tidak puasa kurang lebih sekitar 60 menit dan mengumpulkan saliva pada gelas ukur.

  Kemudian sampel saliva dapat langsung diukur pada gelas ukur tersebut dengan menggunakan pH meter atau dengan menggunakan pipet, saliva diambil dengan menggunakan pipet dan diteteskan pada kertas pH.

  Eddy (2006) menyatakan bahwa untuk mengukur pH Saliva, sampel diinstruksikan untuk berpuasa selama 30 menit. Kemudian sampel diinstruksikan untuk mengumpulkan saliva pada sebuah wadah dan mengukurnya dengan menggunakan kertas pH meter.

  

commit to user

  12 B.

   Kerangka Pemikiran

  Minuman jeruk kemasan Sukrosa, Glukosa,Fruktosa Karbohidrat

  Hidrolisis R”- R + H

  2

  • Asam Askorbat Bakteri (vitamin C)

  Enzim Asidogenik

  Ptialin Monosakarida

  Asam R”OH + R’H

  • Pendonor H Faktor luar :

  Dalam Saliva : Keasaman Irama siang dan

  Bikarbonat

  • Saliva malam, diet, mekanis,

4 HPO

  kimiawi, neuronal, Ureum emosional, rasa sakit,

  Protein pH Saliva hormonal

  : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

  

commit to user

  

commit to user

  13 C.

   Hipotesis

  Ada pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dipakai adalah eksperimental pretest-posttest only. E K1 S1 Sampel K2 S2 E K1 : Kelompok perlakuan K2 : Kelompok kontrol S1 : Sampel saliva perlakuan S2 : Sampel saliva kontrol E : Efek (Sastroasmoro dan Ismael, 1995). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gresik.

  

commit to user

  15 C.

   Subyek Penelitian

  Subjek penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 1 Gresik dengan kriteria sebagai berikut :

  1. Umur ( 14 – 17 ) tahun

  2. Jenis kelamin laki – laki dan perempuan yang tidak dalam masa haid

  3. Keadaan umum baik, tidak punya penyakit sistemik

  4. Tidak makan dan minum 30 menit sebelum penelitian

  5. Tidak merokok

  6. Tidak mengkonsumsi obat-obat

  7. Tidak mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang) D.

   Teknik Sampling

  1. Populasi Sumber Populasi adalah keseluruhan kelompok subjek dapat berupa manusia, hewan percobaan, data laboratorium, dan lain-lain yang ciri- cirinya akan diteliti (Taufiqurahman, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Gresik yang memenuhi kriteria.

  2. Metode pengambilan sampel Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik Simple Random Sampling (Murti, 2004).

  

commit to user

  16

  3. Besar Sampel Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.

  Sampel pada penelitian ini adalah setiap anggota populasi sumber yang memenuhi kriteria dari subjek penelitian. Sampel yang digunakan sebanyak 40 anak yang diperoleh secara random (Murti, 2004).

  commit to user commit to user

  17 E.

   Rancangan Penelitian

  Rancangan Penelitian eksperimental: Sampel

  Menggosok gigi Kelompok 1: 20 orang siswa SMA N 1 Gresik

  Kelompok 2: 20 orang siswa SMA N 1 Gresik Ukur pH saliva pada:

  1. Menit ke 2

  2. Menit ke 6

  3. Menit ke 10 Data

  Analisis dengan uji Mann-Whitney Puasa 30 menit

  Ukur pH Saliva Kelompok 1

  Minum air jeruk kemasan Kelompok 2

  Minum air mineral Ukur pH saliva pada:

  1. Menit ke 2

  2. Menit ke 6

  3. Menit ke 10

  18 F.

   Identifikasi Variabel

  1. Variabel terikat : Derajat keasaman (pH) Saliva

  2. Variabel bebas : Minum air jeruk kemasan

  3. Variabel luar (perancu) :

  a. Terkendali : 1) Perubahan waktu siang dan malam ( waktu pengambilan sampel ) 2) Volume air jeruk kemasan 3) Rangsang mekanis dan kimiawi 4) Rangsang sakit 5) Merokok 6) Obat-obatan 7) Mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang)

  b. Tak terkendali : 1) Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva 2) Kekentalan saliva 3) Kontaminasi udara 4) Kebersihan mulut ( nilai plak ) 5) Diet G.

   Skala Variabel

  1. Minuman jeruk kemasan : Skala Kategorikal 2. pH saliva : Skala Kontinyu

  

commit to user

  19 H.

   Definisi Operasional Variabel

  1. Minuman jeruk kemasan Minuman jeruk kemasan adalah jenis minuman yang bersifat asam . Minuman ini termasuk dalam kategori minuman ringan non alkohol.

  Secara umum minuman ringan dapat berupa air berasa, air bergas, teh manis, lemonade, squash dan fruitpunch. Minuman jeruk kemasan (nutrisari) tergolong dalam kategori air berasa. Minuman jeruk kemasan memiliki banyak kandungan natrium, vitamin, dan karbohidrat.

  Minuman jeruk kemasan dalam bentuk serbuk, dilarutkan dalam air sebanyak 250 ml dan diminum seperti kebiasaan minum sehari-hari, dihabiskan dalam waktu 3 menit. Air jeruk kemasan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Nutrisari rasa jeruk manis.

  2. pH Saliva pH Saliva merupakan derajat keasaman dari suatu cairan yang diproduksi oleh kelenjar ludah di dalam rongga mulut (pH adalah

  logaritma negatif konsentrasi H : - log (H ) pada suhu 25° C ). Suatu larutan akan bersifat netral jika pH-nya sama dengan 7, dan jika < 7 maka pH-nya bersifat asam, jika pH-nya > 7 bersifat basa.

  Saliva diambil dari siswa SMA Negeri 1 Gresik yang sebelumnya di instruksikan untuk menggosok gigi dengan pasta gigi sebelum diambil salivanya. Untuk mengembalikan kadar kualitas maupun kuantitas dari saliva, sampel diinstruksikan untuk puasa 30 menit terlebih dahulu. pH

  

commit to user

  20 saliva diukur sebelum dan sesudah minum air jeruk kemasan/air mineral dengan menggunakan pH meter. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, pada menit ke-2, menit ke-6, dan menit ke-10.

  3. Variabel luar :

  a. Terkendali 1) Perubahan siang dan malam (waktu pengambilan saliva) Saliva diambil antara pukul 7-10 pagi.

  2) Volume air jeruk kemasan Air jeruk kemasan yang digunakan pda penelitian ini menggunakan Nutrisari rasa jeruk manis 14 gram yang dilarutkan dalam air sebesar 250 ml.

  3) Rangsang mekanis dan kimiawi Pada penelitian ini, tidak digunakan rangsang mekanis dan kimiawi seperti mengunyah permen, atau makan-makanan yang keras untuk menstimulasi saliva, melainkan perlakuan menggosok gigi sebelum dilakukan perhitungan pH Saliva.

  4) Rangsang sakit Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan keadaan giginya baik tidak ada radang atau gingivitis.

  commit to user commit to user

  21 5) Merokok

  Merokok dapat menyebabkan peningkatan aliran saliva sehingga pH Saliva menjadi basa dan meningkat. Maka dari itu, pada penelitian ini kriteria subjek yang digunakan adalah sampel yang tidak merokok.

  6) Obat-obatan Terdapat beberapa kelompok obat yang dapat menyebabkan penurunan sekresi saliva, antara lain: anti konvulsan, diuretik, antiemetik, antihistamin, dekongestan. Maka dari itu, pada penelitian ini criteria subjek yang digunakan adalah sampel yang sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan tersebut. 7) Mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang)

  Pada penelitian ini sampel yang dipilih adalah yang tidak mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang).

  b. Tak terkendali 1) Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva

  Jumlah elektrolit dalam ludah yang berbeda-beda pada masing- masing sampel mempengaruhi perubahan pH Saliva.

  2) Kekentalan saliva Kekentalan (viskositas) saliva masing-masing sampel yang berbeda- beda mempengaruhi perubahan pH Saliva.

  22 3) Kontaminasi udara

  Udara sering kali bercampur dengan zat organik dan anorganik yang dapat mempengaruhi pH Saliva.

  4) Kebersihan mulut (plak gigi) Kebersihan mulut (nilai OHI-S) pada masing-masing sampel berbeda. Perbedaan ini mengindikasikan adanya perbedaan jumlah plak dan bakteri mulut pada masing-masing sampel. 5) Diet

  Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi masing-masing sampel setiap hari.

I. Instrumen Penelitian

  1. Panduan wawancara

  2. Minuman jeruk kemasan

  3. Saliva

  4. Penampung minuman jeruk kemasan

  5. Penampung saliva

  6. Kapas 7. pH meter strip 8.

   Jam tangan / Stopwacth 9. Aquadest

  10. Sikat gigi dan pasta gigi

  

commit to user

  

commit to user

  23 J. Cara kerja

  1. Alat ukur : pH meter

  2. Cara pengukuran : a. Pengambilan data dilakukan pagi hari.

  b. Sampel diminta untuk menggosok gigi, setelah menggosok gigi diinstruksikan tidak boleh makan dan minum selama 30 menit.

  c. Saliva ditampung dan diperiksa dengan indikator pH.

  d. Kemudian sampel pada kelompok 1 diminta untuk meminum air jeruk kemasan sebanyak 250 ml dan kelompok 2 diminta untuk meminum air mineral (aquadest) sebanyak 250 ml langsung diminum seperti biasa dari gelas selama kurang lebih 30 detik.

  e. Saliva ditampung pada menit ke-2, ke-6, dan ke-10. Kemudian diukur pH-nya.

  K. Teknik Analisis Data

  Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji non- parametrik analisis Mann-Whitney. commit to user

  BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Gambaran karateristik sampel yang menjadi komponen dalam

  penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, minuman jeruk kemasan, pH kontrol dan pH perlakuan. Penyajian dalam penelitian ini akan digambarkan sesuai dengan jenis data dari masing-masing karateristik sampel. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu karateristik sampel penelitian:

  Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sampel Penelitian

  (Data Kategorik) di SMA 1 Gresik, Agustus 2011 (N = 40) No Variabel Frekuensi Persentase

  1 Jenis kelamin

  a. Laki-laki

  b. Perempuan

  27

  13 67,5 % 32,5 %

  2 Minuman jeruk kemasan

  a. Minum

  b. Tidak minum

  20

  20 50 % 50 %

  • Pre - 2’
  • 6’
  • 10’

  0,14 0,13 0,14 0,11

  7,4 6,9 6,6 7,0

  6,6 5,3 5,5 6,0

  0,19 0,46 0,30 0,27

  20 7,01 6,47 6,18 6,66

  20

  20

  20

  7,3 7,2 7,3 7,3 3 pH perlakuan

  6,8 6,8 6,8 6,9

  20 7,00 7,01 7,03 7,06

  20

  20

  20

  17 2 pH kontrol

  14

  1 Usia 40 15,38 0,838

  Numerik) di SMA 1 Gresik, Agustus 2011 (N = 40) No Variabel Frekuensi Mean SD Min Maks

  Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sampel Penelitian (Data

  25 Hasil analisis didapatkan subjek penelitian paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 27 orang (67,5 %). Jumlah minuman jeruk kemasan sama antara yang minum dan tidak minum masing-masing 20 orang (50 %).

  • Pre - 2’
  • 6’
  • 10’

  commit to user

  Hasil analisis didapatkan usia rata-rata subjek penelitian adalah 15 tahun dengan usia paling muda 14 tahun dan usia paling tua 17 tahun

  26 dengan Standar Deviasi 0,838. Untuk pH kontrol dan perlakuan subjek penelitian dibagi menjadi 4 kelompok yaitu pretest, menit ke-2, menit ke- 6 dan menit ke-10. Untuk pH pretest kontrol rata-rata 7,00 dengan nilai terendah 6,8 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi 0,14. Untuk pH menit ke-2 kontrol rata-rata 7,01 dengan nilai terendah 6,8 dan tertinggi 7,2 dengan Standar Deviasi 0,13. Untuk pH menit ke-6 kontrol rata-rata 7,03 dengan nilai terendah 6,8 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi 0,14. Untuk pH menit ke-10 kontrol rata-rata 7,06 dengan nilai terendah 6,9 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi 0,11.

  Sedangkan Untuk pH pretest perlakuan rata-rata 7,01 dengan nilai terendah 6,6 dan tertinggi 7,4 dengan Standar Deviasi 0,19. Untuk pH menit ke-2 perlakuan rata-rata 6,47 dengan nilai terendah 5,3 dan tertinggi 6,9 dengan Standar Deviasi 0,46. Untuk pH menit ke-6 perlakuan rata-rata 6,18 dengan nilai terendah 5,5 dan tertinggi 6,6 dengan Standar Deviasi 0,30. Untuk pH menit ke-10 perlakuan rata-rata 6,66 dengan nilai terendah 6,0 dan tertinggi 7,0 dengan Standar Deviasi 0,27.

B. Analisis Statistika

  Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji Mann-Whitney yang merupakan uji non-parametrik dengan program SPSS 17.0. Uji Mann-Whitney ini digunakan apabila sebaran datanya tidak normal. Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05 pada masing-masing

  commit to user commit to user

  27 kelompok tersebut. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2005).

  Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov Smirnov

  Tabel di atas menunjukkan sebaran data yang di uji normalitas datanya dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov Test, dengan ketentuan bila signifikan hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal, demikian sebaliknya bila nilai signifikan

  

Data Nilai p Keterangan

  Kontrol pretest Kontrol menit ke-2 Kontrol menit ke-6 Kontrol menit ke-10 Perlakuan pretest Perlakuan menit ke-2 Perlakuan menit ke-6 Perlakuan menit ke-10

  0,000 0,044 0,002 0,007 0,007 0,011 0,200 0,003

  Distribusi tidak normal Distribusi tidak normal Distribusi tidak normal Distribusi tidak normal Distribusi tidak normal Distribusi tidak normal

  Distribusi normal Distribusi tidak normal

  28 hitung < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Hanya nilai p untuk perlakuan menit ke-6 adalah 0,2 (p > 0,05) maka sebaran data pada perlakuan menit ke-6 normal. Sedangkan nilai p dari data sebaran lainnya tidak normal (p < 0.05). Oleh karena itu, data harus dinormalkan terlebih dahulu melalui proses transformasi. Setelah ditransformasi sebaran data tetap tidak normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik, melainkan menggunakan uji non- parametrik Mann-Whitney.

  Tabel 4. Hasil Uji Mann-Whitney

  Hasil uji Mann-Whitney Waktu

  Kelompok kontrol Kelompok perlakuan

  Pretest p: 0,823 p: 0,000

  Menit ke-2 Menit ke-2 p: 0,578 p: 0.005 Menit ke-6 Menit ke-6 p: 0,388 p: 0,000 Menit ke-10

  Tabel 4 di atas menunjukkan hasil terdapat perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Di mana dari hasil uji

  commit to user

  29 Mann-Whitney pada kelompok kontrol dari ketiga rentang waktu yang di uji didapatkan hasil yang tidak signifikan (p > 0,05).

  Untuk hasil uji Mann-Whitney pada kelompok perlakuan dari ketiga rentang waktu yang diuji didapatkan hasil yang signifikan (p < 0,05). Selain itu, karena p < 0,05 juga dapat diintepretasikan bahwa ada perbedaan pada taraf signifikasi 5%.

  Jadi dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan antara rerata pH kelompok kontrol yang diberi minuman air putih dengan pH kelompok perlakuan yang diberi air jeruk kemasan.

  commit to user

BAB V PEMBAHASAN Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMA Negeri

  1 Gresik, pemberian minuman jeruk kemasan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan pH Saliva. Penurunan pH Saliva pada kelompok perlakuan (minum jeruk kemasan) lebih signifikan dibanding dengan pH Saliva kelompok kontrol (minum air putih). Hal ini disebabkan karena minuman jeruk kemasan mengandung karbohidrat, gula dan asam askorbat (vitamin C).

  Minuman yang bersifat asam dapat menyebabkan demineralisasi pada jaringan keras gigi. pH Saliva akan kembali pada keadaan normal setelah terpapar minuman dengan cara meningkatkan produksi saliva agar pH-nya kembali dalam keadaan netral. Minuman yang bersifat asam dapat menyebabkan erosi gigi pada waktu kritis yaitu pada menit pertama setelah terpapar. Namun kondisi ini dapat dikompensasi oleh protein yang terkandung dalam saliva yang akan mengurangi kesempatan terjadinya erosi (Tahmassebi dan Duggal, 1997).

  Penurunan pH Saliva dapat juga disebabkan karena adanya proses fermentasi karbohidrat oleh bakteri asidogenik dalam mulut yang akan menghasilkan asam. Karbohidrat yang paling mudah difermentasi adalah

  commit to user sukrosa (Soames dan Southam, 1998).

  31 Hasil pada penelitian ini juga menunjukkan perbedaan rata-rata pH

  

pretest untuk kelompok perlakuan 7,01 dengan nilai minimum 6,6 dan nilai

  maksimum 7,4, sedangkan hasil rata-rata pH pretest untuk kelompok kontrol 7,00 dengan nilai minimum 6,8 dan nilai maksimum 7,3. Perbedaan itu disebabkan adanya variasi individual. Hal ini sesuai dengan pendapat Amerongen (1991) dan Soesilo et al. (2005) bahwa susunan saliva dapat berubah dilihat dari segi derajat keasaman (pH), mikroorganisme rongga mulut, elektrolit, dan protein yang antara lain ditentukan oleh: waktu siang dan malam, sifat dan kekuatan rangsang, keadaan psikis, diet, kadar hormon, gerak badan, dan obat-obatan.

  Tabel 4. menunjukkan nilai perbedaan pH Saliva antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan dari pH pretest, menit ke-2, menit ke-6 dan menit ke-10. Hal ini ditunjukkan bahwa kisaran nilai pH pada kelompok kontrol dalam rentang netral yaitu berkisar pada 6,7 – 7,4 (Walsh, 2008).

  Kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan pada tiap rentang waktu. Dari pH pretest sebesar 7,01 turun menjadi 6,47 pada menit ke-2 dan turun lagi menjadi 6,18 pada menit ke-6 diikuti kenaikan nilai pH pada menit ke-10 menjadi 6,66.

  Perbedaan yang signifikan kelompok perlakuan pada waktu pretest sampai menit ke-2 disebabkan karena adanya sukrosa yang menyebabkan pH turun secara signifikan dan juga minuman tersebut yang bersifat asam

  commit to user

  32 (Merdad, 2011). Pada menit ke-2 sampai menit ke-6 penurunan pH masih terjadi yaitu pada menit ke-6 pH berada pada titik terendah, namun tidak sampai pada keadaan pH kritis (Alamsyah, 2010). Kemudian pada menit ke-6 sampai menit ke-10 terjadi kenaikan pH secara signifikan karena aktifitas saliva yang mensekresikan cairan yang bersifat basa sebagai mekanisme

  buffer

  homeostasis terhadap perubahan pH Saliva yang ekstrim. Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit didalam saliva terutama ditentukan oleh susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva (Soesilo et al., 2005 ).

  Penelitian ini memiliki kelemahan dalam hal alat yang digunakan dalam mengukur pH Saliva. Alat yang digunakan adalah pH strip yang memiliki ketelitian lebih lemah daripada pH meter digital.

  commit to user

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SMA Negeri 1 Gresik dapat disimpulkan bahwa:

  1. Terdapat pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan pH Saliva.

  2. Penurunan pH Saliva disebabkan minuman jeruk kemasan mengandung karbohidrat, gula dan bersifat asam.

B. Saran

  Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut:

  1. Perlu adanya pemberian informasi mengenai manfaat dan efek samping konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

  2. Sebaiknya setelah mengkonsusmsi minuman jeruk kemasan segera berkumur dengan air putih untuk menetralkan kembali keasaman mulut.

  3. Perlu digunakannya alat yang lebih teliti dalam mengukur derajat keasaman pH Saliva.

  

commit to user