MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : VERIAN WINDI ASTARI NIM. F0307091 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

Surakarta, Januari 2012 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Skripsi

Arif Lukman Santoso, SE., M.Si., Ak.

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Surakarta, 21 Januari 2012 Tim Penguji Skripsi:

1. Drs. Wartono, M.Si., Ak. (........................... ) NIP : 196003091987021001

Ketua

2. Taufiq Arifin, SE., M.Sc., Ak. (........................... ) NIP : 198210112009121004

Sekretaris

3. Arif Lukman Santoso, SE., MM, Master, Ak. (............................ ) NIP : 198005232005011003

Pembimbing

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil yang kupersembahkan untuk:

1. Masa Depanku

2. Orang tuaku tercinta (Bapak dan Mamah)

3. Saudaraku semua yang ku sayang

4. Sahabat-sahabat yang selalu mensupportku (Mel,Ifa,Erna,Umi,Lulu)

5. Teman-teman Akuntansi Angkatan ’07.

6. Almamaterku.

Terimakasih atas pengertian dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini.

>> Where there is a will,, There is a way << -Hitam Putih-

>> Belajarlah dari kesalahan orang lain. Kita tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri << -Martin Vanbee-

>> Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi orang tua yang masih melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan saat muda << -Mario Teguh-

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya

sehingga skripsi ini yang berjudul “MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,

EFISIENSI

MANAJEMEN

DAN KINERJA

PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA” dapat diselesaikan oleh penulis sebagai syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ada beberapa hambatan yang dihadapi, namun berkat dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Arif Lukman Santoso, SE., MM, Master, Ak., selaku Pembimbing Akademik serta Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan, sekaligus menjadi pemotivasi bagi penulis serta penulis juga meminta maaf jika selama proses bimbingan ada kata dan tingkah laku atau perbuatan yang tidak berkenan di hati Bapak.

ayo kita raih kesuksesan bersama, masa depan indah menunggu kita J

6. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dari skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………

i ABSTRAKSI ……………………………………………………...

ii ABSTRACT .......................................................................................

iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............……………

iv HALAMAN PENGESAHAN ………………………………….....

v HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………..

vi HALAMAN MOTTO ………………………………….................

vii KATA PENGANTAR …………………………………………….

viii DAFTAR ISI ………………………………………………………

x DAFTAR TABEL …………………………………………………

xiii DAFTAR GAMBAR .........................................................................

xiv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ..………………………………

B. Perumusan Masalah …………………………………..

C. Tujuan Penelitian ………………………………………

D. Manfaat Penelitian …………………………………….

E. Sistematika Penelitian …………………………………

12 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................

A. Landasan Teori ………………………………………...

1. Teori Keagenan (Agency Theory)...............................

2.2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance.....

17

2.3. Tujuan dan Manfaat GCG bagi Perusahaan........

20

2.4. Penerapan Good Corporate Governance............

21

2.5. Mekanisme Corporate Governance....................

24

3. Efisiensi Manajemen..................................................

31

4. Kinerja Keuangan.......................................................

38

B. Perumusan Hipotesis .......................................................

42

1. Struktur Kepemilikan – Efisiensi Manajemen............

45

2. Struktur Kepemilikan – Kinerja Keuangan.................

45

3. Struktur Dewan Komisaris – Efisiensi Manajemen....

45

4. Struktur Dewan Komisaris – Kinerja Keuangan.........

45

5. Karakteristik Komite Audit – Efisiensi Manajemen....

45

6. Karakteristik Komite Audit – Kinerja Keuangan........

45

7. Efisiensi Manajemen – Kinerja Keuangan...…………

45

C. Kerangka Konseptual ........................................................

46 BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................

47

A. Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel..........................

47

B. Jenis dan Sumber Data.......................................................

47

C. Definisi dan Operasional Variabel......................................

48

1. Variabel Struktur Kepemilikan......................................

48

2. Variabel Struktur Dewan Komisaris..............................

48

DAFTAR TABEL

4.1 Proses Pemilihan Sampel.............................................................

62

4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel............……………………….

63

4.3 Statistika Deskriptif................................................…………….

64

4.4 Koefisisen Jalur pada Pengujian Model Struktural.....................

66

DAFTAR GAMBAR GAMBAR

2.1 Kerangka Konseptual..................................................................

46

4.1 Tampilan Output Model Struktural.............................................

65

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, EFISIENSI MANAJEMEN DAN KINERJA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA VERIAN WINDI ASTARI NIM: F0307091

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui bukti empiris adanya pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi); 2) penggunaan metode DEA untuk mengukur efisiensi manajemen; dan 3) penggunaan metode analisis SEM untuk menguji pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi). Populasi dalam penelitian ini sebesar 68 perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan (2008- 2010). Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 24 perusahaan yang dapat dianalisis selama tahun pengamatan.

Metode analisis menggunakan Struktural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program VPLS. Statistik nonparametrik dari SEM (alternatif statistik parametrik) digunakan dalam penelitian ini karena sampel tidak memenuhi syarat kecukupan sampel untuk parametrik (data dibawah 100) serta tidak terdistribusi normal.

Hasil dari analisis diperoleh bahwa: 1) Struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan karakteristik komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi manajemen karena t-statistik pada struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan karakteristik komite audit berada di dalam daerah kritis yaitu antara -1,96 dan 1,96. Nilai koefisien beta sebesar 0,047 dan t-statistik 0,3291 untuk struktur kepemilikan, koefisien beta sebesar 0,071 dan t-statistik 0,6381 untuk struktur dewan komisaris, dan koefisien beta sebesar 0,321 dan t- statistik 1,6786 untuk karakteristik komite audit; 2) Efisiensi manajemen, karakteristik komite audit dan struktur dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan karena uji signifikansi t-statistiknya sebesar 1,8548 untuk efisiensi manajemen, -0,0957 untuk karakteristik komite audit, dan - 0,3861 untuk struktur dewan komisaris berada diantara nilai tabel -1,96 dan 1,96;

3) Sedangkan struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dengan koefisien beta sebesar -0,35 dan t-statistik -2,2791 < -1,96 (tingkat signifikansi 5%).

MECHANISM OF CORPORATE GOVERNANCE, MANAGEMENT EFFICIENCY AND PERFORMANCE PUBLIC COMPANIES IN INDONESIA VERIAN WINDI ASTARI NIM: F0307091

This study aims to: 1) find empirical evidence of the influence of ownership structure, board structure, characteristics of audit committees, management efficiency and financial performance of public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance); 2) measure of management efficiency using DEA method, and 3) examine the effect of ownership structure, board structure, characteristics of audit committees, management efficiency and financial performance of public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance) using SEM analysis method. The population in this study is 68 public companies (banks, credit agencies, securities, and insurance) that are listed in Indonesian Stock Exchange (BEI) in the observation period (2008-2010). The amount samples used in this study is 24 companies that could be analyzed during the years of observation.

Method of analysis using Structural Equation Modeling (SEM) with VPLS software. Nonparametric statistical programs of the SEM (statistical parametric alternative) is used in this study because the adequacy of the sample did not qualify for parametric samples (data below 100) and not normally distributed.

Analysis results obtained showed that: 1) The ownership structure, board structure, and characteristics of audit committees has no significant effect on the management efficiency because of t-statistics on ownership structure, board structure, and characteristics of audit committees being in a critical area that are between -1.96 and 1.96. Beta coefficient is 0.047 and t-statistics is 0.3291 for ownership structure, the beta coefficient is 0.071 and t-statistics is 0.6381 for the board structure, and the beta coefficient is 0.321 and t-statistics is 1.6786 for the characteristics of audit committees; 2) The management efficiency, characteristics of audit committees and board structure has no significant effect on financial performance because the t-statistic significance test are 1.8548 for management efficiency, -0.0957 for the characteristics of audit committees, and -0.3861 for the board structure, suit to t-statistic table values between -1.96 and 1.96; 3) the ownership structure significantly influence the financial performance of the beta coefficient -0.35 and t-statistic -2.2791 <-1.96 (5% significance level).

Keywords: Ownership Structure, Board Structure, Characteristics of Audit

Committees, Management Efficiency, Corporate Financial

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu 1997-1998 merupakan pukulan yang sangat berat bagi sistem perekonomian Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya perusahaan di Indonesia yang tidak menjalankan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (Pieris dan Jhon, 2007). Hal ini terlihat dari banyaknya praktek-praktek pengelolaan perusahaan secara tidak sehat pada berbagai sektor di perusahaan-perusahaan Indonesia. Oleh karena itu diperlukan adanya perbaikan-perbaikan secara terus-menerus. Dari perbaikan ini diharapkan adanya pembenahan pengelolaan dalam perusahaan untuk meningkatkan kualitas dari produk yang ditawarkan. Produk yang berkualitas ini ditujukan untuk pencapaian tujuan perusahaan, baik tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek.

Indonesia menerapkan Corporate Governance (CG) sejak menandatangani Letter of Intent dengan International Monetery Fund yang salah satu bagian terpentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan di Indonesia. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Komite Nasional telah mengeluarkan Pedoman umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia 2006. Melalui Keputusan Menteri

telah menerbitkan aturan tentang Pengembangan Praktek GCG di perusahaan-perusahaan Indonesia. Dengan aturan tersebut, berbagai perusahaan termasuk perbankan diharapkan mampu menerapkan prinsip- prinsip GCG ke dalam struktur dan juga proses di perusahaan, yang meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian dan keadilan. Keputusan ini kemudian disempurnakan dengan Surat Keputusan No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek GCG. Ketentuan peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman yang lebih rinci dalam menerapkan GCG pada perusahaan masing-masing.

Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Adanya pengelolaan perbankan yang baik melalui aplikasi GCG akan meningkatkan efisiensi perbankan dan pertumbuhan ekonomi. Perbankan yang efisien akan memberikan dampak positif bagi peningkatan keuntungan bank, membaiknya kualitas pelayanan kepada nasabah, mendorong keamanan operasional, kesehatan perbankan serta meningkatkan keuntungan kepada shareholder dan stakeholder. GCG juga dikukuhkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai pilar keempat dengan landasan berpikir bahwa aplikasi GCG akan memperkuat kondisi internal perbankan nasional. Ada baiknya GCG dijadikan budaya

perangkat hukum yang baik. Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh RUPS, Direksi dan Komisaris untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perseroan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan para stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Tujuannya adalah mengarahkan dan mengontrol perusahaan melalui distribusi hak dan tanggungjawab semua pihak dalam perusahaan (PPM Institut of Manajement , 2007).

Penerapan good corporate governance juga menjadi permasalahan yang penting dalam dunia perbankan. Krisis keuangan yang melanda Indonesia tahun 1997 telah menghancurkan berbagai sendi perekonomian, salah satunya perbankan yang mengakibatkan krisis perbankan terparah dalam sejarah perbankan nasional, yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional. Penerapan GCG dalam jangka panjang mempunyai relevansi terhadap kinerja atau performance di perbankan karena GCG merupakan landasan bagi proses penyelenggaraan perusahaan. GCG sangat diperlukan untuk penyelenggaraan suatu Bank yang harus mempertanggungjawabkan tindakan dan pekerjaannya kepada publik dan perusahaannya.

bagi perusahaan-perusahaan keuangan lainnya seperti agen kredit, sekuritas, dan asuransi. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut lebih banyak berinteraksi langsung dengan pelayanan terhadap konsumen mereka, sehingga sangat diperlukan suatu tata kelola perusahaan yang baik untuk tetap mempertahankan konsumen mereka. Bagi perusahaan asuransi, saat ini telah memasuki era baru dengan diperkenalkannya Pedoman Good Corporate Governance Sektor Perasuransian yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) bekerjasama dengan Indonesian Senior Executive Association (ISEA). Penerbitan pedoman ini, yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh regulator, menjadikan perusahaan asuransi perlu memastikan bahwa proses bisnis yang dilakukan telah berdasarkan pada ketentuan ini.

Pedoman Good Corporate Governance perasuransian yang telah diterbitkan merupakan langkah awal yang patut dihargai dan memerlukan penjabaran dalam implementasinya. Jika ternyata pada awalnya perusahaan asuransi tersebut belum terkelola dengan baik, maka dengan adanya Good Corporate Governance akan menunjukkan adanya perubahan. Diharapkan pula suatu saat nanti penerapan Good Corporate Governance bisa dijadikan salah satu faktor dalam menilai peringkat (rating) perusahaan asuransi serta menjadi bahan pertimbangan bagi calon pemegang polis dalam memilih suatu perusahaan asuransi (Astanti, 2007).

untuk dapat untuk dapat

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Dengan diidetifikasikannya alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidakefisiensian.

Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja perbankan. Sering kali, perhitungan tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria “sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan.

berkembang dan maju. Pedoman GCG Perbankan Indonesia menyatakan bahwa untuk terciptanya kondisi yang mendukung implementasi GCG yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan dilaksanakannya GCG secara efektif. Selain itu, pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan bahwa law enforcement dilakukan secara serius.

Untuk mencapai good corporate governance dibutuhkan suatu mekanisme cara kerja secara tersistem untuk memantau terhadap seluruh kebijakan yang diambil. Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang melakukan control atau pengawasan terhadap keputusan tersebut (Arifin, 2005).

Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen. Mengawasi berarti melihat dan memperhatikan apakah yang dilaksanakan (kenyataan) sesuai dengan yang seharusnya dilaksanakan (rencana). Mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal mechanism adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen. Mengawasi berarti melihat dan memperhatikan apakah yang dilaksanakan (kenyataan) sesuai dengan yang seharusnya dilaksanakan (rencana). Mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal mechanism adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan

Penelitian tentang good corporate governance telah banyak dilakukan. Destefanis dan Sena (1997) menganalisis hubungan antara sistem corporate governance (CG) dengan efisiensi teknikal pada perusahaan manufaktur Italia. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase kepemilikan saham terbesar serta fakta perusahaan termasuk grup piramid berhubungan positif terhadap efisiensi teknikal.

Lin, et.al. (2002) meneliti 461 perusahaan manufaktur yang terdaftar di China tahun 1999-2002. Mereka menguji apakah corporate governance mempengaruhi efisiensi perusahaan, dimana efisiesi perusahaan dihitung menggunakan DEA. Hasilnya menunjukkan bahwa efisiensi berhubungan negatif terhadap kepemilikan saham negara, tetapi hubungan positif terhadap kepemilikan saham publik dan karyawan, proporsi direksi luar, jumlah rapat dewan, dewan independen, pengembangan pasar provinsi, serta restrukturisasi BUMN dengan CG.

Ying Huang, et.al. (2004) menggunakan sampel perusahaan asuransi di U.S tahun 2000-2004 untuk menguji hubungan antara CG dengan efisiensi kinerja. Hasilnya yaitu jumlah rapat dewan, proporsi auditor independen, kompensasi komite independen berhubungan positif terhadap efisiensi alokasi dan biaya. Dewan independen berhubungan

efisiensi alokasi dan biaya. Sukamulja (2004) meneliti dampak good corporate governance terhadap kinerja. Hasil penelitian ini menunjukan pelaksanaan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja yang tercermin dari nilai pasar perusahaan dilihat dari segi profitabilitas, umur perusahaan dan ukuran perusahaan. Meskipun demikian, penelitian sebelumnya menemukan perbedaan dalam praktik tata kelola perusahaan di berbagai industri, khususnya di pasar negara berkembang.

Lehmann, et.al. (2004) menguji 361 perusahaan yang terdaftar di Jerman dari tahun 1991-1996. Mereka bertujuan untuk menggabungkan hubungan antara struktur governance dan efisiensi perusahan pada profitabilitas perusahaan (ROA). Hasilnya menunjukkan bahwa skor efisiensi sangat signifikan untuk menjelaskan perbedaan profitabilitas antar perusahaan.

Darmawati, dkk (2005) meneliti hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel corporate governance secara statistik signifikan mempengaruhi ROE namun tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Cheng Hsu, et.al. (2006) menguji pengaruh CG terhadap efektifitas manajemen dengan menggunakan metode SEM, dan untuk menghitung efisiensi manajemen digunakan metode DEA. Hasil penelitian Cheng Hsu, et.al. (2006) menguji pengaruh CG terhadap efektifitas manajemen dengan menggunakan metode SEM, dan untuk menghitung efisiensi manajemen digunakan metode DEA. Hasil penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul : “Mekanisme

Corporate Governance, Efisiensi Manajemen, Dan Kinerja Perusahaan Publik Di Indonesia.”

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan, dalam hal ini proporsi kepemilikan saham manajer dan komisaris, proporsi kepemilikan saham institusional, terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?

2. Bagaimana pengaruh struktur dewan komisaris, dalam hal ini pembedaan CEO dengan komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, proporsi gaji dan kompensasi direktur dan 2. Bagaimana pengaruh struktur dewan komisaris, dalam hal ini pembedaan CEO dengan komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, proporsi gaji dan kompensasi direktur dan

3. Bagaimana pengaruh karakteristik komite audit, dalam hal ini proporsi anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, jumlah rapat komite audit, terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?

4. Bagaimana pengaruh efisiensi manajemen dengan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi)?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bukti empiris adanya pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).

2. Penggunaan metode DEA untuk mengukur efisiensi manajemen.

3. Penggunaan metode analisis SEM untuk menguji pengaruh antara struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan publik (perbankan, agen kredit, sekuritas, dan asuransi).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan perbankan, asuransi, dan jasa keuangan yang terdaftar di BEI dalam menyikapi fenomena yang terjadi terkait good corporate governance serta pengaruhnya terhadap efisiensi manajemen dan kinerja keuangan perusahaan.

2. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang akuntansi keuangan khususnya tentang good corporate governance, efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan.

3. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan untuk memahami mekanisme good corporate governance serta efisiensi manajemen, sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

4. Sebagai referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap efisiensi manajemen, dan kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang.

Sistematika penelitian ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJUAN PUSTAKA Berisi tinjauan pustaka yang memuat landasan teori yang terkait dengan topik penelitian, beberapa penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan pengembangan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, pengukuran variabel, sumber data, serta metode analisis data yang terdiri dari pengujian data dan pengujian hipotesis.

BAB IV ANALISIS PENELITIAN Menguraikan hasil pengumpulan data, analisis variabel independen dan variabel dependen, pengujian data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil analisis.

BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan keterbatasan serta saran bagi penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Dalam rangka memahami corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Penyebab timbulnya manajemen laba akan dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002).

Eisenhardt (1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu: (1) manusia pada umum nya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir Eisenhardt (1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu: (1) manusia pada umum nya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir

Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002).

Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry ). Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Penelitian Richardson (1998) menunjukkan adanya hubungan positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba.

Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan

Selain itu Corporate Governance juga berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Dengan kata lain yakni corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).

2. Good Corporate Governance (GCG)

2.1. Definisi Good Corporate Governance

Menurut Tangkilisan (2003), GCG adalah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengalokasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan masyarakat luas.

World Bank mendefinisikan GCG sebagai kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat

bagi stakeholder dan shareholder maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Sedangkan menurut United Nation Development Program (UNDP), GCG adalah kerangka, struktur, pola, dan sistem yang menjelaskan, mengarahkan dan mengendalikan hubungan antara shareholders, manajemen, kreditor, pemerintah dan stakeholders lainnya dalam hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak tersebut. Dan IIGC mendefinisikan CG sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. (www.nccg- indonesia.org, 2007).

GCG dalam terjemahannya sering disebut “tata kelola korporasi yang baik”, dijabarkan secara longgar sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan dan rapat umum pemegang saham guna memberikan nilai tambah secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. GCG dapat disimpulkan menjadi, pertama, suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, dewan direksi, pemegang saham dan stakeholder lainnya. Kedua, suatu sistem GCG dalam terjemahannya sering disebut “tata kelola korporasi yang baik”, dijabarkan secara longgar sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan dan rapat umum pemegang saham guna memberikan nilai tambah secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. GCG dapat disimpulkan menjadi, pertama, suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, dewan direksi, pemegang saham dan stakeholder lainnya. Kedua, suatu sistem

2.2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

a. Transparency (Keterbukaan Informasi)

Menurut Syakhroza (2005), transparansi adalah pengungkapan informasi penting bagi semua pihak berkepentingan agar mengetahui dengan pasti apa yang telah dan bisa terjadi. Inti dari transparansi yaitu:

1. Meningkatkan keterbukaan dari kinerja perusahaan secara teratur dan tepat waktu serta benar.

2. Perusahaan harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.

3. Informasi yang harus diungkapkan tidak terbatas pada hal-hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham, pengendalian intern, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

Menurut Komisi nasional Hak Asasi Manusia (2000), transparansi berkaitan dengan keterbukaan yang menyangkut kondisi Menurut Komisi nasional Hak Asasi Manusia (2000), transparansi berkaitan dengan keterbukaan yang menyangkut kondisi

b. Accountable (Akuntabilitas)

Inti dari akuntabilitas yaitu terciptanya sistem pengendalian yang efektif didasarkan atas distribusi dan keseimbangan kekuasaan diantara anggota direksi, pemegang saham, komisaris dan pengawas. Manajemen wajib memiliki kemampuan dan integrasi untuk menjalankan usaha sesuai aturan dan ketentuan yang berlaku (Tangkilisan, 2003).

c. Responsible (Tanggungjawab)

Menurut Tangkilisan (2003) inti dari tanggung jawab atau responsibilitas yaitu selain bertanggungjawab untuk menjalankan perusahaan kepada pemegang saham, direksi dan komisaris serta jajarannya juga bertanggung jawab kepada stakeholder lainnya, termasuk karyawan dan masyarakat. Perusahaan memiliki tanggungjawab untuk mematuhi hukum dan ketentuan yang berlaku, termasuk tanggap lingkungan dimana perusahaan berada. Menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (2000), responsibilitas berkaitan dengan ketaatan suatu perusahaan dalam melaksanakan peraturan dan Undang-Undang yang berlaku.

d. Independent (Kemandirian)

Tangkilisan (2003), mendefinisikan independent sebagai suatu Tangkilisan (2003), mendefinisikan independent sebagai suatu

e. Fairness (Keadilan dan Kewajaran)

Menurut komisi nasional Hak Asasi Manusia (2000), kewajaran berkaitan dengan keadilan bagi semua kepentingan shareholder dan semua transakasi yang berhubungan dengan stakeholder . Menurut Syafruddin (2004), fungsi dari GCG yaitu:

1. Menyediakan pedoman kerja untuk menetapkan tujuan, sasaran perusahaan, cara-cara untuk mencapainya, maupun pengukuran keberhasilannya.

2. Menyediakan sistem insentif untuk dewan direksi dan manajemen dalam pencapaian tujuan sesuai dengan kinerja perusahaan dan kepentingan pemegang saham.

3. Memfasilitasi pengawasan yang efektif dan mendukung perusahaan untuk menggunakan sumberdayanya secara efisien.

4. Memperhatikan kepentingan stakeholders melalui disclosure

Menurut Syafruddin (2004), tujuan dan manfaat dari GCG yaitu:

a. Tujuan GCG bagi perusahaan yaitu:

1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non pemegang saham.

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham.

4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dan manajemen perusahaan.

5. Meningkatkan mutu hubungan dewan direksi dengan manajemen senior.

b. Manfaat GCG bagi perusahaan yaitu:

1. Perbaikan dalam komunikasi.

2. Minimalisasi potensial benturan.

3. Fokus pada strategi-strategi utama.

4. Peningkatan dalam produktifitas dan efisiensi.

5. Kesinambungan manfaat.

6. Promosi citra corporate.

7. Peningkatan kepuasan pelanggan.

8. Perolehan kepercayaan investor.

Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Ada dua faktor yang memegang peranan, yakni faktor eksternal dan internal.

1. Faktor Eksternal

Yang dimaksud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Diantaranya:

a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahan yang diharapkan dapat pula melaksanakan good governance dan clean governance yang sebenarnya.

c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan professional. Dengan kata lain semacam brenchmark (acuan).

d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat. Ini penting karena melalui sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.

e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat

2. Faktor Internal

Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.

b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan

mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG.

c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada

kaidah-kaidah standar GCG.

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam

Berdasarkan Bassle Committee on Banking Supervision, 1999 (Oktapiyani, 2009) menerangkan bahwa setidaknya terdapat tujuh standar yang harus digunakan dalam menerapkan GCG secara efektif pada industry perbankan, antara lain:

1. Bank harus menerapkan sasaran strategis dan serangkaian nilai perusahaan yang dikomunikasikan ke setiap jenjang jabatan pada organisasi.

2. Bank harus menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan pada organisasi.

3. Bank harus memastikan bahwa pengurus bank memiliki kompetensi yang memadai dan integritas yang tinggi. Serta memahami peranannya dalam mengelola bank yang sehat, dan independen terhadap pengaruh pihak eksternal.

4. Bank harus memastikan keberadaan pengawasan yang tepat oleh direksi.

5. Bank harus mengoptimalkan efektifitas peranan fungsi auditor eksternal dan satuan kerja audit intern.

6. Bank harus memastikan bahwa kebijakan ramunerasi telah konsisten dengan nilai etik, sasaran, strategi, dan lingkungan pengendalian bank.

keuangan dan non keuangan kepada publik.

2.5. Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan baik yang melakukan kontrol/ pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme corporate governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi (Arifin, 2005). Untuk meminimalkan konflik kepentingan antara principal dan agent akibat adanya pemisahan pengelolaan perusahaan, diperlukan suatu cara efektif untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan tersebut. Menurut Boediono (2005), mekanisme corporate governance merupakan suatu sistem yang mampu mengendalikan dan mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta pihak-pihak yang terlibat didalamnya, sehingga dapat digunakan untuk menekan terjadinya masalah keagenan.

Dalam paper Bassel Committee on Banking Supervision- Federal Reserve , telah menyoroti fakta bahwa strategi dan teknik yang didasarkan pada prinsip-prinsip OECD (Brigham dan Erhardt, 2005), yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata kelola perusahaan Dalam paper Bassel Committee on Banking Supervision- Federal Reserve , telah menyoroti fakta bahwa strategi dan teknik yang didasarkan pada prinsip-prinsip OECD (Brigham dan Erhardt, 2005), yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata kelola perusahaan

b. Pembentukan mekanisme untuk interaksi dan kerjasama di antara dewan direksi, manajemen senior, dan para auditor.

c. Sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi-fungsi audit internal dan eksternal, manajemen risiko fungsi independen dari lini bisnis, dan check and balance lainnya.

Penelitian Ying Huang, et.al. (2004) mengkaji mekanisme good corporate governance terhadap efisiensi kinerja perusahaan. Mekanisme GCG terdiri dari jumlah rapat dewan, proporsi auditor independen, kompensasi komite independen, dewan independen, pembedaan komisaris dengan CEO, jumlah rapat komite audit, ahli keuangan dalam komite audit. Zulkafli dan Samad (2007) membagi mekanisme GCG menjadi ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio ), serta pengungkapan yang dilakukan oleh Auditor Eksternal Big 4.

Cheng Hsu, et.al. (2006) menguji pengaruh CG terhadap efektifitas manajemen dengan menggunakan metode SEM, dan untuk menghitung efisiensi manajemen digunakan metode DEA. Variabel CG yang digunakan diantaranya proporsi kepemilikan saham direksi Cheng Hsu, et.al. (2006) menguji pengaruh CG terhadap efektifitas manajemen dengan menggunakan metode SEM, dan untuk menghitung efisiensi manajemen digunakan metode DEA. Variabel CG yang digunakan diantaranya proporsi kepemilikan saham direksi

Dalam penelitian ini lebih banyak mengkaji secara mendalam mekanisme corporate governance yang dilakukan oleh Cheng Hsu, et.al (2006) serta menambahkan beberapa variabel dari penelitian Ying Huang dan Zulkafli. Mekanisme GCG sendiri dapat dikelompokkan menjadi struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, karakteristik komite audit. Sehingga variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya struktur kepemilikan (proporsi kepemilikan saham manajer dan komisaris, proporsi kepemilikan saham institusional), struktur dewan komisaris (pembedaan CEO dengan komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, proporsi gaji dan kompensasi direktur dan komisaris), dan karakteristik komite audit (proporsi anggota komite audit dengan keahlian akuntansi, jumlah rapat komite audit).

a. Proporsi Kepemilikan Saham Manajer dan Komisaris Yaitu kepemilikan saham yang dimiliki manajer, direksi, komisaris yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Kepemilikan manajerial merupakan salah satu isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005) .

b. Proporsi Kepemilikan Saham Institusional Yaitu kepemilikan saham yang dimiliki institusional dan blockholders. Institusional yang dimaksud misalnya LSM, pemerintah maupun swasta, perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain dalam

bentuk perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider . Sedangkan yang dimaksud dengan blockholders adalah kepemilikan individu

pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual. Dengan demikian akan membatasi manajemen dalam memainkan angka-angka dalam laporan keuangan yang dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005).

2. Struktur Dewan Komisaris

a. Pembedaan CEO dengan Komisaris (Variabel Dummy) Chief Executive Officer (CEO) cenderung menjadi orang dengan kekuatan lebih dan paling berpengaruh dalam perusahaan, dan ada minat dalam peran CEO dalam proses tata kelola perusahaan. Dewan kepemimpinan dapat dicirikan oleh peran ganda dari CEO dan komisaris. Dualitas CEO/Komisaris berkonsentrasi kekuasaan di posisi CEO, berpotensi memungkinkan manajemen yang lebih bijaksana. Hermalin dan Weisbach (1991) dan Diacon dan O'Sullivan (1995) menemukan bukti yang mendukung bahwa dualitas CEO dapat

(1997) memberikan bukti yang menunjukkan bahwa kinerja operasi dapat ditingkatkan sebagai hasil dari kepentingan antara dewan direksi dan CEO. Dalam penelitian ini, apabila CEO sama dengan komisaris maka akan bernilai 1, begitu pula sebaliknya akan diberi nilai 0.

b. Ukuran Dewan Komisaris Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner, et.al (2003) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governance . Hal ini didukung oleh penelitian Yermack (1996), Beaslley (1996) dan Jensen (1993) yang menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris yang kecil akan lebih efektif dibandingkan dewan komisaris yang berukuran besar karena dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya, sulit berkomunikasi dalam pembuatan keputusan.

c. Proporsi Komisaris Independen Secara umum dewan komisaris ditugaskan untuk melakukan pengawasan terhadap kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada penurunan kepercayaan investor.

monitoring agar tercipta perusahaan yang memiliki good corporate governance.

d. Proporsi Gaji dan Kompensasi Direktur dan Komisaris Adalah mekanisme governansi yang menyatukan kepentingan manajer dan pemilik melalui gaji, bonus, kompensasi insentif jangka panjang. Selanjutnya, pemilikan saham (kompensasi insentif jangka panjang) membuat manajer lebih rentan terhadap perubahan pasar yang sebagian di luar jangkauan mereka. Sistem insentif tidak menjamin bahwa manajer membuat keputusan yang “benar”, tetapi meningkatkan kemungkinan manajer akan melakukan untuk sebuah penghargaan.

3. Karakteristik Komite Audit