PENGARUH PENGG UNAAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) DALAM RANSUM TERH ADAP PERFO RMAN DO MBA LO KAL JANTAN Skri psi JurusanProgram Studi Pete rnakan

Skri psi

Jurusan/Program Studi Pete rnakan

Disusun O leh: Muhamm ad Arif Gunawan

H 0504067

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGARUH PENGG UNAAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus

rubellus) DALAM RANSUM TERH ADAP PERFO RMAN DO MBA LO KAL JANTAN

Skri psi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan gu na memperol eh derajat Sarjan a Pe ternakan

Di Fakultas Pe rtanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Pete rnakan

Disusun O leh: Muhamm ad Arif Gunawan

H 0504067

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGARUH PENGG UNAAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) DALAM RANSUM TERH ADAP PERFO RMAN DO MBA LO KAL JANTAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Muhamm ad Arif Gunawan

H 0504067

Telah dipertahankan di depan Dewan Pe nguji Pada tanggal 25 November 2009 Dan dinyatakan tel ah m em enuhi syarat

Susunan tim penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Ir. Lutojo, MP NIP. 19620719.198903.1.001

Ir. Joko Riyant o, MP

Ir. Ginda Sihombing

NIP. 19471111.198003.1.001

NIP. 19550912.198703.1.001

Surakart a, Januari 2010

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217.198203.1.003

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat m enyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini sesuai dengan wakt u yang telah ditetapkan.

Ucapan terim a kasih penulis hat urkan kepada:

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan/Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakart a.

3. Bapak Ir. Joko Riyant o, MP selaku pembimbing utama atas bim bingan dan pengarahannya.

4. Bapak Ir. Ginda Sihombing selaku pem bim bing pendamping atas bimbingan dan pengarahan.

5. Bapak Ir. Lutojo, MP selaku dosen penguji.

6. Keluarga yang selalu mem berikan m otivasi dan do’a serta sem ua pihak yang telah m embant u dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat berm anfaat bagi penulis dan pem baca pada um um nya.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

DAFTAR TABEL

1. Kebutuhan nutrien domba jantan berat badan 15kg .................................. 13

2. Susunan konsentrat.................................................................................... 14

3. Kandungan nutrien bahan penyusun ransum (% BK)................................ 14

4. Susunan dan kandungan nutrien ransum (% BK) ...................................... 14

5. Rerata konsum si bahan kering pakan (g/ekor/hari).................................... 19

6. Rerata pert am bahan bobot badan harian (g/ekor/hari) ............................... 21

7. Rerata konversi pakan domba lokal jantan................................................ 22

8. Rerata feed cost per gain dom ba lokal jantan ........................................... 24

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Analisis v arian si konsum si p akan (g/ekor/har i)......................................... 28

2. Analisis kovarian si P BBH ( g/ekor/hari).................................................... 29

3. Analisis v arian si konv ersi pakan............................................................... 31

4. Perhitungan feed cost per ga in ( Rp)....... ………………………………... 32

33

5. Bo bot badan a wal dan akh ir dom ba lokal jant an (Kg/ekor)......................

6. Denah / La y out kandang………………………………………………… 34

7. Suh u pene litian kandang…………………………………………………. 35

8. Hasil analisis kon sent rat dan tepung cacing tanah………………………. 36

9. Hasil analisis r um put lapang…………………. …………………………. 37

10. Hasil analisis sisa pakan. ………………………………………...………. 38

PENGARUH PENGG UNAAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubellus) DALAM RANSUM TERH ADAP PERFO RMAN DO MBA LO KAL JANTAN MUHAMMAD ARIF G UNAW AN

H 0504067

RINGKASAN

Penelitian ini bert ujuan untuk m engetahui pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lum bricus rubellus) dalam ransum terhadap perform an dom ba lokal jant an. Penelitian ini dilaksanakan di kandang Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakart a yang berlokasi di Desa Jatikuwung, Kecam atan Gondang Rejo, Karanganyar berlangsung dari tanggal 28 Desember 2008 sam pai 22 Februari 2009. Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor dom ba lokal jant an dengan rata – rata berat badan 13,82 ± 0,73 kg dengan umur ±

7 bulan, yang ditempatkan pada kandang panggung individual. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 m acam perlakuan dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 1 ekor dom ba. Perlakuan yang diberikan adalah P0 (70% hijauan + konsent rat 30% + 0% tepung cacing tanah), P1 (70% hijauan + konsent rat 28% + 2% tepung cacing tanah), P2 (70% hijauan + konsentrat 26% + 4% tepung cacing tanah), P3 (70% hijauan + konsentrat 24% + 6% tepung cacing tanah). Pemberian pakan hijauan (rum put lapang), konsentrat (bekatul, tepung jagung, bungkil kedelai) dan penambahan tepung cacing tanah berdasarkan bahan kering (BK). Parameter yang diukur adalah performan domba lokal jantan meliputi konsumsi bahan kering pakan, pert ambahan bobot badan harian, konversi pakan dan feed cost per gain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rat a dari keempat macam perlakuan yaitu P0, P1, P2 dan P3 bert urut-t urut unt uk konsum si bahan kering pakan 843,59; 831,67; 867,70 dan 896,86 g per ekor per hari, pert am bahan berat badan harian 60,71; 57,14; 63,10 dan 67,86 g per ekor per hari, konversi pakan 13,98, 14,64, 13,83, dan 13,22, feed cost per gain Rp 19582,66; Rp. 26310,55;

Rp 30323,93; Rp 34232,22. Bahwa penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sam pai taraf 6% dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P≥ 0.05) terhadap konsum si bahan kering pakan, pertambahan bobot badan harian, konversi pakan, tetapi menaikkan feed cost per gain pada domba lokal jant an.

Kesim pulan dari penelitian penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) tidak berpengaruh terhadap performan domba lokal jantan (konsumsi bahan kering pakan, pertambahan bobot badan harian, dan konversi pakan).

Kata kunci : penggunaan, tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus), perform an, dom ba lokal jantan

TH E EFFEC TS O F USING WO RM MEAL (Lumbricus rubellus) O N RATION TO PERFO RMANC E O F MALE LO CAL SHEEPS MUHAMMAD ARIF G UNAW AN

H 0504067

Sum mary

This research aim ed to know the effects of using worm m eal (Lumbricus rubellus) on ration to perform ance of m ale local sheeps. This research was executed at the farm of Animal Husbandary Field, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University that located at Jatikuwung Village, Gondangrejo District, Karanganyar took place from December 28 th , 2008 unt il February 22 th , 2009. Male were used in this research 12 male local sheeps with average body 13,82 ± 0,73 kg with age ±

7 m onth years old, that placed at individual stage cage. The treatment design was used Completely Randomized Design (CRD) one way classification that consist of four kinds of treatm ent and three replication, each of replication consist of one male local sheeps. T he treatment s were given P0 (70% forages + 30% concent rates + 0% worm m eal), P1 (70% forages + 28% concent rates + 2% worm meal), P2 (70% forages + 26% concentrates + 4% worm meal), P0 (70% forages + 24% concent rates + 6% worm m eal). T he given of forages (field grass), concentrates (bran, corn m eal, soybean m eal) and the added of worm meal based on Dry Matter (DM). T he paramet ers were m easured perform ance of m ale local sheeps comprised dry matter int ake, average daily gain, feed convertion and feed cost per gain.

This research’s result was shown that average of these four treatm ent (P0, P1, P2, P3), for dry matter consum tion 843,59; 831,67; 867,70; 896,86 g/m ale/day, average daily gain 60,71; 57,14; 63,10; 67,86 g/male/day, feed

convert ion 13,98, 14,64, 13,83, 13,22, feed cost per gain Rp 19582,66; Rp. 26310,55; Rp 30323,93; Rp 34232,22. T he result of the research indicated that the used of worm meal (Lum bricus rubellus) until level of 6% in ration had non convert ion 13,98, 14,64, 13,83, 13,22, feed cost per gain Rp 19582,66; Rp. 26310,55; Rp 30323,93; Rp 34232,22. T he result of the research indicated that the used of worm meal (Lum bricus rubellus) until level of 6% in ration had non

The conclusion of this research that used of worm m eal (Lumbricus rubellus ) was not effected the perform ance of m ale local sheeps (dry m atter intake, average daily gain, feed convertion).

Keyword : used, worm meal (Lum bricus rubellus), performance, male local sheeps.

PENG ARUH PENGG UNAAN TEPUNG C ACING TA NAH (Lumbric us

rubellus) DALAM RANSUM TERHADA P PERFORMA N

DOMBA LOKAL JANTAN

Muha mm ad Arif Gunawan 1) 2)

Ir .Joko Riy anto, MP. , I r. Ginda Sihom bing. 3)

P enelitian ini be rtujua n untuk m enge tahui penga ruh pengguna an tepung cac ing tanah (Lum bricus rubellus)

da lam ransum te rhadap performan domba lokal j antan. P enelitian ini dilaksana kan di kandang Juru sa n P eterna kan Fakultas Perta nian Unive rsitas Sebe las Maret Sura karta ya ng berlokasi di

Desa Jatikuwung, Kec ama tan Gondang Rejo, Karanganyar berlangsung dari ta nggal 28 D esem ber 2 008 sam pa i 22 Febr uari 2009. Dom ba y ang digunakan da lam pe nelitian ini seba nya k 12 ekor dom ba lokal j antan dengan ra ta – r ata berat bada n 13,82 ± 0,73 kg denga n um ur ±

7 bulan, y ang dite mpa tkan pa da kanda ng pa nggung individua l. Rancanga n pe rcobaan yang digunakan a da lah Ranc angan Acak Lengkap (RAL) y ang terd iri da ri 4 ma cam pe rlakua n da n 3 ulangan, setiap ula ngan terdiri dar i 1 ekor dom ba. P erlakuan y ang dibe rikan adalah P0 (70% hij aua n + konse ntra t 30% + 0% tepung ca cing ta nah) , P1 (70% hij aua n + konse ntra t 28% + 2% tepung ca cing ta nah) , P2 ( 70% hija ua n + konse ntrat 26% + 4% tepung cac ing tanah), P 3 (70% hij aua n + konsentra t 24% + 6% tepung c acing tanah) . P embe ria n pa kan hijaua n (r umput lapang), konse ntrat (bekatul, tepung j agung, bungkil kedelai) dan penam baha n tepung cacing tana h be rdasa rkan baha n kering ( BK). P aram eter y ang diukur a dalah pe rf orm an dom ba lokal j antan me liputi konsum si ba han kering pakan, pe rta mbahan bobot badan harian, konversi pakan dan feed

cost pe r gain . Hasil pene litian m enunjukkan ba hwa ra ta-rata da ri keempat m aca m pe rlakua n yaitu P 0, P1, P 2 da n P 3 berturut-tur ut untuk konsum si ba han kering pakan 843,59; 831,67; 867,70 da n 896,86 g per ekor per ha ri, pe rtam baha n be rat ba dan haria n 60,71; 57,14; 63,10 dan 67,86 g per ekor per ha ri,

konve rsi pa kan 13,98, 14,64, 13,83, dan 13,22, feed cost per gain Rp 19582,66; Rp. 26310,55; Rp 30323,93; Rp 34232,22. Bahwa pe nggunaan tepung c acing ta nah (Lumbricus rubellus) sa mpa i tara f 6% dalam ransum berpe ngaruh tida k ny ata (P≥

0.05) terhadap konsum si ba han kering pakan, per tamba han bobot badan har ian, konver si pakan, te tapi m enaikkan feed c ost pe r gain pada domba lokal j anta n. Kesim pula n da ri pe ne litian pe ngguna an tepung cac ing tanah (Lumbricus rube llus) tidak berpengaru h terh adap performan domba lokal j antan (konsum si ba han kering pakan, pertamba han bobot bada n har ian, da n konversi pakan) .

Kata kunc i : pen ggunaan, te pung cacing tana h (Lumbricus rubellus), performan, domba lokal jantan

Ma hasiswa Jurusa n Pe ternakan Fakultas P ertanian U nive rsitas Sebela s Ma ret Surakarta de ngan

NIM H0504067

Dosen P em bimbing Utama Dosen P em bimbing P endam ping

THE EFFEC TS OF USING WORM M EAL (Lumbricus rubellus) ON

RATION TO PERFORM ANCE

Muham m ad Arif G unawan

This re searc h a im ed to know the e ffe cts of using worm me al (Lumbricus rubellus) on ra tion

to pe rf orm ance of m ale local she eps. This researc h was e xe cuted at the fa rm of Anim al Husbandary

Field, Agric ulture Faculty , Sebe las Ma ret Unive rsity that located at Jatikuw ung V illage , Gondangre jo

Distric t, Karangany ar took place from Decem ber 28 th , 2008 until Februa ry 22 th , 2009. Ma le were use d in

this re sear ch 12 male local sheeps with average body 13,82 ± 0,73 kg with age ± 7 m onth yea rs old, that

place d at individual stage c age. The treatme nt design was use d Com pletely Ra ndom ized Design (CRD)

one way c lassific ation tha t consist of four kinds of tre atment and thre e replication, eac h of replica tion

consist of one m ale local she eps. The treatm ents were given P0 (70% fora ges + 30% conc entra tes + 0%

worm me al), P 1 (7 0% fo rage s + 28% conce ntrates + 2% wor m m eal), P 2 (7 0% fo rage s + 26%

conc entra tes + 4% w or m me al), P0 (70% fora ges + 24% conc entra tes + 6% worm me al). The give n of

fora ge s (fie ld gr ass), c oncentrates (bran, corn meal, soy bean meal) a nd the a dded of worm meal based on

Dry Matter (DM) . Th e para me ters we re m easure d pe rf orm ance of m ale local she eps c om pr ised dry

ma tter inta ke, ave rage daily gain, fee d convertion and fee d c ost pe r ga in.

This re searc h’s result was shown that average of these four treatment (P0, P 1, P2, P 3), f or dry

ma tter c onsum tion 843,59; 831,67; 867,70; 896,86 g/m ale/da y, a ve rage daily gain 60,71; 57,14; 63,10;

67,86 g/m ale/da y , fe ed conver tion 13,98, 14,64, 13,83, 13,22, fe ed cost pe r ga in Rp 19582,66; Rp.

26310,55; Rp 30323,93; Rp 34232,22. The result of the rese arch indicated that the used of worm m eal

(Lum bricus rubellus) until level of 6% in ra tion ha d non signif icant effe ct (P ≥ 0,05) to dr y ma tter inta ke,

avera ge da ily ga in, f eed c onver tion, but inc rea se d the feed c ost pe r ga in on m ale loca l sheeps.

The conc lusion of this re se arc h tha t use d of worm me al (Lumbricus rube llus) was not

effe cted the performance of male local sheeps (d ry ma tter inta ke, a vera ge da ily ga in, feed c onver tion).

Key word : used, wor m m eal (Lumbricus rubellus), pe rf orm ance, ma le local sheeps.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ternak domba merupakan salah satu ternak yang sudah populer dan banyak dikembangkan di Indonesia. Jenis ternak domba yang sudah banyak dipelihara ada dua jenis yaitu domba ekor gemuk dan domba ekor tipis atau domba lokal. M enurut Davendra (1993), pemeliharaan domba di Indonesia banyak dilakukan secara tradisional dengan pemberian pakan yang masih tergantung pada hijauan pakan ternak dan sedikit diberi pakan penguat (konsentrat).

Produktivitas ternak domba sangat dipengaruhi oleh faktor pakan, baik segi kualitas maupun kuantitas. Pakan ternak domba tidak hanya hijauan sebagai pakan pokok, tetapi juga konsentrat. Semakin banyak pemberian konsentrat dengan kualitas dan kuantitas yang memenuhi sy arat sesuai kebutuhan domba akan menghasilkan persentase karkas yang tinggi dan waktu yang digunakan untuk penggemukan semakin cepat serta efisiensi pakannya lebih baik. Konsentrat merupakan pakan tambahan yang diberikan untuk melengkapi kekurangan nutrien yang didapat dari pakan hijauan. Konsentrat mempunyai kandungan energi, protein, dan lemak yang relatif lebih tinggi dengan kandungan serat kasar yang rendah dibanding hijauan yang diberikan. Hal ini menunjukkan walaupun ternak jenis unggulan apabila jenis pakan yang diberikan berkualitas jelek maka pertumbuhannya kurang maksimal.

Konsentrat umumnya disebut pakan penguat y ang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18%. Konsentrat mudah dicerna dibanding dengan hijauan pakan yang tumbuh di lingkungan tropis. Pemberian pakan hijauan pada domba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara optimal, sebagai konsekuensinya pakan hijauan ternak domba harus disuplementasi dengan pakan penguat atau konsentrat (M urtidjo, 1993). M enurut Siregar (1994), bahan pakan ternak yang biasa digunakan sebagai sumber konsentrat antara lain jenis Konsentrat umumnya disebut pakan penguat y ang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18%. Konsentrat mudah dicerna dibanding dengan hijauan pakan yang tumbuh di lingkungan tropis. Pemberian pakan hijauan pada domba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara optimal, sebagai konsekuensinya pakan hijauan ternak domba harus disuplementasi dengan pakan penguat atau konsentrat (M urtidjo, 1993). M enurut Siregar (1994), bahan pakan ternak yang biasa digunakan sebagai sumber konsentrat antara lain jenis

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan sebagai bahan pakan tambahan dalam ransum domba, salah satunya dengan memanfaatkan cacing tanah (Lumbricus rubellus) dan sudah banyak dikembangkan oleh para peternak di Indonesia.

Cacing tanah (Lumbricus rubellus) adalah kelompok cacing yang termasuk ke dalam famili Lumbricidae yang mendominasi hampir separuh dari sp esies cacing tanah yang telah diketahui, kelompok cacing ini memegang peranan penting dalam banyak bidang, diantaranya dunia pertanian, lingkungan hidup dan peternakan (Soenanto, 2000). Dilihat dari aspek produksinya, jika bibit cacing tanah yang digunakan berusia 3 bulan dan produktivitasnya berlangsung hingga umur 9 bulan maka penyediaan bibit dapat berlangsung 8 – 12 kali serta jumlah hasil panen dari penggunaan 1 kg bibit dapat mencapai 32 – 48 kg (Palungkun, 1999).

Cacing tanah memiliki kandungan gizi cukup tinggi, terutama kandungan proteinnya. M enurut Palungkun (1999), cacing tanah memiliki kandungan protein 64-76%, lemak 7-10%, kalsium 0,55%, fosfor 1%, serat kasar 1,08%. Cacing tanah sangat berpotensi menjadi bahan pakan sumber protein tinggi. Budidaya cacing tanah relatif mudah, efisien dan murah, dan untuk membudidayakan cacing ini hanya dibutuhkan media berupa kompos. Potensi cacing tanah sebagai bahan pakan sumber protein tinggi, pemanfaatannya sangat beragam, salah satunya sebagai pakan ternak. Penggunaan cacing tanah sangat baik untuk pakan unggas dan perikanan. Dari beberapa hasil penelitian pemberian untuk p akan ikan dapat memacu pertumbuhan dan unggas dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas karkas y ang dihasilkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam ransum akan dapat meningkatkan performan domba lokal jantan

B. Rumusan Masalah

Usaha peningkatan produksi ternak untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan asal hewani telah banyak dilakukan. Salah satu ternak yang dapat dikembangkan yaitu ternak domba. Proses peningkatan produktivitas tersebut masih terganjal oleh masalah ketersedian pakan hijauan. Pada daerah tropis hijauan memiliki kualitas yang rendah sehingga pemberian hijauan sebagai pakan utama domba belum cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya secara optimal. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pemeliharaan domba, diperlukan upaya untuk memilih pakan tambahan guna meningkatkan kandungan nutrien pakan.

Salah satu bahan pakan yang dapat digunakan adalah tepung cacing tanah. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) memiliki perkembangan yang cepat dan dapat menjadi bahan pakan sumber protein tinggi. Cacing tanah ini memiliki kandungan protein sekitar 64 – 76%, sehingga cacing tanah sangat potensial dijadikan bahan pakan ternak. M anfaat lain dari cacing tanah adalah sebagai penghasil pupuk organik, pendaur ulang limbah, penyubur tanah, bahan pembuat obat dan kosmetika.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam ransum akan dapat meningkatkan performan domba lokal jantan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam ransum domba lokal jantan dan mengetahui taraf penggunaan yang optimal dalam ransum.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Domba Lokal

Domba lokal merupakan domba asli Indonesia dengan karakteristik tubuh kecil, lambat dewasa, warna putih, kadang terdapat lebih dari satu warna dan hasil karkas rendah. Domba jantan bertanduk kecil, sedangkan dom ba betina tidak bertanduk. Berat dom ba jant an saat dewasa kelamin antara 6-7 bulan berkisar 14,5 sam pai 18,9 kg, sedangkan betina dewasa kelamin antara 7-10 bulan beratnya berkisar 16,8 sam pai 18,0 kg, tahan hidup di daerah yang kurang baik, pert umbuhan dom ba ini sangat lambat (Sumoprastowo, 1993).

Menurut Mulyono (1998) ternak domba memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap berm acam-m acam hijauan pakan ternak dan daya adaptasi sangat baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan dim ana saja dan sifat melahirkan anak lebih dari 1 dalam satu kelahiran.

Domba mempunyai sistem atika sebagai berikut : Filum

: Chordata

Subfilum

: Vert ebrat a

Kelas

: Mam malia

Bangsa

: P lacentalia

: Ovis Aries (Sugeng, 1987).

Dom ba yang dikenal sekarang merupakan hasil dom estikasi dari 3 jenis dom ba liar, yaitu Mouflon (Ovis m usim on) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis am on) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei ) yang berasal dari Asia.Dom ba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, t ergolong dalam fam ili Bovidae.

Kita m engenal beberapa bangsa domba, seperti:

1. Domba kampung adalah dom ba yang berasal dari Indonesia

2. Domba Priangan yang banyak terdapat di daerah Jawa Barat .

3. Domba ekor gem uk merupakan dom ba yang berasal dari Indonesia bagian timur sepert i Madura, Sulawesi dan Lom bok.

4. Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga ant ara domba kam pung, merino dan dom ba ekor gemuk dari Afrika Selatan.

Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni dom ba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa T im ur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat (Kartadisastra, 1997).

B. Pak an Ternak Domba

Pakan dom ba dikelompokkan m enjadi dua yaitu pakan dasar yang terdiri dari hijauan dan pakan tambahan (suplemen) yang dapat disusun dari serealia, kacang-kacangan, tepung ikan, mineral serta vitamin. Pakan hijauan ialah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman berupa daun-daunan baik dari bangsa rumput, kacang-kacangan dan tumbuh-t umbuhan lain. Hijauan diberikan dalam dua macam yaitu keadaan segar atau kering. Bahan pakan berupa rum put bisa dibedakan atas rumput lapang dan rumput potong. Rum put lapang merupakan rum put yang tumbuh secara liar yang tidak diusahakan oleh manusia, sedangkan rumput pot ong dibudidayakan dan dikem bangkan untuk persediaan pakan ternak (Sugeng, 2002).

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerm inkan oleh kebutuhannya terhadap nutrien pakan. Jum lah nutrien setiap harinya sangat bergant ung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan, produksi, kondisi tubuh dan lingkungan tem pat hidupnya (tem peratur, kelem baban udara) sert a bobot badannya, sehingga setiap ekor ternak dengan kondisi yang berbeda membutuhkan pakan yang berbeda (Kart adisastra, 1997).

Pakan yang dikonsumsi ternak unt uk m encukupi kebutuhan hidup pokok dan unt uk produksi. Kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan nutrien untuk memenuhi proses-proses hidup saja tanpa ada suatu kegiatan dan produksi (pertum buhan, kerja dan produksi susu), sedangkan kebutuhan produksi adalah kebutuhan nutrien untuk pertum buhan, kebunt ingan, produksi susu, dan kerja. Kebutuhan hidup pokok tergantung pada bobot badan. Sem akin tinggi bobot badan ternak sem akin banyak nutrien yang dibutuhkan. Kebutuhan nutrien unt uk produksi tergantung pada tingkat dan jenis produksi. Sem akin tinggi produksi yang dihasilkan semakin banyak nutrien yang diperlukan (Siregar, 1994).

Pakan hijauan adalah sem ua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, termasuk batang, rant ing dan bunga. Kelompok pakan ini adalah bangsa rumput (Gramineae), legum e dan tum buh- tum buhan lain. Semuanya bisa diberikan sebagai hijauan segar maupun kering (Siregar, 1994). Rum put sebagai sumber serat kasar merupakan salah satu bahan pakan yang diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan populasi domba (M urt idjo, 1993).

Menurut T illm an et al., (1998) konsent rat adalah pakan yang mengandung energi relatif tinggi, serat kasar rendah, BETN tinggi, dan m udah dicerna oleh ternak. Konsentrat terdiri dari biji-bijian yang digiling halus, seperti jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan dedak.

Menurut Siregar (1994) bahan pakan konsent rat dibagi menjadi dua jenis, yaitu bahan pakan konsent rat sebagai sumber energi dan bahan pakan konsent rat sebagai sumber protein. Bahan pakan konsent rat sebagai sumber energi diantaranya adalah jagung kuning dan dedak. Bahan pakan konsentrat sum ber energi dari bahan pakan nabati umumnya m engandung serat kasar yang tinggi. Bahan pakan konsent rat sebagai sumber protein diantaranya adalah bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, tepung darah, dan t epung ikan.

C. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)

Cacing tanah jenis Lum bricus rubellus adalah cacing tanah yang tergolong dalam kelompok binat ang avert ebrat a (t idak bertulang belakang). Hidup di tanah yang gembur dan lem bab. Jenis cacing ini m udah untuk dibudidayakan dan perkembangbiakannya sangat cepat dibanding dengan jenis cacing lain (http://www.usaha wantan i.com , Desem ber 2008).

Cacing tanah (Lum bricus rubellus) m asuk ke dalam famili Lum bricidae. Kelompok cacing ini m em egang peranan penting dalam banyak bidang, diantaranya dunia pert anian, lingkungan hidup dan peternakan. Cacing tanah mem iliki kandungan protein sangat tinggi. Dalam bidang peternakan, cacing tanah digunakan sebagai pakan, diantaranya untuk unggas dan perikanan. (Palungkun, 1999).

Cacing tanah term asuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Cacing tanah jenis Lum bricus mempunyai bent uk tubuh pipih, produktivitas tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan) dan baik diternakkan. (Prihatm an, 2000).

Budidaya cacing tanah relatif mudah, efisien dan m urah, dimana untuk membudidayakan hanya dibutuhkan media berupa kompos. Dengan pot ensi cacing tanah sebagai bahan pakan sum ber protein tinggi, pem anfaatannya sangat beragam , salah satunya sebagai pakan ternak. Dari beberapa hasil penelitian didapat bahwa penggunaannya sangat baik dalam pakan unggas dan perikanan. Kandungan m aterial yang terdapat dalam Lumbricus rubellus : Prot ein Kasar : 60 - 72%, Lemak : 7 - 10%, Abu : 8 - 10%, Energi : 900 - 4100 kalori/gram (Dinas Perikanan Propinsi DKI Jakarta, 2008).

D. Kon sumsi Pakan

Ternak rum inansia dalam kondisi normal, m engkonsum si pakan dalam jum lah yang sesuai dengan kebutuhannya. Pem berian pakan yang berkualitas pengaruhnya sangat besar dibanding faktor-faktor yang lain dan sangat pent ing unt uk peningkatan produktivitas. T inggi rendahnya konsumsi pakan pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh fakt or eksternal (lingkungan) dan fakt or internal (kondisi ternak itu sendiri) (Siregar, 1994).

Kart adisastra (1997) menyatakan, ternak rum inansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit atau sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jum lah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya unt uk mencukupi hidup pokok. Kem udian, sejalan dengan pert um buhan, perkem bangan kondisi, sert a tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakan akan m eningkat .

Jum lah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik produkt ivitas hewan. Pemberian pakan untuk hijauan berkisar 60-70% sedangkan konsent rat berkisar 30-40%. Jum lah konsum si pakan adalah faktor penentu yang paling penting untuk m enentukan jum lah zat-zat makanan yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mem pengaruhi tingkat produksi. Pengatur konsum si pakan pada ternak ruminansia sangat komplek dan banyak faktor yang terlibat sepert i : sifat-sifat pakan, fakt or ternak, dan faktor lingkungan (Woodzicka, et al., 1993).

Menurut Parakkasi (1999), pakan yang berkualitas baik, tingkat konsum sinya relatif tinggi dibanding dengan pakan yang berkualitas rendah. Hewan yang mem punyai tingkat konsumsi lebih tinggi, produksinya relatif akan lebih tinggi dibanding dengan hewan (yang sejenis) dengan tingkat konsum si rendah dengan ransum yang sama.

Konsum si bahan kering ternak ruminansia dipengaruhi ant ara lain kapasitas retikulo-rum en dan jum lah energi yang didapat dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Konsumsi pakan sangat tergant ung pada keseimbangan nutrien dalam pakan. Jika terjadi ketidakseim bangan nutrien pakan akan mempengaruhi konsumsi pakan dan dapat m engham bat produkt ivitas ternak (Siregar, 1994).

Hijauan terdiri dari selulosa, hem iselulosa dan lignin yang sukar dicerna sehingga kecepatan alirannya juga rendah. Hijauan dengan kandungan lignin tinggi m em punyai palatabilitas rendah dan konsumsinya lebih kecil bila dibandingkan dengan lignin rendah (Arora, 1989) .

E. Pertam bah an Bobot Badan Harian

Pertum buhan murni term asuk pertambahan dalam bentuk dan berat dari jaringan-jaringan bangunan sepert i urat daging, tulang, jant ung, ot ak dan

sem ua jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertam bahan berat badan akibat penim bunan jaringan lemak bukan merupakan pertum buhan yang m urni (Anggorodi, 1990). Sedangkan menurut Murtidjo (1993), pert um buhan dapat diketahui dengan pengukuran kenaikan berat tubuh yang dapat dilakukan m elalui penimbangan berulang-ulang sert a mencatat pertambahan berat tubuh setiap hari, m inggu, bulan.

Pertum buhan adalah suatu sifat dari kehidupan dan sesuatu yang dapat terlihat nyata, dapat dinilai dalam beberapa kriteria. Konsep yang sederhana, arti pertum buhan adalah kehidupan menjadi lebih besar dan lebih sempurna karena terdapat pengaruh secara komplek ( Subagyo, 2008 ).

Pertam bahan berat badan terjadi apabila pakan yang dikonsum si telah melebihi kebutuhan hidup pokok, m aka kelebihan dari nutrien akan diubah menjadi urat daging dan lemak (Williamson dan Payne, 1987).

Menurut Sumoprastowo (1993), ternak domba pertum buhan awalnya lam bat, kemudian berubah m enjadi lebih cepat. Secara um um domba berada pada m asa lepas sapih (sekitar 4 bulan) sampai saat dewasa tubuh (sekitar 1 tahun). Pertambahan bobot badan harian tersebut hanya berlangsung beberapa saat. Rata-rata pertambahan bobot badan harian yang bisa dicapai dengan pem eliharaan intensif adalah 0,2 kg per hari.

F. Kon versi Pakan

Konversi pakan digunakan sebagai tolok ukur efisiensi produksi, sem akin rendah nilai konversi berarti efisiensi penggunaan pakan sem akin tinggi (Siregar, 1994). Konversi pakan adalah jum lah pakan yang dimakan persatuan pert am bahan berat badan yang dihasilkan (Anggorodi, 1990). Selanjutnya T illm an et al., (1998), menyatakan bahwa konversi pakan mencerminkan kebutuhan pakan yang diperlukan unt uk m enghasilkan pert am bahan berat badan dalam satu satuan yang sam a.

Menurut Basuki (2002), besar kecilnya konversi pakan sangat tergantung pada konsumsi bahan kering dan pertambahan berat badan harian ternak. Ditam bahkan oleh Martawidjaja (1998), bahwa konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan berat badan dan kecernaan, artinya bahwa sem akin baik kualitas pakan yang dikonsumsi akan menghasilkan pert am bahan berat badan yang lebih tinggi dan lebih efisien dalam penggunaan pakannya.

Menurut Anggorodi (1990), konversi pakan dipengaruhi oleh laju perjalanan digesta di dalam alat pencernaan, bentuk fisik ransum , komposisi ransum dan pengaruh im bangan nutrisi. Efisiensi substitusi pakan khususnya ternak rum inansia kecil antara lain dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pert am bahan berat badan dan nilai kecernaan, m akin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak akan menghasilkan pertambahan bobot badan harian lebih tinggi.

G. Feed Cost Per Gain

Salah satu komponen biaya produksi ialah biaya pakan. Besar kecilnya biaya pakan tergantung pada banyak sedikitnya tingkat konsumsi ternak dan bahan-bahan pakan yang digunakan. Dari total biaya produksi, sekit ar 80% khusus biaya untuk pakan. Hal ini dapat dimaklum i karena sejak m ulai

dipelihara ternak secara terus - menerus setiap hari harus makan. Berbeda dengan biaya lainnya yang dikeluarkan sewakt u - waktu sepert i pembelian bibit, pemeliharaan dan kesehatan (Rasyaf, 1996).

Feed cost per gain yang rendah didapat kan dengan pemilihan bahan pakan untuk menyusun ransum harus semurah m ungkin dan tersedia secara kontinyu atau dapat juga m enggunakan limbah pert anian yang tidak kom petitif. Feed cost per gain dinilai baik apabila angka yang diperoleh serendah m ungkin, yang berarti dari segi ekonomi penggunaan pakan efisien (Basuki, 2002).

H IPO TESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lum bricus rubellus) dalam ransum dapat m eningkatkan performan domba lokal jantan.

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai tanggal 28 Desember 2008 sampai 22 Februari 2009, di kandang penelitian Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas M aret Surakarta yang berlokasi di Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Analisis pakan dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Nutrisi Fakultas Peternakan dan Laboratorium Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah M ada serta sisa pakan di Laboratorium Biologi Tanah Universitas Sebelas M aret Surakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Domba Domba yang digunakan dalam penelitian adalah domba lokal jantan

dengan berat badan 13,82 ± 0,73 kg dengan umur ± 7 bulan sebanyak 12 ekor.

2. Ransum Ransum yang digunakan terdiri dari pakan hijauan (rumput lapang) dan pakan konsentrat (bungkil kedelai, bekatul, tepung jagung, premix) dan penambahan tepung cacing tanah sebagai pakan perlakuan. Adapun kebutuhan nutrien domba, susunan konsentrat, kandungan nutrien dan susunan ransum dapat dilihat p ada tabel 1, 2, 3 dan 4. Tabel 1. Kebutuhan nutrien untuk domba jantan berat badan 15 kg

No

Nutrien

Kebutuhan (%)

1 Total Digestible Nutrient (TDN) 55,00

2 Protein Kasar (PK) 12,50

3 Kalsium (Ca) 0,31

4 Fosfor (P) 0,32 Sumber : Ranjhan (1980)

Tabel 2. Susunan konsentrat

SK Ca P Bahan Pakan

TDN

PK

LK

% % % Bekatul 1)

49 9.1 4.0 2.5 0.03 0.26 Tp. Jagung 1) (16%)

72 9.7 6.9 4.3 0.05 0.63 Bk. Kedelai 1) (10%)

86 41.3 4.9 5.3 0.24 0.53 Premix 1)

25 20 Sumber : 1) Hartadi et al., (1997)

Tabel 3. Kandungan nutrien bahan penyusun ransum

SK Ca P Bahan Pakan

BK

TDN

PK

LK

Rumput lapang 5) 32.80 58.02 11.28 1.61 24.17 0.37 0.23

Konsentrat 4) 89.92 64.32 13.74 6.17 11.53 0.55 0.74

Tp.Cacing tanah 6) 92.48 91.11 50.02 10.66 2.84 0.55 1 Sumber : 1) Hasil Analisis Laboratorium Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian

Universitas Gadjah Mada (2009) Hasil Analisis Laboratorium Biokimia Nutrisi Fakultas Peternakan

Universitas Gadjah Mada (2008) Hasil perhitungan menurut Hartadi et al., (1997)

Hasil perhitungan tabel 2 Susilo (2007)

Tabel 4. Susunan dan kandungan nutrien ransum Sumber : Perlakuan

Bahan Pakan

P0

P1

P2 P3

1. Komposisi ransum Rumput lapang

70% 70% Konsentrat

26% 24% Tp. Cacing Tanah

2. Kandungan Nutrien Energi (TDN)%

59.91 61.73 63.55 65.38 Protein Kasar (PK)%

11.98 12.98 13.98 14.98 Lemak Kasar (LK)%

2.97 3.18 3.40 3.62 Serat Kasar (SK)%

20.38 20.43 20.49 20.54 Kalsium (Ca)%

0.42 0.42 0.42 0.42 Phospor (P)%

0.38 0.39 0.39 0.40 Sumber : Hasil perhitungan Tabel 3

3. Persiapan Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan merupakan kandang individual dengan sistem panggung yang berjumlah 12 dengan ukuran 100 cm x 75 cm x 120 cm. Kandang terbuat dari kayu dan peralatan yang digunakan meliputi :

a. Tempat pakan hijauan terbuat dari papan kayu, sedangkan ember plastik untuk konsentrat dan tempat minum.

b. Termometer ruang untuk mengukur suhu dalam dan luar kandang.

c. Timbangan elektronik merk Ideal life kapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 gram untuk menimbang pakan dan sisa pakan.

d. Timbangan gantung kapasitas 25 kg dengan kepekaan 0,1 kg untuk menimbang domba.

e. Lampu pijar sebagai alat p enerangan kandang.

f. Peralatan lain yang digunakan yaitu sapu lidi, sabit, selang air, sekop.

C. Persiapan Penelitian

1. Persiapan Kandang Kandang dan peralatan sebelum digunakan dibersihkan dan di desinfektasi terlebih dahulu menggunakan larutan Lysol dengan dosis 15ml/1 liter air dengan tujuan untuk mencegah berkembangnya mikroba pathogen yang dapat mengganggu kesehatan domba.

2. Persiapan domba Domba sebelum digunakan diberi obat cacing merk Nemasol dengan dosis 375mg/45 kg BB untuk menghilangkan parasit dalam saluran pencernaan. Kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal. Jumlah domba yang digunakan sebanyak 12 ekor. Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan adaptasi selama 2 minggu.

3. Persiapan Ransum Ransum yang diberikan berdasarkan BK sebanyak 6% dari berat badan. Ransum yang digunakan berupa hijauan (rumput lapang), konsentrat dan 3. Persiapan Ransum Ransum yang diberikan berdasarkan BK sebanyak 6% dari berat badan. Ransum yang digunakan berupa hijauan (rumput lapang), konsentrat dan

1) M enyediakan cacing tanah yang telah dewasa (panjang 2-5 inchi).

2) M asukkan cacing tanah ke dalam wadah dan dibiarkan selama 30 menit.

3) Jemur cacing tanah selama 60 menit di atas wadah seng yang bersih untuk menghilangkan lendir dari tubuhnya.

4) Cuci cacing tanah tersebut, lalu diangin-anginkan selama 30 menit.

5) Jemur hingga kering di bawah sinar matahari langsung.

6) Setelah kering cacing tanah digiling hingga menjadi tepung dengan alat penggiling.

Perlakuannya adalah tepung cacing tanah dicampur dengan konsentrat secara homogen sesuai dengan tingkat p erlakuannya.

D. Cara Penelitian

1. M etode penelitian Penelitian mengenai pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dalam ransum terhadap performan domba lokal jantan ini merupakan penelitian secara eksperimental.

2. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 4 macam perlakuan ransum. Setiap perlakuan terdiri tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari satu ekor domba. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut : P0 = 70% Hijauan + 30% Konsentrat + Tepung cacing tanah 0% P1 = 70% Hijauan + 28% Konsentrat + Tepung cacing tanah 2% P2 = 70% Hijauan + 26% Konsentrat + Tepung cacing tanah 4% P3 = 70% Hijauan + 24% Konsentrat + Tepung cacing tanah 6%

3. Peubah Penelitian Peubah yang diamati meliputi :

a. Konsumsi pakan Konsumsi pakan (dalam BK) diperoleh dengan menghitung selisih jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan setiap harinya, konsumsi pakan dinyatakan dalam bentuk konsumsi BK (g per ekor per hari).

b. Pertambahan bobot badan Harian(g/ekor/hari). Pertambahan bobot badan merupakan selisih antara bobot badan awal dengan bobot badan akhir pemeliharaan yang dinyatakan dalam g/ekor/hari. Penimbangan bobot badan tiap satu minggu sekali.

PBBH : Bobot badan akhir – bobot badan awal

Waktu (hari)

c. Konversi pakan M erupakan perbandingan antara jumlah konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan selama pemeliharaan. Konversi pakan : Pakan yang dikonsumsi (g) PBBH (g)

d. Feed cost per gain (Rupiah/Kg bobot badan) Feed cost per gain diperoleh dengan cara menghitung jumlah biaya pakan yang diperlukan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan. Feed cost per gain = harga ransum x konversi pakan.

4. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap adaptasi dan tahap pengumpulan data. Tahap adaptasi dilakukan selama 2 minggu meliputi penimbangan bobot badan awal serta adaptasi terhadap perlakuan pakan yang diberikan dan lingkungan kandang. Kegiatan pengumpulan data yaitu pengumpulan data menimbang bobot badan domba, yang dilakukan setiap satu minggu sekali dan mencatat konsumsi pakan dan menimbang pakan yang tersisa. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Pakan yang berupa rumput lapang diberikan dua kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 WIB 4. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap adaptasi dan tahap pengumpulan data. Tahap adaptasi dilakukan selama 2 minggu meliputi penimbangan bobot badan awal serta adaptasi terhadap perlakuan pakan yang diberikan dan lingkungan kandang. Kegiatan pengumpulan data yaitu pengumpulan data menimbang bobot badan domba, yang dilakukan setiap satu minggu sekali dan mencatat konsumsi pakan dan menimbang pakan yang tersisa. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Pakan yang berupa rumput lapang diberikan dua kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 WIB

E. Cara Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian untuk konsumsi dan konversi pakan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), pertambahan bobot badan harian menggunakan analisis kovariansi dan feed cost per gain menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. M odel matematika yang digunakan sebagai berikut

ij Y =μ +t I +ε ij Y ij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-I ulangan ke-j μ = Nilai tengah perlakuan ke-I

t I = Pengaruh perlakuan ke-I ε ij = Kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-I ulangan ke-j. (Gasp ersz, 1991).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konsumsi Bahan Kering Ransum

Rerata konsum si bahan kering pakan domba lokal jant an selama penelitian ditampilkan pada T abel 5. Tabel 5. Rerata konsumsi bahan kering pakan (g/ekor/hari)

Ulangan

Perlakuan Rata-rata

Rerat a konsumsi bahan kering ransum pada penelitian ini berturut-t urut dari P0, P 1, P2, dan P3 adalah 843,59; 831,67; 867,70 dan 896,86 g/ekor/hari. Hasil analisis variansi (lampiran 1) m enunjukkan bahwa konsumsi bahan kering ransum ant ar perlakuan adalah berbeda tidak nyata (P≥ 0.05). Hal ini berarti bahwa penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) sampai taraf 6% dari total ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum .

Keadaan ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung cacing tanah (Lum bricus rubellus) cukup palatabel, sehingga penggunaannya dalam ransum tidak mem pengaruhi konsum si ransum . T epung cacing tanah (Lumbricus rubellus ) yang digunakan mempunyai bent uk remah, warna coklat, menghasilkan bau yang khas. Menurut Reksohadiprodjo (1992) cit Handayanta (2004), bahwa besarnya konsum si pakan m enunjukkan palatabilitasnya dan kualitas pakan tersebut. Palatabilitas akan mempengaruhi tingkat konsumsi, karena dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dari pakan tersebut. Pakan yang m em punyai palatabiltas tinggi akan m enyebabkan konsum si m eningkat dan sebaliknya (Kart adisastra, 1997).

Konsum si ransum juga berhubungan erat dengan kandungan serat kasarnya, dim ana konsum si ransum akan menurun apabila kandungan serat kasar tinggi. Kandungan serat kasar yang tidak jauh berbeda ant ara 20,38 – 20,54 % (t abel 4) diduga menyebabkan tidak berbedanya konsumsi

Konsum si bahan kering pakan yang berbeda tidak nyata diduga karena perbedaan kandungan energi pada setiap pakan perlakuan yaitu ant ara 59,91 – 65,38 % (t abel 4) tidak cukup mampu m em berikan perbedaan yang nyata terhadap konsumsi bahan kering dom ba selama penelitian. Anggorodi (1990), mengatakan bahwa tinggi rendahnya kandungan energi dalam pakan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya konsumsi pakan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Tillman et al., (1991) bahwa kandungan nutrien yang sangat berpengaruh terhadap konsum si adalah kandungan energi dalam pakan.

Selain itu perbedaan kandungan protein kasar dari P0 – P3 antara 11,98 – 14,98 % (t abel 4) diduga belum m engakibatkan perbedaan yang signifikan, sehingga m engakibatkan konsum si bahan keringnya berbeda tidak nyat a. Prot ein merupakan nutrien esensial bagi tubuh ternak dan ketersediaan protein yang cukup m enyebabkan aktivit as dan pert um buhan mikroorganisme meningkat sehingga proses pencernaan dan konsumsi juga meningkat.

Menurut Setter dan Slyter (1974) cit W idyastuti et al., (1996) bahwa protein kasar dalam rumen akan diubah m enjadi NH 3 , sedangkan mikroba rumen membutuhkan NH 3 untuk pert umbuhan dan perkem bangan yang optimal. Anggorodi (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mem pengaruhi daya cerna adalah bent uk fisik pakan, komposisi ransum, suhu, laju perjalanan pakan melalui alat pencernaan dan pengaruh terhadap perbandingan dari nutrien lain.

B. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pengaruh penggunaan tepung cacing tanah (Lum bricus rubellus) dalam ransum terhadap pert ambahan bobot badan harian dom ba lokal jantan selama penelitian ditampilkan pada T abel 6. Tabel 6. Rerata pertambahan bobot badan harian (g/ekor/hari)

Ulangan

Perlakuan Rata-rat a

Rerata pert am bahan bobot badan harian dom ba lokal jant an pada penelitian ini berturut-t urut dari P0, P1, P2, dan P3 adalah 60,71; 57,14; 63,10 dan 67,86 g/ekor/hari.

Hasil analisis kovariansi (lampiran 2) menunjukkan bahwa pert am bahan bobot badan harian ant ar perlakuan berbeda tidak nyata (P≥ 0.05). Hal ini berarti bahwa penggunaan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus ) sam pai taraf 6% dari total ransum tidak berpengaruh terhadap pert am bahan bobot badan harian dom ba lokal jantan.

Pertam bahan bobot badan harian yang berbeda tidak nyata diduga disebabkan karena konsum si pakan antar perlakuan juga berbeda tidak nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa kem am puan domba lokal jantan dalam memanfaatkan pakan yang dikonsum si untuk pertumbuhan adalah sam a. Akan tetapi dilihat dari rerat a pert ambahan bobot badan harian dom ba lokal jantan dari P0 sampai P3 m engalam i peningkatan, karena konsumsi pakannya juga meningkat jika dilihat dari rerata konsumsi bahan kering (t abel 5). Perbedaan kandungan energi dan protein dalam pakan perlakuan (T abel 4) tidak cukup mampu m emberikan perbedaan pada perform an dom ba yaitu pertambahan bobot badan harian selama penelitian. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Kart adisastra (1997), bahwa berat badan ternak senantiasa berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Parakkasi (1999), mengatakan bahwa pert am bahan berat badan dipengaruhi oleh konsum si nutrisi pakan, dan oleh