PENGARUH MINYAK JINTAN HITAM DALAM MENCEGAH PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PENGARUH MINYAK JINTAN HITAM DALAM MENCEGAH PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH ( Rattus norvegicus) SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Pradipta Arief Pramono

G 0006136

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Pengaruh Minyak Jintan Hitam Dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih ( Rattus norvegicus)

Pradipta Arief Pramono, G0006136, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Senin, Tanggal 31 Mei 2010

Pembimbing Utama

Nama : Veronika Ika Budiastuti, dr., M.Pd NIP : 19730312 200212 2 001

(…………………………….) Pembimbing Pendamping

Nama : Kustiwinarni, Dra., Apt. NIP : 19520308 198503 2 001

(…………………………….) Penguji Utama

Nama : Ida Nurwati, dr., M.Kes NIP : 19650203 199702 2 001

(…………………………….) Anggota Penguji

Nama : Dian Ariningrum, dr., SpPK, M.Kes NIP : 19710720 200604 2 001

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr., M.Kes. Prof. Dr.H. AA. Subijanto, dr., MS.

NIP: 19450824 197310 1 001 NIP: 19481107 197310 1 003

ii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 31 Mei 2010

Pradipta Arief Pramono NIM. G0006136

iii

ABSTRAK

Pradipta Arief Pramono, G0006136, Pengaruh Minyak Jintan Hitam dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus), Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Peningkatan kadar kolesterol LDL dalam plasma merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Meningkatkan asupan asam lemak tidak jenuh rantai ganda (polyunsaturated fatty acid; PUFA) dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL plasma. Minyak jintan hitam diketahui memiliki kandungan PUFA cukup tinggi (84%) terutama asam linoleat.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian minyak jintan hitam dalam mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL pada tikus putih (Rattus norvegicus).

Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan pretest and posttest controlled group design , dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Yogyakarta. Subjek penelitian adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus ) sebanyak 34 ekor, strain Wistar, umur 3 bulan dengan berat badan kurang lebih 200 gram. Tikus-tikus dibagi menjadi 2 kelompok , masing-masing kelompok terdiri dari 17 ekor tikus. Semua kelompok diberi pakan tinggi kolesterol. Kelompok I sebagai kontrol, sedangkan kelompok II diberi minyak jintan hitam sebanyak 0,4 ml/ 200 gram BB/ hari. Seluruh tikus diperiksa kadar kolesterol LDL darahnya sebelum dan setelah 28 hari perlakuan.

Hasil Penelitian: Hasil uji t berpasangan pada kelompok I tidak menunjukkan perbedaan kadar kolesterol LDL yang signifikan dengan nilai p= 0,218 (p> 0,05) sedangkan hasil uji t berpasangan pada kelompok II menunjukkan kadar kolesterol LDL yang meningkat secara signifikan dengan nilai p= 0,000 (p<0,05).

Simpulan Penelitian: Pemberian oral minyak jintan hitam sebanyak 0,4 ml/200 gram BB/hari selama 28 hari tidak terbukti dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).

Kata kunci: Minyak jintan hitam; Kadar kolesterol LDL; Rattus norvegicus

iv

ABSTRACT

Pradipta Arief Pramono, G0006136, The Effect of Black Cumin Oil on Preventing The Increase of LDL Cholesterol Level of White Rats (Rattus norvegicus), Medical Faculty, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

The increase of LDL cholesterol level in plasma is a predisposing factor of coronary heart disease (CHD). Increasing the intake of polyunsaturated fatty acid (PUFA) can prevent the increase of LDL cholesterol level in plasma. The Black Cumin Oil contains high level of PUFA (84%) especially linoleic acid.

Objective: The purpose of this study was to assess the effect of black cumin oil on preventing the increase of LDL cholesterol level of white rats’ (Rattus norvegicus ) blood.

Methods: This experimental laboratoric study with pre test and post test controlled group design was held in Trial and Research Laboratory Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Thirty-four male white rats, Wistar strain, 3 months old, and about 200 gram weights were divided into 2 groups. Both groups were fed by high cholesterol food. The first group was the control group and the second group was fed with black cumin oil 0,4 ml/ 200 gram body weight/day. The LDL cholesterol level of both groups were checked twice, before and after 28 days treatment.

Results: The result of paired sample t-test in the first group showed no significant difference in LDL cholesterol level with p= 0,218 (p>0,05). The result of paired sample t-test on second group showed a significant increase in LDL cholesterol level with p= 0,000 (p<0,05).

Conclusion: The oral fed of black cumin oil 0,4 ml/ 200 gram body weight/day during 28 days has no effect on preventing the increase of LDL cholesterol level of white rats (Rattus norvegicus).

Keywords: Black cumin oil; LDL cholesterol level; Rattus norvegicus

PRAKATA

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala kesempatan, nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Minyak Jintan Hitam Dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.

Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam proses untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Segala sesuatu yang telah penulis lakukan dalam upaya menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa hormat dan tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sri Wahjono, dr., MKes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Veronika Ika Budiastuti, dr., MPd., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan saran bagi penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Kustiwinarni, Dra., Apt., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran bagi penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Ida Nurwati, dr., MKes., selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji dan memberi masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.

6. Dian Ariningrum, dr., MKes., SpPK., selaku Penguji Pendamping yang telah berkenan menguji dan memberi masukan yang berarti dalam penulisan skripsi ini.

7. Staf Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran UNS yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

8. Kedua orangtuaku tercinta dan adik-adikku yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku yang sudah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun kedepannya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi para pembaca pada khususnya.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

vi

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1. Komposisi fraksi PUFA minyak jintan hitam.

9 Tabel 2. Rerata berat badan tikus putih sebelum perlakuan.

26 Tabel 3. Rerata kadar kolesterol LDL kedua kelompok tikus

28 putih sebelum perlakuan.

Tabel 4. Rerata kadar kolesterol LDL tikus putih setelah

29 perlakuan.

Tabel 5. Rerata kadar kolesterol LDL tikus putih sebelum

30 dan setelah perlakuan pada kelompok I (kontrol).

Tabel 6. Rerata kadar kolesterol LDL tikus putih sebelum dan

30 setelah perlakuan pada kelompok II (perlakuan).

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Metabolisme kolesterol

5 Gambar 2. Struktur asam linoleat dan asam linolenat

7 Gambar 3. Mekanisme PUFA dalam menurunkan kadar kolesterol LDL 9 Gambar 4. Distribusi Data Berat Badan Tikus Putih pada K I (kiri)

25 Gambar 5. Distribusi Data Kolesterol LDL Pretest pada K I (kiri) dan K II (kanan)

dan K II (kanan)

27 Gambar 6. Distribusi Data Kolesterol LDL Posttest pada K I (kiri) dan K II (kanan)

29 Gambar 7. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan

31

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1 Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia

41 Lampiran 2 Kadar Kolesterol LDL Berdasarkan Umur Tikus Putih

42 Lampiran 3 Cara Pembuatan Pakan Hiperkolesterolemik

43 Lampiran 4 Komposisi Pellet

44 Lampiran 5 Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Per Oral

45 Lampiran 6 Data Biologis Tikus

Lampiran 7 Kandungan Nutrisi per 100 gram Jintan Hitam

Lampiran 8 Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus Putih Sebelum Perlakuan (Gram)

48 Lampiran 9 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Sebelum Perlakuan (mg/dL)

49 Lampiran 10 Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Setelah Perlakuan (mg/dL)

50 Lampiran 11 Grafik Uji Normalitas Berat Badan Tikus Putih Kelompok I 51 Lampiran 12 Grafik Uji Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok I Sebelum dan Setelah Perlakuan

52 Lampiran 13 Grafik Uji Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok II Sebelum dan Setelah Perlakuan

53 Lampiran 14 Uji Normalitas Berat Badan, Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tikus Putih

54 Lampiran 15 Uji t Berat Badan Tikus Putih Sebelum Perlakuan

56 Lampiran 16 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I dan Kelompok II Sebelum Perlakuan

58 Lampiran 17 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I dan Kelompok II Sesudah Perlakuan

60 Lampiran 18 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I Sebelum

xi

62 Lampiran 19 Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok II Sebelum dan Sesudah Perlakuan

dan Sesudah Perlakuan

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian

66 Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian 69

Lampiran 22 Surat Tanda Selesai Penelitian

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aterosklerosis koroner merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Grundy, 2006). Salah satu faktor risiko utama aterosklerosis adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL (High Density Lipoprotein ). Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain. Upaya mengubah gaya hidup (berhenti merokok, memelihara berat badan ideal, membatasi asupan makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh) akan menurunkan risiko PJK dan dapat menyebabkan perlambatan bahkan regresi aterosklerosis (Anwar, 2004). Terapi nutrisi medis berperan penting dalam penatalaksanaan dislipidemia. Pasien dengan kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi dianjurkan untuk mengurangi konsumsi asam lemak jenuh (saturated fatty acid ; SFA) dan meningkatkan asupan asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated fatty acid ; MUFA) dan majemuk (polyunsaturated fatty acid ; PUFA) (Adam, 2007).

Kandungan MUFA, terutama asam oleat, yang cukup tinggi bisa didapatkan pada minyak zaitun (Masella et al. cit Parthasarathy et al., 2001). Sementara kandungan PUFA, terutama asam linoleat, banyak terdapat pada minyak jagung, kapas, kacang kedelai, wijen, biji jintan hitam, bunga matahari (minyak biji-bijian), sedangkan asam linolenat banyak terdapat pada minyak kacang kedelai, kecambah dan gandum (Almatsier, 2006; Kandil, 2005). Biji jintan hitam atau Nigella sativa termasuk dalam famili Ranunculaceae dan telah lama digunakan sebagai tanaman obat oleh masyarakat di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya serta Asia Selatan (Gilani et al., 2004). Kandil (2005) meneliti tentang fraksi lipid dari biji jintan hitam yang ternyata mengandung PUFA yang cukup tinggi (84%) terutama asam linoleat. PUFA ini juga berpengaruh terhadap kadar kolesterol LDL melalui mekanisme yang sama sebagaimana efek MUFA (Botham dan Mayes, 2003c). Diet MUFA dan PUFA telah terbukti efektif dalam mengurangi kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (Degirolamo et al., 2008).

El Dakha Khani pada tahun 2000 meneliti tentang jintan hitam pada tikus putih selama 4 minggu dan menunjukkan hasil penurunan yang signifikan pada kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta peningkatan pada kadar kolesterol HDL. Penelitian tentang minyak jintan hitam yang kaya akan PUFA dalam pengaruhnya terhadap penurunan kadar kolesterol LDL telah banyak dilakukan, oleh karena itu peneliti mencoba meneliti tentang pengaruh minyak jintan hitam dari segi pencegahan peningkatan kadar kolesterol LDL.

B. Perumusan Masalah

Apakah minyak jintan hitam dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minyak jintan hitam dalam mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus ).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Untuk memperkaya pengetahuan di bidang biokimia dan berbagai disiplin ilmu terkait penggunaan minyak jintan hitam untuk mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL.

2. Manfaat aplikatif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemungkinan penggunaan minyak jintan hitam dalam diet sehari-hari sebagai perlindungan terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kolesterol LDL ( Low Density Lipoprotein)

Lemak di dalam plasma diangkut sebagai lipoprotein. Terdapat 4 golongan lipoprotein yang penting dalam diagnosis klinis yang telah diidentifikasi sampai saat ini yaitu kilomikron, very low density lipoproteins (VLDL atau pre- β-lipoprotein), low density lipoprotein (LDL atau β- lipoprotein), dan high density lipoprotein (HDL atau α-lipoprotein). Lipoprotein terdiri dari inti nonpolar yang terdiri terutama dari triasilgliserol dan ester kolesterol dan dikelilingi lapisan permukaan tunggal dari fosfolipid amfipatik dan molekul kolesterol (Botham dan Mayes, 2003b). Penyusunan molekul yang bersifat hidrofobik di bagian dalam dan molekul hidrofilik di bagian luar memungkinkan lemak diangkut dalam darah (Almatsier, 2006).

Setengah bagian dari protein pada lipoprotein dikenal dengan nama apoliporotein. Satu atau lebih apolipoprotein terdapat pada setiap lipoprotein. Apolipoprotein utama pada LDL adalah apolipoprotein B (B- 100) yang juga terdapat pada VLDL. Hepar dan beberapa jaringan ekstra hepatik mengekspresikan reseptor LDL (B-100, E). Reseptor ini didesain spesifik untuk apo B-100 namun juga dapat menangkap lipoprotein yang banyak mengandung apo E. Kira-kira 30% LDL didegradasi pada jaringan ekstrahepatik dan 70% pada hepar (Botham dan Mayes, 2003b).

am

ar

ambar 1. Metabolisme kolesterol very low density lipoprotein (VLDL) dan produksi low density lipoprotein (LDL). (A, apolipoprotein A;B- 100,apolipoprotein B-100; ©, apolipoprotein C;E, apolipoprotein E;HDL, high- density lipoprotein ;TG, triacylglycerol;IDL, intermediate-density lipopotein;C, cholesterol dan cholesteryl ester;P, phospholipid)

(Botham dan Mayes, 2003b)

Jalur metabolisme lipoprotein dibagi menjadi 3 yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Jalur metabolisme endogen inilah yang berhubungan dengan kolesterol LDL. Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai VLDL. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam VLDL akan terhidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi intermediate density lipoprotein (IDL) yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium. Sebagian lagi dari kolesterol LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak Jalur metabolisme lipoprotein dibagi menjadi 3 yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Jalur metabolisme endogen inilah yang berhubungan dengan kolesterol LDL. Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai VLDL. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam VLDL akan terhidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi intermediate density lipoprotein (IDL) yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium. Sebagian lagi dari kolesterol LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak

2. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA)

Asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) merupakan asam lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap. Beberapa dari PUFA merupakan asam lemak esensial yang tubuh tidak dapat mensintesisnya seperti asam linoleat dan asam linolenat. Kedua jenis asam lemak ini dibutuhkan untuk perumbuhan dan fungsi normal semua jaringan. Asam linoleat banyak terdapat pada minyak jagung, kapas, kacang kedelai, wijen, biji jintan hitam, bunga matahari (minyak biji-bijian), sedangkan asam linolenat banyak terdapat pada minyak kacang kedelai, kecambah dan gandum (Almatsier, 2006; Kandil, 2005).

Gambar 2. Struktur asam linoleat dan asam linolenat (Botham dan Mayes, 2003c)

3. Minyak Jintan Hitam

Jintan hitam atau Nigella sativa tumbuh di berbagai belahan dunia, termasuk Saudi, Afrika Utara dan sebagian Asia. Nigella sativa merupakan bunga fennel dari keluarga Ranunculaceae. Biji-biji Nigella sativa Jintan hitam atau Nigella sativa tumbuh di berbagai belahan dunia, termasuk Saudi, Afrika Utara dan sebagian Asia. Nigella sativa merupakan bunga fennel dari keluarga Ranunculaceae. Biji-biji Nigella sativa

18 inchi. Nigella sativa adalah tumbuhan biseksual artinya dapat mengembangbiakkan dirinya sendiri, membentuk sebuah kapsul buah yang mengandung biji. Saat kapsul buah matang, ia akan membuka dan biji yang ada didalamnya akan mengudara dan berubah menjadi hitam, sehingga disebut biji hitam (black seed) (Awan, 2008).

Dalam taksonomi tumbuhan, jintan hitam diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kingdom : Plantae

2. Divisio : Magnoliophyta

7. Spesies : Nigella sativa (Awan, 2008)

Penelitian tentang fraksi lemak biji jintan hitam telah dilakukan oleh Kandil (2005) yang menemukan adanya kandungan PUFA kira-kira sebesar 84% dari total fraksi asam lemak dan kandungan SFA (Saturated Fatty Acid ) kira-kira sebesar 16%. Berikut ini merupakan tabel komposisi fraksi asam lemak tidak jenuh yang terkandung dalam minyak jintan hitam.

Tabel 1. Komposisi fraksi PUFA minyak jintan hitam

Polyunsaturated Fatty Acid Fraction

% by weight in Abbreviated No.

fraction Structure 1. cis-9,12-octadecadienoic acid

IUPAC Name

Common

60.7-72.6 % C18:2 2. cis-9-octadecenoic acid

Linoleic acid

23.8-29.7 % C18:1 3. cis-11,14-eicosadienoic acid

Oleic acid

1.2-3.1 % C20:2 4. cis-9,12,15-octadecatrienoic

0.83-2.38 % C18:3 acid 5. cis-9-hexadecenoic acid

Linolenic acid

Palmitoleic acid 0.36-1.2 % C16:1 6. cis-9-tetradecenoic acid

Myristoleic acid 0.12-0.25 % C14:1

(Kandil, 2005)

4. Mekanisme Minyak Jintan Hitam dalam Mencegah Peningkatan Kadar Kolesterol LDL

Gambar 3. Mekanisme PUFA dalam menurunkan kadar kolesterol LDL

(Fernandez dan West, 2005)

PUFA menginduksi ekspresi reseptor X hepar (liver X receptor ; LXR), yaitu reseptor yang terdapat pada hepar sebagai sensor terhadap kadar sterol yang berfungsi membantu organisme mengatasi tingginya kadar kolesterol (Fernandez dan West, cit Tobin et al., 2005). LXR ini nantinya akan akan mengatur kadar kolesterol intraselular dengan menginduksi ekspresi cholesterol 7α-hydroxylase (CYP7), enzim yang menginisiasi konversi kolesterol menjadi asam empedu. Konversi kolesterol menjadi asam empedu bersifat ireversibel dan merupakan proses akhir dari katabolisme kolesterol. Dengan demikian jumlah kolesterol yang digunakan untuk pembentukan VLDL akan berkurang dan akibatnya VLDL dan LDL yang terbentuk juga akan berkurang. Selain itu PUFA juga memiliki mekanisme peningkatan jumlah reseptor (up regulation) dari kolesterol LDL dan mengurangi konversi VLDL menjadi LDL sehingga nantinya peningkatan kadar kolesterol LDL dalam plasma dapat dicegah (Fernandez dan West, 2005).

B. Kerangka Pemikiran

1. PUFA meningkatkan jumlah

Makanan tinggi

reseptor LDL

kolesterol

Minyak Jintan Hitam

2. PUFA akan 2. PUFA akan mengandung PUFA Minyak Jintan menyebabkan penurunan

Kadar LDL

Hitam Mengandung

menyebabkan penurunan

konversi VLDL ke LDL konversi VLDL ke LDL

plasma

PUFA

Faktor Lain:

1. Stres

3. PUFA memacu

2. Mutasi reseptor LDL

peningkatan ekspresi

Liver X Receptor (LXR) yang akan

meningkatkan sekresi

enzim cholesterol 7α-

hydroxylase

Faktor Lain:

sehinggga terjadi

1. Gangguan sintesis

peningkatan konversi

kolesterol di hepar

kolesterol ke asam

2. Hormon tiroid

empedu

3. Kerusakan pankreas

Keterangan:

: mekanisme kerja : memacu peningkatan : menghambat peningkatan

Makanan tinggi kolesterol akan meningkatkan kadar LDL plasma, sedangkan PUFA melalui peningkatan jumlah reseptor LDL, penurunan konversi VLDL ke LDL dan ekspresi LXR akan menghambat peningkatan kadar LDL plasma.

C. Hipotesis

Minyak jintan hitam memiliki pengaruh dalam mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan pre and post test controlled group design .

B. Lokasi Penelitian

Pemberian perlakuan dan pengukuran kadar kolesterol tikus putih akan dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM).

C. Subjek Penelitian

Tikus diperoleh dari LPPT UGM berupa Tikus Putih (Rattus norvegicus ) Jantan Strain Wistar sehat dan mempunyai aktivitas normal, berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan 180-200 gram.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer (Maryanto dan Fatimah, 2004). Rumus Federer :

(n-1) x (t-1) > 15

Keterangan: n= besar sampel tiap kelompok t= banyaknya kelompok (n-1) x (2-1) > 15 (n-1) x 1 > 15 n – 1 > 15 n > 16

Dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 17 ekor tikus putih. Peneliti memilih untuk menggunakan 17 ekor tikus putih tiap kelompok dengan jumlah kelompok sebanyak 2 kelompok sehingga jumlah seluruh subjek penelitian sebanyak 34 ekor.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

: minyak jintan hitam

2. Variabel tergantung

: kadar kolesterol LDL

3. Variabel luar :

a. Dapat dikendalikan : pakan yang diberikan selama perlakuan, faktor hormonal, stres, umur, dan jenis kelamin

b. Tidak dapat dikendalikan : penyakit hepar, penyakit pankreas, mutasi reseptor LDL

F. Definisi Operasional Variabel

1. Minyak Jintan Hitam

Minyak jintan hitam adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi biji jintan hitam (Nigella sativa) yang sudah dihancurkan kemudian diproses dengan penguapan, pendinginan dan saponifikasi (Kandil,2005). Minyak jintan hitam yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan merek Al Ghuroba’ dan diperoleh dari toko obat-obatan herbal dengan kadar minyak jintan hitam dalam larutan minyak tidak diketahui.

Pada penelitian kali ini minyak jintan hitam yang diberikan menggunakan dosis tunggal sebesar 2 ml/kg berat badan atau setara dengan 0,4 ml/ 200 gram BB (Zaoui et al., 2002). Pemberian minyak jintan hitam Pada penelitian kali ini minyak jintan hitam yang diberikan menggunakan dosis tunggal sebesar 2 ml/kg berat badan atau setara dengan 0,4 ml/ 200 gram BB (Zaoui et al., 2002). Pemberian minyak jintan hitam

2. Kadar Kolesterol LDL

Variabel tergantung berupa kadar kolesterol LDL. Definisi kadar kolesterol LDL dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol LDL tikus putih yang diukur setelah 12 jam puasa yang dihitung pada waktu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Pengukuran kadar kolesterol LDL ini menggunakan metode Direct Homogenous dengan reagen merk Roche Diagnostic. Variabel ini mempunyai skala pengukuran rasio.

3. Variabel luar yang dapat dikendalikan

a. Pakan yang diberikan selama perlakuan Pakan yang diberikan selama perlakuan adalah sama untuk setiap kelompok berupa pakan hiperkolesterolemik dan pakan standar. Pakan hiperkolesterolemik merupakan pakan yang mengandung kolesterol dalam jumlah tertentu yang bertujuan untuk membuat keadaan hiperkolesterolemia pada tikus putih pada penelitian ini tercapai.

Komposisi pakan hiperkolesterolemik yang digunakan pada penelitian ini (Phyto Medica, 1993) :

1) Kuning telur itik 5 ml

2) Minyak babi

10 ml

3) Minyak kelapa 1 ml

4) Kristal kolesterol 0,1 gram Pakan hiperkolesterolemik berupa minyak babi, minyak kelapa dan kuning telur itik dapat diperoleh dari LPPT UGM Yogyakarta, sedangkan kristal kolesterol diperoleh dari Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran UNS. Pemberian pakan hiperkolesterolemik force fed dengan dosis 2,5 ml / 200 gram BB dilakukan pada pukul 07.00 dan pukul 15.00 selama 4 minggu untuk semua subjek penelitian.

b. Faktor hormonal Salah satu hormon yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah hormon tiroid. Tikus putih normal bersifat hipertiroid (Mokhtar cit Martin et al ., 2008). Hormon tiroid adalah hormon yang mengatur metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak (Guyton, 1997). Hormon tiroid, terutama

triiodotironin (T 3 ) dapat meningkatkan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar, dengan demikian, hormon ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Ganong, 2003). Keadaan tikus putih yang hipertiroid dapat diatasi dengan pemberian larutan propiltiourasil (PTU) 0,1 % ad libitum agar menjadi eutiroid (Mokhtar, 2008). Pemberian PTU ini

mempengaruhi sintesis hormon tiroid terutama T 3 , sehingga pengaruh mempengaruhi sintesis hormon tiroid terutama T 3 , sehingga pengaruh

c. Stres Stres pada penelitian ini dapat disebabkan karena gangguan adaptasi tikus putih terhadap kondisi lingkungan di tempat penelitian. Stres dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL plasma. Keadaan tersebut merangsang pelepasan epinefrin. Epinefrin akan merangsang insulin. Insulin yang dikeluarkan akan merangsang pengeluaran enzim lipoprotein lipase yang akan meningkatkan kolesterol remnant, kolesterol remnant ini akan dibawa ke hati dan menghasilkan VLDL yang secara cepat dikonversi menjadi LDL (Botham dan Mayes, 2003a). Peneliti mengendalikan faktor stres dengan mengisi setiap kandang 1 ekor tikus

putih dan menjaga suhu kandang tetap 25-27 o C (Mokhtar, 2008).

d. Umur Umur tikus putih berpengaruh pada penelitian ini. Kolesterol tikus putih meningkat pada umur 4 minggu dan menurun dalam beberapa minggu. Kadar kolesterol lebih stabil pada usia 11-16 minggu (Uchida, 2008), setelah itu kadarnya meningkat terutama setelah berumur 63 minggu. Peneliti memilih umur tikus putih berusia 3 bulan (12 minggu) karena pada usia tersebut kadar kolesterol lebih stabil sehingga memudahkan pemantauan terhadap kadar kolesterol LDL akibat pemberian pakan hiperkolesterolemik (Saap, 2007). Variabel ini mempunyai skala interval.

e. Jenis kelamin Jenis kelamin sangat berpengaruh pada penelitian ini yang juga berkaitan terhadap faktor hormonal. Tikus putih jantan memiliki lebih sedikit hormon estrogen dibandingkan dengan betina. Hormon estrogen dapat meningkatkan katabolisme kolesterol LDL sehingga dikhawatirkan akan menurunkan kadar kolesterol LDL di plasma (Ganong, 2003). Oleh karena itu peneliti memilih menggunakan tikus putih jantan, strain Wistar, usia 3 bulan dengan berat badan 180-200 gr sebagai subjek penelitian. Variabel ini mempunyai skala nominal.

4. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

a. Penyakit hepar Kerusakan sel hepar tikus putih merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti karena pendeteksian dini yang sulit dan biaya pemeriksaan yang mahal (Saap, 2007). Kerusakan sel hepar akan mengakibatkan defisiensi Microsomal Triacylglycerol Transfer Protein (MTTP) yang dapat mengurangi sintesis VLDL. Sintesis VLDL yang berkurang akhirnya membuat kadar LDL juga berkurang. Dengan demikian, kerusakan sel hepar yang berfungsi mensintesis VLDL dapat menurunkan kadar kolesterol LDL. Namun, jika kerusakan sel hepar mengenai bagian reseptor LDL maka kadar kolesterol LDL justru akan meningkat (Botham dan Mayes, 2003b).

b. Penyakit pankreas Penyakit pankreas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah b. Penyakit pankreas Penyakit pankreas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

c. Mutasi reseptor LDL Mutasi reseptor LDL adalah mutasi yang terjadi pada reseptor LDL di permukaan sel yang menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor LDL pada membran sel dan fungsinya untuk menangkap molekul LDL. Pemeriksaan adanya mutasi pada reseptor kolesterol LDL pada tikus putih membutuhkan biaya yang mahal sehingga variabel ini termasuk variabel yang tidak bisa dikendalikan oleh peneliti (Halim, 2006).

G. Alur Penelitian

Tikus Putih 34

ekor

Kelompok I Kelompok II (Kontrol) (Perlakuan)

(n=17) (n=17)

Diadaptasikan selama 7 hari dan diberi pakan standar serta larutan PTU 0,1 % ad libitum

Pengukuran kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan (pre test)

Kelompok I Kelompok II Perlakuan kontrol Pemberian PTU 0,1 diberikan PTU 0,1 % % ad libitum dan

ad libitum dan pakan pakan hiperkolesterolemik hiperkolesterolemik 2,5 ml/ 200 gram BB

2,5 ml / 200 gram BB

force fed pada pukul force fed pada pukul

07.00 dan 15.00 serta selama 4 minggu minyak jintan hitam sebanyak 0,4 ml / 200 gram BB pada pukul Pengukuran kadar kolesterol LDL setelah perlakuan (post test) 06.00 dan 14.00

07.00 dan 15.00

selama 4 minggu

Uji normalitas untuk menentukan jenis uji statistik yang sesuai

H. Alat, Bahan dan Cara Kerja Analisa data dengan

uji statistik

1. Alat yang digunakan :

a. Kandang beserta kelengkapan pemberian makan

b. Sonde lambung

c. Tabung mikro kapiler

d. Spuit needle feeding d. Spuit needle feeding

f. Gelas ukur

g. Alat dan tabung sentrifugasi

h. Rak tabung reaksi

i. Pengaduk j. Pipet berskala k. Termometer l. Spektrofotometer

2. Bahan-bahan yang digunakan :

a. Minyak jintan hitam

b. Akuades

c. Larutan propiltiourasil 0,1 %

d. Pakan standar pellet 21

e. Pakan hiperkolesterolemik (campuran pakan standar, kuning telur itik, kristal kolesterol, minyak babi, dan minyak kelapa)

f. Reagen pemeriksaan kolesterol LDL (Roche Diagnostic cat.no.

3. Cara Kerja

a. Langkah I : Penentuan besar sampel dan adaptasi Sebanyak 34 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 2 kelompok (berdasarkan Rumus Federer) dan diadaptasikan selama 1 minggu di laboratorium dan diberi pakan standar dan PTU 0,1 % yang dicampur dengan akuades ad libitum a. Langkah I : Penentuan besar sampel dan adaptasi Sebanyak 34 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 2 kelompok (berdasarkan Rumus Federer) dan diadaptasikan selama 1 minggu di laboratorium dan diberi pakan standar dan PTU 0,1 % yang dicampur dengan akuades ad libitum

c. Langkah III :

1) Kelompok I : Pemberian larutan PTU 0,1 % ad libitum dan pakan hiperkolesterolemik sebanyak 2,5 ml/ 200 gram BB force fed pada pagi hari (pukul 07.00) dan sore hari (pukul 15.00) selama 4 minggu.

2) Kelompok II : Pemberian larutan PTU 0,1 % ad libitum dan pemberian minyak jintan hitam 0,4 ml/ 200 gram BB dengan dosis terbagi, pada pagi hari sebanyak 0,2 ml/ 200 gram BB (pukul 06.00) dan sore hari sebanyak 0,2 ml/ 200 gram BB (pukul 14.00) (Sara, 2009) serta pakan hiperkolesterolemik sebanyak 2,5 ml/ 200 gram BB force fed pada pagi hari (pukul 07.00) dan sore hari (pukul 15.00) selama 4 minggu (penimbangan dan analisis rerata berat badan tikus putih juga dilakukan tiap minggu untuk mengetahui perlunya penyesuaian dosis).

d. Langkah IV : Pengukuran kadar kolesterol LDL setelah mempuasakan selama 12 jam seluruh subjek dan mendapat hasil kolesterol LDL d. Langkah IV : Pengukuran kadar kolesterol LDL setelah mempuasakan selama 12 jam seluruh subjek dan mendapat hasil kolesterol LDL

e. Langkah V : Analisis hasil pengukuran kolesterol LDL pre test dan post test secara statistik.

I. Teknik Analisis Statistik

Data berat badan dan kadar kolesterol LDL dari semua subjek penelitian dianalisis secara statistik dengan uji normalitas data Shapiro Wilk Test menggunakan program SPSS Window 13.0 yang bertujuan untuk menentukan uji statistik yang sesuai dengan keadaan distribusi data yang diperoleh peneliti. Jika distribusi data sesuai dengan kurva Gaussian (kurva normal) maka uji statistik yang digunakan adalah uji statistik parametrik. Uji statistik parametrik yang digunakan pada penelitian ini yaitu paired sample t-test untuk membandingkan kadar kolesterol LDL pretest dan post test, serta independent t-test untuk menguji perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL dari kedua kelompok sampel (α = 0.05) (Budi, 2006). Namun jika distribusi data tidak

sesuai dengan kurva Gaussian, maka uji statistik yang digunakan peneliti adalah uji statistik non-parametrik yaitu uji Wilcoxon (Mokhtar, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini digunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan sebanyak 34 ekor dari strain Wistar, berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan 180-200 gram dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I merupakan Pada penelitian ini digunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan sebanyak 34 ekor dari strain Wistar, berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan 180-200 gram dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I merupakan

Semua tikus putih ditimbang terlebih dahulu sebelum perlakuan untuk mengetahui rerata berat badan tikus putih. Hasil penimbangan berat badan tikus putih diuji normalitasnya dengan Shapiro Wilk Test (lampiran 13) serta Q-Q Plot (gambar 4).

Gambar 4. Distribusi Data Berat Badan Tikus Putih pada K I (kiri) dan K II (kanan)

Dari uji normalitas Shapiro Wilk Test, didapatkan nilai p: 0,918 (p>0,05) pada kelompok I (kontrol) dan p: 0,703 (p>0,05) pada kelompok II (perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa data berat badan tikus putih kedua kelompok dengan kurva Gaussian (kurva normal) tidak berbeda secara signifikan (lampiran 13). Karena data berat badan tikus putih kedua kelompok berdistribusi normal, maka Dari uji normalitas Shapiro Wilk Test, didapatkan nilai p: 0,918 (p>0,05) pada kelompok I (kontrol) dan p: 0,703 (p>0,05) pada kelompok II (perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa data berat badan tikus putih kedua kelompok dengan kurva Gaussian (kurva normal) tidak berbeda secara signifikan (lampiran 13). Karena data berat badan tikus putih kedua kelompok berdistribusi normal, maka

Tabel 2. Rerata Berat Badan Tikus Putih sebelum Perlakuan

Kelompok

Rerata berat badan sebelum perlakuan

(gram)*

I (n=17)

II (n=17)

*rerata ± simpangan baku

Dari hasil uji t indpenden didapatkan nilai p : 0.519 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa berat badan tikus putih antara kelompok I dan II tidak berbeda secara signifikan (lampiran 14).

Setelah berat badan tikus putih ditimbang, semua subjek penelitian diberikan pakan standar serta larutan PTU 0,1 % ad libitum selama 1 minggu untuk masa adaptasi. Setelah 1 minggu, semua subjek penelitian dipuasakan selama 12 jam kemudian kadar kolesterol LDL diperiksa untuk mendapatkan data kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan. Sampel darah tikus putih diambil dengan tabung mikrokapiler sebanyak 1 ml melalui vena orbitalis. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan sangat penting agar keseragaman kadar kolesterol LDL tikus putih dari kedua kelompok dapat diketahui.

Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan terhadap data kolesterol LDL pretest yang diperoleh dari kedua kelompok dengan Shapiro Wilk Test (lampiran

13) dan Q-Q Plot (Gambar 5). Dari uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test didapatkan nilai p: 0,517 (p>0,05) pada kelompok I (kontrol) dan p: 0,983 (p>0,05) pada kelompok II (perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa data kadar 13) dan Q-Q Plot (Gambar 5). Dari uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test didapatkan nilai p: 0,517 (p>0,05) pada kelompok I (kontrol) dan p: 0,983 (p>0,05) pada kelompok II (perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa data kadar

Gambar 5. Distribusi Data Kolesterol LDL Pretest pada K I (kiri) dan K II (kanan).

Rerata kadar kolesterol LDL kedua kelompok sebelum perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rerata Kadar Kolesterol LDL Kedua Kelompok Tikus Putih sebelum Perlakuan Kelompok

Rerata Kadar Kolesterol LDL sebelum

Perlakuan (mg/ dL)*

I (n=17)

II (n=17)

*rerata ± simpangan baku

Dari hasil uji t independen didapatkan nilai p: 0,138 (p > 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL tikus putih antara kelompok I dan II sebelum perlakuan tidak berbeda secara signifikan (lampiran 15).

Kemudian kelompok I diberikan larutan PTU 0,1 % ad libitum dan pakan hiperkolesterolemik sebanyak 2,5 ml/ 200 gram BB force fed pada pagi hari (pukul 07.00) dan sore hari (pukul 15.00) selama 4 minggu. Sedangkan pada kelompok II disamping mendapatkan perlakuan yang sama seperti kelompok I juga diberikan minyak jintan hitam 0,4 ml/ 200 gram BB dengan dosis terbagi, pada pagi hari sebanyak 0,2 ml/ 200 gram BB (pukul 06.00) dan sore hari sebanyak 0,2 ml/ 200 gram BB (pukul 14.00). Perlakuan tersebut dilakukan selama 4 minggu. Kemudian kadar kolesterol LDL diperiksa untuk mendapatkan kadar kolesterol LDL setelah perlakuan (posttest).

Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan terhadap kadar kolesterol LDL posttest yang diperoleh dari kedua kelompok dengan Shapiro Wilk Test (lampiran

13) dan Q-Q Plot (Gambar 6). Dari uji normalitas Shapiro Wilk Test didapatkan nilai p: 0,051 (p>0,05) pada kelompok I (kontrol) dan p: 0,116 (p>0,05) pada kelompok II (perlakuan). Hal ini menunjukkan bahwa data kadar kolesterol LDL tikus putih posttest kedua kelompok dengan kurva Gaussian (kurva normal) tidak berbeda secara signifikan (lampiran 13). Karena distribusi data normal maka dapat dilanjutkan dengan uji t independen untuk mencari rerata kadar kolesterol LDL tikus putih posttest tiap kelompok.

Gambar 6. Distribusi Data Kolesterol LDL Posttest pada K I (kiri) dan K II (kanan).

Rerata kadar kolesterol LDL kedua kelompok setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan

Kelompok Rerata Kadar Kolesterol LDL setelah p

Perlakuan (mg/dL)*

I (n=17)

II (n=17)

*rerata ± simpangan baku

Setelah didapatkan rerata kadar kolesterol LDL tikus putih sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok, dapat dibandingkan rerata kadar kolesterol LDL sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok. Uji t berpasangan dilakukan terhadap kelompok I (kontrol) terlebih dahulu (tabel 5). Tabel 5. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan

pada Kelompok I (Kontrol)

Rerata Kadar Kolesterol LDL (mg/dL)*

Kelompok I Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan

*rerata ± simpangan baku

Dari hasil uji t berpasangan didapatkan nilai p: 0,218 (p > 0,05) pada kelompok I (kontrol) sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata kadar kolesterol LDL kelompok I (kontrol) sebelum dan setelah perlakuan tidak berbeda secara signifikan (lampiran 17).

Kemudian dilakukan uji t berpasangan terhadap kelompok II (perlakuan) (tabel 6). Tabel 6. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan

pada Kelompok II (Perlakuan)

Rerata Kadar Kolesterol LDL (mg/dL)* Kelompok II Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan

* rerata ± simpangan baku

Dari uji t berpasangan didapatkan nilai p: 0,000 (p < 0,05) pada kelompok

II (perlakuan) sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata kadar kolesterol LDL kelompok II (perlakuan) sebelum dan setelah perlakuan berbeda secara signifikan (lampiran 18).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pada kelompok I sebenarnya terjadi peningkatan rerata kadar kolesterol LDL dari sebelumnya yaitu 91,79 ± 16,9 mg/dL menjadi 105,91 ± 39,8 mg/dL setelah 4 minggu, namun peningkatan ini secara statistik tidak signifikan (lampiran 17). Sedangkan pada kelompok II Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pada kelompok I sebenarnya terjadi peningkatan rerata kadar kolesterol LDL dari sebelumnya yaitu 91,79 ± 16,9 mg/dL menjadi 105,91 ± 39,8 mg/dL setelah 4 minggu, namun peningkatan ini secara statistik tidak signifikan (lampiran 17). Sedangkan pada kelompok II

Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih

60 Sebelum Perlakuan

o le K 40

Setelah Perlakuan

Gambar 7. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan

BAB V PEMBAHASAN

Dari hasil pengukuran pada kelompok I sebelum perlakuan (pretest), didapatkan kadar kolesterol LDL tikus putih sebesar 91,79 ± 16,9 mg/dL sedangkan setelah perlakuan (posttest) sebesar 105,91 ± 39,8 mg/dL. Setelah kedua data tersebut dianalisis dengan uji t berpasangan, diketahui bahwa kadar Dari hasil pengukuran pada kelompok I sebelum perlakuan (pretest), didapatkan kadar kolesterol LDL tikus putih sebesar 91,79 ± 16,9 mg/dL sedangkan setelah perlakuan (posttest) sebesar 105,91 ± 39,8 mg/dL. Setelah kedua data tersebut dianalisis dengan uji t berpasangan, diketahui bahwa kadar

Gen promoter CYP7A1 berperan dalam ekspresi enzim cholesterol 7α- hydroxylase , yaitu enzim yang menginisiasi konversi kolesterol menjadi asam empedu (Fernandez dan West, 2005). Polimorfisme gen promoter CYP7A1 dapat mempengaruhi peningkatan enzim cholesterol 7- α-hidroksilase. Enzim tersebut berpengaruh dalam sintesis asam empedu yang sensitif terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL. Variasi dimer basa nitrogen yang terjadi pada gen promoter CYP7A1 sangat penting terhadap pengaruh kadar kolesterol LDL saat pemberian pakan hiperkolesterolemik (Hofman, 2005).

Tikus putih yang mempunyai dimer CC di gen promoter CYP7A1 mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL yang diwujudkan dengan peningkatan sintesis enzim 7- α-hidroksilase. Enzim tersebut meningkatkan produksi asam empedu dari kolesterol LDL yang mengakibatkan peningkatan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar sehingga kadar kolesterol LDL plasma menurun (Hofman, 2005). Untuk membuktikan adanya polimorfisme ini diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pada kelompok II terjadi hal yang berbeda dengan kelompok I. Pada kelompok ini hasil pengukuran kadar kolesterol LDL pretest sebesar 86,42 ± 11,9 mg/dL dan posttest sebesar 117,63 ± 29,1 mg/dL. Dari hasil uji t berpasangan diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kadar kolesterol LDL Pada kelompok II terjadi hal yang berbeda dengan kelompok I. Pada kelompok ini hasil pengukuran kadar kolesterol LDL pretest sebesar 86,42 ± 11,9 mg/dL dan posttest sebesar 117,63 ± 29,1 mg/dL. Dari hasil uji t berpasangan diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kadar kolesterol LDL

A. Minyak jintan hitam yang kadar dan kemurniannya tidak diketahui Minyak jintan hitam yang digunakan pada penelitian ini merupakan produk beli jadi dan kadar kemurniannya juga tidak diketahui secara pasti. Komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuh juga tidak dapat diketahui dengan pasti apakah sama seperti pada hasil ekstraksi biji jintan hitam yang dilakukan oleh Kandil (2005). Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan adanya kadar asam lemak jenuh yang cukup tinggi pada minyak jintan hitam yang digunakan pada penelitian ini serta jika dikombinasikan dengan pakan hiperkolesterolemik akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL secara signifikan.

B. Efek pakan hiperkolesterolemik Pemberian pakan hiperkolesterolemik dapat meningkatkan aktivitas Acyl CoA Transferase (ACAT) secara signifikan (Asahina et al, 2008; Salter et al , 1991). ACAT berfungsi mengubah kolesterol bebas di retikulum endoplasma menjadi ester kolesterol. Peningkatan aktivitas ACAT berdasarkan penelitian Dolphin (2008) akan menyebabkan peningkatan sintesis ester kolesterol LDL di sisterna golgi, vesikel hepar serta plasma.

C. Mutasi reseptor kolesterol LDL Mutasi reseptor kolesterol LDL sangat berpengaruh terhadap kadar kolesterol LDL. Mutasi tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (Halim, 2006). Menurut Halim (2006) terdapat 5 macam mutasi reseptor kolesterol LDL:

1. 0 Mutasi Null (R ) menyebabkan sintesis protein reseptor kolesterol LDL di retikulum endoplasmik berkurang atau tidak terbentuk

2. Mutasi yang menyebabkan kelainan transpor intraseluler dan kelainan kolesterol LDL di apparatus golgi

3. Mutasi yang menyebabkan kelainan ligan ekstraseluler dan kelainan pengikatan kolesterol LDL

4. + Mutasi (R ) menyebabkan kelainan endositosis

5. Mutasi yang menyebabkan kegagalan pelepasan kolesterol LDL dari lisosom (kelainan mutasi resiklus).

Dari kelima jenis mutasi tersebut memang sulit dibuktikan berapa jumlah tikus putih di kelompok II yang mengalami mutasi karena biaya pemeriksaan yang mahal. Selain itu juga tidak menutup kemungkinan adanya mutasi reseptor LDL pada kelompok I.

Dari ketiga kemungkinan di atas, minyak jintan hitam yang kadar dan kemurniannya tidak diketahui merupakan salah satu alasan yang paling kuat karena bisa saja minyak jintan hitam yang digunakan mengandung asam lemak jenuh yang cukup tinggi dan jika dikombinasikan dengan pakan hiperkolesterolemik akan meningkatkan kadar kolesterol LDL secara signifikan.

Selain itu, satu-satunya perlakuan yang berbeda antara kelompok I dan II adalah pemberian minyak jintan hitam, maka kemungkinan pemberian minyak jintan hitam pada kelompok II inilah yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian oral minyak jintan hitam sebanyak 0,4 ml/200 gram BB/hari selama 4 minggu tidak terbukti dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).

B. Saran

1. Untuk penelitian mendatang perlu digunakan minyak jintan murni, bukan produk kemasan yang kandungan minyak jintan hitamnya tidak diketahui.

Dokumen yang terkait

1 PENGARUH MOTIVASI MENGIKUTI PELATIHAN, SELF-EFFICACY DAN ORIENTASI PEMBELAJARAN PADA KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen)

0 0 108

PERANAN KETERANGAN AHLI SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA PENGANIAYAAN (STUDI KASUS NOMOR 79PID.B2007PN.SKA)

0 0 76

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) TERHADAP SPERMATOGENESIS MENCIT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 61

30 SIFAT FISIS DAN MEKANIS PUPUK BIOKOMPOSIT LIMBAH KOTORAN SAPI DENGAN PEREKAT MOLASSES SKRIPSI Diajuakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

0 0 66

PENGARUH CORPORATE IMAGE DAN TRUST TERHADAP CUSTOMER LOYALTY DENGAN VARIABEL MODERASI SWITCHING COST

0 0 121

PENGARUH DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT SEBAGAI MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

0 2 64

PERILAKU MAHASISWA DALAM KELUARGA

0 0 119

ANALISIS SENYAWA ANTIBAKTERI PADA BEBERAPA JENIS KARANG GORGONIAN DAN IDENTIFIKASI BERDASARKAN KARAKTER SPIKULA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains

0 0 83

1 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (PLANTAGO MAYOR L.) TERHADAP DERAJAT INFLAMASI BRONKUS MENCIT BALBC MODEL ASMA ALERGI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 51

PERBEDAAN PROFIL LIPID ANTARA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DAN TANPA HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 59