UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG T

1

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG
TERHADAP SERANGAN Sitophilus oryzae

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
EUGENIUS LEBA BORO
125040200111219

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MINAT HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

2

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG

TERHADAP SERANGAN Sitophilus oryzae
PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
EUGENIUS LEBA BORO
125040200111219

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MINAT HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

2

1

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN

NAMA
NIM
JUDUL

: EUGENIUS LEBA BORO
: 125040200111219
: UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG
TERHADAP SERANGAN Sitophilus oryzae

Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama,

Pembimbing Kedua,

Dr.Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU.
NIP. 19550403 198303 1 003

Tita Widjayanti, SP., Msi
NIP. 201304 870819 2 001


Mengetahui,
Ketua Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan

Dr.Ir. Ludji Pantja Astuti, MS.
NIP. 19551018 198601 2 001

1

2

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan rahmat dan berkatNya, sehingga penulis dapat menyusun
proposal penelitian dengan judul “Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung
Terhadap Serangan Sitophilus oryzae”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, membimbing, serta memberikan arahan dalam
penyusunan proposal penelitian ini.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang.

2. Ibu Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS selaku Ketua Jurusan Hama Penyakit
Tumbuhan Fakultas PertanianUniversitas Brawijaya.
3. Bapak Dr. Ir. Bambang Tri Rahardjo, SU. selaku Dosen Pembimbing
Utama yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis
dalam penyusunan proposal penelitian ini.
4. Ibu Tita Widjayanti, SP., Msi selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan
proposal penelitian ini.
Penulis senantiasa menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian
ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi materi, sistematika, maupun
susunan bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Malang, Juni 2015
Penulis

DAFTAR ISI

2

3


LEMBAR PENGESAHAAN...................................................................

i

KATA PENGANTAR................................................................................

ii

DAFTAR ISI .............................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................

v

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang................................................................................


1

I.2 Tujuan Penelitian............................................................................

3

I.3 Hipotesis.........................................................................................

3

I.4 Manfaat Penelitian..........................................................................

3

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Jagung..................................................................

4

2.2 Morfologi Tanaman Jagung............................................................


5

2.3 Tipe Ketahanan Varietas
2.3.1 Ketahanan Vertikal.................................................................

6

2.3.2 Ketahanan Horizontal............................................................

6

2.4 Mekanisme Ketahanan Varietas
2.4.1 Ketahanan Genetik.................................................................

6

2.4.2 Antixenosis.............................................................................

7


2.4.3 Antibiosis...............................................................................

7

2.4.4 Toleran....................................................................................

8

2.4.5 Ketahanan Ekologi (Ecological Resistance)..........................

8

2.5 Hama Gudang Sitophilus oryzae......................................................

8

2.6 Analisa Proksimat.............................................................................

10


III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................

11

3.2 Alat dan Bahan...............................................................................

11

3.3 Metode Penelitian
3.3.1 PerkembanganSitophilusoryzae.............................................

11

3.3.2 Varietas Jagung......................................................................

11

3.3.3 Rancangan Percobaan dan Perlakuan....................................


12

3.3.4 Mortalitas...............................................................................

12

3

4

3.3.5 F1 Projeni...............................................................................

12

3.3.6 Kerusakan dan Penurunan Berat Benih.................................

12

3.3.7 Median Development Time (MDE)........................................


13

3.3.8 Indeks Kerentanan.................................................................

13

3.3.9 Analisa Data...........................................................................

14

3.3.10. Analisa Proksimat...............................................................

14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

15

4

5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Jagung........................................................................

4

Gambar 2. Larva Sitophilus oryzae.............................................................

9

Gambar3. Gejala Kerusakan Sitophilus oryzae..........................................

10

5

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah ketahanan pangan menjadi isu penting oleh karena itu upaya
menurunkan peranan beras dan menggantikannya dengan jenis pangan lain
menjadi penting dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan pangan dalam jangka
panjang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan
mengintroduksi bahan pangan alternatif pengganti beras yang berharga murah dan
memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras (Ariani, 2010).
Salah satu alternatifnya yaitu melalui diversifikasi pangan untuk mendukung
program ketahanan pangan. Dalam upaya memacu diversifikasi pangan, jagung
merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih.
Tanaman jagung merupakan komoditas pangan terpenting kedua setelah
padi. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ternak.
Jagung mengandung senyawa karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan
vitamin. Fungsi zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat memberi energi,
membentuk jaringan, pengatur fungsi, dan reaksi biokimia di dalam tubuh (Retno,
2008).Menurut Sugiyono et al., (2004), dilihat dari nilai gizinya, jagung
mempunyai kadar protein lebih tinggi (9,5%) dibandingkan dengan beras (7,4%).
Di Indonesia, produksi jagung sebagai bahan pokok pangan berada di urutan
ketiga setelah padi dan ubi kayu. Produksi jagung nasional selama 5 tahun
terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan, yaitu sebesar 11.609.403 ton
(2006), 13.287.572 ton (2007), 15.860.299 ton (2008), 17.041.215 ton (2009)
serta 18.327.636 ton pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2012). Sebagai
bahan pangan, komoditas jagung ini umumnya disimpan dalam bentuk biji
pipilan, sedikit sekali yang disimpan dalam bentuk klobot (daun pembungkus).
Kadar air basis kering biji jagung antara 11-13 % sehingga masih sangat rentan
terhadap infestasi serangga hama gudang (Bedjo,1993).
Hama gudang merupakan organisme perusak tanaman yang bekerja pada
saat tanaman disimpan dalam ruang penyimpanan atau gudang. Hama gudang
hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan
simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari
ordo

Coleoptera

(bangsa

kumbang),

seperti

Kumbang

tepung

2

(Tribolium sp.), kumbang

beras (Sitophilus

oryzae),

kumbang

biji

(Callocobruchus chinensis), kumbang jagung (Sitophilus zeamays), kumbang
kopra (Necrobia rufipes) dan lain-lain (Nyoman I, 2005). Salah satu hama gudang
penyimpanan jagung adalah kumbang beras (Sitophilus oryzae).
Sitophilus oryzae merupakan nama umum bagi sekelompokserangga kecil
yang dikenal juga gemar menghuni biji-bijian yang disimpan(Wagianto, 2008).S.
oryzae ialah hama pasca panen utama yang merusak biji-bijian yang disimpan dan
merupakan hama primer pada beras. Namun selain beras,S. oryzae juga
menyerang jenis pakan lain misalnya jagung, gandum, kedelai, kacang tanah,
kacang kapri, dan kopra (Kalshoven, 1981).Hama ini bersifat kosmopolit atau
tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama
ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan
produk biji-bijian.Akibat dari serangan hama ini, biji menjadi berlubang kecilkecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan biji
yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas biji akan
rusak berat akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama
(Naynienay, 2008).
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama saat ini banyak
menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat
yang jelas terlihat, selain itu penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah
memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Pestisida adalah
racun yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme bukan sasaran (non target
organisms) sehingga penggunaannya harus didasarkan atas pertimbangan ekologis
yang sangat bijaksana (Dewi, 2007). Untuk itulah, salah satu upaya pengendalian
S.oryzae yang bebas pestisida dan ramah lingkungan adalah melalui Pengendalian
Hama Terpadu (PHT).
Salah satu prinsip PHT yaitu budidaya tanaman sehat. Budidaya tanaman
yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian hama
dan penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan hama
dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan
penyakit tersebut (Achmady, 2002). Menurut Muhuria (2003) suatu varietas
disebut tahan apabila memiliki sifa-sifat genetik yang dapat mengurangi tingkat

2

3

kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan memiliki sekumpulan sifat
yang dapat diwariskan, yang dapat mengurangi kemungkinan hama untuk
menggunakan tanaman tersebut sebagai inang.
Dengan demikian diperlukan penelitian untuk menguji resistensi atau
ketahanan varietas jagung terhadap serangan hama gudang S.oryzae. Diharapkan
melalui penelitian uji ketahanan dapat diketahui tingkat ketahanan varietas jagung
terhadap serangan hama gudang S.oryzae. Informasi tingkat ketahanan varietas
jagung sangat berguna bagi petani dan pihak-pihak yang berperan dalam usaha
budidaya tanaman jagung.
1.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas jagung produksi
PT. BISI International, Tbk. terhadap serangan hama gudang Sitophilus oryzae.
1.3 Hipotesis
Tiap varietas tanaman jagung mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda
terhadap serangan hama gudang Sitophilus oryzae.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mengetahui tingkat ketahanan tiap varietas jagung terhadap serangan hama
gudang Sitophilus oryzae.
2. Mengetahui varietas tanaman jagung yang tahan terhadap serangan hama
gudang Sitophilus oryzae.
3. Memberikan informasi kepada petani maupun pihak-pihak lain terkait varietas
jagung yang tahan terhadap serangan hama gudang Sitophilus oryzae.

3

4

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Jagung
Jagung merupakan anggota famili Graminae. Siklus hidup tanaman jagung
adalah tanaman semusim, berpenampilan tegak, termasuk tumbuhan semak dan
menghasilkan biji pada tongkol. Tanaman jagung relatif mudah dibudidayakan
dan dapat tumbuh di semua jenis tanah kecuali tanah liat dan pasir. Dalam
taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut
(Suprapto, 1998) : Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio:
Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae
(Graminae), Genus: Zea, Spesies: Zea mays L.

Gambar 1. Tanaman Jagung. Sumber: Litbang Pertanian, 2016
Jagung adalah tanaman yang dapat beradaptasi dengan baik di daerah
beriklim hangat, namun tidak sesuai dengan daerah tropis basah. Wilayah yang
cocok untuk tanaman jagung adalah kawasan mulai dari 50 oLU-40oLS dengan
ketinggian tempat 0-900 m di atas permukaan laut (dpl) dan curah hujan 600-1200
mm per tahun yang tersebar merata selama musim tanam. Ketinggian tempat
sangat berpengaruh terhadap waktu panen dan kualtias jagung yang dihasilkan.
Pada ketinggian 10-30 m dpl, umur panen 62-65 hari; ketinggian 300-500 m dpl,
umur panen 65-67 hari; ketinggian 500-700 m dpl, umur panen 67-75 hari; dan
ketinggian 700-900 m dpl, umur panen 75-90 hari. Pada ketinggian di atas 900 m
dpl, umur panen menjadi lebih lama dan produksi menjadi lebih rendah karena
klobot (daun pembungkus) menjadi lebih tebal dibandingkan isi, di samping
tingkat kemanisannya juga berkurang dibandingkan dengan jagung yang ditanam

4

5

pada ketinggian lebih rendah (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan
Biofarmaka, 2010).
2.2 Morfologi Tanaman Jagung
Tanaman jagung berakar serabut terdiri dari akar seminal, akar adventif
dan akar udara (Goldsworthy dan Fisher, 1980), mempunyai batang induk,
berbentuk selindris terdiri dari sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas
terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang bervariasi 60-300
cm, tergantung pada varietas dan tempat Selama fase vegetatif bakal daun mulai
terbentuk dari kuncup tunas. Setiap daun terdiri dari helaian daun, ligula dan
pelepah daun yang erat melekat pada batang (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau
tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan
stigma (Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim, 1982). Bunga
jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai
petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina
(pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Sudjana, Rifin
dan Sudjadi, 1991).
Faktor utama menyebabkan turunnya jumlah tongkol yang berbiji dan
hasil biji setiap tanaman jagung adalah daun saling menutupi. Cahaya matahari
adalah faktor penting dalam proses fotosintesis dan penentu laju pertumbuhan
(LPT) sehingga intensitas, lama penyinaran dan kualitasnya sangat berpengaruh
terhadap proses fotosintesis tersebut. Bila daun saling menutupi maka sinar
matahari dapat diteruskan kepada gulma yang tumbuh dibawahnya dan akan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan gulma. Kondisi ini dapat mempercepat
laju pembentukan yang diaktualisasikan dalam peningkatan LPT dan ILD. Indeks
luas daun (ILD) tanaman berkaitan erat dengan hasil biji maupun berat kering
suatu tanaman. Tercapainya hasil biji maksimun karena ILD berada dalam
keadaan optimum. Nilai ILD yang optimum menunjukkan bahwa kecepatan
fotosintesis telah mencapai maksimun.
2.3 Tipe Ketahanan Varietas

5

6

2.3.1 Ketahanan Vertikal
Bila satu varietas lebih tahan terhadap beberapa ras penyakit daripada
yang lainnya, maka ketahanan itu disebut vertikal atau tegak lurus
(perpendicular). Ketahanan vertikal mengurangi inokulum awal yang efektif dari
epidemik awal, sehingga akan menunda serangan penyakit. Namun demikian
penampilan varietas akan memberikan kecepatan laju infeksi seperti pada varietas
rentan bila sudah terjadi infeksi awal (Crill, 1977). Di bidang hama yang
dinamakan varietas tahan vertikal yaitu bila ada satu deretan varietas berbeda akan
menunjukkan reaksi yang berbeda bila diinfestasi oleh biotipe hama yang berbeda.
Dengan perkataan lain bila sederetan varietas diinfestasi oleh biotipe yang sama,
maka beberapa varietas akan bereaksi tahan dan yang lainnya bereaksi rentan.
Ketahan vertikal umumnya berada pada tingkat ketahanan tinggi dan dikendalikan
oleh gen mayor atau oligogen yang sedikit stabil.
2.3.2 Ketahanan Horizontal
Bila tanaman inang sama efektifnya terhadap semua ras penyakit maka
disebut ketahanan horizoltal atau lateral. Daya kerja tanaman tahan horizontal
akan menurunkan epidemik setelah terjadinya serangan. Dalam bidang hama yang
dinamakan tahan horizontal digambarkan sebagai situasi dimana sederetan
varietas berbeda tidak menunjukkan perbedaan interaksi bila diinfestasi oleh
biotipe serangga yang berbeda. Varietas tahan horizontal dikendalikan oleh
beberapa gen polygenik atau gen minor, masing-masing dengan sumbangan yang
kecil terhadap ketahanan. Ketahanan horizontal adalah moderat, tidak
menimbulkan tekanan yang tinggi terhadap serangga, sehingga penggunaan
varietas tahan horizontal lebih stabil atau lestari (Panda dan Khush, 1995).
2.4 Mekanisme Ketahanan Varietas
2.4.1 Ketahanan Genetik
Faktor yang menentukan ketahanan tanaman inang terhadap serangga
termasuk adanya pembatas dari stuktur tanaman, allelokimia, dan nutrisi yang
tidak seimbang. Kualitas ketahanan adalah sifat yang diwariskan yang bekerja
cenderung memberikan ketidak cocokan tanaman untuk digunakan serangga.

6

7

Mekanisme ketahanan disebabkan adanya non preferensi, antibiosis, dan tolerance
(Painter, 1951). Kogan dan Ortman (1978) mengajukan usulan perbaikan bahwa
istilah non preferensi diganti dengan antixenosis, karena adanya reaksi serangga
dan bukan sifat dari tanaman.
2.4.2 Antixenosis
Antixenosis adalah bekerjanya mekanisme ketahanan oleh tanaman untuk
menjerakan atau mereduksi kolonisasi oleh serangga. Umumnya serangga
berorientasi sendiri terhadap tanaman untuk makanan, tempat meletakkan telur,
dan atau tempat berlindung. Akan tetapi disebabkan sifat tertentu, tanaman tidak
dapat digunakan karena ada sifat penjeraan bagi serangga. Dalam situasi tertentu,
walaupun serangga datang dan mengadakan kontak dengan tanaman, sifat
antixenosis tanaman tidak memberikan kesempatan kepada serangga untuk
berkoloni. Tanaman yang memperlihatkan ketahanan dengan sifat antixenosis
mampu mengurangi jumlah awal kolonisasi pada satu musim, demikian juga
ukuran populasi dapat direduksi pada tiap-tiap generasi dibanding tanaman yang
rentan.
2.4.3 Antibiosis
Antibiosis adalah mekanisme ketahanan yang bekerja setelah serangga
berkolonisasi dan telah mulai menggukan tanaman untuk kehidupannya. Bila satu
serangga makan pada tanaman yang mumpunyai antibiotik maka tanaman tersebut
dapat

mempengaruhi

serangga

dalam hal

pertumbuhan,

perkembangan,

reproduksi, dan kelangsungan hidup. Pengaruh antibiotik dapat menghasilkan
pengurangan berat serangga, mengurangi proses metabolisme, meningkatkan
kegelisahan (restlessness) , benyaknya larva atau serangga pradewasa yang mati.
Secara tidak langsung, antibiosis dapat meningkatkan penyingkapan (exposure)
serangga untuk lebih mudah ditemukan oleh musuh alami. Tanaman yang
memperlihatkan antibiosis dapat mereduksi laju peningkatan populasi dengan
mengurangi laju reproduksi dan kelangsungan hidup serangga (Panda dan Khush,
1995).
2.4.4 Toleran

7

8

Toleran adalah sifat genetik dari tanaman yang dapat melindungi diri dari
serangan populasi serangga, sehingga tidak ada kehilangan hasil secara ekonomi
atau hasil yang dicapai memberikan kualitas yang dapat diperdagangkan.
Toleransi sering keliru dengan ketahanan rendah atau ketahan sedang (moderate).
Mekanisme toleran berbeda dari antixenosis dan antibiosis. Varietas toleran tidak
berpengaruh terhadap laju peningkatan populasi hama target, tetapi dapat
meningkatkan ambang ekonomi yaitu bila ambang ekonomi suatu varietas
tanaman ditentukan sebagai A ekor serangga per rumpun, maka ambang ekonomi
pada varietas toleran adalah (A + x) ekor serangga per rumpun. Toleran adalah
mekanisme adaptasi untuk kelangsungan hidup tanaman dan sedikit banyak bebas
dari pengaruh serangga.
2.4.5 Ketahanan Ekologi ( Ecological Resistance)
Ketahanan

ekologi

telah

dikatagorikan

sebagai

ketahanan

semu

(pseudoresistance) dan ketahanan induksi (induced resistance). Ketahanan semu
bukan berasal dari sifat genetik yang dibawa pada tanaman, tetapi dari beberapa
perubahan sementara (temporary shifts) dalam kondisi lingkungan yang cocok
bagi varietas rentan. Varietas tanaman yang memperlihatkan ketahanan semu
dipandang penting dalam sistem pengendalian hama terpadu. Adapun ketahanan
induksi terjadi saat tanggap tanaman terhadap kerusakan oleh pathogen, herbivora,
stres lingkungan, atau akibat perlakuan
2.5 Hama Gudang Sitophilus Oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
Sitophilus oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama
beriklim panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang
dalam butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan
pekat (gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih
dan panjangnya kira-kira 0,5 mm.Panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).
Larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi biji. Fase larva
merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4 instar selama 18 hari,
berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar akhir
biasanyaakan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau
butiran beras (Anggara, 2007).
8

9

Gambar 2. Larva S. oryzae. Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk, 2016
Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat
kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang
pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).
Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang
dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat
bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm,
berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk
mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan
membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan
memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina
(Bennet, 2003).
Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras.
Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang.
Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran
tubuh 3,3 mm, berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian
kepala. Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan
makanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago
jantan. Imago jantan memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih
lambat daripada betina (Bennet, 2003).
Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang
panjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang
diperlukan dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40
hari (Borror dkk,1996; Bulog, 1996).

9

10

Gambar 3. Gejala Kerusakan Sitophilus oryzae. Sumber: http://www.thepiedpiper.co.uk, 2016
S. oryzae merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan
tanpa ada pertolongan hama lain. Gejala serangan pada butir-butir komoditas
menjadi berlubang-lubang (Bulog, 1996). Serangan S. oryzae pada beras utuh
akan rusak dan hancur menjadi menir dan menir ini disukai oleh serangga T.
castaneum (Charles, 2009).
Kerusakan yang diakibatkan oleh hama S. oryzae dapat tinggi pada
keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu,
dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan
perkembangan jamur, sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak
dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981)
2.6 Analisia Proksimat
Analisa proksimat merupakan uji analisa suatu bahan pakan yang telah
lama ada dan dapat digunakan untuk menduga nilai nutrien dan nilai energi dari
bahan atau campuran pakan yang berasal dari bagian komponen bahan pakan
tersebut. Analisa proksimat dibagi ke dalam enam fraksi zat makanan yaitu kadar
air, abu, protein kasar, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(Amrullah, 2004).

III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
10

11

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi, Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada bulan
Februari sampai Mei 2016 meliputi perbanyakan (rearing) serangga Sitophilus
oryzae dan uji coba ketahanan beberapa varietas benih jagung produksi PT. BISI
International Tbk.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam perbanyakan (rearing) serangga Sitophilus
oryzae dan penelitian uji ketahanan beberapa varietas jagung yaitu wadah (toples/
gelas kaca), kain putih sebagai penutup atas dan karet gelang.
Bahan yang digunakan dalam perbanyakan (rearing) serangga Sitophilus
oryzaeyaitu pakan, serangga dalam perbanyakan (rearing) serangga S. oryzae
jantan dan S. oryzae betina. Bahan yang digunakan dalam uji ketahanan beberapa
varietas jagung yaitu beberapa varietas jagung produksi PT. BISI International
Tbk., varietas lokal dan serangga uji S. oryzae
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Perkembangan Sitophilus oryzae
Sitophilus oryzae yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Lab.
Entomologi. Kemudian imago S. oryzae yang ada di dalam simpanan diperbanyak
dengan menggunakan pakan beras varietas lokal. Jagung ditempatkan dalam
toples kaca yang ditutup dengan kain kasa. Perbanyakan dilakukan di Lab.
Entomologi dan dilakukan sampai imago baru muncul sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan dalam penelitian.
3.3.2 Varietas Jagung
Penelitian ini menggunakan 7 varietas jagung yang diproduksi oleh BISI
dan 1 varietas lokal. Varietas jagung BISI yang digunakan yaitu varietas
A,B,C,D,E,F dan G serta varietas lokal (kontrol). Varietas-varietas tersebut
diperoleh dari PT. BISI International, Tbk.
3.3.3 Rancangan Percobaan dan Perlakuan

11

12

Benih varietas jagung ditimbang 100 gram dan dimasukkan ke dalam
wadah yang tutupnya diberi kain putih, kemudian diinfestasikan S. oryzae masingmasing 20 ekor jantan dan 20 ekor betina, imago S. oryzae diambil dari hasil
perbanyakan sebelumnya yang berumur seragam. Kemudian benih diletakkan di
laboratorium dengan suhu 24-25oC, 65-70% RH dan penyinaran 12:12 (terang :
gelap). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
ulangan.
3.3.4 Mortalitas
Mortalitas dihitung 7 hari setelah infestasi hama gudang. Semua imago
yang mati dan yang hidup dipindahkan lalu dihitung.
3.3.5 F1 projeni
Setelah imago S. oryzae yang mati dan hidup dipindahkan,benih disimpan
di bawah kondisi yang sama untuk menilai munculnya F1 projeni. Oleh karena itu
benih diperiksa setiap hari. Pengamatan dilakukan dengan mengeluarkan dan
menghitung setiap keturunan yang muncul setiap harinya. Pengamatan ini
berlanjut selama 56 hari sampai semua F1 projeni diperkirakan telah muncul
(Nwana dan Akibo-Betts,1982).
3.3.6 Kerusakan dan Penurunan Berat Benih
Setelah 63 hari infestasi S.oryzae, ambil contoh 100 biji secara acak dari
setiap gelas kaca. Kemudian hitung jumlah benih yang rusak karena serangan S.
oryzae. Kerusakan benih dinyatakan sebagai proporsi dari total seluruh benih
contoh yang diambil. Penurunan berat benih dihitung menggunakan metode
perhitungan berat Gwinner et al (1996).
(Wu x Nd) – (Wd x Nu)
Penurunan Berat (%) =

X 100 %
Wu x (Nd + Nu)

Keterangan :

12

13

Wu (Weight of undamaged seed)

: Berat Biji Awal (Sebelum Rusak)

Nu (Number of undamagaed seed)

: Jumlah Biji Awal (Sebelum Rusak)

Wd (Weight of damaged seed)

: Berat Biji yang Rusak

Nd (Number of damaged seed)

: Jumlah Biji yang Rusak

3.3.7 Median Development Time (MDE) / Waktu Rata-Rata Perkembangan
Median Development Time (MDE) pheriod atau Periode waktu rata-rata
perkembangan F1 projeni dihitung mulai dari periode oviposisi F1 projeni sampai
munculnya 50% keturunan F1 projeni.
3.3.8 Indeks Kerentanan
Indeks kerentanan dihitung dengan menggunakan metode Dobie (1974).
Perhitungan indeks kerentanan melibatkan jumlah total keturunan F1 danlamanya
waktu rata-rata perkembangan keturunan F1 yaitu, dengan persamaan:
Ln F x 100
SI =
MDE
Keterangan :
SI

: Indeks kerentanan

Ln

: Logaritma biasa

F

: Jumlah total keturunan F1

MDE : Waktu perkembangan F1 (Gudrups et al. 2001).
Menurut Dobie, (1974) indeks kerentanan varietas jagung diklasifikasikan
mulai dari 0 - 11, dimana:
a. 0-3 = tahan

c. 8 - 10

= rentan

b. 4-7 = cukup tahan

d. 11

= sangat rentan.

3.3.9 Analisis Data

13

14

Jumlah imago S. oryzae yang muncul, populasi dan penurunan berat
jagung dianalisis dengan menggunakan uji F pada taraf 5%. Apabila terdapat
perbedaan diantara perlakuan dicoba dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT).
3.3.10 Analisis Proksimat
Analisis Proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan protein,
karbohidrat, lemak, air dan kadar abu dalam biji jagung. Analisis proksimat
dilakukan di Lab. Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya.

14

15

DAFTAR PUSTAKA

Achmady, L.A. 2002. Pengendalian Pestisida melalui Penerapan dan
Pengembangan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada
Kelompok Tani di Wilayah Jayapura. Tesis. Manajemen Lingkungan. ITS.
Surabaya
Amrullah. 2004. Analisa Bahan Pakan. Universitas Hasanudin. Makassar
Anggara, A.W. 2007. Hama Gudang Penyimpanan Padi. Pusat Penelitian dan
Pengembang
Ariani, Mewa. 2010. Diversifikasi Pangan Pokok Mendukung Swasembada
Beras.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Beras, Banten.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Jagung, Teknik Produksi
dan Pengembangan. Balai Pustaka. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi Indonesia. http://www.bps.go.id.
Diakses 20 Januari 2016.
Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi, Jagung, dan Kedela. http://bps.go.id.
Diakses 20 Januari 2016
Bedjo. 1993. Pengaruh pengapasan kayu Albizzia terhadap infestasi hama gudang
Sitophilus sp. pada penyimpanan jagung. Seminar Hasil Penelitian
Tanaman Pangan. Balittan Malang.
Bennett, Stuart M. 2003. Life Cycle Sitophilus spp. and Life Cycle Tribolium spp.
U.S. Department of Agriculture, Cooperative Extension Service,
University of Florida, IFAS, Florida.
Bergvinson D. 2002. Post Harvest Training Manual. Major Insect Pest Maize in
Stored. CIMMYT, Mexico.
Borror,

D.J., Triplehorn, C.A and N.F. Johnson. 1996. Pengenalan
Pelajaranserangga. Edisi VI. UGM Press, Yogyakarta. h. 586.

Bulog. 1996. Buku Panduan Perawatan Kualitas Komoditas Milik Bulog. Badan
Urusan Logistik, Jakarta. h. 4-5; 31-32 .
Charles, J.G. 2009. Rice and Grain Weevils Life Cycle. The Horticulture andFood
Research. Institute of New Zealand, New Zealand.
Dobbie, P. 1974. The laboratory assesment of the inherent susceptibility of maize
varieties to post harvest infection by Sitophilus zeamais Motsch
(Coleoptera : Curculionidae). Journal Stored Product Research.
Vol.10:183-197. Pergamon Press.

15

16

Dobbie, P. 1977. The Contribution of The Tropical Stored Products Center to the
Study Insect Resistance in Stored Maize. Trop. Stored Prod. Info. 34: 7-22.
Goldsworthy dan Fisher. 1980. Principles and practices of seed storage. Castle
House Bubl. Ltd. 289 p.
Gudrups I, Sien F, Jennifer GK, Nilsa ABP, Orchard JE. 2001. A comparison of
two metods of assessment of maize variental resistance to maize weevil
Sitophilus zeamais Motschulsky and the influence of kernel hardness and
zise on suscebtibility. Journal of Stored Prod. Res. 37:187-202.
PERGAMON.
Gwinner J, Hamisch R, Muck O. 1996. Manual on The Prevention of Post Harvest
Seed Losses, Post Harvest Project, GTZ, D-2000, Hamburg, FRG. p. 294
Hsu, H.W., dan Luh, B.S. (1980). Rice Hull. Dalam Rice Produck AndUtilization.
Editor: Bor Shiun Luh. New York: Avi PublishingCompany Inc. Hal. 736740.
Idris, M., Zainal, A., Mohammad., M, Lassim., Norman., B, Hashim, 1982.
Tanaman Biji.Dewan Bahasa Pustaka, Kualalumpur. Hal. 49.
Jones, J.R., Crill, P and Volin, R.B. 1979. Effect of light duration on Verticillium
wilt of cotton. Phytophatology, 61: 198-203
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate
oleh P. A. Vand der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.
Kogan, M. and E. F. Ortman. 1978. Antibiosis: A new Term Proposed to Define
Painter’s “Non preference” Modality of Resistance. Entomol. Soc. Am.
Bull. 24:175-176
Muhuria La. 2003. Strategi Perakitan Gen-Gen Ketahanan Terhadap
Pengantar Falsafah Sains. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Hama,

Naynienay, 2008. Kerusakan Bahan Pangan Pasca Panen. Diakses dari:
http://naynienay.wordpress.com/category/. Diakses pada tanggal 20
Januari 2016
Nwana IE, Akibo-Betts DT. 1982. The Resistance of Some Rice Varieties to
Damage by Sitophilus Zeamais Motch., During Storage. Trop. Storage
Prod. Info. 43: 10-15.
Nyoman I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di
Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Painter, H. 1951. Insect Resistance in Crop Plants, The Macmillan Company,
New York
Panda, N. & G. S. Khush. 1995. Host Plant Resistance in Crop Plants. Mac Millan
and Company New York.

16

17

Retno.

2008. Manfaat Tanaman Jagung. http://muthie-muthie.blogspot.
com/2012/05/manfaat-tanaman-jagung.html. Diakses 20 januari 2016

Sudjana, A., A. Rifin., A.M, Sudjadi, 1991. Jagung. Badan Penelitian dan
PengembanganPertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, Buletin
Teknik Pertanian (3). Hal:2-19.
Sugiyono; Soewarno, T.S; Purwiyatno, H; Agus, S. 2004. Kajian Optimasi
Pengolahan Beras Jagung Instan dalam Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. Volume XV, No. 2. PATPI bekerjasama dengan Departemen
Teknologi Pangan dan Gizi FTP IPB.
Suprapto. H . 1998. Bertanam jagung. Penebar Swadaya . Jakarta
Wagianto. 2008. Hama
Negri Yogyakarta

dan

Penyakit.

17

Surabaya.

Semangun.

Universitas

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN DAN ANALISIS ALAT UJI GETARAN PAKSA MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM)

23 212 19

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

UJI EFEKTIFITAS BERBAGAI DOSIS EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

3 39 1

HASIL UJI KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA MAHASISWA BARU FMIPA TAHUN 2015 DAN ANALISA BUTIR SOAL TES DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS POINT BISERIAL

2 67 1

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL UJI PRESTASI BIDANG STUDI EKONOMI SMA TAHUN AJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBE

1 50 16

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

2 62 34

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN PADA VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) VARIETAS DERING 1 PASCASIMPAN TIGA BULAN

4 56 53