Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tingkat Kematangan Pengguna Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMBADA) Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM): Studi Kasus Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga, Kantor Bagian Bar

  

Analisa Tingkat Kematangan Pengguna Sistem Informasi Manajemen

Daerah (SIMBADA) Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

(Studi Kasus : Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga, Kantor Bagian

Barang Milik Daerah)

  

Artikel Ilmiah

Oleh :

Kevin Ekajaya Amin

  

Andeka Rocky Tanaamah S.E., M.Cs.

  

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

  

2018

1. Pendahuluan

  Teknologi informasi sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi instansi/perusahaan dalam mendukung proses bisnis maupun proses yang bersangkutan dengan management yang lain. Dengan fungsi itulah teknologi informasi dapat meringankan tugas dan membantu kinerja instansi/perusahaan yang ada. Tidaklah heran setiap instansi/perusahaan harus memiliki sumber daya masyarakat (SDM) yang mumpuni dalam penggunaannya. Para SDM diyakini untuk mampu mengikuti perkembangan teknologi yang ada di dalam instansi/perusahaan.

  Di era globalisasi sekarang banyak pekerjaan yang dimobilisasi dengan IT, banyak kita temukan instansi/perusahaan melakukan pengadaaan atau investasi IT besar-besaran untuk mendukung setiap proses bisnis yang dijalankan. Investasi itu mulai dari hardware sampai dengan software, dan bagi instansi/perusahaan yang melakukan invest IT dalam perusahaannya sudah kewajiban bagi para karyawan untuk bisa mengikuti perkembangan tersebut.

  Saat diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia serta diperkuat dengan keluarnya UU No. 22 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Berdasarkan ketentuan UU tersebut, maka pada tanggal 13 Desember 2004 dibentuk Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) yang merupakan gabungan dari Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) dan Bagian Keuangan Setda Kota Salatiga, dan dalam perkembangannya sesuai PP nomor 41 tahun 2007 dan Perda nomor 10 tahun 2008 tangal 28 Oktober tahun 2008 maka DPKD diubah lagi menjadi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) yang merupakan gabungan dari DPKD dan Bagian Pengelolaan Barang Daerah Setda Kota Salatiga yang di dalamnya menangani aset daerah. Dan sekarang pada 2017 berubah nama institusi menjadi Badan Keuangan Daerah (BKD).

  Pada penilitian kali ini peneliti ingin menjuruskan penelitian ini kedalam sebuah sistem yang di bangun oleh kantor bagian aset daerah di BKD kota Salatiga yaitu Sistem Manajemen Barang Daerah (SIMBADA), SIMBADA merupakan sebuah sistem aplikasi yang dirumuskan oleh staff/ahli IT gabungan di BKD yang di jalankan di kantor bagian aset daerah.

  Pada pembuatannya tersebut awalnya para Kepala Dinas bekerja sama dengan pihak ketiga dalam pembuatannya tetapi dalam pengerjaannya memerlukan waktu dan biaya intensif diluar dari penganggaran dinas tersebut. Pada akhirnya pimpinan dinas melakukan pembahasan lebih lanjut bagaimana ke depannya aplikasi sistem ini di kembangkan. Setelah melalui itu, keputusannya adalah mengumpulkan para staff IT Dinas untuk membuat sistem ini. SIMBADA merupakan sebuah sistem aplikasi berbasis web sehinggan para staff kantor bagian aset BKD bisa mengakses aplikasi ini dimana saja yang mempunyai akses internet

  Dengan menggunakan pendekatan melalui beberapa faktor kunci yang dijadikan bahan penelitian yaitu: faktor Knowledge(pengetahuan), Habit(lingkungan), Kemudahan (ease of

  

use ) dan Culture(budaya) kita dapat melihat seberapa jauh pemahaman dan perkembangan

  para staff di Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga terutama di bagian Kantor Badan Milik Daerah dalam menggunakan Sistem Manajemen Barang Daerah yang masih dalam bentuk

  

prototype di dalam tanggung jawab pengoperasiannya. Serta membangun sebuah konstruk

  model penerimaan teknologi atau Technology Acceptance Model (TAM) yang rasional untuk menjadikan sebuah acuan penelitian ini berdasarkan faktor-faktor yang ingin didalami sebagai bahan penting penelitian ini.

  Sering terjadinya kesalahan human eror dalam penggunaan aplikasi bisa saja dikarenakan tingkat pengetahuan para staff yang menjadi faktor utama yang harus di analisa seberapa jauh pemahaman para staff yang berkaitan aplikasi tersebut, terutama dalam menggunakan IT. Dalam proses menyelaraskan untuk menunjang kinerja IT dengan proses bisnis yang ada, para staff perlu memahami seberapa jauh kedalaman kinerja dan faktor dalam diri mereka melalui kuesioner yang akan dibangun dan akan disebarkan bagi pra staff yang ada. Menurut saya sebagai peneliti, penggunaan IT hanya sekedar meminimalisir kesalahan yang terjadi dalam pendataan. Penelitian ini sedikit menyinggung segi psikologis dimana dalam kuesioner yang dibentuk sedikit disinggung pertanyaan-pertanyaan mengenai kemampuan individu dalam menggunakan IT. Penelitian terdahulu yang satu topik dengan penelitian ini lebih menjurus kedalam angka dan variabel tetapi tidak memperhatikan faktor psikologis seorang individu yang ada.

  Dari kasus ini, dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif, menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dibahas lebih jauh dalam tahapan selanjutnya dan beberapa faktor inti serta acuan dari konstruk TAM kita juga bisa melihat dan mulai mengukur tingkat

  

maturity di lapangan, seberapa jauh mereka menerima sistem ini di dalam organisasi mereka,

  seberapa besar pengaruh sistem yang ada dalam organisasi ini terhadap management mereka, baik itu pengelolaan sampai dengan perawatan aset daerah, proyek pengadaan untuk keperluan dinas sampai untuk masyarakat kota Salatiga itu sendiri hingga program-program yang akan di jalankan dalam masa pemerintahan 1 periode kedepan. Oleh karena itu, dengan menganalisa secara langsung ke lapangan (Kantor BKD Kota Salatiga bag. Barang Milik Daerah) dalam penggunaan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA), saya dapat menemukan masalah, meneliti penyebabnya dan memberikan beberapa rekomendasi solusi kepada bagian yang bersangkutan baik untuk mereka atau kemajuan sistem tersebut atas penelitian tugas akhir di Fakultas Teknologi Informasi.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Penelitian Terdahulu

  Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisa penerimaan sistem informasi dengan menggunakan metode/pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) yang saya dapatkan yaitu dengan judul “Technology Acceptance Model Untuk Menganalisis Penerimaan Terhadap Sistem Informasi Perpustakaan” yang di tulis oleh Endang Fatmawati.

  Di dalam penelitiannya dikatakan bahwa Persepsi Kemudahan Penggunaan (Ease of Use

  

Perceived ) menjadi sebuah faktor penting. Bahwa pengguna ingin sebuah kemudahan dalam

  mengelolanya dan bermanfaat (usefulness).[1] Menggunakan teori TAM dan menyebutkan bahwa ada 2 faktor penting yang mempengaruhi sebuah penerimaan teknologi yaitu Persepsi Kemudahan Penggunaan (Ease of Use Perceived) dan Persepsi Kebermanfaatan (Usefulness

  

Perceived ). Fatmawati menjabarkan dalam penelitiannya Kemudahan Penggunaan (Ease of

Use Perceived ) Dalam Davis (1989) disebutkan bahwa “ease” artinya “freedom from

difficulty or great effort”. Selanjutnya “ease to use perceived” didefinisikan “the degree to

which a person believes that using a particular system would be free of effort”.[4] Jika

  diaplikasikan untuk sistem informasi perpustakaan, maka maksudnya pengguna meyakini kalau sistem informasi perpustakaan tersebut mudah dalam penggunaannya sehingga tidak memerlukan usaha keras dan akan terbebas dari kesulitan.

  Hal ini mencakup kemudahan penggunaan sistem informasi sesuai dengan keinginan penggunanya. Model TAM dalam menganalisis penerimaan sistem informasi di perpustakaan adalah untuk mengetahui sikap penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi. Untuk mengetahui bagaimana sikap penerimaannya, misalnya dengan menganalisis penerimaan sistem informasi di sebuah perpustakaan dilihat dari persepsi kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan. Melalui pisau analisis dengan model TAM, maka cara melakukannya adalah dengan menganalisis indikator kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan dari sistem informasi.[1]

  Kemudian artikel ilmiah Agung Prasetyo Patara, Agustinus Fritz yang berjudul “Analisis Penerimaan Pengguna Terhadap Aplikasi Salatiga Mobile Library Menggunakan

  

Technology Acceptance Model (TAM) (Studi Kasus : Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kota

  Salatiga) ”. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini memerlukan pengujian secara statistik. Penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel yang berpengaruh terhadap variabel pada tingkat penerimaan aplikasi Salatiga Mobile Library. Variabel itu dijelaskan sebagai berikut:

  1. Perceived Usefulness (PU) adalah suatu keadaan dimana seseorang percaya bahwa dengan menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan performansinya.

  2. Perceived Ease of Use (PEOU) adalah suatu keadaan dimana seseorang percaya bahwa dalam menggunakan suatu sistem tidak diperlukan adanya suatu usaha.

  3. Attitude Towards(ATT) adalah sikap seseorang terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan dalam menggunakan aplikasi Salatiga Mobile

  Library .

  4. Behavioural Intention (BI) adalah suatu kecenderungan perilaku yang menyebabkan seseorang tetap menggunakan aplikasi Salatiga Mobile Library.

  5. Actual Usage (AU) adalah suatu keadaan dimana seseorang menggunakan aplikasi Salatiga Mobile Library. Penelitian dengan angka dan melakukan analisa data dengan prosedur statistik (Indriantoro dan Supomo, 2002) dalam penelitian Agung dan Agustinus .

  Dengan metode pembagian kuesioner kepada para responden dan diolah secara statistik dapat disimpulkan bahwa tingkat penerimaan masyarakat terhadap aplikasi Salatiga

  

Mobile Library dipengaruhi keinginan dari pribadi masyarakat itu sendiri untuk terus

  menggunakan aplikasi ini atau tidak. Hasil dari penelitian diharapakan dapat menjadi pertimbangan untuk peningkatan aplikasi Salatiga Mobile Library. [2] Nurmaini Dalimunthe dan Himawan Wibisono menggunakan metode TAM dalam penelitian mereka yang berjudul “Analisis Penerimaan Sistem e-learning SMK Labor Pekanbaru Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

  ”. Penelitian mengenai analisis penerimaan sistem e-

  

learning SMK Labor Pekanbaru dengan menggunakan metode Technology Acceptance

Model (TAM) ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengukur persepsi penerimaan

  siswa terhadap kemudahan pemakaian dan kemanfaatan sistem e-learning dan mengetahui faktor-faktor yang dapat mendorong siswa dalam menggunakan sistem e-learning pada SMK Labor Pekanbaru.

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif dengan melakukan pengamatan dan pemantauan secara langsung pada objek penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket. Objek penelitian adalah siswa SMK Labor Pekanbaru sebanyak 65 orang responden yang diambil dari siswa kelas XI dan XII jurusan Teknk Komputer Jaringan. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif dengan

  Dalam permasalahan yang diangkat penulis ini, hasil penelitian terdahulu menjadi sebuah indikator, sebuah petunjuk dalam menyeleseaikan permasalahan ini. Mengevaluasi merupakan sebuah tolak ukur penting dalam mengelola suatu sistem informasi. Dengan menjadikan admin dan users sebagai koresponden dalam kuesioner yang diolah secara statistik dan metode kualitatif dalam bentuk wawancara.[7]

2.2 Evaluasi Sistem Informasi

  Evaluasi yang berdasarkan teori dari Sanders (1979) yaitu mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu”.[5] Sistem kumpulan sub bagian sistem- sistem lainnya yang membentuk suatu kinerja yang sejalan dan saling berkordinasi antara satu dan lainnya. Tetapi menurut pendapat para ahli maupun peneliti sebelumnya juga ada dan berbagai macam pengertiannya. Anggadini menuliskan beberapa definisi-definisi menurut para ahli yang dikemukakan dalam jurnalnya.

  Salah satu pengertian para ahli dalam jurnal penelitian yang ditulis Anggadini yaitu dari O’Brien dan Marakas. Penjelasannya sebuah sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling terhubung dengan batasan yang jelas bekerja bersama-sama untuk mencapai seperangkat tujuan. Jika melihat definisi dari sebuah sistem seperti penjelasan tersebut sebuah sistem informasi dapat berupa kombinasi terorganisir dari users, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan. Meskipun sistem informasi saat ini biasanya dianggap sebagai memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan komputer. Sistem informasi telah digunakan sebelum adanya teknologi komputer. Sistem informasi digunakan dalam teori manajemen yang kaitannya sangat jauh sekali dengan teori penggunaan teknologi komputer.[8]

  Dari definisi di atas, terlihat bahwa masing-masing menekankan bahwa sistem haruslah terdiri atas berbagai komponen/elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh.

  Disimpulkan bahwa dari beberapa teori para ahli dan penelitian sebelumnya, evaluasi sistem informasi merupakan suatu tindakan penting dalam menjalankan sistem informasi di sebuah organisasi, evaluasi sistem informasi bisa dijadikan sebuah pedoman, sebuah petunjuk di organisasi untuk menjalankan sistem informasi di organisasi tersebut sebagaimana layak dan semestinya sistem informasi itu sendiri berfungsi dalam kinerja organisasi tersebut.

2.3 Definisi Technology Acceptance Model (TAM)

  Model penerimaan teknologi Technology Acceptance Model atau TAM merupakan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. TAM dikembangkan oleh Davis (1989). berdasarkan model TRA. TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA. Dua konstruk utama ini adalah kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use).[4]

  Dalam penelitiannya, Lisa (2015) mendefinisikan bahwa kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) keduanya mempunyai pengaruh ke niat perilaku (behavioral intention). Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) mempengaruhi kegunaan persepsian

  (perceived usefulness). [6] Kedua persepsi ini mempunyai saling keterkaitan dan dijelaskan di dalam gambar 2.1

Gambar 2.1 Hubungan Konstruk Technology Acceptance Model (TAM)

  Pada gambar 2.1 terdapat 5 variabel yaitu Kegunaan Persepsian (Perceived

  

Usefulness ), Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use), Sikap Terhadap

  Perilaku (Attitude Towards Behavior), Minat Perilaku (Behavioral Intention), Perilaku (Behavior). Pada penjelasannya seperti teori yang sudah di jelaskan pada penelitian- penelitian terdahulu, kelima variable tersebut dijelaskan sebagai berikut a.

  Perceived Usefulness (PU) adalah suatu keadaan dimana seseorang percaya bahwa dengan menerima dan menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan performansinya.

  b.

  Perceived Ease of Use (PEOU) adalah suatu keadaan dimana seseorang percaya bahwa dalam menggunakan suatu sistem tidak diperlukan adanya suatu tenaga yang berlebih dan dengan adanya teknologi semuanya menjadi ringan dengan dibantu teknologi.

  c.

  Attitude Towards Behavior (ATB) adalah sikap seseorang terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor dalam menggunakan aplikasi Sistem Manajemen Barang Daerah (SIMBADA).

  d.

  Behavioural Intention (BI) adalah suatu kecenderungan perilaku yang menyebabkan seseorang bergantung kepada minatnya sendiri dalam penerimaan aplikasi SIMBADA ini. Kecenderungan ini menjurus ke arah penolakan atau penerimaan.

  KEGUNAAN PERSEPSIAN (PERCEIVED USEFULNESS) KEMUDAHAN PENGGUNAAN PERSEPSIAN (PERCEIVED EASE OF USE)

  Sikap terhadap Perilaku (Attitude towards Behavior)

  Minat Perilaku (Behavioral Intention)

  Perilaku (Behavior) e.

  Behavior (B) adalah suatu keadaan dimana seseorang terbiasa dengan dibentuknya sebuah sistem baru dan yang dimaksud disini adalah SIMBADA.

2.4 Faktor-Faktor Dalam Penelitian

  Dalam pembahasan diawal sudah dibahas beberapa faktor yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Faktor-faktor ini juga yang digunakan dalam membangun sebuah konstruk dari model TAM yang sesuai dan rasional dalam penelitian ini sebagai acuan. Dan dari konstruk ini peneliti membangun pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang menjadi kunci dalam penelitian ini. Kuesioner dibangun dari variabel yang berbeda dengan tujuan mendapatkan berbagai vaian data sebagai bahan penelitian.

  2.4.1 Knowledge

  Informasi adalah pengetahuan yang disajikan kepada seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami; atau data yang telah diproses atau ditata untuk menyajikan fakta yang mengandung arti.[9] Knowledge atau yang bisa disebut juga sebagai pengetahuan merupakan dasar penting pengembangan dan berjalannya SIMBADA, kemudian knowledge juga menjadi dasar peneliti dalam membangun pertanyaan dalam kuesioner sehingga mendapatkan hasil data yang maksimal. Dalam perkembangannya SIMBADA dipengaruhi oleh lingkungan. Hal ini bisa dilihat jika lingkungan disekitar tidak mendukung baik secara hardware, software, dan individunya maka SIMBADA tidak berjalan sebagaimana fungsinya.

  Kemudian sosial budaya yang dimaksud adalah budaya menggunakan IT sehingga dapat memberikan manfaat baik bagi setiap individu di kantor Bagian Aset Daerah. Kemudian besarnya pengaruh budaya menggunakan IT setiap individu yang ada dalam kantor Bagian Aset Daerah berkaitan dengan penggunaan SIMBADA ini. Termasuk seberapa besarnya minat dan motivasi setiap individu dalam menggunakan SIMBADA. Sehingga mempermudah kinerja dengan hadirnya SIMBADA.

  Menurut dari pendapat ahli, Notoatmodjo (2003) Secara garis besar domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain.[10] Dari kedua teori-teori diatas, pengetahuan menjadi salah satu alasan penting yang mendasari aspek-aspek pertanyaan yang saling berhubungan dan tidak terlepas dari tujuan awal penelitian.

  Pengetahuan akan hadirnya sistem ini berpengaruh ke setiap individu, misalnya melakukan pencatatan aset daerah dapat dilakukan dengan mudah termasuk menghindari kebiasaan human error dan transparan. Hal ini bisa sangat berguna dalam menambah wawasan dan pengalaman individu seperti yang di jelaskan oleh Notoatmodjo dalam teori diatas.

  2.4.2 Culture atau Budaya

  Dalam buku culture karangan Kuper (1999), Kuper mengutip pendapat Clifford Greetz yang secara jelas mendefinisikan

  “Kebudayaan adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun. Dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya; suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana di mana orang-oarang mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan mengembangkan pengtahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan; suatu kumpulan peralatan simbolik untuk mengatur perilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik”. Karena kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik, maka proses budaya haruslah dibaca, diterjemahkan, dan diinterpretasikan.[11]

  Koentjaraningrat mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengn belajar.[12]Dari kedua teori ini menurut penulis kebudayaan adalah suatu sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dimana hal tersebut dikembangkan dan sikap-sikapnya digunakan dalam kehidupan sehari-sehari. Dalam kasus ini konsep budaya menjadi salah satu faktor penting dalam pengendalian SIMBADA adalah budaya dalam penggunaan IT. Konsep budaya menjadi faktor membangun pertaanyaan kuesioner dan penghitungan skala sampai mana faktor ini berperan nantinya.

  2.4.3 Habit atau Lingkungan

  Dalam buku karangan Saptono (2011), Saptono mengutip sebuah pengertian dari teori Aristoteles yang mendefinisikan kebiasaan atau habit. Habit menurut Aristoteles merupakan sebuah keutamaan hidup di dapat bukan pertama-tama melalui pengetahuan (nalar), melainkan melalui habitus, yaitu kebiasaan melakukan yang baik. Karena kebiasaan itu menciptakan struktur hidup sehingga memudahkan seseorang untuk bertindak. Melalui habitus, orang tak perlu susah payah bernalar, mengambil jarak atau memberi makna setiap kali hendak bertindak.[13] Kebiasaan bisa membangun karakter seseorang dalam bekerja terutama dalam kasus ini kebiasaan dalam menggunakan IT sebagai tools dalam mengoperasikan SIMBADA. Seberapa jauh tingkat kebiasaan dalam mengoperasikan IT akan diukur dengan membangun kuesioner dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan langsung dengan faktor ini.

  2.4.4 Kemudahan dan Perasaan

  Kemudahan atau ease of use merupakan salah satu bagian dari konstruk model penerimaan teknologi yang dikembangkan dalam kasus ini. Ease f use sudah dijelaskan dari beberapa penelitian yang relevan di landasan teori. Menurut Lisa, Perceived Ease of Use dalam konstruk TAM adalah suatu keadaan dimana seseorang percaya bahwa dalam menggunakan suatu sistem tidak diperlukan adanya suatu tenaga yang berlebih dan dengan adanya teknologi semuanya menjadi ringan dengan dibantu teknologi.

  Kemudian Agung dan Fritz mengatakan dalam jurnal penelitiannya perceived ease of use suatu keadaan dimana seseorang percaya bahwa dalam menggunakan suatu sistem tidak diperlukan adanya suatu usaha. Rasa percaya akan hadirnya teknologi akan berpengaruh dalam mengoperasikan sebuah sisem dalam meningkatkan proses bisnis. Dari tingkat kemudahan pulan akan timbul perasaan dalam kasus ini. Semakin tinggi rasa percaya diri mereka dalam pengoperaian IT maka perasaan akan adanya kemudahan dalam meningkatkan kinerja proses bisnis mereka.

3. Metodologi Penelitian

  Pada penelitian kali ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif, pendekatan yaitu dengan cara menganalisa data berdasarkan variabel angka melalui proses secara statistik. Pendekatan secara kuseioner (kuantitatif) melalui sebuah proses pengumpulan data dari kuesioner dan dilakukan penghitungan secara statistik untuk menemukan sebuah jawaban dari penelitian.

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

  Tahap awal penelitian adalah tahap perencanaan, pada tahap ini dilakukan observasi ke lapangan, pengumpulan data profil tempat penelitian dan identifikasi masalah dari penerapan aplikasi SIMBADA. Tahap kedua, pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada 11 staff di kantor Barang Milik Daerah, Badan Keuangan Darah Kota Salatiga. Tahap ketiga, pada tahap ini data diolah menggunakan dengan rumus statistik menggunakan Microsoft Excel karena sampel yang digunakan tergolong kecil. Pada tahap akhir penelitian, dilakukan pengambilan keputusan sesuai dengan hasil analisis per faktornya sehingga dapat diketahui seberapa jauh para staff mengoperasikan SIMBADA.

  3.2 Ruang Lingkup Penelitian

  Penelitian ini mencakup para staff dan kordinator yang ada di kantor bagian Aset Daerah Kota Salatiga, dari users maupun staff IT internal yang terlibat dalam pembuatannya. Terdapat 2 faktor alasan mengapa diambil users dan staff IT internal yaitu: a.

   Users menjadi suatu faktor penting dalam berkembangnya sebuah sistem ini agar

  menjadi lebih baik kedepannya dalam menjalankan fungsinya. Dari para users ini lah berbagai kekurangan dan kelebihan yang diharapkan dari penelitian ini menjadikan sistem dapat lebih berkualitas.

  b.

   Staff IT internal menggerakkan sistem ini agar bisa sejalan dengan para keinginan

  dan kebutuhan users. Dengan penelitian ini diharapkan ada inisiatif dari behavior para staff IT untuk selalu mempertanggungjawabkan dan mengembangkan sistem yang telah dibuat.

  3.3 Teknik Pengumpulan Data

  Pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner yang akan disebar pada para users yang pertanyaannya mencakup seluruh variable penelitian dalam Technology Acceptance

  

Model yang diukur menggunakan skala likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju

  (5), Setuju (4), Ragu-Ragu (3), Tidak setuju (2), dan Sangat tidak setuju (1). \

3.4 Metode Penelitian

  Peneliti menyebarkan kuesioner di kantor Barang Milik Daerah (Badan Keuangan Daerah) kepada 11 responden yang ada menjadi staff di kantor. Kemudian setiap pertanyaan disediakan jawaban sebanyak 5 yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Ragu- Ragu (R2), Setuju (S), Sangat Setuju (SS) dan kemudian ada Pertanyaan (K). Kemudian jawaban yang terkumpul per pertanyaan dikalikan dengan bobot yang sudah tersedia oleh skala Likert dan dirata-rata maka akan didapatkan nilai keseluruhan dari pertanyaan per faktor. Persepsi Kemudahan pada peneltian ini sangat diperhatikan karena sebagai dasar penerimaan teknologi terhadap individu adalah alasan Persepsi Kemudahan.

  Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konstruk dari Technology Acceptance

  

Model (TAM) yang digambarkan secara keseluruhan pada gambar 2.1 akan menjadi dasar

  acuan yang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan dalam menggunakan aplikasi SIMBADA. Berdasarkan teori tersebut, terdapat 5 hipotesis yang ingin dibuktikan kebenarannya melalui penelitian ini. Kerangka dan variabel hipotesis dalam penelitian ini digambarkan dan dijabarkan sebagai berikut sebagai berikut

  PERCEIVED EASE OF USE Knowledge Habit Culture PERCEIVED

  USEFULLNESS

Gambar 3.2 Kerangka Hipotesis H1

  

: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived

Ease Of Use ) terhadap persepsi kemanfaatan (Perceived Usefulness). H2

  

: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived

Ease Of Use ) terhadap pengetahuan (Knowledge). H3

  

: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Persepsi Kemudahan (Perceived Ease of Use)

terhadap Lingkungan (Habit). H4

  

: Terdapat pengaruh yang signifikan positif Persepsi Kemudahan (Perceived Ease of Use)

terhadap budaya penggunaan sistem (Culture).

  H5 : Terdapat pengaruh yang saling bergantung antara budaya penggunaan sistem (Culture) dengan persepsi kemanfaatan (Perceived Usefullness).

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Profil Sistem Manajemen Barang Daerah

  SIMBADA dibuat dari kerjasama pihak ketiga atas persetujuan dari kepala bidang Barang Milik Daerah (BMD), aplikasi ini masih dalam proses pengembangan oleh pihak ketiga sehingga belum sepenuhnya dapat beroperasi dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset seluruhnya. Berikut tampilan singkat dari SIMBADA.

Gambar 4.1 Tampilan login SIMBADA (Kantor Bagian Barang Milik Daerah)Gambar 4.2 Tampilan homepage SIMBADA (Kantor Bagian Barang Milik Daerah)

  Dari kedua gambar diatas dapat menjelaskan sekilas tentang kegunaan dan cara mengoperasikan SIMBADA ini beserta fungsi-fungsinya.

4.2 Pembahasan

  Pada penelitian kali ini berbeda dengan penelitian lain sejenis yang menggunakan model TAM sebagai acuan atau model penelitian. Penelitian ini tidak menggunakan tools seperti SmartPLS atau SPSS sebagai tools yang digunakan untuk mengukur variabel dan data secara statistik.

  Pada tabel-tabel dibawah ini adalah analisa data statistik dari 11 responden yang menjawab sebanyak 21 pertanyaan berbeda yang sudah dikelompokkan sesuai faktor-faktor yang diteliti. Kemudian dikalikan dengan bobot jawaban yang ditentukan oleh skala Likert per jawaban mulai dari 1 sampai 5 dan melakukan pencarian rata-rata dari setiap jawaban kemudian melakukan pembulatan sehingga terlihat hasil nilai rata-rata per jawaban dari ke 11 staff. Dari pembulatan sampai 1 angka peneliti mencari nilai dari jawaban yang rendah dengan standar jawaban nilai > 3 dikatakan nilai tersebut adalah tinggi dan tidak menjadi sebuah masal ah bagi para staff, jika ≤ 3 maka itu adalah hal yang perlu dianalisa pada bab berikutnya. Pada kolom yang diberi warna kuning adalah hasil pembobotan yang nilai dibawah standar dan dianalisa pada bab selanjutnya sehingga bisa diketahui mengapa pada pertanyaan yang ada di faktor tersebut rendah.

  Rata-Rata K STS(1) TS(2) R2(3) S(4) SS(5) Pertanyaan

  1 - - -

  16

  35

  5

  2 2 -

  36

  5 4 -

  • 3 -

  4

  32

  5

  4

  4

  2 - -

  36

  5

  4

Gambar 4.3 Tabel Analisa Faktor Knowledge

  Knowledge

  Bisa kita lihat pada tabel 4.3 pada hasil analisa yang dilakukan dengan cara mengkalikan jawaban staff yang tertera pada kolom berbeda dengan bobot yang ditentukan dan dicari rata-ratanya, dari tabel ini kita bisa melihat bahwa jawaban dari ke 4 pertanyaan yang dibangun dari faktor ini memiliki bobot jawaban diatas 3, yang berarti faktor Knowledge terutama dalam pendidikan IT bukanlah sebuah hal yang berpengaruh besar dalam pengoperasian SIMBADA ini, mengingat status pendidikan yang sudah dijalani para staff di kantor BMD yang setidaknya sudah mendapat pendidikan di jenjang perguruan tinggi.

  Rata-Rata K STS(1) TS(2) R2(3) S(4) SS(5) Pertanyaan

  1 - -

  6

  32

  5

  4

  2

  40 - 5 - 4 -

  • 3

  2

  3

  32

  5

  4 Gambar 4.4 Tabel Analisa Faktor Culture/Budaya Culture

  Kemudian hasil yang sama kita dapat di tabel analisa faktor Culture, kita dapat melihat pada bobot jawaban per pertanyaan yang sudah diolah. Pada faktor ini tidak terdapat bobot yang rendah artinya faktor Culture dalam pengoperasian IT bukan menjadi masalah yang dialami para staff BMD dalam pengoperasiannya.

  Rata-Rata K STS(1) TS(2) R2(3) S(4) SS(5) Pertanyaan

  1 - -

  6 -

  46

  5

  2

  4

  15

  16 - -

  3

  9

  32 - 4 -

  • 3

  4

  2 3 -

  36

  • 5

  4

  2

  6

  24

  10 4 -

  6 2 -

  40

  4

Gambar 4.5 Tabel Analisa Faktor Habit/Kebiasaan

  Habit

  Pada tabel 4.5 tentang kebiasaan atau habit ada satu jawaban di dalam faktor Habit peneliti merasa rendah dari bobot jawaban lainnya. Pertanyaan yang diajukan pada nomer 2 menyebutkan apakah hardware dan software yang ada sudah menunjang pengoperasian SIMBADA, para staff ragu-ragu pada pertanyaan ini. Mereka berpendapat bahwa hardware dan software yang ada belum sepenuhnya menunjang pengoperasian ini. Bisa saja penganggaran yang dilakukan dan investasi dibidang IT belum semaksimal yang staff harapkan.

  Rata-Rata K STS(1) TS(2) R2(3) S(4) SS(5) Pertanyaan

  1

  18 3 -

  4

  • 2

  2

  40

  5

  4

  • 3

  8

  18 4 -

  3

  4

  18

  16 3 -

  • 2

  5

  • 3

  4

  6

  28 -

  6 - - -

  40

  5

  4

  7

  6

  6

  20

  5 3 -

  8

  4 3 -

  32

  4

  • Gambar 4.6 Tabel Analisa Faktor Ease of Use/Kemudahan

  Ease of Use

  Pada analisa tingkat kemudahan ini memiliki banyak bobot yang rendah bisa dilihat pada tabel 4.6 setidaknya ada 5 pertanyaan yang menyangkut tentang kemudahan. Pertanyaan mulai dari 1) kepraktisan menggunakan SIMBADA; 2) seberapa fleksibel SIMBADA dalam men-handle beberapa pekerjaan sekaligus; 3) apakah SIMBADA mudah dingat dalam mengoperasikannya; 4) apakah SIMBADA membutuhkan kesaaran dalam pengoperasiannya; dan 5) apakah SIMBADA membutuhkan keterampilan dalam mengoperasikannya.

4.3 Hasil Analisis

  Setelah melakukan pembobotan jawaban, para staff menunjukkan adanya perasaan ragu dalam menggunakan SIMBADA mulai tingkat kepraktisan dalam mengoperasikannya sampai keterampilan dalam mengoperasikannya. Pada analisa sebelumnya disebutkan bahwa pengadaan software dan hardware belum maksimal dan mungkin ini menjadi alasan yang mengganjal para staff di kantor BMD dalam mengoperasikannya.

  Kemudian terdapat pertanyaan mulai seberapa fleksibel SIMBADA dan sejenisnya yang mendapat bobot jawaban rendah, ini bisa menjadi rekomendasi bagi pihak yang membuat SIMBADA untuk lebih memahami kebutuhan dan keterampilan para staff sehingga pada faktor kemudahan ini dapat meminimalisir tingat kesalahan human error. Seberapa sukses SIMBADA ini beroperasi di tentukan sebagaimana komunikasi dari pihak staff sebagai pengguna dan pihak ketiga sebagai pembuat.

  Ke empat faktor ini saling berkaitan 1 dengan yang lainnya, pengetahuan tentang IT akan menunjang dengan hadirnya software dan hardware. Seperti pada model TAM yang dibangun ke empat faktor ini saling berkaitan dilihat dari Perceived Ease of Use atau kemudahan penggunaan, semua hasil analisa akan kembali pada kemudahan pengoperasian. Jika dalam pengoperasiannya mudah maka faktor lain seperti ligkungan, budaya dalam IT, tingkat pengetahuan akan sama baiknya. Contoh dengan hadirnya hardware dan software yang mumpuni tapi tingkat pengetahuan IT yang rendah maka kita tidak akan melihat Perceived Ease of Use, dengan tidak adanya Perceived Ease of Use maka tidak ada Perceived

  

Usefullnes atau kebermanfaatan dari sistem ini. Otomastis maka kebiasaan atau Behaviour

  juga akan menjadi rendah beserta kompenen yang ada dalam TAM. PEOU dan PU merupakan komponen dari model setiap penelitian yang menggunakan metode TAM sebagai acuannya. Pada kasus ini tingkat pengetahuan bukan menjadi masalah besar. Melainkan kefleksibelan, cara mengoperasikan dan kesabaran merupakan hal kunci, pada point-point tersebut terdapat hasil yang rendah. Itu berarti pihak ketiga selaku harus lebih memperhatikan kebutuhan user. Tidak semua staff mampu mengoperasikan, mampu menggunakan dan terampil dalam hal IT, sebagai pembuat pihak ketiga harus mampu mencari benang merah untuk membuat sebuah sistem yang mampu di gunakan keseluruhan staff.

5. Kesimpulan dan Rekomendasi Saran

  5.1 Kesimpulan

  SIMBADA merupakan sebuah sistem yang dirancang atas persetujuan para staff kantor BMD dan pihak ketiga, sistem ini dibuat dan dirancang sebagaimana mestinya kebutuhan

  

users. Pada penelitian kali ini ditemukan hal yang mempengaruhi faktor terutama faktor

  lingkungan dan kemudahan para staff dalam mengoperasikannya. Sistem dibangun untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam kasus ini sebagaimana mengkontrol beberapa pekerjaan dalam sebuah sistem sehingga membantu proses bisnis yang ada di kantor ini.

  Jika dilihat dari hipotesa yang dibangun dengan faktor-faktor yang dijadikan sebagai bahan dasar penelitian ini, maka nilai dari faktor kebiasaan (Behavior/habit) menjadi masalah utama yang memicu persepsi kemudahan (Perceived Ease of Use). Dalam konstruk TAM

  

PEOU dengan Behaviour/habit ada saling timbal balik, didalam kasus ini para staff

  merasakan adanya kekurangan dalam kebiasaan mereka menggunakan IT sehingga dari pihak ketiga selaku pembuat sistem ini mereka membuat sebuah sistem tetapi tidak melihat faktor kebiasaan. Hasilnya bisa kita lihat dalam faktor kemudahan yang terdapat dalam model TAM yang dibangun sebagai acuan penelitian, tingkat kemudahan yang dirasakan sangat jauh dibawah standar. Terdapat banyak poin-poin pertanyaan yang dibangun mengenai faktor kemudahan yang rendah.

  Adanya masalah dalam tingkat kemudahannya berkaitan juga dengan lingkungannya sesuai penelitian yang dibahas diatas. Pengadaan dan investasi bidang IT perlu diperhatikan oleh Kepala Bidang selaku orang yang bertanggung jawab di kantor BMD. Perlu lebih diperhatikan investasi untuk menunjang SIMBADA baik software atau hardware. Karena faktor software dan hardware menjadi alasan para staff yang mengoperasikan, jika mendukung proses SIMBADA ini maka staff akan merasa tidak ada hambatan dalam menggunakannya dan tetap pada tujuan sistem ini dibangun yaitu mengurangi kesalahan- kesalahan yang terjadi atau human errors.

  5.2 Saran

  Hasil dari penelitian ini juga menghasilkan beberapa saran untuk pihak ketiga sebagai pembuat SIMBADA dan Kepala Bidang BMD sebagai penanggung jawab di kantor. Untuk pihak ketiga lebih memperhatikan lagi kebutuhan para pengguna, mulai dari faktor kemudahannya sampai tutorial penggunaannya. Adanya sebuah komunikasi yang baik bisa menunjang sistem ini, baik itu evaluasi yang diadakan pihak pengguna dan pembuat dalam kurun waktu tertentu dalam pengembangannya sesuai dengan kebutuhan.

  Pemberdayaan IT harus didukung dengan sosialisasi dan kerja sama yang baik antar staff mengenai kepentingan IT sehingga terjadi kebiasaan dan lingkungan yang menunjang dalam pekerjaan yang menyangkut IT. SIMBADA merupakan sebuah pembelajaran dimana sistem ini kurang memenuhi faktor kemudahan dalam penggunaannya. Sehingga jika suatu saat kantor BMD ingin membuat sistem lagi yang lebih kompleks dari SIMBADA, perlu sistem harus memperhatikan lagi model penerimaan teknologi yang akan dibuat dan diimplementasikan.

  Dan bagi para pengguna, peran turut serta staff IT yang ada didalam kantor untuk membantu sesama staff dalam mengoperasikannya sangat berguna bagi kerja sama dalam kantor sehingga tujuan awal sistem ini dibuat dapat terpenuhi. Kepala Bidang lebih memperhatikan lagi pengadaan software dan hardware, dan kerja sama antar staff dalam menggunakan sistem ini.

  Daftar Pustaka

  [1] Endang Fatmawati. 2015. “Technology Acceptance Model Untuk Menganalisis Penerimaan Terhadap Sistem Informasi Perpustakaan”, Jurnal Iqra’ Vol.9 No.1.

  [2] Agung Prasetyo Patara, Agustinus Fritz Wijaya. 2016. “Analisis Penerimaan Pengguna

  Terhadap Aplikasi Salatiga Mobile Library Menggunakan Technology Acceptance

  Model (TAM) (Studi Kasus : Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kota Salatiga)”.

  [3] Anggadini. “Analisis Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer Dalam Proses Pengambilan Keputusan”, Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 11 NO. 2, hal. 177-178.

  [4] Davis, F. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly (13:3), pp. 319-339.

  [5] Sanders, J. R. 1979. The technology and art of evaluation. A review of seven evaluation Primers. Evaluation News, 12, 2-7.

  [6] Lisa Noor Ardhiani. 2015. “Analisis Faktor-Faktor Penerimaan Penggunaan

  QUIPPERSCHOOL.COM Dengan Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) Dan Theory Of Planned Behavior (TPB) Di SMA Negeri 7

  Yogyakarta”. [7]

  Nurmaini Dalimunthe, Himawan Wibisono. 2013. “Analisis Penerimaan e-learning SMK Labor Pekanbaru Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TA M)”. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri Vol. 1 No.1 Tahun 2013. [8] James O’Brien, George M. Marakas. 2009. “Management Information Systems”, pp. 3. [9]

  Lita Wulantika. “Knowledge Management Dalam Meningkatkan Kreasi Dan Inovasi Perusahaan”, Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 10 NO. 2, hal. 264. [10]

  Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. [11] Adam Kuper. 1999. Culture, Cambridge: Harvard University Press. [ diakses pada 10 Oktober 2017. [13]

  Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter (Wawasan, Strategi, dan langkah Praktis), (Jakarta: Erlangga, 2011), Hlm. 58.

Dokumen yang terkait

INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Jepara)

0 0 14

JURNAL TUGAS AKHIR Analisa Pengelolaan Pengunjung di Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur

1 7 22

PENGARUH MORALITAS INDIVIDU, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI, DAN ASIMETRI INFORMASI TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Empiris pada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Kudus)

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Soteriologi terhadap Ritual Cheng Beng (清明节) yang Dilakukan oleh Anggota Jemaat GMIT Pola Tribuana Kalabahi

1 2 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Teng

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 1 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Patemon 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

0 3 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Aplikasi Penyuluhan Pertanian Berbasis WebGIS Menggunakan Google Fusion dan Leaflet: Studi Kasus Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga

0 0 18