Analisis Produktivitas Dan Umur Tanaman Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika ( Studi Kasus: Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

(1)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN UMUR TANAMAN

TERHADAP PENDAPATAN PETANI KOPI ARABIKA

( Studi Kasus: Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

CINTYA GISCA 070304072 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN UMUR TANAMAN

TERHADAP PENDAPATAN PETANI KOPI ARABIKA

( Studi Kasus: Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

CINTYA GISCA 070304072 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan

Ditugaskan Oleh:

Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ir.K.Tarigan, MS) (Emalisa, SP.M.Si) NIP. 103365300 NIP. 132206392

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRAK

CINTYA GISCA: Analisis Produktivitas Dan Umur Tanaman Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, dan Ibu Emalisa SP.MSi.

Produktivitas adalah produksi dari usahatani suatu tanaman yakni kopi Arabika yang dihitung berdasarkan satuan luas lahan per satuan waktu dengan dua jenis produksi yaitu buah merah kopi, dan kopi beras. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan luas lahan terhadap produktivitas tanaman, untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas tanaman,dan untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap pendapatan usahatani tanaman di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, dengan penentuan daerah sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penarikan sampel dilakukan secara Stratified Random Sampling atau secara strata luas lahan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Korelasi dan Regresi Linier Sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Hubungan luas lahan terhadap produktivitas adalah negatif. 2. Umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas.

3. Untuk umur tanaman muda 2-4 tahun tidak berpengaruh nyata, umur tanaman sedang 5-7 tahun berpengaruh nyata, dan umur tanaman tua 8-10 berpengaruh nyata terhadap pendapatan bersih petani sampel di daerah penelitian.


(4)

RIWAYAT HIDUP

CINTYA GISCA, lahir di Medan pada tanggal 07 Juli 1990. Anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. Y.Buchari Psrb, MM dan Ibu Almh S.Siahaan.

Jenjang Pendidikan yang ditempuh penulis :

1. Tahun 1995 masuk SD Angkasa Medan dan tamat tahun 2001. 2. Tahun 2001 masuk SLTP Al-Azhar Medan dan tamat tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Harapan Medan dan tamat tahun 2007.

4. Tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Petanian Sumatera Utara melalui jalur Reguler Mandiri.

5. Tanggal 27 Juni-27 Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Sei Balai Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batubara.

6. Bulan Oktober 2011-Januari 2012 melaksanakan penelitian di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin, Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan KaruniaNya yang memberi penulis kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul penelitian ini adalah Analisis Produktivitas dan Umur Tanaman Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika, studi kasus di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan selaku ketua komisi pembimbing, dan Ibu Emalisa SP.MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Anggi dan Mr Wu dari lembaga Rain Forest Coffee yang telah

mempercayakan penulis mengerjakan skripsi program beasiswa ini. 4. Seluruh teman – teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2007.

Dengan kerendahan hati penulis haturkan terima kasih yang terdalam untuk Ayahanda Y. Buchari Psrb, MM dan Ibunda Ferdiana Irwanti, SH serta adik-adik yang tersayang. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2012


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7

Tinjauan Agronomi ... 7

Tinjauan Ekonomi ... 10

Landasan Teori ... 12

Kerangka Pemikiran ... 16

Hipotesis Penelitian ... 19

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

Metode Penentuan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 22

Definisi dan Batasan Operasional ... 24

Definisi ... 24

Batasan Operasional ... 25

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARATERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 26

Karateristik Sampel ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Luas Lahan Terhadap Produktivitas ... 35

Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Produktivitas ... 41


(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 55 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

NO HAL 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 18


(9)

DAFTAR TABEL

NO JUDUL HAL

1. Luas Area, Produksi,dan Produktivitas Kopi Arabika Kecamatan

Tahun 2010 ... 20

2. Jumlah Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika Berdasarkan Strata Luas Lahan Desa Tanjung Beringin Tahun 2009 ... 21

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011 ... 27

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Usia Tahun 2011 ... 27

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2011 ... 28

6. Sarana dan Prasarana Tahun 2011 ... 29

7. Luas Lahan Tanaman Kopi Arabika Sampel Tahun 2011 ... 29

8. Data Umur Tanaman Kopi Arabika Sampel Tahun 2011 ... 31

9. Data Interval Umur Tanaman Kopi Arabika Tahun 2011 ... 32

10. Tabel Hasil Pengujian Hubungan Luas Lahan Terhadap Produktivitas Buah Merah Kopi ... 35

11. Tabel Hasil Pengujian Hubungan Luas Lahan Terhadap Produktivitas Kopi Beras ... 37

12. Tabel Hasil Pengujian Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Produktivitas Buah Merah ... 41

13. Tabel Hasil Pengujian Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Produktivitas Kopi Beras ... 42

14. Rata-Rata Penerimaan Petani Kopi Arabika Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Tahun 2011 ... 44

15. Biaya Rata-Rata Produksi Usahatani Kopi Arabika Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Tahun ... 47

16. Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Arabika Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Tahun ... 48

17. Hasil Pengujian Pengaruh Umur Tanaman 2-4 Tahun Terhadap Pendapatan ... 50


(10)

18. Hasil Pengujian Pengaruh Umur Tanaman 5-7 Tahun Terhadap

Pendapatan ... 52 19. Hasil Pengujian Pengaruh Umur Tanaman 8-10 Tahun Terhadap


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

NO JUDUL 1. Karateristik Petani Sampel

2. Biaya Peralatan dan Penyusutan Peralatan Per Petani dan Per Hektar 3. Total Penggunaan Bibit Per Petani dan Per Hektar

4. Total Penggunaan Biaya Pupuk Serta Obat-Obatan Per Petani dan Per Hektar

5. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Luar Berdasarkan HKO Per Petani Dan Per Hektar

6. Biaya Sarana Produksi Per Petani dan Per Hektar 7. Total Biaya Per Petani dan Per Hektar

8. Produksi Buah Merah Kopi, Kopi Beras, Produktivitas, Penerimaan, Pendapatan Per Petani dan Per Hektar

9. Hasil SPSS Hubungan Luas Lahan Terhadap Produkvitas 10. Hasil SPSS Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Produktivitas 11. Hasil SPSS Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Pendapatan


(12)

ABSTRAK

CINTYA GISCA: Analisis Produktivitas Dan Umur Tanaman Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, dibimbing oleh Bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, dan Ibu Emalisa SP.MSi.

Produktivitas adalah produksi dari usahatani suatu tanaman yakni kopi Arabika yang dihitung berdasarkan satuan luas lahan per satuan waktu dengan dua jenis produksi yaitu buah merah kopi, dan kopi beras. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan luas lahan terhadap produktivitas tanaman, untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas tanaman,dan untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap pendapatan usahatani tanaman di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, dengan penentuan daerah sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penarikan sampel dilakukan secara Stratified Random Sampling atau secara strata luas lahan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Korelasi dan Regresi Linier Sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Hubungan luas lahan terhadap produktivitas adalah negatif. 2. Umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas.

3. Untuk umur tanaman muda 2-4 tahun tidak berpengaruh nyata, umur tanaman sedang 5-7 tahun berpengaruh nyata, dan umur tanaman tua 8-10 berpengaruh nyata terhadap pendapatan bersih petani sampel di daerah penelitian.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Apabila dilihat berdasarkan luas areal perkebunan kopi, Indonesia berada di urutan kedua terbesar. Namun, untuk produksi dan ekspor masih berada di posisi keempat. Permasalahan yang dihadapi adalah produktivitas yang masih rendah dan kontribusi ekspor kopi terhadap penerimaan devisa pada subsektor perkebunan dan sektor pertanian juga cenderung menurun. Hal ini karena perkebunan kopi Indonesia sebagian besar adalah perkebunan rakyat yang penanamannya masih secara tradisional dengan pengelolaan budidaya dan penanganan pasca panen masih kurang memadai, yang pada akhirnya menghasilkan kualitas kopi yang rendah jika dibandingkan negara produsen kopi lainnya Data perkebunan kopi dari Ditjen Perkebunan 2006 menyebutkan luas areal seluas 1.308.732 hektar yaitu 96 Persen diantaranya milik perkebunan rakyat

dan sisanya 4,10 persen diusahakan dalam bentuk perkebunan besar, dengan volume ekspor sebesar 413.500 ton, dan total produksi sebesar 743.409 ton. Tingkat produktivitas rata-rata ini sebesar 792 kg biji kering pertahun, tingkat produktivitas tanaman kopi di Indonesia cukup rendah bila dibandingkan dengan negara produsen utama kopi di dunia lainnya, seperti Vietnam dengan 1.540 kg/hektar/tahun (Anonimousa, 2009).

Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis arabika, andilnya dalam pasokan dunia tidak kurang dari 70% . Jenis Robusta yang


(14)

mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24% dari produksi dunia, sedangkan Liberika dan Excelsa masing masing 3%. Arabika dianggap lebih baik daripada robusta karena rasanya lebih enak dengan jumlah kafein yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan kopi Arabika lebih mahal daripada kopi robusta (Siswoputranto, 1992).

Umur tanaman kopi Arabika menjadi ukuran dalam menentukan produktivitas dari jumlah produksi buah merah (cherry red). Biasanya tanaman kopi sudah berproduksi pada umur 2.5 sampai 3 tahun. Sebagian besar petani pada daerah penelitian lebih banyak menjual produksi kopi Arabika dalam bentuk kopi beras yaitu buah kopi merah setelah proses pengolahan hasil, selain karena harga jual yang didapat lebih tinggi petani juga dapat menggunakan kulit dari buah kopi tersebut sebagai bahan pembuatan pupuk kompos. Tetapi masalahnya, produksi kopi beras yang dapat dijual jika umur tanaman tidak lebih dari 8 tahun kerena pada saat itu kualitas (mutu) buah kopi merah baik dengan kadar air yang lebih ringan yaitu maksimum 12.5% sehingga layak untuk dilakukan pengolahan hasil menjadi kopi beras. Apabila umur tanaman berkisar 9 -10 tahun maka petani harus menjual produksi mereka dalam bentuk buah merah dan jika mereka tetap menjual dalam bentuk kopi beras maka biji kopi beras yang dihasilkan banyak yang pecah.

Ini sangat penting karena sejak puluhan tahun kopi Arabika telah menjadi sumber pendapatan bagi petani dan hal ini jelas menurunkan produktivitas hasil serta penurunan pendapatan petani padahal di daerah penelitian yang berada pada ketinggian 700-1600m dpl sangat mendukung untuk produktivitas yang tinggi pada tanaman kopi Arabika.


(15)

Hampir 70% produksi kopi Indonesia dipasarkan ke berbagai negara dan hanya sekitar 30% yang digunakan untuk konsumsi domestik. Kondisi ini menggambarkan bahwa kopi Indonesia sangat tergantung pada pasar ekspor. Keberhasilan perbaikan mutu kopi Indonesia tidak hanya memperbaiki citra kopi Indonesia, tetapi juga ikut membantu perbaikan harga kopi di tingkat petani dan harga kopi dunia, sekaligus dapat membangkitkan kembali peran kopi bagi perekonomian Indonesia. Namun kenyataan yang dihadapi bahwa rendahnya mutu produksi kopi Arabika terutama disebabkan oleh pengelolaan kebun, panen dan penanganan pasca panen yang kurang memadai karena hampir seluruhnya kopi Arabika diproduksi oleh perkebunan rakyat.

Disamping itu, pasar kopi masih menyerap seluruh produk kopi dan belum memberikan insentif harga yang memadai untuk kopi bermutu baik. Budidaya kopi sebenarnya sudah dilakukan oleh petani sejak jaman penjajahan, tetapi pengelolaannya masih tetap tradisional. Kesalahan yang paling fatal yang umum dilakukan petani adalah pada fase pemetikan dan penanganan pasca panen, sehingga menghasilkan kopi mutu rendah.Di hampir semua sentra produksi kopi, petani memetik buah kopi sebelum usia panen (petik hijau) dengan berbagai alasan seperti desakan kebutuhan hidup dan rawan pencurian. Kemudian saat penanganan pasca panen, penjemuran kopi umumnya dilakukan ditepi jalan atau tempat-tempat yang sanitasinya tidak memadai, sehingga terkontaminasi berbagai kotoran. Disamping itu, penjemuran yang dilakukan tidak dapat mencapai kadar air maksimum yang diizinkan yaitu 12,5%, sehingga biji kopi sering berjamur. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perbaikan mutu kopi membutuhkan kerja keras terutama untuk mensosialisasikannya kepada jutaan petani kopi Indonesia. Apabila hal ini tidak


(16)

ditangani secara tepat maka setelah tahun 2003, ekspor kopi Indonesia akan turun drastis dan pasar kopi domestik akan kelebihan penawaran yang pada gilirannya akan menurunkan harga kopi. (Harian Bisnis Indonesia Nasional, 20 April 2011).

Kabupaten Dairi saat ini merupakan salah satu produsen kopi terbesar di Sumatera Utara dengan total produksi tahun 2009 sebesar 10,031.20 ton dan rata-rata poduksi sebesar 1,269.45 kg/hektar/tahun. Terdapat luas lahan kopi Arabika untuk untuk tanaman tidak menghasilkan sebesar 201.00 ha dan untuk menanggulangi hal ini dapat dilakukan dengan pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan lahan. Peremajaan adalah usaha menggantikan tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi ( Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2009).

Berdasarkan umur tanaman dan luas lahan dapat ditentukan bagaimana produksi yang dihasilkan yang merujuk pada kuantitas dan kualitas dari buah kopi Arabika yang menentukan harga pasar untuk pendapatan petani yaitu dengan umur tanaman dan luas lahan yang produktif dapat menghasilkan produktivitas yang baik dan kebalikannya jika semua tidak dikelola dengan baik maka produktivitas yang dihasilkan buruk bahkan tidak ada sama sekali. Dengan ini penulis merasa tertarik untuk menganalisis bagaimana luas lahan dapat berhubungan dengan produktivitas dan umur tanaman yang dapat berpengaruh pada produktivitas dan pada pendapatan petani sehingga dapat diuraikan identifikasi masalah sebagai berikut :


(17)

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat di rumuskan beberapapermasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan luas lahan terhadap produktivitas usahatani kopi Arabika di daerah penelitian?

2. Bagaimana pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas usahatani kopi

Arabika di daerah penelitian?

3. Bagaimana pengaruh umur tanaman terhadap pendapatan bersih usahatani kopi Arabika?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan luas lahan terhadap produktivitas usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap pendapatan bersih usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.


(18)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi para pengambil keputusan,

khususnya petani kopi arabika agar dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani kopi arabika.

2. Sebagai bahan studi dan referensi bagi mahasiswa pertanian khususnya bagi mahasiswa program studi Agribisnis.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

2. 1. Tinjauan Agronomis

Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan be kali ditemukan oleh Bangsa yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per menurunkan risiko terkena penyakit

).

Tumbuhan kopi (Coffea Sp.) termasuk familia Rubiaceae yang dikenal mempunyai 500 jenis dengan tidak kurang dari 600 spesies. Genus Coffea merupakan salah satu genus penting dengan salah satu diantara spesiesnya yang mempunyai nilai ekonomi dan dikembangkan secara komersial yaitu kopi arabika dengan nama latin Coffea Arabica L. Jenis kopi ini merupakan jenis tertua yang dikenal dan dibudidayakan dunia


(20)

1) Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl, dan suhu 16-20º C.

2) Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3

bulan/tahun secara berturut-turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman.

3) Umumnya peka terhadap serangan penyakit Hemeleia vastatrix, terutama bila ditanam di dataran rendah atau kurang dari 500 dpl.

4) Rata-rata produksi sedang sekitar 4,5-5 kw/ha/tahun, tetapi mempunyai kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya. Dan bila dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 15-20 kw/ha/tahun.

5) Umumnya panen raya terjadi dalam setahun. (Nadjiyati, 2004).

Jika dibandingkan dengan varietas biji kopi yang lain misalnya kopi Robusta, kopi Arabika memiliki kualitas yang lebih tinggi karena biji kopi ini mempunyai sekitar setengah dari kafein yang ditemukan dalam biji Robusta. Biji kopi Arabika yang dapat tumbuh di dataran tinggi melakukan proses panen yang sangat halus karena perawatan yang terus-menerus dalam fase pertumbuhan, maka kualitas yang dihasilkan yaitu tingkat keasaman yang seimbang dan cita rasa yang ringan. Kualitas kopi yang baik diperoleh dari buah kopi yang telah matang dan proses pengolahan yang tepat. Pemanenan buah kopi yang matang mempengaruhi 50% kualitas kopi. Sementara itu pengolahan pasca panen yang tepat mempegaruhi 50% kualitas kopi. Sehingga penanganan pada masing-masing proses tersebut harus dikerjakan secara tepat dan selalu diawasi kualitasnya (Panggabean, 2011).


(21)

Untuk memperoleh hasil bermutu tinggi buah kopi dipetik setelah matang, Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Keluarnya bunga tidak terjadi secara serempak. Oleh karena itu buah kopi dipetik secara bertahap. Panen raya bisa berlangsung selama 4-5 bulan dengan giliran pemetikan pertanaman 10-14 hari. Setiap pohon kopi bisa menghasilkan 0.5-5 kg biji kopi, tergantung dari umur tanaman dan bagaimana cuaca pada tahun tersebut, misal curah hujannya cukup atau tidak dan sebagainya. Buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Kadar air kopi beras optimum adalah 10-13%. Bila kadar air kopi beras lebih dari 13% biasanya akan mudah terserang cendawan, sedangkan bila kurang dari 10% akan mudah pecah (Tim Tani Karya Mandiri, 2010).

Pemupukan yang dilakukan umumnya 2 kali dalam setahun yaitu pada saat awal musim hujan dan di akhir musim hujan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pada tahun pertama setiap tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 50g, SP-36 25g, dan KCL 20g, semakin tinggi umur tanaman maka semakin banyak dosis pupuk yang diberikan agar mengahasilkan masa kemasakan buah yang bagus dan kualitas yang bagus pula. Penanaman pohon pelindung sangat diperlukan dalam membangun sebuah perkebunan kopi khususnya untuk tanaman kopi Arabika jumlah pohon pelindung lebih sedikit dibandingkan dengan perkebunan kopi Robusta. Pohon pelindung berfungsi sebagai pupuk hijau. Untuk pemangkasan dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan ini dilakukan agar tanaman tidak mudah terserang penyakit serta kuantitas buah yang dihasilkan tidak sedikit (Anggara, 2011).


(22)

Di Indonesia tanaman kopi, dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Leste. Dari keseluruhan sentra produksi tersebut produksi kopinya mencapai 88,37% dari total produksi Indonesia. Tanaman kopi yang dirawat dengan baik biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun, tergantung pada iklim dan jenisnya. Kopi Arabika dapat berproduksi hingga 12 tahun. Namun demikian tingkat produksi kopi sangat dipengaruhi oleh pemeliharaannya seperti pemupukan, pemberantasan terhadap hama penyakit juga pada pemilihan bibit (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).

Walaupun kopi terutama diperuntukkan hanya untuk minuman tapi ternyata kopi sumber citarasa kopi dapat digunakan untuk macam macam makanan, pernak-pernik kerajinan tangan, maupun berbagai manfaat lain yang dapat diperoleh dari:

1) Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat yang

2) Daging buah dapat dimanfaatkan untuk bahan baku yang diproses untuk campuran pakan ternak.dan kulit buah dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos.

dapat disuling dan menghasilkan minyak biji kopi dan dapat dipergunakan untuk campuran dalam pembuatan sabun, campuran minyak cat, bahkan industri plastik memanfaatkannya untuk pembuatan jenis plastik cavelite.

3) Kayu pohon kopi dapat dipergunakan untuk pembuatan barang barang kerajinan, patung, dan kipas yang serba menarik.


(23)

Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang optimal maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan faktor lingkungan. Masing masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan dengan baik, Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah (Daniel, 2002).

Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini di Indonesia sektor pertanianlah yang mempunyai peluang besar dalam menyerap tenaga kerja. Hubungan antara petani kopi dan kebun kopi sangat fluktuatif seiring dengan fluktuatif harga kopi di pasar, dan pada gilirannya hal ini berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Tetapi pada saat harga rendah petani hampir tidak berhubungan dengan kopinya. Dengan demikian tenaga kerja yang diperlukan juga tidak banyak (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).

Peningkatan pendapatan petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang petani atau perusahaan pertanian, harga penjualan produksi dan biaya produksi atau usahatani atau perusahaan pertanian. Jumlah produksi dari satu usahatani atau satu perusahaan pertanian, ditentukan oleh skala usaha dan produktivitas yang dapat diperoleh satu unit usahatani


(24)

atau perusahaan pertanian. Besarnya skala usahatani dapat ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk yang hidup atau berusaha dalam sektor pertanian.

Harga penjualan yang dapat diperoleh petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh berbagai faktor yaitu mutu hasil, pengolahan hasil, dan sistem pemasaran yang baik, sementara biaya produksi lebih mudah dikendalikan oleh petani dan salah satu faktor yang paling menentukan adalah produktivitas petani. Faktor faktor lain yang mempengaruhi biaya produksi adalah ketersediaan dan harga input, produktivitas tenaga kerja dan kemampuan pengelolaan usahatani untuk meningkatkan efisiensi (Simanjuntak, 2004).

Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah dijalankan dapat memberikan keuntungan. Pendapatan usahatani tersebut baru dapat diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Soekartawi (b), 2002).

2.3. Landasan Teori

Dalam pembicaran sehari-hari kita sering menamakan usahatani yang bagus sebagai usahatani yang efisien. Usahatani yang efisien adalah di dalam melakukan usahatani seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu berfikir bagaimana ia mengalokasikan faktor produksi seefisien mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dengan luas lahan sebagai salah satu faktor produksi yang dibuat produktif maka produktifitasnya yang dihasilkan tinggi, kalau dua buah usahatani


(25)

mempunyai produktivitas sama, maka usahatani yang lebih dekat dengan pasar mempunyai nilai yang lebih tinggi karena produktivitas ekonomisnya lebih besar

Intensifikasi dimaksudkan penggunaan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar. Sebaliknya ekstensifikasi sebagai perluasan lahan. Kalau dalam pengerjaan tanah yang semakin intensif petani terus menerus menambah tenaga modal atas tanah yang sudah ada maka dalam pengerjaan tanah yang ekstensif penggunaan tenaga dan modal dikurangi untuk dipindahkan ke pertanian lainnya (Mubyarto, 1991).

Perkembangan areal tanaman kopi rakyat yang cukup pesat di Indonesia, perlu didukung dengan kesiapan sarana dan metoda pengolahan yang cocok untuk kondisi petani sehingga mereka mampu menghasilkan biji kopi dengan mutu seperti yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia. Adanya jaminan mutu yang pasti, diikuti dengan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup dan pasokan yang tepat waktu serta berkelanjutan merupakan beberapa prasyarat yang dibutuhkan agar biji kopi rakyat dapat dipasarkan pada tingkat harga yang menguntungkan (Anonimousc, 2009 ).

Umur tanaman yang menunjukkan hasil dari produktivitas tanaman tersebut. Jumlah produksi buah kopi yang akan di panen pertama dalam interval umur 2.5 - 4 tahun relatif masih sedikit dan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya umur tanaman sampai mencapai umur tanaman produktif yaitu sekitar pada umur 5 – 7 tahun dan kembali menurun di saat umur tanaman sudah tua yaitu pada umur 9-10


(26)

tahun. Di setiap umur tanaman terjadi panen raya dua bulan dalam setahun yaitu bulan September dan Oktober di dalam panen raya tersebut dihasilkan jumlah produksi yang lebih banyak dari biasanya. Tetapi jika jumlah produksi semakin banyak dan mudah untuk didapatkan belum tentu berhubungan positif ke pendapatan karena semakin langka di dapat maka semakin mahal harga jualnya. Setelah umur tanaman sudah berada diatas umur ekonomis produksi maka tanaman kopi menjadi tanaman tidak menghasilkan sehingga tidak terjadi produksi dan harus dilakukan replanting tanaman (Anonimousd

Harga jual kopi Arabika merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah mengenai harga jual kopi Arabika, tetapi sampai saat ini tetap saja harga jual merupakan masalah bagi petani produsen. Karena walaupun komoditi kopi merupakan salah satu komoditi yang sudah berkembang namun dalam berusahatani kopi ada beberapa kendala yang dihadapi petani dalam berusahatani kopi yaitu pedagang merupakan penentu harga sedangkan petani tidak mempunyai posisi tawar yang memadai.

, 2011 ).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y x Py

Dimana:

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani


(27)

Struktur biaya yang mempengaruhi suatu proses produksi dapat berupa biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang dan akumulasi penyusutan peralatan. Sementara biaya tidak tetap atau biaya lain-lainnya adalah biaya karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besar produksinya, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan, dan pengolahan tanah. Total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap sehingga dapat diketahui berapa besar penerimaan dan pendapatan suatu usaha tani yang dijalankan.

TC = FC + VC

Dimana:

TC = Total Biaya

FC = Biaya Tetap

VC= Biaya Tidak tetap

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan satuan biaya, jadi:

π = TR – TC

Dimana:

Π = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

(Soekartawi (a) ,1995).


(28)

Usahatani kopi Arabika merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan tanaman kopi Arabika yang dilakukan oleh petani. Petani kopi Arabika dapat bertindak sebagai pelaku dan pembuatan keputusan didalam usahatani kopi arabika. Petani sebagai pelaku melakukan kegiatan usahataninya pada suatu areal baik sebagai pemilik murni maupun sebagai penyewa, petani juga berusaha membuat keputusan yang efektif dan efisien yang diharapkan dapat memperoleh hasil yang maksimal dengan cara memaksimumkan keuntungan bagi usahataninya, untuk itu dalam usahatani diperlukan perencanaan yang baik agar dapat menentukan tata caranya para petani dapat lebih maju dan berkembang paling tidak bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Faktor ekonomi dari usahatani kopi Arabika membantu dan berhubungan dengan cara berfikir petani dalam adopsi inovasi yang akan berhubungan dengan pemakaian input produksi seperti luas lahan untuk melihat efisiensi usaha dengan kapasitas tanah yaitu jika lahan yang dimiliki petani semakin luas maka akan semakin besar peluang petani untuk mengembangkan usahataninya. Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.Peningkatan produksi kopi dapat dilakukan melalui intensifikasi pengelolaan lahan yang sudah ada, ekstensifikasi lahan seperti konversi dari komoditas lain menjadi kopi, serta pengembangan kopi di lahan baru.yang memberikan hasil produktivitas semakin tinggi.

Dalam mengembangkan suatu usahatani umur tanaman menjadi faktor alami dalam menentukan produksi kopi Arabika. Interval umur tanaman yang berada pada kategori


(29)

muda 2-4 tahun yaitu awal dari masa produksi dengan jumlah produksi yang masih sedikit sekitar 2kg per pohon dalam arti produktivitas yang dihasilkan masih rendah, sedangkan pada kategori sedang 5-7 tahun produksi kopi bisa mencapai 5 kg per pohon sehingga produktivitas yang dihasilkan juga semakin tinggi. Dengan kategori umur tanaman muda dan sedang, sebagian besar petani di daerah penelitian menjual produksi dalam bentuk kopi beras sedangkan pada umur tanaman kategori tua yang berkisar 9-10 tahun produksi yang dijual yaitu dalam bentuk buah merah (cherry red).

Jika kualitas suatu buah atau mutu yang dihasilkan semakin bagus maka dapat membantu perbaikan harga kopi di tingkat petani. Namun sebaliknya jika mutu yang dihasilkan buruk maka akan berdampak negatif bagi petani kopi Arabika yang berakhir sehingga jika produksi dengan kualitas (mutu) yang dihasilkan sesuai dengan Standart Nasional Indonesia yaitu dengan kadar air maksimum 12.5% dan tingkat keasaman yang seimbang maka akan berpengaruh terhadap penerimaan yang diperoleh petani sampel, Sebaliknya kelebihan jumlah produksi pada gilirannya akan menurunkan harga kopi fluktuasi harga biji kopi Arabika dikarenakan hal ini cenderung dipengaruhi oleh posisi tawar petani yang relatif lemah terhadap para pedagang pengumpul.. Penerimaan petani merupakan hasil perkalian antara produksi kopi Arabika dengan harga jual kopi arabika, setelah penerimaan usahatani diperoleh maka untuk diperoleh pendapatan bersih maka penerimaan usahatani tersebut dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi.

Peneliti menyusun skema kerangka pemikiran agar lebih mempermudah dan dapat mengarahkan penelitian seperti yang tertera sebagai berikut:


(30)

Keterangan:

: Menyatakan pengaruh : Menyatakan cakupan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Tua

Produktivitas Sedang

Faktor ekonomi petani:

Umur Tanaman Muda

Petani

Usahatani Kopi Arabika

Produksi

Penerimaan Harga Jual

Pendapatan

Kopi Beras Buah Merah


(31)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan luas lahan terhadap produktivitas usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

2. Terdapat pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

3. Terdapat pengaruh umur tanaman terhadap pendapatan bersih usahatani kopi Arabika.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu dengan pertimbangan berdasarkan data primer bahwa luas lahan berusahatani kopi Arabika terbesar terdapat di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi dan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Area, Produksi, dan Produktivitas Kopi Arabika Kecamatan di Kabupaten Dairi Pada Tahun 2010.

No Kecamatan Luas Lahan (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Sidikalang 312 333,7 1,069

2 Sitinjo 369 380 1,029

3 Berampu 232 226,7 0,977

4 Parbuluan 2464 2442 0,991

5 Sumbul 6405 6810 1,063

6 Silahisabungan 10 6,8 0,68

7 Silima Pungga-

Pungga 25 21 0,84

8 Lae Parira 99 92 0,929

9 Siempat Nempu 66 62 0,939

10 Siempat Nempu

Hulu 201 176 0,875

11 Siempat Nempu

Hilir - - -

12 Tigalingga - - -

13 Gunung Sitember - - -

14 Pegagan Hilir 156 183 1,17

15 Tanah Pinem - - -

Jumlah Total 10.339 10.733,2 1072,502


(33)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Penelitian dilakukan di desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Dairi Provinsi Sumatera Utara. Dari Data Demografi Desa Tanjung Beringin tahun 2011 diperoleh populasi petani kopi berjumlah 1375 jiwa. Untuk mendapatkan besar sampel yang

mewakili digunakan metode Stratified Random Sampling yaitu populasi

dikelompokkan berdasarkan strata luas lahan kopi pada usahatani petani kopi dan kemudian dari masing-masing strata ditentukan jumlah petani sampel yang dihitung secara proporsional dan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika Berdasarkan Strata Luas Lahan Tahun 2009 di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan petani kopi Arabika melalui survei dan alat bantu berupa kuisioner, dan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui lembaga, instansi, atau dinas terkait dengan penelitian ini seperti Biro Pusat Statistik Kabupaten Dairi, Dinas Perkebunan

Strata Luas Lahan

(ha)

Populasi (kk)

Sampel (kk)

I ≤ 0,5 ha 825

825

x 30 = 18 1375

II ≥ 0,5 ha 550

550

x 30 = 12 1375


(34)

Propinsi Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Sumbul, dan Kantor Kepala Desa Tanjung Beringin.

3.4 Metode Analisis Data

Hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan analisis alat uji korelasi sederhana.

Y1 {X1 Dimana :

}

Y = Produktivitas

X = Luas Lahan

Dengan Uji Korelasi Sederhana maka rumus yang digunakan untuk mencari besarnya koefisien relative (r) adalah :

n. ( ∑X1Y1 ) – ( ∑ X1) ( ∑ Y1

rx

)

1y1 = { n. ∑ X12 – ( ∑ X1) 2 } { n ∑ Y12 – (∑ Y1)2 Dimana:

}

r = Koefisien korelasi Y = Variabel Y X = Variabel X

N = Jumlah Sampel = 1

Untuk melihat besarnya nilai dari koefisien korelasi dapat digunakan klasifikasi koefisien korelasi dua variabel menurut Guilford berikut ini:

<0.2 Tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.


(35)

Antara 0.4 – 0.7 Hubungan kedua variabel sedang. Antara 0.7 – 0.9 Hubungan kedua variabel kuat.

Antara 0.9 – 1 Hubungan kedua variabel sangat kuat.

Untuk menguji keberartian ( signifikan atau tidak signifikan ) koefisien korelasi digunakan uji – t yaitu :

r √ N - 2 rx1y1 = √ 1 – r

N = Besar Sampel = 30

Hipotesis:

Ho : p = 0 => ini berarti tidak ada hubungan antara variabel x dengan variabel y

H1 : p > 0 => ini berarti ada hubungan antara variabel x dengan variabel y

Ho ditolak apabila t hitung > t tabel

Hipotesis 2 dan hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan alat uji regresi linier sederhana dengan rumus sebagai berikut :

Hipotesis 2 yaitu pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas usahatani

Y = βο + β1 Y = Produktivitas (Kg/Ha)

X + ε

βο= Suatu konstanta yang disebut koefisien intersepsi yang mencerminkan pengaruh alami terhadap Y


(36)

β1

X terhadap Y

= Suatu konstanta yang disebut koefisien regresi yang mencerminkan pengaruh

ε = Variabel pengganggu

X = Umur tanaman (tahun)

Hipotesis 3 yaitu pengaruh umur tanaman terhadap pendapatan bersih usahatani dengan menggunakan model penduga regresi linier sederhana dengan rumus :

Y = βο + β1 Y = Pendapatan bersih (Rp)

X + ε

βο= Suatu konstanta yang disebut koefisien intersepsi yang mencerminkan pengaruh alami terhadap Y

β1

X terhadap Y

= Suatu konstanta yang disebut koefisien regresi yang mencerminkan pengaruh

ε = Variabel pengganggu

X = Umur tanaman (tahun)


(37)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah yang terdapat dalam proposal ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Produktivitas adalah produksi tanaman kopi Arabika yang diusahakan per satuan luas lahan per satuan waktu berdasarkan per jenis produksi yaitu buah merah kopi dan kopi beras yang diukur dalam satuan kg/ha/tahun.

2. Luas lahan adalah areal pertanaman kopi yang dimiliki oleh petani diukur dengan satuan hektar.

3. Umur tanaman adalah usia tanaman kopi Arabika pada saat penelitian dilakukan diukur dengan satuan tahun.

4. Produksi adalah semua hasil tanaman kopi Arabika yang dibudidayakan petani dalam bentuk kopi beras dan buah kopi merah.

5. Buah Merah (cherry red) adalah buah matang kopi Arabika siap panen yang belum diolah.

6. Kopi Beras adalah kopi kering yang melewati perlakuan pasca panen adapun sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya.

7. Kualitas adalah tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu dari suatu produksi.

8. Kuantitas adalah jumlah produksi kopi Arabika yang dihasilkan per pohon.

9. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi masih berlangsung yang dinyatakan dalam rupiah per tahun.


(38)

10. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga oleh tanaman usahatani kopi selama musim tanam masa produksi yang dihitung dalam rupiah.

11. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

2. Populasi petani usahatani kopi arabika adalah 1.375 kk dengan sampel petani yang dipakai 30 kk

3. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011 dengan data yang diambil adalah data produksi buah merah kopi dan kopi beras serta data pendapatan dari tahun 2010 sampai tahun 2011.


(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARATERISTIK

PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis, Batasan, dan Luas Wilayah

Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul merupakan satu dari desa yang ada di kabupaten Dairi. Luas wilayah Desa Tanjung Beringin adalah 141 Ha. Desa Tanjung Beringin memiliki batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dolok Tolong - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Beringin I - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pegagan Julu IV - Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pegagan Julu II

4.1.2. Topografi

Topografi wilayah Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul 700- 1.600 meter diatas permukaan laut.

4.1.3. Iklim

Kondisi lingkungan ini sesuai untuk tumbuh tanaman kopi Arabika dan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman dan semakin tinggi lokasi perkebunan kopi Arabika, rasa atau karakter kopi yang dihasilkan menjadi semakin baik dan semakin enak.

Desa Tanjung Beringin merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki iklim dingin dengan curah hujan sekitar 1.000-1.500 mm/thn. Curah hujan mempengaruhi


(40)

pembentukan bunga hingga menjadi buah. Adanya musim kering yang agak panjang guna diperoleh produksi yang optimal.

4.1.4. Keadaan Penduduk

1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Beringin Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011.

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1094 48,73

2 Perempuan 1151 51,27

Jumlah 2245 100

Sumber: Data Monografi Desa Tanjung Beringin 2011.

Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan di Desa Tanjung Beringin tidak terlalu jauh. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1094 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1151 jiwa.

2. Komposisi penduduk berdasarkan klasifikasi usia

Jumlah penduduk di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul saat ini adalah 2245 jiwa. Untuk lebih jelas mengenai keadaan penduduk menurut klasifikasi usia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Beringin Berdasarkan Klasifikasi Usia Tahun 2010.

No Klasifikasi Usia Jumlah ( Jiwa)

1 Anak-anak 300

2 Remaja 350


(41)

4 Lansia 400

Jumlah 2245

Sumber : Data Monografi Desa Tanjung Beringin 2011.

Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa penduduk Desa Tanjung Beringin yang terbanyak berada pada klasifikasi usia dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa Tanjung Beringin berada pada usia produktifnya.

3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Komposisi mata pencaharian penduduk dari masing-masing bidang usaha di Desa Tanjung Beringin adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Tanjung Beringin Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2011.

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1 Petani 1375

2 Pegawai 85

3 Wiraswasta 89

4 Pedagang 78

5 Pensiunan 48

6 Buruh Tani 500

7 Pertukangan 70

Jumlah 2245

Sumber : Data Monografi Tanjung Beringin 2011.

Dari Tabel 5. Dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh penduduk Desa Tanjung Beringin adalah petani yaitu sebesar 1375 jiwa. Hal ini dapat dilihat dari setiap rumah warga yang sebagian besar memanfaatkan lahan kosong untuk bercocok tanam usahatani dan kondisi iklim yang mendukung.

4.1.5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Tanjung Beringin sudah mencukupi dan mendukung kegiatan dan pendidikan masyarakat di desa ini. Sarana dan prasarana


(42)

sangat menunjang pembangunan masyarakat desa karena sarana dan prasarana yang baik berdampak positif terhadap pembangunan desa. Hal ini dapat dilihat fasilitas rumah ibadah, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan yang semua sarana dan prasarana tersebut dapat dicapai dengan kendaraan umum karena letaknya berada di pinggir jalan besar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6. berikut ini:

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi 2011.

No Pekerjaan Unit

1 Mesjid 1

2 Gereja 13

3 Puskesmas 1

4 SMA 1

5 SMP 2

6 SD 2

7 TK 2

Jumlah 22

Sumber: Data Monografi Desa Tanjung Beringin 2011.

4.2. Karateristik Sampel

Karakter petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi luas lahan dan umur tanaman. Karateristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Luas Lahan Tanaman Kopi Arabika Sampel

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase

1 0.12 1 3.33

2 0.16 1 3.33

3 0.24 2 6.66

4 0.28 1 3.33

5 0.32 1 3.33

6 0.34 1 3.33

7 0.36 3 10

8 0.4 4 13.33

9 0.48 4 13.33

10 0.56 2 6.66

11 0.6 1 3.33

12 0.64 2 6.66

13 0.72 1 3.33

14 0.8 1 3.33


(43)

16 1.5 1 3.33

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Tahun 2011.

Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa luas lahan sebesar 0.4 Ha, 0.48 Ha dan 1 Ha yang paling banyak dengan jumlah sebanyak 4 sampel dengan persentase sebesar 13.33%. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran luas lahan didaerah penelitian antara 0.4 Ha-0.1,Ha masih tergolong ukuran luas lahan yang sebagian besar dibawah dari ukuran luas lahan 1 Ha. Keterangan yang diambil dari lapangan hal ini dikarenakan sebagian besar petani sampel melakukan usahatani secara polikultur, bukan hanya tanaman kopi Arabika saja tetapi petani sampel juga menanam tanaman kopi Robusta, cabai, sawi, bahkan tembakau dalam satu lahan. Status hak milik tanah petani sampel adalah milik sendiri, petani sampel mendapatkan tanah warisan dari orangtua terdahulu yang sudah bertahun-tahun berusahatani kopi Arabika di daerah penelitian ini adapun pola pikir petani dalam mengolah usahatani kopi Arabika ini masih mengikuti tatacara pola usahatani dari orangtua mereka terdahulu yaitu tidak ada pemeliharaan yang begitu intensif adapun tidak ada penentuan intensitas dilakukan pemeliharaan seperti pembersihan gulma maupun pemangkasan. Tidak ada penanaman pohon pelindung seperti pohon lamtoro, pohon sengon laut, pohon jipang dan pohon aren padahal penanaman pohon pelindung ini sangat bermanfaat untuk mengatur intensitas sinar matahari karena jika intensitas sinar matahari tidak teratur maka hal ini dapat mengurangi hasil panen (cherry red) dan pada daerah penelitian petani sampel tidak melakukan kegiatan ini.


(44)

Tabel 8. Data Umur Tanaman Kopi Sampel

No. Umur Tanaman

(Tahun)

Jumlah Sampel (kk)

Persentase (%)

1 2 1 3.33

2 3 6 20.00

3 4 2 6.66

4 5 5 16.67

5 6 5 16.67

6 7 1 3.33

7 8 4 13.33

8 9 1 3.33

9 10 5 16.67

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Tahun 2011

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa tanaman berumur 3 tahun yang paling banyak dengan jumlah sebanyak 6 sampel dengan persentase sebesar 20 %. Kemudian diikuti dengan tanaman kopi berumur 10 tahun dengan jumlah sebanyak 5 sampel dengan persentase sebesar 16.67 %. Dengan umur tanaman 3 tahun menunjukkan umur tanaman kopi di daerah penelitian tergolong muda, usia 3 tahun dikategorikan dari awal produksi buah tanaman kopi. Kondisi ini dikarenakan pada daerah penelitian petani sampel tidak bisa menjual kopi beras karena jika umur tanaman lebih dari 8 tahun maka kualitas dari buah kopi itu menurun sehingga pada saat usia tanaman kopi memasuki umur 11-12 tahun petani sampel langsung melakukan kegiatan replanting sehingga banyak ditemukan tanaman kopi kategori tahapan muda di daerah penelitian. Sedangkan untuk umur tanaman 10 tahun menunjukkan bahwa banyak terdapat usia tanaman dalam kategori tua di daerah penelitian. Kondisi ini dikarenakan masa produksi dari tanaman kopi Arabika itu sendiri yang hanya bisa sampai usia tanaman 12 tahun jadi tidak mengherankan jika banyak ditemukan usia tanaman kopi Arabika tahapan tua disini.


(45)

Adapun umur tanaman yang menjadi sampel dalam penelitian terbagi dalam 3 tahapan dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9. Data Interval Umur Tanaman

No. Umur Tanaman (Tahun) Tahapan

1 2-4 Muda

2 5-7 Sedang

3 8-10 Tua

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 1 Tahun 2011.

Pada daerah penelitian ditemukan umur tanaman sebagai sampel yaitu dari umur tanaman tahapan muda yakni 2 – 4 sampai tahapan umur tanaman tua yakni 8 – 10 tahun. Dari umur tanaman 2 tahun sampai umur tanaman 8 tahun petani sampel menjual produksi dalam bentuk kopi beras karena pada saat itu kualitas buah merah kopi bagus (tidak kapang dan tidak busuk) sehingga dapat menghasilkan kualitas kopi beras dalam standarisasi kadar air ringan. Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh (Panggabean,2011) bahwa kualitas kopi yang bagus adalah memiliki kadar air kopi beras optimum sebesar 10-13%. Bila kadar air kopi beras lebih dari 13% biasanya akan mudah terserang cendawan, sedangkan bila kurang dari 10% akan mudah pecah.

Pengolahan buah merah kopi dilakukan melalui dua cara yaitu basah dan kering adapun pada daerah penelitian petani sampel melakukan pengolahan dengan metode sederhana karena pengolahan metode kering relatif pendek . Hal ini terkait dengan kemampuan petani sampel, masih kurangnya modal dan peralatan yang kurang memadai untuk melakukan proses pengolahan lebih lanjut. Berikut ini tahapan pengolahan metode sederhana yang pada prinsipnya hampir sama dengan pengolahan metode kering sebagai berikut.


(46)

1. Sortasi buah merah kopi.

Pemanenan. Pemetikan, dan sortasi merupakan aspek penting untuk menghasilkan cita rasa kopi yang baik. Dimaksudkan untuk memisahkan kopi merah yang berbiji dan sehat dengan kopi hampa dan terserang bubuk. Caranya, dilakukan perendaman pada buah kopi merah yang sudah ditimbang kadar air kopi buah merah basah setelah petik sekitar 60-70%. Buah merah kopi yang terserang bubuk dan yang hampa akan mengapung sementara yang sehat dan berisi akan tenggelam lalu buah merah kopi yang tenggelam disalurkan ke mesin pulper.

2. Pulping (pengupasan kulit buah)

Bertujuan untuk memisahkan kulit buah dari biji sehingga menghasilkan kopi berkulit tanduk atau sering disebut kopi beras atau kopi putih. Pemisahan kulit menggunakan mesin pulper (mesin penggiling).

3. Pengeringan buah

Pengeringan buah ini dilakukan khusus untuk jenis kopi Arabika saja bertujuan untuk mengurangi kadar air yang awalnya 60-70% menjadi 50-55%. Penurunan kadar air pada kopi Arabika harus dilakukan secara bertahap agar tidak terjadi cacat cita rasa. Teknik pengeringan dilakukan secara tradisional yang menggunakan tikar pelastik sebagai media alas. Kelebihan penjemuran secara tradisional dapat meminimalkan perubahan cita rasa yang menyimpang.

4. Pencucian.

Bertujuan untuk menghilangkan seluruh lapisan lendir dan kotoran lainnya yang masih tertinggal.


(47)

Pengeringan akhir bertujuan untuk menurunkan kadar air hingga menjadi 13% dan melepaskan kulit ari yang masih tersisa pada biji. Sama seperti proses pengeringan sebelumnya, secara alami dilakukan dengan menjemur kopi dilantai yang sudah dialasi dengan tikar pelastik. Pada kopi jenis Arabika jika suhu terlalu berlebihan, dapat mengakibatkan pecah atau retak di ujung biji kopi beras dan bentuk biji menjadi agak melengkung.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis hubungan luas lahan terhadap produktivitas

Produktivitas yang dimaksudkan disini terbagi menjadi dua yaitu produktivitas berdasarkan jenis kopi merah dan produktivitas berdasarkan jenis kopi beras. Produktivitas pertama adalah produktivitas berdasarkan kuantitas produksi dalam bentuk buah merah kopi (cherry red) dalam satuan kg/ha. Adapun produktivitas disini dengan umur tanaman sampel keseluruhan yakni mulai 2 sampai 10 tahun. Analisis dilakukan terhadap luas lahan yang mempunyai hubungan terhadap produktivitas berikut yang dianalisis dengan menggunakan Uji Korelasi Sederhana.

Tabel 10. Tabel Hasil pengujian hubungan luas lahan terhadap produktivitas buah merah kopi.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .401a .161 .131 1097.44934

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta


(49)

luas lahan -1.535.956 663.148 -.401 -2.316 .028

Analisa Data Primer Lampiran 8a Tahun 2011.

Dengan persamaan Y = 4080.447 – 1.535,956 X Y = Produktivitas buah merah kopi (kg/ha) X = Luas Lahan (Ha)

Dari Tabel 10. diketahui bahwa terdapat hubungan luas lahan terhadap produktivitas adalah negatif ini berarti variabel luas lahan memiliki hubungan yang berlawanan terhadap produktivitas buah merah kopi. Koefisien korelasi (r) sebesar -0.401, R2 sebesar 0.161, nilai th5% sebesar 2.316, dan signifikansi sebesar 0.028. Adapun R2 diperoleh sebesar 16.1 % berarti terdapat pengaruh variabel luas lahan terhadap produktivitas buah merah kopi sebesar 16.1 % sedangkan sisanya 83.9 % dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidakditeliti pada model persamaan ini. Diketahui thitung = 2.316 > ttabel = 1.701 pada α 5% yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima yakni terdapat hubungan antara variabel luas lahan terhadap variabel produktivitas. Hasil uji analisis juga menunjukkan derajat signifikansi sebesar 0.028 < 0.05 artinya bahwa hubungan luas lahan terhadap produktivitas adalah nyata dengan demikian hipotesis 1 diterima.

Diketahui koefisien regresi sebesar 0.401 sesuai dengan nilai hubungan korelasi menurut Guilford yakni ada hubungan yang sedang antara luas lahan terhadap produktivitas. Hubungan sedang disini merupakan dengan ukuran luas lahan yang sama tetapi bisa memberikan hasil produktivitas yang berbeda baik itu produksi yang tinggi maupun rendah.


(50)

Sedangkan produktivitas yang kedua adalah produktivitas berdasarkan kuantitas produksi dalam jenis kopi beras dalam satuan kg/ha. Adapun produktivitas disini dihitung berdasarkan umur tanaman 2 sampai 8 tahun. Analisis dilakukan terhadap luas lahan yang mempunyai hubungan terhadap produktivitas berikut yang dianalisis dengan menggunakan Uji Korelasi Sederhana.

Tabel 11. Tabel Hasil pengujian hubungan luas lahan terhadap produktivitas kopi beras.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .480a .230 .195 513.78593

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2001.130 232.746 8.598 .000

luas lahan -1078.673 420.461 -.480 -2.565 .018

Analisa Data Primer Lampiran 8c Tahun 2011.

Dengan persamaan Y = 2001.130 – 1.078,673 X Y = Produktivitas kopi beras (kg/ha)


(51)

Dari Tabel 11. diketahui bahwa terdapat hubungan luas lahan terhadap produktivitas adalah negatif ini berarti variabel luas lahan memiliki hubungan yang berlawanan terhadap produktivitas kopi beras. Koefisien korelasi (r) sebesar -0.480, R2 sebesar 0.23, nilai th5% sebesar 2.316, dan signifikansi sebesar 0.028. Adapun nilai R2 yaitu 0.23 bahwa variabel luas lahan dapat mempengaruhi produktivitas kopi beras sebesar 23% sedangkan sisanya 77% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada model persamaan ini. Diketahui thitung = 2.134 > ttabel = 1.721 pada α 5% yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima yakni terdapat hubungan antara variabel luas lahan terhadap variabel produktivitas. Hasil uji analisis juga menunjukkan derajat signifikansi sebesar 0.028 < 0.05 artinya bahwa hubungan luas lahan terhadap produktivitas adalah nyata dengan demikian hipotesis 1 diterima.

Diketahui koefisien korelasi sebesar 0.401 untuk produktivitas buah merah kopi dan koefisien korelasi sebesar 0.480 untuk produktivitas kopi beras hal ini sesuai dengan nilai hubungan korelasi menurut Guilford yakni ada hubungan yang sedang antara luas lahan terhadap produktivitas. Hubungan sedang disini merupakan dengan ukuran luas lahan yang sama tetapi bisa memberikan hasil produktivitas yang berbeda baik itu produksi yang tinggi maupun rendah.

Baik produktivitas berdasarkan buah merah kopi dan kopi beras memiliki hubungan yang sedang hal ini dilatar-belakangi dengan apabila luas lahan semakin luas tidak menjamin pemupukan dan pemeliharaan pada tanaman menjadi semakin efektif yang akan meningkatkan produktivitas dan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh


(52)

(Mubyarto, 1991 ) bahwa usahatani dikatakan intensif jika menggunaan lebih banyak faktor produksi tenaga kerja dan modal atas sebidang tanah tertentu untuk mencapai hasil produksi yang lebih besar. Sebaliknya ekstensifikasi sebagai perluasan lahan. Kalau dalam pengerjaan tanah yang semakin intensif petani terus menerus menambah tenaga modal atas tanah yang sudah ada maka dalam pengerjaan tanah yang ekstensif penggunaan tenaga dan modal dikurangi untuk dipindahkan ke pertanian lainnya. Ekstensifikasi disini ditujukan karena adanya sistem budaya usahatani polikultur di daerah penelitian maka petani sampel menggunakan sebagian lahannya lagi untu berusahatani lain seperti usahatani cabai, tembakau, kopi Robusta, dan sawi.

Dalam melakukan pembibitan dan pemeliharaan pada tanaman kopi Arabika petani sampel cenderung lebih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga sedangkan penggunaan tenaga kerja luar hanya untuk kegiatan panen dan pasca panen saja. Hal ini tentu mempengaruhi pola usahatani mereka oleh sebab itu dengan luas lahan yang dibwah 0.5 Ha petani sampel dapat lebih memaksimalkan peningkatan produksi dengan lebih leluasa melakukan pemeliharaan tanaman kopi yang teratur dan ini tidak sama halnya dengan lahan yang semakin luas. Seiring bertambahnya luas lahan maka biaya produksi yang dikeluarkan juga semakin besar seperti biaya tetap (penyusutan alat, PBB), biaya variabel seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, dan obat-obatan), dan tenaga kerja tentu semakin bertambah sementara kenyataan di lapangan petani sampel belum menerapkan usahatani yang intensif seperti tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak, seperti yang telah dijelaskan bahwa sebagian besar petani sampel menggunakan tenaga kerja luar hanya dalam melakukan pekerjaan panen, dan pasca panen saja dan sistem pengupahan untuk tenaga kerja di


(53)

daerah penelitian adalah sistem harian sehingga semakin lebar luas lahan maka semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

Pada daerah penelitian juga memiliki topografi dengan kemiringan sekitar 60% sehingga sebagian besar petani sampel maupun tenaga kerja mengalami kesulitan dalam mengutip hasil panen buah merah sehingga apabila luas lahan semakin luas maka kesulitan ini tentu dapat mengurangi jumlah hasil panen buah merah yang diperoleh dan ini berdampak juga ke kuantitas kopi beras yang merupakan hasil dari pengolahan pasca panen buah merah. Dan pada akhirnya produktivitas luas lahan yang diperoleh juga ikut menurun.

Sebagian besar petani sampel menyamaratakan penggunaan pupuk kepada tanaman yang lain sehingga ukuran standarisasi intensitas pemupukan tidak sesuai padahal menurut (Anggara,2011) intensitas pemupukan seharusnya dilakukan 2 kali dalam setahun pada saat awal bulan musim hujan yaitu bulan Oktober-Januari dan pada saat akhir musim hujan yaitu bulan April-Juni dan semakin bertambah umur tanaman kopi maka semakin banyak dosis pupuk yang diberi tetapi banyak dari petani sampel melakukan intensitas pemupukan hanya satu kali saja karena keterbatasan biaya atau penggunaan modal yang tidak mencukupi sehingga membuat usahatani menjadi tidak intensif. Petani sampel juga terkesan tidak peduli dengan perawatan dan pemeliharaan yang efektif mengingat umur tanaman kopi Arabika yang memiliki masa produksi tidak lebih dari 10 tahun yang merupakan alasan sebagian besar mereka sepetani sampel tidak banyak menggunakan luas lahan lebih dari 1 Ha untuk berusahatani.


(54)

5.2 Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Produktivitas

Adapun produktivitas disini adalah kuantitas produksi dari jenis buah merah kopi (cherry red). Analisis dilakukan terhadap variabel umur tanaman yang mempengaruhi produktivitas yang dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Sederhana.

Tabel 12. Tabel Hasil Pengujian Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Produktivitas buah merah (kg/ha).

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .535a .287 .261 1011.81922

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4734.454 480.977 9.843 .000

umur tanaman -246.890 73.606 -.535 -3.354 .002

Analisa Data Primer Lampiran 8a Tahun 2011.

Dengan persamaan Y = 4793.365 – 246.890 X Y = Produktivitas buah merah (kg/ha)


(55)

Berdasarkan Tabel 12. Diketahui bahwa terdapat nilai koefisien regresi R Square sebesar 0.278, yang artinya pada model persamaan bahwa variabel umur tanaman dapat menjelaskan 27.8% variasi dari variabel produktivitas sedangkan sisanya 72.2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model persamaan ini. Diketahui Fhitung = 11.251 > Ftabel= 4.200 pada α 5% yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima yakni ada pengaruh antara variabel umur tanaman terhadap variabel produktivitas. Terdapat signifikansi sebesar 0.03 < 0.05 yang menunjukkan ada pengaruh yang nyata antara variabel umur tanaman terhadap produktivitas dengan demikian hipotesis 2 diterima.

Sedangkan produktivitas berdasarkan kuantitas produksi dari jenis kopi beras juga dilakukan analisis terhadap variabel umur tanaman yang mempengaruhi produktivitas yang dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Linier Sederhana.

Tabel 13. Tabel Hasil Pengujian Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Produktivitas Kopi Beras (kg/ha).

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .422a .178 .139 413.26992


(56)

Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1789.983 257.990 6.938 .000

umur tanaman -104.701 49.061 -.422 -2.134 .045

Analisa Data Primer Lampiran 8c Tahun 2011.

Dengan persamaan Y = 1789.983 – 104.701 X Y = Produktivitas Kopi Beras (kg/ha)

X = Umur Tanaman 2-8 (Tahun)

Berdasarkan Tabel 13. Diketahui bahwa terdapat nilai koefisien regresi R Square sebesar 0.178, yang artinya pada model persamaan bahwa variabel umur tanaman dapat menjelaskan 17.8% variasi dari variabel produktivitas sedangkan sisanya 82.2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model persamaan ini. Diketahui Fhitung = 4.554 > Ftabel= 4.320 pada α 5% yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima yakni ada pengaruh antara variabel umur tanaman terhadap variabel produktivitas. Terdapat signifikansi sebesar 0.045 < 0.05 yang menunjukkan ada pengaruh yang nyata antara variabel umur tanaman terhadap produktivitas dengan demikian hipotesis 2 diterima.


(57)

Masa panen dilakukan sepuluh kali dalam waktu satu tahun atau dua kali dalam sebulan yakni masa panen pada bulan Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Dalam setiap bulan terjadi fluktuasi kuantitas produksi buah merah merah, masa puncak yakni produksi yang paling optimal dibandingkan kuantitas produksi yang lainnya terjadi pada bulan Oktober serta mengalami penurunan kuantitas produksi buah merah pada bulan Desember. Baik produksi jenis buah kopi merah maupun jenis kopi beras dari mulai umur tanaman tahapan muda sampai tahapan tua mengalami penurunan. Adapun Keterangan yang diberikan oleh petani sampel bahwa produksi tertinggi terjadi pada umur tanaman tahapan sedang yakni 5-7 tahun dan pada saat umur tanaman memasuki kategori tua yakni 8-10 tahun terjadi penurunan kualitas dan kuantitas produksi.


(58)

5.3Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Pendapatan

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil produksi dengan harga jual produksi. Umumnya harga jual produksi di daerah penelitian dalam bentuk produksi kopi beras adalah Rp 21.000/kg dan dalam bentuk buah merah kopi adalah Rp.6000/kg. Petani sampel di daerah penelitian tidak dapat berlaku sebagai price taker

kondisi ini dikarenakan sebagian besar penduduk di daerah penelitian berusahatani kopi Arabika yang membuat para pedagang pengumpul tidak susah untuk mengumpulkan produksi.

Tabel 14. Rata-rata Penerimaan Petani Kopi Arabika Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Tahun.

No Uraian Penerimaan (Rp)

1 Per Petani 12.760.900

2 Per Hektar 24.421.866

Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 8 Tahun 2011

Dari Tabel 14. dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan petani kopi per petani adalah Rp.12.760.900 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp.1.063.408 per bulan, sedangkan untuk penerimaan petani kopi per hektar adalah Rp.24.421.866 dalam 1 tahun atau setara dengan Rp.2.035.155 per bulan.

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, baik biaya tetap (penyusutan alat, PBB) maupun biaya variabel seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, dan obat-obatan) dan biaya tenaga kerja. Berikut ini diperlihatkan rata-rata biaya produksi usahatani kopi Arabika per hektar.


(59)

Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan yang diperhitungkan disini adalah penyusutan semua alat-alat pertanian yang digunakan petani dalam mengusahakan tanaman kopinya. Penyusutan alat-alat pertanian ini dihitung dengan menggunakan rumus straight-line method.

Biaya Sarana Produksi

Yang termaksud dalam biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli bibit, pupuk, dan obat-obatan.

 Bibit

Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit ini tergantung pada jarak tanam dan luas lahan petani kopi itu sendiri. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan petani sampel adalan 2m x 3m dengan kebutuhan bibit 1700 bibit, ada juga yang menggunakan jarak tanam 2.5m x 2.5m dengan kebutuhan bibit sebanyak 1600 bibit.

 Pupuk

Pupuk yang digunakan oleh petani kopi Arabika di daerah penelitian adalah pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik merupakan pupuk kandang yang dibeli dan pupuk kompos yang biasanya dari sampah kopi (kulit kopi) serta daun-daun yang dipangkas. Selain pupuk organik petani di daerah penelitian juga menggunakan pupuk kimia dalam usahataninya. Pupuk kimia yang digunakan bervariasi jumlahnya dan umumnya petani sampel melakukan intensitas pemupukan hanya satu kali saja.


(60)

 Obat-obatan

Obat-obatan yang digunakan petani sampel di daerah penelitian berupa herbisida Gromoxone untuk membasmi gulma yang ada di kebun kopi petani sampel. Adapun rata kebutuhan herbisida per petani adalah 0.7 liter sedangkan rata-rata penggunaan herbisida per hektar adalah 1.01 liter.

 Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan pada daerah penelitian adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Besarnya biaya tenaga kerja di daerah penelitian tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan, karena petani sampel mempekerjakan semua anggota keluarganya maka sebagian besar mereka setiap hanya menggunakan tenaga kerja luar keluarga untuk panen saja. Sistem pengupahan tenaga kerja luar keluarga di daerah penelitian adalah sistem harian.

 Biaya PBB

Besarnya biaya PBB tergantung lokasi lahan. Semakin jauh lahan dari wilayah kota maka akan semakin murah biaya PBB. Pada daerah penelitian Biaya PBB bervariasi mulai dari Rp.5000 sampai Rp.25.000 setiap tahunnya per luas lahan yang dimiliki.

Untuk lebih jelasnya mengenai biaya produksi usahatani kopi Arabika per petani dan per hektar dapat diuraikan pada Tabel 15. berikut ini.


(61)

Tabel 15. Biaya Rata-Rata Produksi Usahatani kopi Arabika per petani dalam 1 tahun.

No Jenis Biaya Besar Biaya (Rp) Per Petani

Besar Biaya (Rp) Per Hektar

1 Biaya Penyusutan 314.688.89 314.688.89

2 Biaya Saprodi 2.814.69 5.550.15

3 Biaya Tenaga Kerja 1.597.50 2.888.301

4 Biaya PBB 10.966.67 10.966.67

Total 4.783.222 8.763.972

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 7

Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa total rata-rata biaya produksi per petani untuk usahatani kopi Arabika adalah Rp.4.783.222 dan total biaya produksi per hektar adalah Rp.8.763.972. Biaya yang terbesar yaitu pada biaya sarana produksi sebesar Rp.2.814.69 per petani dan Rp.5.550.15 per hektar, biaya penyusutan Rp.314.688,89 per petani dan per hektar, biaya tenaga kerja sebesar Rp.1.597.500 per petani dan Rp.2.888.301 per hektar, serta biaya PBB sebesar Rp.10.966,67 per petani dan per hektar dalam waktu setahun.

Besarnya biaya dalam usahatani kopi Arabika yang paling dominan adalah biaya sarana produksi. Hal tersebut dikatakan wajar karena sarana produksi berkaitan dengan penggunaan input usahatani. Input usahatani inilah yang nanti akan mempengaruhi output atau produksi dari usahatani kopi Arabika di desa Tanjung Beringin. Sedangkan yang paling rendah adalah biaya PBB. Biaya PBB ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh petani. Tidak adanya pemerataan dalam penentuan nilai PBB membuat terjadinya perbedaan harga PBB yang mencolok untuk masing-masing petani sampel di daerah penelitian.


(62)

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama satu tahun terakhir. Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang dikhususkan untuk usahatani kopi Arabika. Pendapatan merupakan total dari setiap umur tanaman yaitu umur 3 tahun sampai 10 tahun dimana dalam umur tanaman 3-8 tahun pendapatan diperoleh dalam bentuk produksi kopi beras sementara dalam umur 10 tahun pendapatan diperoleh dalam bentuk produksi buah kopi merah. Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani kopi Arabika di daerah penelitian.

Tabel 16. Rata-rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Hektar Dalam 1Tahun.

No Pendapatan Petani Kopi Rupiah

1 Per Petani 8.409.344

2 Per Hektar 16.818.688

Sumber: Analisa Data Primer Lampiran 9 Tahun 2011

Dari Tabel 16. dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani kopi Arabika per petani adalah Rp.8.409.344 dalam satu tahun atau setara dengan Rp.700.778 dalam satu bulan sedangkan rata-rata pendapatan petani kopi Arabika per hektar adalah Rp.15.654.560 dalam satu tahun atau setara dengan Rp.1.401.557 dalam satu bulan.

Dari data diatas dapat diatas dapat dikatakan bahwa usahatani kopi di daerah penelitian menguntungkan, karena penerimaan petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan untuk berusahatani. Kesimpulan yang sama juga dihasilkan oleh penelitian (Nailul, 2011) yang menunjukkan bahwa usahatani kopi Arabika memberikan keuntungan bagi petani yang mengusahakannya, dengan penerimaan yang diterima petani lebih besar daripada biaya yang mereka keluarkan dalam


(63)

berusahatani kopi Arabika. Harga jual dari setiap bentuk produksi pada daerah penelitian semua sudah ditetapkan oleh pedagang pengumpul,untuk harga kopi beras berkisar Rp.21.000 per kg dan untuk harga buah merah kopi berkisar Rp.6000 per kg, petani tidak dapat bertindak sebagai price taker karena hampir semua penduduk di daerah penelitian berusahatani kopi Arabika.

Analisis dilakukan terhadap 3 (tiga) tahapan umur tanaman kopi Arabika, yakni untuk tanaman kopi muda yaitu 2–4 tahun, tanaman kopi sedang yaitu 5-7 tahun, dan tanaman kopi tua yaitu 8-10 tahun. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pola pendapatan kopi Arabika mulai dari tahun 2-4 kopi Arabika mulai berproduksi dengan asumsi apabila tingkat kuantitas dan kualitas produksi kopi semakin tinggi maka pendapatan yang diperoleh juga semakin tinggi begitu juga pada tanaman tua 8-10 tahun maka kuantitas dan kualitas semakin menurun begitu juga dengan pendapatan yang ikut menurun juga.

Ini terbukti dari jenis produksi per setiap umur tanaman itu sendiri. Adapun pada umur tanaman 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, tahun diperoleh pendapatan dari jenis produksi kopi beras sementara pada umur tanaman 9 dan 10 tahun diperoleh pendapatan dari jenis produksi awal yaitu buah merah (cherry red). Dan pada umur tanaman 2-8 tahun terjadi koversi kuantitas produksi buah merah kopi ke produksi kopi beras dengan perbandingan 0.2 - 0.3.


(64)

Tanaman kopi Arabika apabila dirawat dengan tepat dan teratur maka sudah bisa memproduksi dari umur tanaman mulai 3 tahun. Namun kenyataan di lapangan ada salah satu petani sampel yang memiliki tanaman kopi Arabika sudah berproduksi sejak umur 2 tahun. Biasanya jumlah buah kopi yang dipetik pada panen pertama masih relative sedikit. Jumlah teresebut semakin meningkkat dari tahun ke tahun sampai memasuki ke umur paling produktif yaitu sekitar 6-7 tahun.

Berikut ini ditampilkan tabel hasil pengujian Regresi Linier Sederhana dari tahapan umur tanaman muda yakni 2-4 tahun yang mempengaruhi pendapatan.

Tabel 17. Tabel Hasil Pengujian Umur Tanaman muda 2-4 Tahun Terhadap Pendapatan.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .466a .217 .105 5.42230E6

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.784 1.009 -.375 .719


(65)

Dengan persamaan Y = 3.784 + 4.441 X

Y = Pendapatan (Rp/ha)

X = Umur Tanaman 2-4 (Tahun)

Berdasarkan Tabel 17. diketahui dari model persamaan yang diperoleh dengan bertambahnya umur satu tahun maka pendapatan akan bertambah sebesar Rp.4.441.000. Adapun nilai koefisien regresi R Square sebesar 0.217, yang artinya pada model persamaan bahwa variabel umur tanaman muda dapat menjelaskan 21.7% variasi dari variabel pendapatan sedangkan sisanya 78.3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model persamaan ini. Diketahui Fhitung = 1.938 < Ftabel= 5.590 pada α 5% yang artinya H1 ditolak dan H0 diterima yakni tidak ada pengaruh antara variabel umur tanaman muda terhadap variabel pendapatan. Terdapat signifikansi sebesar 0.20 < 0.05 yang menunjukkan bahwa variabel umur tanaman muda tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan.

Pada daerah penelitian sebagian besar tanaman kopi Arabika mulai berproduksi sejak umur tanaman 3 tahun dan semakin bertambahnya umur tanaman kopi maka pendapatannya juga akan semakin bertambah pula tetapi hal tersebut tidaklah cukup terbukti apabila teknik budidaya dan pemeliharaan tanaman kopi tidak dilakukan secara tepat dan teratur. Dengan umur tanaman muda yang merupakan awal dari produksi ada sebagian besar petani sampel yang melakukan budidaya yang tepat dan ada juga yang sebaliknya seperti penggunaan bibit unggul tidak semua petani sampel menggunakannya begitu juga dengan pemeliharaan tanaman muda sehingga ada beberapa umur tanaman muda dalam ukuran luas lahan yang sama tetapi tidak


(66)

mengalami kenaikan kuantitas produksi atau dengan pendapatan poduksi itu sendiri. Misalnya pada Lampiran 9. Ada dua petani sampel dengan ukuran luas lahan 0.4Ha dengan umur tanaman 2 dan 3 tahun sama-sama memiliki pendapatan selama setahun sekitar Rp.5.500.000 berarti tidak ada kenaikan pendapatan sementara terjadi kenaikan umur tanaman muda yang naik selama satu tahun. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya alasannya karena dengan ukuran luas lahan sama tidak dilakukan budidaya dan pemeliharaan secara tepat dan teratur dengan demikian pengaruh umur tanaman muda terhadap pendapatan pendapatan memiliki pengaruh yang tidak nyata.

Tabel 18. Tabel Hasil Pengujian Umur Tanaman Sedang 5-7 tahun Terhadap Pendapatan.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .700a .490 .433 2.83735E6

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.223 7.550 -1.621 .140

umur tanaman 3.910 1.331 .700 2.938 .017


(1)

Lampiran 9a. Pendapatan Kopi Arabika Dari Jenis Produksi Kopi Beras dan

Buah Merah Per Petani Dalam 1 Tahun.

Sampel Luas Lahan (Ha) Umur Tanaman (Tahun) Penerimaan (Rp)

Total Biaya Produksi

(Rp)

Pendapatan (Rp)

1 0.48 6 17640000 8911666.67 8728333.33

2 0.4 7 8400000 3479166.66 4920833.34

3 0.32 5 18900000 2277500 16622500

4 0.4 10 3960000 2977833.33 982166.67

5 0.16 4 8400000 1924416.67 6475583.33

6 0.24 5 10500000 2584166.67 7915833.33 7 0.48 2 10920000 5880666.66 5039333.34

8 0.36 5 9450000 3138000 6312000

9 0.48 8 12600000 3162666.66 9437333.34

10 0.4 3 9513000 3524333.33 5988666.67

11 0.36 5 16800000 3316666.67 13483333.33 12 0.12 3 7500000 1135416.67 6364583.33

13 0.28 6 15750000 2821250 12928750

14 0.36 9 6000000 2565166.667 3434833.333

15 0.4 8 8660000 3581000 5079000

16 0.34 3 7686000 2941083.34 4744916.66 17 0.48 8 10080000 4775333.33 5304666.67

18 0.24 6 8400000 2506000 5894000

19 0.64 10 9600000 4660833.33 4939166.67

20 1 3 25200000 11920500 13279500

21 0.56 10 10800000 3232500 7567500

22 1 10 15900000 6501333.33 9398666.67

23 0.8 6 17850000 7205500 10644500

24 0.64 3 21000000 5402500 15597500

25 1 4 27993000 6860000 21133000

26 0.56 3 16675000 4996500 11678500

27 1 6 21000000 8045333.33 12954666.67

28 0.72 5 14700000 7238166.66 7461833.34

29 1.5 10 12000000 10290000 1710000

30 0.6 8 12000000 5741166.67 6258833.33

Over All 16.32 181 395877000 143596666.6 252280333.4


(2)

Lampiran 9b. Pendapatan Kopi Arabika Dari Jenis Produksi Kopi Beras dan

Buah Merah Per Hektar Dalam 1 Tahun.

Sampel Luas Lahan (Ha)

Umur Tanaman

(Tahun)

Penerimaan (Rp)

Total Biaya Produksi

(Rp)

Pendapatan (Rp)

1 0.48 6 36750000 16534322 20215677

2 0.4 7 21000000 10298281 10701718

3 0.32 5 39375000 7377865 31997135

4 0.4 10 9900000 7057833 2842166

5 0.24 4 34986000 10726041 24259958

6 0.36 5 29148000 9954330 19193669

7 0.48 2 22743000 11970790 10772209

8 0.36 5 26250000 8965071 17284928

9 0.48 8 26250000 7019592 19230407

10 0.4 3 23772000 7683601 16088398

11 0.36 5 46662000 8702745 37959254

12 0.12 3 16660000 7756931 8903068

13 0.28 6 26250000 9272432 16977567

14 0.36 9 16662000 6840276 9821723

15 0.4 8 20000000 8463500 11536500

16 0.34 3 22596000 8132298 14463701

17 0.48 8 21000000 10330897 10669102

18 0.24 6 34986000 9591285 25394715

19 0.64 10 15000000 7071077 7928922

20 1 3 25200000 11920500 13279500

21 0.56 10 19284000 5599579 13684420

22 1 10 15900000 6501333 9398666

23 0.8 6 22302000 8811753 13490246

24 0.64 3 32802000 8184018 24617982

25 1 4 27993000 6860000 21133000

26 0.56 3 29775000 7221781 22553218

27 1 6 21000000 7975333 13024666

28 0.72 5 20412000 9881347 10530652

29 1.5 10 7998000 6974141 1023859

30 0.6 8 20000000 9340216 10659783

Over All 16.32 181 732656000 263019179 469636820


(3)

Lampiran 10. Uji Korelasi Sederhana Luas Lahan Terhadap Produktivitas

Buah Merah (Cherry Red).

Correlations

produktivitas luas lahan

produktivitas Pearson Correlation 1 -.401**

Sig. (2-tailed) .002

N 30 30

luas lahan Pearson Correlation -.401** 1

Sig. (2-tailed) .002

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .401a .161 .131 1097.44934

a. Predictors: (Constant), luas lahan

b. Dependent Variable: produktivitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized C oefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4080.447 412.661 9.888 .000

luas lahan -1535.956 663.148 -.401 -2.316 .028


(4)

Lampiran 11. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana Pada Produktivitas

buah merah (Cherry Red).

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .535a .287 .261 1011.81922

a. Predictors: (Constant), umur tanaman

b. Dependent Variable: produktivitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4734.454 480.977 9.843 .000

umur tanaman -246.890 73.606 -.535 -3.354 .002

a. Dependent Variable: produktivitas

Lampiran 12. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana Interval Umur Tanaman

Kopi Muda 2 – 4 Tahun Pada Pendapatan Bersih Petani Kopi.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .466a .217 .105 5.42230E6

a. Predictors: (Constant), umur tanaman

b. Dependent Variable: pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.784E6 1.009E7 -.375 .719

umur tanaman 4.441E6 3.190E6 .466 1.392 .207


(5)

L

ampiran 13. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana Interval Umur Tanaman

Kopi Sedang 5 – 7 Tahun Pada Pendapatan Bersih Petani Kopi.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .700a .490 .433 2.83735E6

a. Predictors: (Constant), umur tanaman

b. Dependent Variable: pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.223E7 7.550E6 -1.621 .140

umur tanaman 3.910E6 1.331E6 .700 2.938 .017

a. Dependent Variable: pendapatan

Lampiran 14. Uji Analisis Regresi Linier Sederhana Interval Umur Tanaman

Kopi Tua 8 – 10 Tahun Pada Pendapatan Bersih Petani Kopi.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .880a .775 .747 1.51207E6

a. Predictors: (Constant), umur tanaman

b. Dependent Variable: pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.053E7 4.637E6 6.584 .000

umur tanaman -2.661E6 506847.271 -.880 -5.251 .001


(6)