KOMUNIKASI ADAPTASI MAHASISWA INDEKOS | Thariq | Jurnal Interaksi

KOMUNIKASI ADAPTASI MAHASISWA INDEKOS
Muhammad Thariq, Akhyar Anshori
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Email : muhammadthariq@umsu.ac.id , akhyaransori@umsu.ac.id

Abstrak
Mahasiswa/i yang merantau karena ingin melanjutkan studi di suatu
perguruan tinggi tidak dapat mengelak dengan kehidupan model indekos, yakni
model kehidupan dengan ciri-ciri menetap sementara di sebuah kamar atau rumah
yang dihuni banyak orang. Kemudian mahasiswa membayar jasa tempat tinggal
itu secara bulanan maupun tahunan sesuai tarif yang dipatok tuan rumah. Gaya
hidup indekos membuat mahasiswa menjadi jauh dari orangtua dan keluarga inti.
Justru mereka menjadi lebih dekat dengan lingkungan baru yang disebut tuan
rumah, karena mereka tidak dapat menghindar dari pertemuan dengan budaya
yang berbeda di kampus maupun masyarakat. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pola komunikasi mahasiswa yang indekos terbangun dengan terlebih
dahulu menyesuaikan diri dengan budaya di kampus dan lingkungan indekos,
orang-orang baru serta situasi baru di lingkungan indekos mereka. Situasi ini
memunculkan rasa sensitif, cemas, frustasi dan permusuhan karena kenyataan
hidup di lingkungan kampus dan keadaan di tempat indekos terasa asing menjadi

lebih mudah terlihat, seperti komunikasi yang berantakan, terkesan kasar, jarang
menghargai tua dan muda, tidak terlalu pusing memikirkan basa-basi dalam
perbincangan, mau menang sendiri, sok hebat serta perempuan dan laki-laki suka
pakai celana dari bahan jeans. Rasa cemas, frustasi dan bahkan permusuhan dari
masa di mana daya tarik dan kebaruan sering berubah mereka alami sesuai kadar
penyesuaian masing-masing.
Kata kunci : Komunikasi, Indekos

dihuni banyak orang. Kemudian

Pendahuluan
Mahasiswa/i

yang merantau

karena ingin melanjutkan studi

mahasiswa membayar jasa tempat

di


tinggal itu secara bulanan maupun

suatu perguruan tinggi tidak dapat

tahunan sesuai tarif yang dipatok

mengelak dengan kehidupan model

tuan rumah. Gaya hidup indekos

indekos, yakni model kehidupan

membuat mahasiswa menjadi jauh

dengan ciri-ciri menetap sementara

dari orangtua dan keluarga inti.

di sebuah kamar atau rumah yang


Justru mereka menjadi lebih dekat

156

157 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
dengan lingkungan baru yang disebut

dipahami sebagai sebuah penyakit

tuan rumah, karena mereka tidak

yaitu sebuah penyakit yang diderita

dapat menghindar dari pertemuan

seseorang yang sering dipindahkan

dengan budaya yang berbeda di


secara tiba-tiba dari satu tempat

kampus maupun masyarakat.

terjadinya suatu peristiwa ke tempat

Fenomena itu juga terjadi pada
mahasiswa

Universitas

Muhammadiyah

Sumatera

Utara

lainnya.
Persiapan kunjungan budaya
itu sebagai modal dalam melakukan


(UMSU) yang berasal dari luar Kota

komunikasi.

Medan

Kab.Madina,

syarat untuk memudahkan orang

Rantauprapat, Sidimpuan, dan luar

untuk berinteraksi dan bersosialisasi

provinsi seperti Aceh dan Sumatera

dengan pola nilai kebudayaan atau

Barat. Mereka mencari indekos di


lingkungan

seputar lingkungan kampus di Jalan

adaptasi

Kapten Mukhtar Basri No 3 Kota

meningkatkan ketrampilan itu, maka

Medan dan melakukan penyesuaian-

mahasiswa

harus

penyesuaian

pengetahuan


dan

seperti

dengan

lingkungan

Komunikasi

baru

disebut
Untuk

memiliki
pemahaman

multikultural


multietnis,

Penyesuaian-penyesuaian

atau

budaya.

terhadap

baru.

sebagai

apalagi

dan
Indonesia


seperti itu menghadirkan sesuatu

merupakan negara yang memiliki

yang disebut sebagai kejutan budaya

ragam

(Culture Shock) yaitu perasaan tanpa

bahasa dan dialek tertentu.

pertolongan,

tersisihkan,

adat

istiadat,


Komunikasi

adaptasi

terampil

dan

kampung

penyesuaian budaya yang meski

halaman (Ruben dan Stewart, 2013).

biasanya akan menghadirkan culture

Ada tidaknya mahasiswa indekos

shock.


memiliki

meminimalisir

pulang

ke

persiapan

“kunjungan budaya”
terelakkan.
Stewart,

tetap tidak

Menurut

awalnya

untuk

Ruben

culture

dan
shock

shock.

dapat

yang

menyalahkan orang lain, sakit hati
ingin

akan

kebiasaan,

Individu

Paling

melakukan

akan

dampak
penting

dapat
culture
adalah

menghindari terjadinya konflik serta
permusuhan

yang

sebelumnya

Muhammad Thariq, Akhyar,.. I Komunikasi Adaptasi ........158

terdapat
orang

mis-komunikasi
atau

masyarakat

kebudayaannya
komunikator

berbeda
atau

antara

dari beragam etnis, kebiasaan, dialek

yang

serta bahasa dari daerah yang saling

karena

komunikannya

tidak mampu beradaptasi

secara

normal dengan lingkungan baru.

berjauhan.

Dengan

demikian

mahasiswa yang indekos dituntut
untuk mampu berkomunikasi dan
adaptasi budaya di lingkungan baru.

Untuk itu culture shock sebagai

Penyesuaian pada lingkungan

sebuah fenomena sosial tidak dapat

baru menghasilkan culture shock.

dianggap biasa saja. Reaksi terhadap

Fenomena

kejutan budaya tentu

tantangan

salah satu

sosial
berat

ini

menjadi

yang

dihadapi

masalah besar yang dialami individu

mahasiswa/i

ketika

dengan

dalam menyelesaikan studi. Untuk

orang-orang dari kebudayaan dan

itu perlu dilakukan sebuah penelitian

lingkungan berbeda. Siapa pun tidak

dengan judul

dapat

Adaptasi Mahasiswa Indekos (Studi

dia berhadapan

menghindari

dari

proses

penyesuaian

budaya

yang

menghasilkan

culture

shock,

UMSU yang indekos

“Pola

Komunikasi

Pada Mahasiswa UMSU)”.

sehingga harus dihadapi lingkungan

Tinjauan Pustaka

yang

Kejutan Budaya (Culture Shock)

berbeda

kebudayaannya

Setiap individu tidak terkecuali

(Liliweri, 2005).
banyak

mahasiswa perantauan tidak dapat

sehingga

menghindar dari pertemuan dengan

perguruan tinggi swasta (PTS) yang

orang lain terutama saat masuk di

berdiri di

lingkungan baru. Kontak

UMSU
mahasiswa

memiliki
perantau

Kota Medan, Ibukota

Provinsi Sumatera Utara,

menjadi

budaya

lain

juga

tidak

dengan
dapat

favorit bagi mahasiswa perantauan

dihindarkan. Budaya itu dapat berupa

seperti dari luar Kota Medan, Aceh

kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat,

dan Sumatera Barat.

bahasa,

Dari paparan di atas, UMSU

cara

berpakaian

serta

kepercayaan yang dianut masing-

dapat disebut menjadi kampus lintas

masing

individu.

budaya karena memiliki mahasiswa

dengan

budaya

Proses

kontak

lain

sering

159 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
menimbulkan

reaksi,

apalagi

pertemuan dilakukan secara kontiniu
dan dilakukan dalam waktu yang
lama.
Reaksi diasosiasiakan dengan
kejutan

budaya

(culture

shock)

bervariasi di antara setiap individu
dan dapat muncul dalam waktu yang
berbeda. Misalnya, seseorang yang
terus menerus berhubungan dengan
budaya yang lain mungkin merasa
gelisah (Samovar, 2010).
Menurut
culture shock
antropolog
tahun

Samovar,

1960.

Oberg

Kalvero

istilah

culture

shock

fenomena sosial dan tidak dapat
dianggap biasa saja. Bahkan istilah
itu dapat disebut sebagai suatu
penyakit yang berhubungan
yang pindah ke

orang

lingkungan yang

baru. Kejutan budaya melibatkan

ego dan gambaran diri (Furham dan
Bochner, 1989).

pada
Oberg

memberikan definisi yang detail
mengenai

adalah suatu masalah besar dalam

gangguan yang hebat dari rutinitas ,

diperkenalkan oleh

Kalvero

atau kepercayaan yang kita terima.
Kita
semua
menginginkan
ketenangan pikiran dan efisiensi
ribuan petunjuk tersebut yang
kebanyakan tidak kita sadar.”
Dengan demikian culture shock

dalam

paragraf berikut:
“Kejutan budaya ditimbulkan oleh
rasa gelisah sebagai akibat dari
hilangnya semua tanda dan simbol
yang biasa kita hadapi dalam
hubungan sosial. Tanda
dan
petunjuk ini terdiri atas ribuan acara
di mana kita mengorientasikan diri
kita sendiri dalam kehidupan seharihari:
bagaimana
memberikan
petunjuk,
bagaimana
membeli
sesuatu, kapan dan di mana untuk
tidak merespons. Petunjuk ini dapat
berupa kata-kata, gerakan, ekspresi
wajah, kebiasaan atau norma,
diperlukan oleh kita semua dalam
proses pertumbuhan dan menjadi
bagian dari budaya kita sama halnya
dengan bahasa yang kita ucapkan

Sebuah

jurnal

menceritakan

seorang pelajar yang baru saja
menyelesaikan pendidikan menengah
atas dan hendak melanjutkan ke
universitas. Untuk pertama dia akan
bangga dan mempersiapkan dirinya
untuk

menghadapi

lingkungan

kampus

yang

Dia

baru.

mempersiapkan

dirinya

akan
untuk

bertemu dengan orang-orang baru,
antusiasme

untuk

belajar

menuai

kesuksesan

agar
dalam

lingkungan yang baru. Namun, pada
akhirnya mahasiswa
di

lingkungan

baru

baru tersebut
mengalami

ketidaknyamanan
membuatnya

tidak

hingga
lagi

ingin

Muhammad Thariq, Akhyar,.. I Komunikasi Adaptasi ........160

melanjutkan

kuliahnya

(Balmer,

budaya

dapat

menghasilkan

sejumlah reaksi yang berpotensi

2019).
Dari

jurnal

ini

bisa

mengakibatkan masalah. Paling tidak

disimpulkan bahwa setiap mahasiswa

kejutan

baru

menyebabkan individu merasa putus

menjadi

Culture

wajar

mengalami

sebagai

Shock

akibat

perpindahan dari lingkungan sekolah

budaya

itu

dapat

asa, lelah dan tidak nyaman.
membutuhkan

Culture Shock

menengah atas ke lingkungan baru

beberapa

seperti yang disampaikan Balmer,

akhirnya individu dapat beradaptasi

dapat menyebabkan

dengan lingkungan

tekanan dan

penyesuaian

sebelum

yang baru.

berakibat pada kompetensi akademik

Penyesuaian

mahasiswa tersebut. Akan menjadi

masalah

negatif kalau Culture Shock tersebut

mekanis dan lingkungan, isolasi dan

tidak teratasi. Dalam hal ini orang

pengalaman perbedaan kebudayaan,

gagal untuk menyesuaikan dirinya

perilaku serta kepercayaan (Mulyana,

dengan lingkungan barunya

2010).

dan

menjadi depresi (Littlejon, 2004;

itu

dapat

komunikasi,

berupa

perbedaan

Penyesuaian itu menimbulkan

Kingsley dan Dakhari, 2006; Balmer

reaksi

individu

yang

berbeda.

2009).

Gudykunt dan Kim dalam Berger et.l
(2014) merinci reaksi-reaksi tersebut

Reaksi Terhadap Culture Shock
Menurut

Samovar

(2010),

seperti

permusuhan

perasaan

yang

disorientasi,

baru,

perasaan

reaksi selalu dihubungkan dengan

tertolak, sakit perut dan sakit kepala,

culture shock bervariasi di antara

rindu kampung halaman, merindukan

setiap individu dan dapat muncul

teman

dalam

kehilangan

waktu

yang

berbeda.

Misalnya,

seseorang

yang

menerus

berhubungan

terus
dengan

dan

menyendiri

keluarga,

perasaan

status dan pengaruh,
serta

menganggap

anggota budaya yang lain tidak

budaya yang lain mungkin merasa

sensitif.

sedikit

membutuhkan waktu dan proses serta

Samovar

gelisah.

Smith

menegaskan,

dalam
kejutan

dukungan

Penyesuaian

lingkungan

diri

ini

sekitar.

161 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
Untuk itu Young Yun Kim

Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi
berbagi

makna

proses

dalam Ruben dan Stewart (2010)

perilaku

menguraikan pentingnya komunikasi

adalah
melalui

verbal dan noverbal. Segala perilaku

dalam

dapat

jika

melalui profil penelitiannya tentang

melibatkan dua orang atau lebih

jutaan orang pindah rumah melintasi

(Mulyana,

batas-batas budaya

disebut

komunikasi

2005).

Masih

dalam

konteks

adaptasi

budaya

setiap tahun.

melibatkan

Young Yun Kim menyebutkan orang

pilihan,

yang pindah rumah melintasi batas-

tindakan dan penafsiran. Setiap kita

batas budaya untuk melanjutkan

berkomunikasi

seseorang,

studi atau bekerja itu sebagai pelopor

tidak diragukan bahwa orang tersebut

kontemporer ke suatu daerah asing

berasal dari suatu lingkungan budaya

yakni daerah yang dianggap amat

tertentu, bukan orang yang tiba dari

tidak relevan bagi kegiatan apapun.

ruang hampa-sosial. Oleh karena itu

Bahkan bagi pendatang berjangka

seseorang dipengaruhi latar belakang

pendek, semisal pertukaran pelajar,

budayanya. Komunikasi dan budaya

ada keharusan

dua

terpisahkan,

mempunyai perhatian terhadap upaya

sebagaimana dikatakan Edward T

membangun hubungan fungsional

Hall

(2016)

yang sehat dengan lingkungan baru

adalah

atau disebut tuan rumah. Yong Yun

komunikasi dan komunikasi adalah

Kim dalam memulai riset selama 25

budaya.

seseorang mulai

tahun yang lalu terhadap fenomena

berbicara tentang komunikasi, tidak

di atas menemukan teori umum dan

terhindarkan orang itu pun berbicara

panduan

tentang budaya, maka budaya dan

komprehensif

komunikasi berinteraksi secara erat

kita memeriksa

dan dinamis. Inti budaya adalah

terjadi

komunikasi, karena budaya muncul

budaya dan faktor-faktor apa yang

karena komunikasi. (Mulyana, 2015).

memfasilitasi

Mulyana,

komunikasi

ekspektasi,

persepsi,

entitas

dalam

mengatakan

Begitu

dengan

tidak

Liliweri
budaya

adaptasi.

sesedikit apapun

intelektual

jika

yang

dan sistematik saat
apa yang akan

kita

Dia

melintas

atau
yakin

batas

merintangi
bahwa

Muhammad Thariq, Akhyar,.. I Komunikasi Adaptasi ........162

kemampuan

komunikasi

sesuai

norma-norma dan praktik

budaya

lokal adalah jantung kesuksesan

dalam

kata-kata

atau

dalam

gerak isyarat yang digunakan.
4.

Mewaspadai aturan budaya yang

adaptasi. Ketika kita melaksanakan

berlaku dalam setiap konteks

program adaptasi lintas budaya ini,

komunikasi lintas budaya.

kita juga memulai langkah pada alur

5.

Hindari

evaluasi

negatif

pengembangan pribadi, yang mana

terhadap perbedaan budaya baik

kita melenturkan

secara

hal-hal

yang

kemudian
kondisi

diri ke luar dari

amat

kita

meraih
manusia

mendalam

dan

nonverbal.

kenal,

lebih

Perlu

melihat

(milik sendiri maupun orag lain)

lebih

sebagai

inklusif,

sesuatu

yang

menyenangkan

termasuk memahami diri sendiri.
Ahli komunikasi

maupun

kebiasaan dan peraturan budaya

pemahaman
secara

verrbal

Joseph De

6.

Menjaga diri dari kejutan budaya

Vito dalam Ruben dan Stewart

(Culture

menguraikan penanganan hambatan

mempelajari sebanyak mungkin

dalam

budaya yang kita akan masuki.

kesuksesan

berkomunikasi

Misalnya dengan

lintas budaya:
1.

2.

membaca,

perbedaan budaya

berbicara dengan orang dari

sendiri dan orang lain. Jika ragu,

budaya itu dan dengan mereka

bertanyalah; buanglah asumsi

yang

kesamaan.

dengan budaya itu dan menonton

Mengakui bahwa perbedaan itu

film.

Mengenali

memiliki

Sebuah

ada dalam setiap kelompok.

3.

dengan

Shock)

pengalaman

masyarakat

adalah

Hindari stereotip, jangan terlalu

sistem sosial yang kompleks terdiri

menyamarataka

dari

atau

sejumlah

besar

keragaman,

beranggapan bahwa perbedaan

dipisahkan secara geografis, diserta

dalam suatu kelompok tidak

saling

penting

individu-individu , antara kelompok,

Ingatlah bahwa makna ada pada

maupun

diri seorang dan bukan terdapat

bekerja mencapai tujuan yang saling

ketergantungan

antara

organisasi

antara

yang

163 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
terkait.

Masyarakat

seperti

juga

2.

Tahap 2 adalah masa yang

sistem sosial lain adalah dibuat,

mana daya tarik dan kebaruan

didefinisikan,

dipertahankan

sering

(Ruben dan

frustasi, cemas, dan bahkan

melalui

dan

komunikasi

berubah

permusuhan karena kenyataan

Stewart, 2010).

hidup di

banyak

dilakukan

untuk

usaha

telah

lebih terlihat. Fase ini juga

mengurai

dan

disebut fase kekecewaan dan

menggambarkan

individu

tahapan

(2010)

disebutkan

mulai

kesulitan

beradaptasi dan komunikasi.

penyesuaian diri. Dalam Ruben dan
Stewart

lingkungan atau

keadaan yang asing menjadi

Tingkatan Adaptasi Budaya
Ada

menjadi

3.

Tahap 3 menandai dimulainya

penyesuaian diri di lingkungan baru

proses penyesuaian kembali

sebagai proses adaptasi. Sementara

karena masing-masing mulai

Gunyeskunst

mengembangkan

dan

Kim

dalam

cara

menggambarkan

mengatasi frustasi mereka dan

empat tingkatan proses adaptasi diri

menghadapi tantangan situasi

dalam bentuk Kurva-U sehingga

baru. Fase ini juga disebut awal

disebut U-Curve.

resolusi. Di sini orang-orang

Samovar

(2010)

Empat tahap

secara

proses adaptasi sebagai berikut:
1.

bertahap

membuat

Tahap I adalah periode “bulan

beberapa

madu”

fase

modifikasi dalam bagaimana

fase

mereka

atau

kegembiraan/optimistik:
pertama

ini

digambarkan

sebagai ujung

sebelah kiri

penyesuaian

berhadapan

dan

dengan

budaya yang baru.
4.

Tahap 4 penyesuaian kembali

Biasanya

berlanjut. Fase terakhir ini

individu menyesuaikan denga

disebut fase berfungsi dengan

budaya

efektif yang mana posisinya

dalam

Kurva-U.

baru

menyenangkan

yang

karena penuh

berada

pada

pada

ujung

denga orang-orang baru, serta

sebelah kanan atas Kurva-U,

lingkungan dan situasi baru

seseorang

mulai

mengerti

Muhammad Thariq, Akhyar,.. I Komunikasi Adaptasi ........164

elemen kunci dari budaya baru

Tahapan adaptasi di sebuah

(nilai,

lingkungan baru (Kurva-U)

kebiasaan

khusus,

kepercayaan, pola komunikasi dan
lainnya).
Selama periode ini mungkin

Persiap
an
untuk
peruba
han

Tahap
1
Bulan
madu

Tahap 2
Frustasi

Tahap
3
Penyes
uaian
Ulang

akan muncul beberapa macam hasil.
Pertama, banyak orang memperoleh
kembali level keseimbangan dan
kenyamanan,

mengembangkan

hubungan yang penuh makna dan
sebuah penghargaan bagi budaya

“Be
rkel
ahi”

baru.
Kedua, ada orang yang tidak

“Be
rlari


bisa sepenuhnya menerima budaya
baru, tetapi iabisa menemukan cara
yang baik untuk mengatasi persoalan
guna meraih tujuan secara memadai.
Ketiga,

menemukan

cara

untuk melakukan yang terbaik, meski
secara substansial disertai dengan
ketegangan

dan

ketidaknyaman

pribadi. Akhirnya, adapula yang
gagal

bahkan

dalam

meraih

kelanjutan level penyesuaian ulang,
dan

menemukan

Perenc
anaan
Antisip
asi

Menjel
ajahi
Hal-hal
baru
yang
memuk
au

Frustasi
Menemu
kan
Hal baru
yang
menjeng
kelkan

Mengu
asai
Pencari
an
pilihanpilihan

Sumber: Berdasarkan tinjauan
literatur tentang tahap adaptasi yang
disajikan dalam Adaptation to a New
Environment oleh Daniel J. Kealey
(Ottawa,
Canada:
Canadian
International
Agency, Briefing
Centre, 1978) dalam Ruben dan
Stewart (2010)

satu-satunya

alternatif adalah mengundurkan diri
dari situasi itu.

Tah
ap 4
Res
olus
i
Part
isip
asi
pen
uh
“Ak
om
oda
si”

Model Komunikasi Integratif
Dalam

Berger

et.l

(2014)

terungkap model komunikasi terpadu
(integratif)

muncul

dari

sebuah

penelitian tentang adaptasi dengan
lingkungan

yang baru dan asing.

165 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
Kemudian, di bidang komunikasi

bawaan

individu

lintas budaya, penelitian ini dimulai

adaptif,

kedekatan/kerenggagan

oleh publikasi tulisan Y.Y. Kim

etnis, kesiapan), (b) lingkungan

(1997) tentang model alur variabel-

(tekanan penyesuaian dari tuang

analitik pada akulturasi yang disusun

rumah, penerimaan tuan rumah,

dalam penelitian disertasinya (1976)

kekuatan kelompok etnis), (c)

kemudian

transformasi

diperbaruhi

pengembangan

sesuai

teori

baru

(kepribadian

antarbudaya

(kesesuaian fungsional, kesehatan

antardisiplin yang lebih luas dan

psikologis,

terpadu (2005) ke dalam satu teori

identitas budaya), (d) komunikasi

komunikasi

(kecakapan

integratif

tentang

perkembangan

komunikasi

tuan

adaptasi lintas budaya. Y.Y Kim

rumah, komunikasi antar pribadi

kemudian menyajikan dua model

etnis).

untuk menerangkan adaptasi yang

Masih di dalam Berger et.l,

mendukung empat tahap adaptasi

hubungan komunikasi terjalin di

budaya

antara dan di tengah-tengah segenap

di

atas.

Dua

model

komunikasi integratif itu adalah:

konstruk di atas, maka semakin besar

1. Model Proses yakni menjelaskan

kecakapan komunikasi tuan rumah

dinamika

“stres-adaptasi-

(masyarakat setempat) semakin besar

pertumbuhan” yang seiring waktu

partisipasi dalam komunikasi sosial

mengarah

transformasi

antar pribadi tuan rumah. Semakin

menuju

besar penerimaan tuan rumah dan

“kesesuaian” yang lebih besar

tekanan penyesuaian tuan rumah,

sehubungan dengan lingkungan

semakin

yang baru atau berubah

komunikasi tuan rumah.

ke

bertahap

2. Model

individu

Struktural

mengidentifikasi

bahwa

besar

kecakapan

yakni
empat

dimensi faktor bekerjasama secara

Metode Penelitian
Penelitian

interaktif untuk melancarkan atau

komunikasi

menghambat proses adaptasi yang

indekos ini, menggunakan metode

digambarkan

deskriptif

dalam proses: (a)

adaptasi

mengenai

kualitatif.

mahasiswa

Penelitian

Muhammad Thariq, Akhyar,.. I Komunikasi Adaptasi ........166

deskriptif adalah penelitian yang

Utama

berusaha memaparkan situasi atau

Mukhtar Basri yang penduduknya

suatu peristiwa. Penelitian deskriptif

mayoritas Islam dan beragam etnis.

ditujukan untuk:

Di lokasi itu UMSU sendiri sudah

1. Mengumpulkan informasi aktual

ada

secara

rinci yang melukiskan

UMSU

sejak

Jalan

Kapt.

29 Februari 1957.

Menurut Lurah Glugur Darat II
Nuriyanto

gejala yang ada.

di

mengatakan

jumlah

atau

mahasiswa UMSU yang indekos di

memeriksa kondisi dan praktek-

sejumlah lingkungan itu sebanyak

praktek yang berlaku.

500 orang dari berbagai daerah di

2. Mengidentifikasi

3. Membuat

masalah

perbandingan

atau

luar Kota Medan.
Seorang

evaluasi.

informan

Eka

4. Menentukan apa yang dilakukan

Rullindani asal Nagari Pasialaweh,

orang lain dalam menghadapi

Kec. Sungai Taraf, Kab. Tanah

masalah yang sama dan belajar

Datar, Provinsi Sumatera Barat, yang

dari pengalaman mereka untuk

saat penyelesaian penelitian ini dia

menetapkan

duduk di semester akhir

rencana

dan

dan kini

keputusan pada waktu yang akan

telah menyelesaikan studinya lebih

datang. (Rakhmat, 1998:24-25).

cepat

di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Program Studi Ilmu
Komunikasi

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan

bahwa

mahasiswa

dia

UMSU mengatakan,

merasakan

digambarkan

realitas

di

atas.

yang
Itulah

banyak yang

pengalaman secara umum mahasiswa

menyewa kamar atau rumah sebagai

indekos terutama yang berasal dari

tempat tinggal sementara (indekos)

luar Sumatera Utara . Justru dia

di Lingkungan I sampai

UMSU perantau

Kelurahan
Kecamatan

Glugur
Medan

8

di

mampu menyelesaikan studinya tepat

Darat

I,

waktu

Timur,

Kota

karena

tidak

kendala yang berarti
dan

mengalami
dalam hal

Medan. Lokasi indekos mahasiswa

beradaptasi

membangun

perantau berdekatan dengan Kampus

komunikasi dengan sesama teman

167 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
serta dosen sekalipun terutama untuk

semula menghadapi realitas yang

menyelesaikan

tidak biasanya dihadapinya. Posisi

kuliah

praktek

Fidya Rizky Amalia saat peneliti

lapangan dan meja hijau.
Eka

Rullindani

mengatakan

melakukan observasi dan wawancara

“saya dahulunya sensitif dengan

duduk

suasana

dan

mengatakan, “awalnya saya kaget

lingkungan tempat indekos di Jalan

karena tidak biasa berbicara dengan

Ampera IX No 9 (2013-2017), tapi

nada

hal itu tidak menjadi kendala, justru

(mahasiswa

realitas itu menjadi modal bagi saya

masyarakat di lingkungan indekos).

untuk

Saya

baru

di

kampus

sukses

membangun

di

Semester

tinggi

juga

5.

seperti
di

mereka

UMSU

sempat

Dia

tidak

dan

bisa

di

membedakan mana kata bercanda

Medan”. Dia mengatakan sempat

dan mana kata yang serius. Tapi

terkejut (shock) melihat situasi baru

selama kurang satu bulan, saya sudah

di kampus terutama cara komunikasi

bisa

teman-teman, tetapi rasa itu tidak

komunikasi tetapi tidak melunturkan

membuatnya lantas ingin kembali ke

kebiasaan di daerah asal saya”.

komunikasi

dengan

siapapun

menyesuaikan

Selama

Sumatera Barat atau menyendiri

bahasa

kuliah

dan

justru

dalam waktu lama. Saya merasakan

mahasiswa perantau ini membangun

shock selama satu minggu karena

komunikasi dengan menempatkan

berhadapan dengan situasi baru di

posisi

Medan.

secara

tepat.

Misalnya,

itu

dia

dapat

berbicara dengan teman

komunikasi

dan

relasi

dia menggunakan nada tinggi (seperti

persahabatan antar teman dan dosen

kebanyakan mahasiswa di UMSU

dalam

dan di luar) namun tidak terhadap

menjalin

Setelah

menyelesaikan tugas-tugas

terkadang

orang lebih tua (orangtua, dosen,

kuliah.
Begitu juga informan Fidya

kakak

atau

abang

kelas)

tetap

Rizky Amalia asal Kota Padang

berkomunikasi secara sopan santun,

mengatakan, dia tidak menghadapi

meski orang di tempat yang baru

kendala

menyamaratakan semua tingkatan

berkomunikasi

apapun
di

kampus

dalam
yang

umur seseorang.

Selain itu untuk

Muhammad Thariq, Akhyar,.. I Komunikasi Adaptasi ........168

keberlanjutan relasi dan komunikasi,

teman sesama mahasiswa “Permata”

dia

cepat berinteraksi dengan mahasiswa

menyenangkan

teman-teman

dengan cara ikut berkumpul di satu

di fakultas dan masyarakat

tempat. Tujuannya agar bisa saling

Medan dengan cara bertanya sesuatu

tukar pikiran, tukar pengalaman dan

tentang ikon Kota Medan seperti

mendapatkan informasi tentang tugas

Lapangan Merdeka. Satu persatu

di kampus yang harus diselesaikan.

Mustakim

Penyesuaian

dilakukan

termasuk makanan di Medan enak

bentuk

dan murah dengan Rp8.000 sudah

lingkungan

bisa makan pakai telur bahkan ikan

mahasiswa

yang
ini

komunikasi
sekitar

sebagai

kepada

agar

lebih

mudah

mendapat

sementara

di

Kota

informasi

Jayapura

harus

mengembangkan diri di lingkungan

mengeluarkan uang Rp25.000 untuk

baru.

makanan yang sama. Mustakim dan
Informan lain seperti Abdul

temannya merasa nyaman sekitar

Mustakim mewakili dua mahasiswa

empat

asal

keinginannnya untuk dapat kuliah di

Jayapura

nonmuslim

salah

Gabriella

satunya

Sophiyanti

Fairyo yang ikut program pertukaran
mahasiswa

selama satu tahun,

bulan

dan

mengatakan

UMSU.
Kemudian informan bernama
Adrima

Rizal Arlovi mewakili

mengatakan mereka merasa shock

enam mahasiswa asal Maluku yang

dan memilih posisi nyaman, yaitu

kuliah di UMSU Semester 5 masing-

menyendiri dan banyak diam selama

masing di Fakultas Hukum, FISIP

satu sampai dua minggu saat kuliah

dan FKIP. Satu diantara mahasiswa

di UMSU semester 5. Pada awal

perantau

belajar di UMSU, mereka jalan tanpa

bernama

teman. Komunikasi pertama mereka

mengatakan,

lakukan

mengalami kendala berati melakukan

dengan memperkenalkan

ini adalah nonmuslim
Novita

Yuli

Kolatveka

mereka

diri melalui organisasi mahasiswa di

komunikasi

FISIP. Masyarakat kota Medan yang

lingkungan indekos. Proses adaptasi

terbuka

tidak membutuhkan waktu yang lama

dan

bahasanya

umum

memudahkan Mustakim dan teman-

sama seperti

di

kampus

tidak

dan

apa yang dirasakan

169 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
di

perbincangan, mau menang sendiri,

disebabkan

sok hebat serta perempuan dan laki-

masyarakat Kota Medan terbuka dan

laki suka pakai celana dari bahan

menggunakan bahasa yang umum

jeans.

(non daerah).

Mahasiswa asal

bahkan permusuhan dari masa di

Maluku ini sebelumnya mengalami

mana daya tarik dan kebaruan sering

shock

berubah mereka alami sesuai kadar

mahasiswa
UMSU.

indekos
Hal

lainnya

itu

dan cenderung menyendiri

dan enggan untuk
karena

Waktu untuk memahami situasi

mereka

baru tidak memakan waktu lama,

posisi yang nyaman

apalagi sampai memilih pulang ke

salah.

Semester

merasakan

penyesuaian masing-masing.

Hingga

takut

mendekati

berkomunikasi

Rasa cemas, frustasi dan

6,

setelah melakukan penyesuaian dan

kampung

melakukan

indekos tidak menghadapi kendala

partisipasi

penuh

di

berarti

kampus.
Pola komunikasi mahasiswa
yang

indekos

terbangun

dengan

halaman.

Mahasiswa

untuk

melakukan

penyesuaian-penyesuaian
karena

kembali

masing-masing

dapat

terlebih dahulu menyesuaikan diri

mengembangkan

dengan budaya di kampus dan

untuk

lingkungan

tantangan yang mereka hadapi.

indekos,

orang-orang

caranya

mengatasi

sendiri

kendala

dan

Beberapa cara yang umum

baru serta situasi baru di lingkungan

dilakukan mahasiswa perantau, yaitu

indekos mereka.
Situasi ini memunculkan rasa

mengikuti

kebiasaan

dan

dan

keterbukaan mahasiswa UMSU dan

permusuhan karena kenyataan hidup

masyarakat di lingkungan indekos

di lingkungan kampus dan keadaan

pada umumnya. Terkadang mereka

di

indekos terasa asing

berbicara keras seperti yang berlaku

menjadi lebih mudah terlihat, seperti

di kampus dan lingkungan indekos

komunikasi

yang sebelumnya mereka terkejut

sensitif,

cemas,

tempat

yang

frustasi

berantakan,

terkesan kasar, jarang menghargai

dan

tua dan muda, tidak terlalu pusing

tampil di depan dan menunjukkan

memikirkan

eksistensi secara personal sebagai

basa-basi

dalam

malu-malu.

Bahkan

mereka

Muhammad Thariq, Akhyar,.. I Komunikasi Adaptasi ........170

anak

perantau

bukan

melalui

yang

berkunjung

ke

sana

organisasi mahasiswa daerah asal

membutuhkan waktu relatif lama

seperti mahasiswa dari Aceh, meski

untuk

terdapat organisasi IPTR dan lainnya

daerahnya, jika tidak lebih baik diam

di setiap kampus. Pengenalan diri

untuk

justru lebih banyak mereka lakukan

ketersinggungan

melalui

organisasi

kemahasiswa

setempat. Mahasiswa perantau di

seperti

Ikatan

Mahasiswa

UMSU membutuhkan waktu tidak

Muhammadiyah di fakultas masing-

lebih satu bulan bahkan ada yang tiga

masing dan organisasi Himpunan

hari saja sudah dapat memahami

Mahasiswa Jurusan atau HMJ.

bahasa dan kebiasaan baru karena

Berkomunikasi

dan

membangun relasi di kampus serta di
lingkungan

atas

kemauan

mempelajari

bahasa

mengantisipasi

semuanya

masyarakat

bersifat

umum

dan

masyarakatnya terbuka.
Pada tahap akhir mahasiswa

dan

keberanian sendiri. Tidak didasari

UMSU

dorong kesukuan atau agama. Waktu

merasakan beberapa macam hasil

yang dihabiskan untuk melakukan

seperti memperoleh kembali rasa

penyesuaian diri tidak lama karena

nyaman dan keseimbangan seolah-

orang di Kota Medan cenderung

olah

menggunakan bahasa umum (kas

padahal

Medan) bukan bahasa daerah seperti

ritual, adat istiadat, gaya hidup serta

Aceh, Batak atau Jawa, meski etnis

bahasa sebelumnya terasa asing.

di Kota Medan cukup beragam.

Bahkan mereka

Mereka menyenangi suasana tersebut

UMSU

karena sebagai jalan memudahkan

terbuka dan harga-harga kebutuhan

untuk berinteraksi dibanding pergi

relatif murah serta mudah dijangkau.

salah satu daerah di Indonesia seperti

Dari kondisi tersebut mereka mudah

Sulawesi

mengembangkan diri

Selatan

atau

Sulawesi

yang

indekos

mulai

berada di tanah kelahiran,
secara

geografis,

ingin kembali ke

karena

Tengah bahkan Aceh sekalipun. Di

membangun

sana masyarakatnya menggunakan

dalam

bahasa daerah. Kebanyakan orang

acara tertentu.

iklim,

masyarakatnya

relasi

berbagai

dengan cara
pertemanan

kesempatan dan

171 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
Keseimbangan
adaptasi

mendukung

komunikasi
Tiada

dari

menjalankan

misi

dakwah

kelancaran

Muhammadiyah sehingga mahasiswa

indekos.

indekos mudah beradaptasi dengan

mahasiswa

pertentangan

proses

pesan

yang

aturan penggunaan busana

yang

mereka bawa saat berkomunikasi di

Islami

kampus dan lingkungan indekos

mahasiswa

perantau

mampu

sehingga mahasiswa perantau mudah

membangun

komunikasi

dengan

melakukan

dosen dan pihak universitas dengan

percakapan,

jalan-jalan di suatu tempat
mengadopsi

tren

seperti

diskusi,
serta
gemar

di kampus. Selain itu

baik .
Dari hasil pembahasan telah

memakai celana jeans baik laki-laki

diperoleh bahwa:

maupun perempuan di lingkungan

1. Pola

komunikasi

adaptasi

dan lingkungan indekos.

mahasiswa UMSU yang indekos

Bahkan ada mahasiswa indekos yang

terdapat empat tahap yang prinsip

berinisiatif menjadi relator di kelas

dilakukan,

dengan

membangun

penyesuaian diri dengan budaya

kerjasama yang lebih erat bersama

baru karena penuh dengan orang-

teman-teman

Cara

orang baru seperti lingkungan dan

membangun relasi dan kerjasama

situasi baru tetapi tidak mutlak

juga dilakukan di luar kampus

menyenangkan

seratus

dengan mengadakan pertemuan dan

sama

kota-kota

diskusi di tempat-tempat tertentu

Kedua, mengalami masa frustasi

yang lebih santai dan rileks. Untuk

dan cemas. Ketiga, penyesuaian

itu tidak terlalu susah dan rumit bagi

untuk kembali pada kebiasaan

mereka untuk menyesuaikan diri

baru karena masing-masing mulai

karena mahasiswa di UMSU dan

mengembangkan cara-cara untuk

masyarakatnya cenderung bersikap

mengatasi frustasi mereka dan

terbuka dan

menghadapi tantangan tersebut.

kampus

tujuan

satu

kelas.

minim sekali hal-hal

dengan

yakni

pertama

persen
lain.

yang tabu dalam berinteraksi kecuali

Keempat,

ada aturan etika dan agama yang

komunikasi dan relasi yang penuh

digariskan oleh universitas yang juga

mengembangkan

Muhammad Thariq, Akhyar,.. I Komunikasi Adaptasi ........172

makna dan sebuah penghargaan

masyarakat Kota Medan yang

bagi budaya baru.

terbuka kepada siapa saja. Selain

2. Empat tahap pola komunikasi
adaptasi

di

atas

dilakukan

itu

masyarakat

Kota

Medan

menggunakan bahasa umum.

berbeda-beda oleh masing-masing

4. Pola komunikasi adaptasi di atas

mahasiswa indekos, mulai dari

menjadi fasilitas untuk melewati

penyesuaian

rintangan

lingkungan

diri
baru

dengan
sampai

cara

menjadi

mereka
jantung

kesuksesan

mengembangkan komunikasi dan

adaptasi.

relasi

komunikasi mereka

serta

penghargaan bagi

sekaligus

Kemampuan praktik
termasuk

durasi

berhasil melaksanakan program

frustasi atau rasa cemas yang

adaptasi lintas budaya ini dan

dialami mahasiswa, yakni ada

terjadi

yang satu minggu, tiga minggu

untuk melenturkan diri dengan

dan satu bulan bahkan lebih dari

kebiasaan

satu bulan untuk mereka menuju

positif.

budaya

baru

seperti

pengembangan

yang

baru

pribadi

secara

tahap ketiga dan tahap selanjutnya

Hasil di atas menunjukkan

dari pola komunikasi adaptasi

bahwa empat tahap pola komunikasi

tersebut.

adaptasi yang dilakukan mahasiswa

3. Penyesuaian dari kebiasaan lama

sangat

baik

digunakan

dalam

kepada yang baru tidak terdapat

meningkatkan komunikasi dan relasi

kendala dan distorsi yang berarti

sosial antara mahasiswa indekos

seperti konflik dan permusuhan

dengan lingkungan kampus.

yang kerap terjadi dan dialami
oleh orang-orang pendatang ke
suatu daerah tertentu. Hampir

Simpulan
Berdasarkan

paparan

hasil

tidak ada tercipta permusuhan

penelitian, simpulan penelitian ini

yang

adalah sebagai berikut:

dilakukan

mahasiswa

UMSU yang indekos karena pola
komunikasi
didukung

adaptasi
oleh

di

atas

karakter

a) Mahasiswa

indekos

berhasil

melakukan komunikasi adaptasi
sehingga

mereka

dapat

173 Jurnal Interaksi | Volume : 1 | Nomor : 2 | Edisi : Juli 2017 | hlm 156-173
mengantisipasi

distorsi

yang

komunikasi adaptasi

muncul pada proses penyesuaian

diterapkan

di lingkungan baru.

kemampuan

b) Waktu penyesuaian diri terhadap
dampak

keterkejutan

budaya

(shock)

masing-masing

untuk

cukup baik
meningkatkan

mahasiswa

dalam

melintasi batas budaya dan faktorfaktor apa yang memfasilitasi atau
merintangi adaptasi

mahasiswa berbeda-beda.
c) Kebanyakan mahasiswa indekos
khususnya yang berasal dari luar
Provinsi Sumatera Utara

sudah

banyak yang mengenal karakter
dan

dialek

masyarakat

Kota

Daftar Pustaka:
Berger, Carles R; et.l, 2016,
Handbook Ilmu Komunikasi,
Bandung, Nusa Media
Blumer, P. Edisi 3. 2009.,
Communication Cultural, USA

Medan yang terbuka. Hal itu
memudahkan mereka untuk cepat
berinteraksi.
d) Penelitian ini menunjukkan bahwa
mahasiswa

indekos

perlu

memahami kebudayaan di satu
tempat

untuk

berkomunikasi

membantu

sesuai

dengan

norma-norma dan praktik budaya
lokal sebagai jantung kesuksesan
adaptasi.
e) Keterkejutan

budaya

(shock

culture) yang dialami mahasiswa
indekos di UMSU dapat diatasi
dengan

empat

tahap

pola

komunikasi adaptasi.
Dari hasil penelitian dan data
yang

diperoleh,

pendekatan

Liliweri, Alo, 2016, Konfigurasi
Dasar Teori-Teori Komunikasi
Antarbudaya, Bandung, Nusa
Media,
__________, 2014, Prasangka dan
Stereotif dalam Komunikasi
Multikultural, Yogyakarta, PT
LKIS Pelangi Aksara
Mulyana, Deddy, 2009, Komunikasi
Efektif; Suatu Pendekatan
Lintas Budaya, Bandung, PT
Rosda Karya
Pawito, 2008, Penelitian Komunikasi
Kualitatif, Yogyakarta, PT
LKIS Pelangi Aksara
Ruben, Brent D; Stewart, Lea P,
2013,
Komunikasi
dan
Perilaku Manusia, Depok, PT
Rajagrafindo
Samovar, Larry A et.l, 2010,
Komunikasi Lintas, Jakarta,
Budaya, Salemba Humanika