PELAYANAN PENDlDlKAN LUAR IEKOLAH DENGAN PENDEKATAN MULTIKULTURAL

PELAYANAN PENDlDlKAN LUAR IEKOLAH DENGAN
PENDEKATAN MULTIKULTURAL

Makalah
Disajikan Pada Seminar lnternasional Pendidikan dalam Pendekatan
Budaya Indonesia Malaysia

-

Oleh,

Ismaniar, S.Pd., M.Pd.
Dosen FIP Universitas Negeri Padang

n

'L:

-

-C


I . .

.

Kerjasama ,

FAKULTAS ILMU PENDlDlKAN UNlVERSlTAS NEGERI PADANG
DENGAN
FAKULTI PENGAJIAN PENDlDlKAN UNlVERSlTl PUTRA MALAYSIA
di UNP Padang Sumatera Barat, 12 sld 13 Februari 2009

PELAYANAN PENDlDlKAN LUAR SEKOIAH DENGAN
PENDEKATAN MULTIKULTURAL

.
,

.


.

.

,

! . ' .

.

.

-

.

.
.

,


. :

.

. ,
,
.

..

.

., , .

.
.

,


I

:

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan' bagian yang integral dalam pengembangan
kualitas sumber

daya

manusia.

Melalui upaya

pendidikan berbagai

kelemahan/kekurangan setiap individu dapat diminimalisir, sebaliknya berbagai
potensi


dan

kelebihannya

bisa

senantiasa

dikembangkan.

Kenyataan

menunjukkan bahwa dengan kualitas manusia yang dapat dihandalkan beberapa
Negara menunjukkan pembangunan dan kemajuan yang mencengangkan,
walaupun mereka hanya ditunjang oleh potensi alam yang sangat minim. Olqh
sebab itu maka sangat tep?t kiranya para pendiri Negara kita rnemasukkan aspek
pendidikan ke dalam UUD 1945, dimana dinyatakan bahwa setiap warga Negara
berhak mendapat pendidikan.
Dalam pelaksanaannya pendidikan di selenggarakan dalam bentuk
pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal lebih dikenal

dengan pendidikan persekolahan, sedangkan pendidikan non formal dan
informal dikenal juga dengan sebutan pendidikan luar sekolah.

Lebih lanjut tentang pendidikan luar sekolah, sebagaimana fungsinya
dapat menjadi replacement, supplement dan complement bagi pendidikan
sekolah, maka dari itu pendidikan luar sekolah hendaknya lebih dapat
menjarigkau setiap lapisan masyarakat dari berbagai dimensi. Baik dimensi
ekonomi,'umur, maupun budaya. Di lihat dari berbagai dimensi tersebut, Negara
kita memiliki masyarakat yang plural, yang terdiri dari berbagai suku bangsa,
adat istiadat, dan agama. Oleh sebab itu pendidikan luar sekolah haruslah
senantiasa diselenggarakan berlandaskan multicultural.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
menyelesaikan makalah ini dengan judul " pelayanan pendidikan luar sekolah
dengan pendekatan multicultural".

B. Kultural, Kultural Dan Multikultural
..

Memang, hingga sekarang ini belum ada kesepakatan tentang arti dari

apa yang dinamakan kultur di kalangan para ilmuwan. Kondisi ini disebabkan
kerena makna kultur itu sendiri sangat luas. Oleh sebab itu, langkah pertama
yang perlu dilakukan untuk memahami arti kultur di dalam pendidikan
multicultural adalah membangun pemahaman kita terlebih dahulu tentang
karakteristik kultur. Memahami kultur ini sangat penting agar pemahaman kita
tetang kultur tidak sempit. Pada umumnya, kita sering mengartikan kultur hanya
sebatas budaya'dan kebiasaan sekelompok orang pada daerah tertentu.
2

Karakteristik Kultur

Conrad P. kottak (1989) menjelaskan bahwa kultur mempunyai karakterkarakter' khusus. Karakter-karakter khusus ini dapat memberikan gambaran pada
.

.,

.

,


kita tentang apa sebenarnya kultur -itu. Pertarnu,. kultui'adalah sesuatu yang
.

. ..
.

.

. ,

.

,

general dan sekaligus spesifik. General artinya setiap manusia manusia di dunia
ini memiliki kultur, dan spesifik berarti setiap kultur pada kelompok masyarakat
adalah bervariasi antara satu dan yang lainnya, tergantung pada kelompok
masyarakat mana kultur itu berada. Setiap manusia mempunyai kultur dan
mereka hidup dalam kultur mereka sendiri-sendiri. Orang Jawa Tengah dan Jawa
Timur, meskipun berada


dalam satu suku,"Suku Jawa" mereka mempunyai

kultur yang berbeda. Ini dapat dilihat dari beberapa indikasi seperti bahasa jawa
yang berbeda dan budaya local yang juga berbeda.
Kedua, kultur adalah sesuatu yang dipelajari. Seorang bayi atau anak kecil

akan mudah meniru kebiasaan 'orang tuanya contoh unik dari kapasitas dan
kemampuan manusia dalam belajar. Dalam ha1 ini,

ada tiga macam

pembelajaran: 1). Pembelajaran individu secara situasional, pembelajaran ini
terjadi pada hewan yang belajar tentang apa yang akan dilakukannya di masa
yang akan datang berdasarkan pengalamannya sendiri. Seekor hewan akan
menghindari api apabila dia mempunyai pengalaman merasakan panasnya
tersulut api;

2). Pembelajaran secara social, ini dapat dipahami dengan


mengambil contoh tingkah laku seekor serigala yang belajar berburu dengan
cara melihat serigala lainnya melakukan perburuan; 3). Pembelajaran cultural,
I

.

yaitu sesuatu kemampuan yang unik pada manusia dalam membangun
kapasitasnya untuk menggunakan symbol-simbol atau tanda-tanda yang tidak
ada hubungannya dengan asal usul dimana mereka berada.
Ketiga, kultur adalah symbol. Dalam ha1 ini symbol dapat berbentuk

sesuatu yang verbal dan non-vernal, dapat juga berbentuk bahasa khusus yang
hanya dapat diatikan secara khusus pula atau bahkan tidak dapat diartikan
ataupun dijelaskan. Symbol ini, kadang kala tidak ada, hubungannya antara
symbol yang digunakan dengan symbol yang disimbolisasikan. Symbol, dalam ha1
ini, berbentuk linguistic. Kata "Harimau" merupakan sebutan untuk hewan buas.
Kenapa disebut Harimau, sarnpai sekarang masih jadi t a n d a ' ~ a r i ~ iKata
.
"
Harimau " adalah simbol bagi salah satu hewan buas menurut masyarkat kita,

sedangkan menurut bangsa lain ada yang menyebutnya " Tiger ". Disisi lain, ada
.

.

.

.

juga symbol non verbal seperti sebuah bendera iang mewakili sebuah Negara.
Contoh lainnya, air merupakan lambang kesucian ,bagi penganut Yahudi,
sementara matahari melambangkan Tuhan yang merahmati manusia bagi orang
Jepang.

.

.. . .

.

.:
a

...

Keempat, kultur dapat melengkapi sesuatu yang alami. Secara alamiah,

manusia harus makan untuk mendapatkan energi

,

kemudian kultur

mengajarkan pada manusia untuk makan apa, kapan, dan bagaimana. Kultur juga
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan alam secara alamiah di mana mereka
berada. Kita sadar, sebenarnya, bahwa tidak dilarang bertamu diatas jam 21.00.
1

akan tetapi semua masyarakat menyadari dan meyetujui bahwa bertamu di atas
jam 21.00 adalah tidak sopan, kecuali dalam kea,daan darat.

-

:

Kelima, kultur adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama yang
menjadi atribut bagi individu sebagai anggota dari kelompok masyarakat. Kultur
secara alamiah ditransformasikan melalui masyarakat. Pernyataan ini dapat dari
pengalaman kita ketika

belajar tentang kultur dengan cara observasi

mengdengar, bicara, dan berinteraksi dengan orang lain dalam kelompok kita.
Selanjutnya, secara bersama-sama, kita mempunyai kepercayaan, nilai-nilai,
kultur, ingatan-ingatan, berbagai cara berfikir, tingkah laku yang menyimpang
perbedaan-perbedaanyang ada diantara individu-individu.

Keenam, kultur adalah sebuah model. Artinya, kultur bukan kumpulan
adat-istiadat dan 'kepercayaan yang tidak ada artinya sama sekali. Kultur adalah
sesuatu yang disatukan dan system-sistem yang tersusun dengan jelas. Adatistiadat, institusi, kepercayaan, dan nilai-nilai adalah sesuatu yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Contohnya, pada masa sebelum tahun 1970
an, wanita Indonesia mayoritas memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.
Kemudian setelah itu hingga awal tahun 1960 an, mayoritas mereka memilih

untuk melanjutkan pendidikan dzan bekerja secara professional, disamping
menjadi ibu rumah tangga. Namun pada akhir tahun 1990 an hingga sekarang,
mayoritas

penduduk

Indonesia

sudah

mempunyai

kesadaran

meningkatkan karier mereka menjadi pekerja professional.

untuk

Kondisi ini

disebabkan pada zaman modern, seperti sekarang ini, pandangan mayoritas
wanita tentang perkawinan, rumah tangga dan keluarga berbeda dengan tahuntahun sebelumnya.
Ketujuh

, kultur

adalah sesuatu yang bersifat adaptif. Artinya, kultur

merupakan sebuah proses bagi sebuah populasi untuk membangun hubungan
yang baik dengan lingkungan disekitarnya sehingga semua anggota melakukan
usaha maksimal untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan. Karekteristikkarakteristik biologis maupun cultural yang dipakai dalam proses bertahan hidup
dan melanggengkan keturunan ini kemudian disebutkan sesuatu yang adaptif.
Berdasarkan beberapa karakteristik kultur di atas maka secara umum
dapat dijelaskan bahwa kultur adalah ciri-ciri dari tingkah laku manusia yang
dipelajari, tidak keturunan secara genetis dan bersifat sangat khusus sehingga
.

. .

kultur pada masyarakat " A
atau

'I

C

"

"

berbeda dengan kultur pada masyarakat

"

B

"

dan seterusnya. Dengan kata. lain, kultur dapat diartikan sebagai

sebuah cara dalam bertingkah laku dan beradaptasi..dengan lingkunngan
sekitarnya. Poin penting yang digaris dibawah ini dari ciri-ciri kultur di atas

.

I

... .

MILIK PERPUSTAKA AN
URIV. IJE6Eitl PADANG

adalah masing-masing kelompok masyarakat mempunyai keunikan dan
kelebihannya sendiri-sendiri sehingga tidak bisa dikatakan bahwa kultur yang
satu lebih baik dari kultur yang lainnyahh

C

Pendekatan Multikultural Dalam pendidikan ~uarsekolah
.

.

.

.

..

,

.

Pendidikan luar sekolah lahir dari pemikiran
tentang konsep learning
.
..
,

. ..

,

.

.

..

,

.

society dan konsep life long .learning. Learning society,lahir
dan berkembang
. .
' .

.. .

..

...

'

sejalan dengan lahirnya peradaban dan demahaman tentang nilai-nilai
.pengalaman (pendidikan), nilai-nilai pendidikan, dan nilai-nilai. , kehidupan
sebagai landasan hidup dan kehidupan individu, keluarga dan masyarakat. Pada
saat proses itu berlangsunglah inasyarakat saling merlgerldl,sa'ling.belajai,saling
bel-komunikasi dan saling menghargai antar sesamanya. Djuju Sudjana dalam
bukunya Pendidikan Luar Sekolah, 'menjelaskan;

"...; 1dil.h

pbndidikan luar

sekolah" telah hadir di dunia ini sama tuanya dengan kehadiran manusia yang
berinteraksi dengan lingkungan di muka bumi ini. Setelah jumlah manusia
semakin berkembang, situasi pendidikan muncul dalam kehidupan kelompok
dan masyarakat, Kegiatan pendidikan dalam kelompok dan masyarakat
. .
telah
dilakukan oleh umat manusia jauh sebelum pendidikan sekolah lahir di dalam
kehidupan masyarakat,

juju Sudjana (2000:63)

Pada konteks pemikiran bagaimana pengorganisasian dan pengelolaan
pengetahuan, pengalaman sebagai sebuah standar kehidupan bermasyarakat

1
i

yang lebih indigenous dan dapat diikuti serta menjadi nilai dan norma seluruh
. . luar sekolah dibutuhkan.
lapisan masyarakat, maka disitulah pendidikan
,

.

Pendidikan luar sekolah mampu menyatukan proses learning society dan lifelong

learning ke dalam sebuah sistem yang terstruktur, terorganisir dan menjadi
standar dalam pemahaman dan .penyampaia.npengetahuan, keterampilan atau
pengalaman dari individu ke individulain, dari,masyarakat ke masyarakat yang
lain di luar konteks pendidikan sekolah/formal.

Learning society dan lifelong learning dalam konsep sejarah pendidikan
luar sekolah dijadikan prinsip dasar dan landasan dalam proses pembelajaran
dan pengembangannya. Sebagai contoh; tentang lahirnya pondok pesantren
yaitu sebuah lembaga pendidikan yang berdasarkan pada pemikiran regenerasi
islam,

bagaimana

pengetahuan

tentang

keislaman

diturunkan

dan

disebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat melalui media da'wah atarmmedia

Pendidikan luar sekolah sebagai sebuah format pendidikan yang utuh
lahir melalui berbagai gerakan pembaharuan pendidikan di berbagai Negara,
..

. .

seperti; Amerika, Eropa, Asia maupun Afrika. Ketika orang mempertanyakan
keberadaan pendidikan formal yang tidak, mampu melayani ke semua lapisan
masyarakat yang membutuhkan layanan pendidikan, seperti halnya dalam
rangka pemberantasan buta huruf, pemberantasan kemiskinan, pemberdayaan

perempuan, pelatihan masyarakat desa, pendidikan keterampilan bagi orang
dewasa dan lain-lain.
Hakekat keilmuan dalam proses pembelajaran pendidikan luar sekolah
adalah mempelajari proses pembentukan kepribadian manusia dan kegiatan
belajar yang dirancang secara sadar dan sistematis dalam interaksi antara
. .

..

tutor/sumber belajar dengan warga belajar, dan antara warga belajar dengan
,

.

warga belajar sendiri. Kepribadian adalah kondisi dinamis yang merupakan
.

.

.

keterpaduan antara pola berpikir, sikap dan pola tingkah laku warga belajar dan
sumber belajar.
Pembentukan kepribadian dapat

mencakup proses transfer

dan

transformasi pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai aspek logika, etika dan
estetika yang masing-masing mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Pendidikan luar sekolah tidak dapat dipahami dari pengaiaman individual
semata. Trisnamanyah (1995:3)mengatakan, pendidikan luar sekolah dapat
diartikan sebagai ilmu yang sistemik mempelajari interaksi sosio-budaya antara
warga belajar sebagai objek dengan sumber belajar dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan

pendidikan yang diinginkan,

dengan

menekankan

pada

pembentukan kemandirian dalam rangka belajar sepanjang hayat.

Konsep keilmuan pendidikan luar sekolah pada prinsipnya menunjukkan
sifat reflektif studi aktivitas kemanusiaan yang terjadi di dalamnya. Subjeknya
9

yaitu manusia pengamat dan obyeknya yaitu manusia yang bertindak, oleh
karenanya komponen utama ini tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.
Pendidikan luar sekolah selalu terkait

dengan norma tertentu,

kenyataannya pendidikan luar sekolah selalu sarat dengan nilai dalam arti bahwa
setiap fakta selalu ditafsirkan dengan mengacu pada norma tertentu serta dalam
konteks tujuan tertentu. Sehubungan dengan ini Sutaryat Trisnamansyah (1995:3
&4) mengatakan;

1. lnteraksi social budaya antara warga belajar dan sumber belajar

mengandung arti, proses pendidikan itu berlangsung secara sadar,
dengan diwujudkan melalui media tertentu dan situasi lingkungan
tertentu, dapat ditinjau dari aspek mikro dan aspek makro, sarat
makna dan nilai serta terarah pada pengembangan kemandirian
melalui proses belajar sepanjang hayat.
2. Tujuan pendidikan luar sekolah yang ingin dicapai melalui ;nteraksi

tersebut terkandung makna pengembangan manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
.rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

3. Secara lebih khusus tujuan pendidikan luar sekolah mencakup;

pelayanan terhadap warga belajar, pembinaan warga belajar, dan
memenuhi kebutuhan warga belajar dan masyarakat yang tidak
terpenuhi melalui jalur pendidikan sekolah.
Sebagai suatu ilmu perndidikan luar sekolah memiliki sifat ilmu yang
berdasarkan pada otonomi disiplin ilmunya sendiri. Pendidikan luar sekolah
mampu memberikan argument 'dasar struktur ilmu yang jelas baik struktur ilmu
yang bersifat internal maupun eksternal. Jelasnya struktur dan otonomi ilmu
pendidikan luar sekolah sehingga mampu mengkaji dan menghasilkan
generalisasi-generalisasi, serta konsep, teori tentang belajar dalam rangka

mewujudkan kemandirian, baik itu melalui magang (learning by doing) atau
pemberdayaan (empowering process).
Landasan filosofis pendidikan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh
landasan ideology yang dianut oleh bangsa itu sendiri. Landasan filosofis bangsa
Indonesia berbeda dengan landasan filosofis pendidikan bangsa lainnya.
Pancasila sebagai landasan idiologi bangsa, rnerupakan landasan pembangunan
dan pengembangan, pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan
nonformal. Melalui program pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah
diharapkan dapat 'membantu warga belajar memilih dan mengembangkan
wawasan ke Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradap,

persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan dan keadilan social. (Sudjana, 2000). Lebih
jauh dapat dikatakan pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang paling
cocok dan dibutuhkan oleh masyarakat lndonesia yang sangat beragam, baik
budaya, bahasa, tradisi dl1 atau dikenal dengan istilah Bhineka Tunggal Ika.

D. Kesimpulan

Pendidikan luar sekolah, sebagaimana fungsinya dapat menjadi
replacement, supplement dan complement bagi pendidikan sekolah, maka dari

itu pendidikan luar sekolah hendaknya lebih dapat menjangkau setiap lapisan
masyarakat dari berbagai dimensi. Baik dimensi ekonomi, umur, maupun
bvdaya. Apalagi dengan latar belakang masyarakat lndonesia yang sangat
majemuk, maka pelayanan pendidikan yang memperhatikan keberagaman
sangat tepat dilaksanakan. Sehingga layanan pendidikan luar sekolah dengan
pendekatan multicultural akan dapat mewujudkan tujuan pendidikan luar
sekolah yaitu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dalam wujud
pemberdayaan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Sanapiah.----. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal Wawasan Sejarah Perkem bangan Filsafat
Teori Pendukung Asas. Bandung: Falah Production

Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural. Yogya karta: Nuansa Aksara

--------. 1991. Pendidikan Luor Sekolah Wawasan Sejarah Perkembangan Falsofah
..

dun Teori Pendukung Asas. Bandung: Nusantara Press