Studi Penerapan Konsep Green Building Pa

STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING
PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI
Wulfram I. Ervianto1
1

Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No.44 Yogyakarta
55281, Telp 0274-487711, email:ervianto@mail.uajy.ac.id
Manusia adalah bagian integral dari lingkungan. Lingkungan menyediakan berbagai sumberdaya yang
dibutuhkan manusia seperti sinar matahari, udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan, bahan bakar
fosil dan lain-lain. Selama berabad-abad sebagian manusia berasumsi seolah-olah mempunyai
kebebasan dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan semaksimal mungkin. Anggapan
antroposentris tersebut ternyata telah menimbulkan permasalahan berupa pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Kompleksitas bekerjanya antara alam dengan berbagai faktor lingkungannya menjadi
sesuatu yang sangat penting jika manusia akan terus memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup tanpa merusaknya. Pada saat ini kondisi alam dan lingkungan telah banyak mengalami berbagai
perubahan, yang ditengerai sebagian besar penyebabnya adalah akibat ulah manusia. Hal ini dikuatkan
dengan adanya informasi meningkatnya suhu permukaan bumi. Beberapa penyebab timbulnya berbagai
masalah lingkungan diantaranya adalah: overpopulasi; overkonsumsi; distribusi penduduk; keyakinan
bahwa teknologi akan dapat menyelesaikan semua masalah; kemiskinan; pandangan dan perilaku
antroposentris (human centered), bukan pandangan biosentri (bio centered). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan informasi tentang penerapan konsep green building di industri jasa

konstruksi dan berbagai aspek yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan menggunakan instrumen
pengumpul data berupa kuisioner dengan cakupan wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis
data yang digunakan adalah analisis diskriptif. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (a) Alasan
penerapan green building adalah harapan dicapainya kehidupan dan kesehatan lebih baik; (b) Faktor
pendukung penerapan green building adalah: keunggulan kompetitif bagi proyek „hijau‟; mengurangi
biaya energi; meningkatkan pendidikan tentang bangunan ramah lingkungan/green building;
ketersediaan dan terjangkaunya teknologi green building; (c) Faktor penghambat penerapan green
building adalah: kekurangan pemahaman konsep green building; tidak dikenalnya produk dan bahan
bangunan yang berlabel ramah lingkungan; kurangnya studi dan penelitian; (d) Dampak positif dari
green building adalah: mengurangi biaya energi; kehidupan dan kesehatan yang lebih baik; melindungi
lingkungan; mengurangi perubahan iklim dan emisi karbon; (e) Dampak negatif dari green building
adalah: anggaran biaya proyek menjadi lebih besar; titik balik investasi produk green akan lebih lama
dibanding produk konvensional.
Kata kunci : pemanasan global, green building, industri jasa konstruksi

1. LATAR BELAKANG
Manusia adalah bagian integral dari lingkungan. Lingkungan menyediakan berbagai
sumberdaya yang dibutuhkan manusia seperti sinar matahari, udara, air, tanah,
tumbuh-tumbuhan, hewan, bahan bakar fosil dan lain-lain. Selama berabad-abad
sebagian manusia berasumsi seolah-olah mempunyai kebebasan dalam memanfaatkan

sumberdaya alam dan lingkungan semaksimal mungkin. Anggapan antroposentris
tersebut ternyata telah menimbulkan permasalahan berupa pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Pada saatnya nanti manusia harus menghadapi dampak dari pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
Kompleksitas bekerjanya antara alam dengan berbagai faktor lingkungannya menjadi
sesuatu yang sangat penting jika manusia akan terus memanfaatkan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup tanpa merusaknya. Hal ini akan menjadi lebih rumit mengingat
manusia mempunyai berbagai kepentingan yang harus dijalaninya, diantaranya adalah
aktifitas sosial, ekonomi, budaya, politik dan lain-lain. Dengan demikian pemecahan
berbagai masalah lingkungan dibutuhkan keterlibatan dan peran dari berbagai disiplin

Wulfram I. Ervianto

ilmu yang bertujuan agar supaya manusia semakin bijaksana dalam mengelola dan
melaksanakan kegiatannya.
Pada saat ini kondisi alam dan lingkungan telah banyak mengalami berbagai
perubahan, yang ditengerai sebagian besar penyebabnya adalah akibat ulah manusia.
Hal ini dikuatkan dengan adanya informasi meningkatnya suhu permukaan bumi
seperti pada gambar 1. Beberapa penyebab timbulnya berbagai masalah lingkungan
diantaranya adalah: overpopulasi; overkonsumsi; distribusi penduduk; keyakinan

bahwa teknologi akan dapat menyelesaikan semua masalah; kemiskinan; pandangan
dan perilaku antroposentris (human centered), bukan pandangan biosentri (bio
centered).

Gambar 1: Proyeksi suhu bumi
Berbagai masalah yang diduga memberikan kontribusi dalam perusakan lingkungan
adalah: pencemaran udara; pencemaran air; produksi limbah; penurunan ketersediaan
sumberdaya alam; penurunan ketersediaan pangan dan penurunan keanekaragaman
hayati seperti pada gambar 2, sedangkan keterkaitan antara populasi manusia,
sumberdaya alam dan pencemaran dan kerusakan lingkungan seperti pada gambar 3.
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan dalam latar belakang tersebut diatas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang implementasi konsep green
building dalam proyek konstruksi.
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah pertama, untuk mendapatkan gambaran
awal tentang green building dan kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk
menggali potensi lebih lanjut. Kedua, sebagai informasi bagi pengelola proyek
konstruksi tentang implementasi green building.


Please leave the footers empty

Srudi Penerapan Konsep Green Building Pada Industri Jasa Konstruksi

PENURUNAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI
1. Perusakan habitat
2. Kepunahan spesies
PENCEMARAN UDARA
1. Perubahan cuaca global
2. Perusakan lapisan ozon
3. Hujan asam
4. Pencemaran udara daerah urban
dll

MASALAH
UTAMA
LINGKUNGAN
PENCEMARAN AIR
1. Pengendapan

2. Bahan kimia beracun
3. Bahan bbiologis
4. Tum[pukan minyak
dll

PENURUNAN KETERSEDIAAN PANGAN
1. Perusakan dan pengurangan luas lahan pertanian
2. Penurunan air tanah
3. Erosi tanah
4. Pemiskinan zat hara
5. Penangkapan ikan berlebihan
dll

PENURUNAN KETERSEDIAAN
SUMBERDAYA ALAM LAINNYA
1. Energi/bahan bakar
2. Mineral tidak terbaharui

PRODUKSI LIMBAH
1. Limbah padat

2. Bahan berbahaya dan beracun

Gambar 2: Masalah utama lingkungan

POPULASI MANUSIA
1. Overpopulasi
2. Overkonsumsi
3. Penyebaran penduduk
4. Krisis politik-ekonomi-sosial

SUMBERDAYA ALAM
1. Keterbatasan dan kualitas
2. Pemborosan
3. Anggapan bahwa teknologi dapat
memecahkan semua masalah

PENCEMARAN DAN
KERUSAKAN
LINGKUNGAN


Gambar 3: Keterkaitan masalah lingkungan

2. KAJIAN PUSTAKA
1. Sejarah Kepedulian Dunia Terhadap Lingkungan Hidup
Kepedulian umat manusia terhadap lingkungan sudah dimulai sejak tahun 1962
ditandai dengan menyadarkan masyarakat Amerika Serikat akan dampak penggunaan
pestisida terhadap lingkungan, dengan diterbitkannya buku Silent Spring oleh Rachel
Carson. Pada tahun 1972, konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Stockholm
yang mengagendakan tentang lingkungan manusia, dengan isu antara lain: bidang
pendidikan; ilmu pengetahuan; pembangunan ekonomi dan sosial; sumberdaya dan
pencemaran. Tahun 1982, Dibentuknya Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland yang menyatakan bahwa
manusia di muka bumi ini memerlukan suatu etika baru yang holistik, yaitu bahwa
pertumbuhan ekonomi dan perlindungan/pengelolaan lingkungan hidup dan
sumberdaya alam harus selaras di seluruh muka bumi. Pada tahun 1987, Komisi Dunia
untuk Lingkungan dan Pembangunan membuat laporan “Masa Depan Kita Bersama”
yang mendefinisakan istilah “Pembangunan Berkelanjutan”. Tahun 1992, Konferensi
Lingkungan dan Pembangunan yang dilanjutkan dengan Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Bumi yang dihadiri oleh 179 Negara (termasuk Indonesia) diselenggarakan


Jangan menulis apapun pada footer

Wulfram I. Ervianto

sebagai tanggapan terhadap masalah kondisi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya
Alam yang memprihatinkan, antara lain pencemaran, perusakan Lingkungan Hidup
serta pemborosan Sumber Daya Alam yang berlangsung secara global. Dalam
pertemuan ini disepakati melaksanakan suatu pola pembangunan baru yang diterapkan
secara global yang dikenal dengan Environmentally Sound and Sustainable
Development (ESSD), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pembangunan
Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan (PBBL).
Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Global dapat didefiniskan sebagai
berikut:
“ Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya”.
Konsep ini mempertimbangankan keseimbangan antara kepentingan ekonomi, ekologi
dan sosial budaya dalam setiap pengambilan keputusan.

EKONOMI
1. Pertumbuhan

2. Pemerataan
3. Eko-efisiensi
4. Stabilitas

SOSIAL BUDAYA
1. Pengentasan kemiskinan
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Peran serta masyarakat
4. Pembinaan kelembagaan

LINGKUNGAN HIDUP DAN SUMBER DAYA ALAM
1. Pengelolaan LH /SDA
2. Pelestarian LH/SDA
3. Pencegahan pencemaran dan perusakan LH/SDA

Gambar 4: Konsep Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Global
2. Regulasi Yang Mengatur Lingkungan Hidup
Undang-undang yang dapat digunakan untuk pengelolaan dan pengendalian dampak
lingkungan yaitu: UU No.4 Th. 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU No.24 Th. 1992 tentang Penataan Ruang; UU

No.23 Th. 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah yang
dapat digunakan untuk mengenai pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan
yaitu: PP. No. 82 Th. 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air; PP. No. 19 Th.
1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; PP. No. 12 Th.
1995 tentang Perubahan PP No. 19 Th. 1994; PP. No. 27 Th. 1999 tentang Analisis
mengenai Dampak Lingkungan. Keputusan Presiden yang mengatur pengelolaan
lingkungan hidup adalah Kep. Pres No.196 Th. 1998 tentang Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup diantaranya adalah
pedoman-pedoman umum, baku mutu.
3. Pengertian Green Building
Pemahaman tentang green building dapat didefinisikan sebagai berikut:

Please leave the footers empty

Srudi Penerapan Konsep Green Building Pada Industri Jasa Konstruksi

Green building adalah ruang untuk hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus
merupakan bangunan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan
penggunaan yang dampak terhadap lingkungannya sangat minim.
www.indonesian.cri.cn

Pemahaman masyarakat tentang green building adalah bangunan yang: (a)
Terintegrasi dengan alam; (b) Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan
jangka panjang; (c) Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas
lingkungan baik fisik maupun sosial (Bulan Mutu Nasional dan Hari Standar Dunia,
2008).
Dalam penerapan konsep Green building dalam sebuah proyek adalah perancangan
secara keseluruhan dalam sebuah bangunan pada setiap tahapan proyek untuk
mengurangi dampak lingkungan pada kesehatan manusia dengan cara: (a) Efisien
dalam menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya; (b) Melindungi kesehatan
karyawan dan meningkatkan produktivitas kerja; (c) Mengurangi limbah, polusi dan
degradasi lingkungan ( http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building)
Manfaat dari kepemilikan green building: (a) Rendahnya biaya operasional, sebagai
akibat efisiensi dalam pemanfaatan energi dan air; (b) Lebih nyaman, dikarenakan
suhu dan kelembaban ruang terjaga; (c) Pembangunan wajib memberikan perhatian
dalam hal pemilihan material yang relatif sedikit mengandung bahan kimia; (d) Sistem
sirkulasi udara yang mampu menciptakan lingkungan dalam ruang yang sehat; (e)
Mudah dan murah dalam penggantian berbagai komponen bangunan; (f) Biaya
perawatannya yang relatif rendah.
4. Konsep Green Building
Dengan mengimplementaasikan konsep green building diharapkan mampu
mengurangi penggunaan energi serta dampak polusi sekaligus desain bangunan
menjadi ramah lingkungan. Dalam Bulan Mutu Nasional dan Hari Standar Dunia,
2008 dijelaskan bahwa dalam merancang dan mendesain ”Intelligent and Green
building” harus memperhatikan: (a) Pemanfaatan material yang berkelanjutan; (b)
Keterkaitan dengan ekologi lokal; (c) Konservasi energi; (d) Efisiensi penggunaan air;
(e) Penanganan limbah; (f) Memperkuat keterkaitan dengan alam; (g) Pemakaian
kembali/renovasi bangunan.
4.1. Pemanfaatan Material yang Berkelanjutan
Penggunaan material bangunan yang tepat cukup berperan dalam menghasilkan
bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa produsen telah membuat
produk dengan inovasi baru dengan meminimalkan terjadinya kontaminasi
lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan cara
optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara
keseluruhan.
4.2. Keterkaitan dengan Ekologi Lokal
Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis dan mempunyai kelembaban yang
cukup tinggi. Kondisi ini mendorong penggunaan peralatan elektronik, misalnya:
Jangan menulis apapun pada footer

Wulfram I. Ervianto

pendingin ruangan pada hunian. Sadar atau tidak sadar penggunaan pendingin ruangan
ini mengkonsumsi energi relatif besar dan berdampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan freon (Aris, M., 2009).
4.3. Konservasi Energi
Untuk menggunakan konsep green building tidak perlu mengorbankan kenyamanan
dan produktivitas akibat penggunaan produk hemat energi. Green building
mengedepankan pemakaian energi menjadi efisien, suasana lingkungan lebih sehat,
melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kualitas udara.
4.4. Efisiensi Penggunaan Air
Fokus dari pemanfaatan air untuk mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air
(reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse),
mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah
(recharge).
4.5. Penanganan Limbah
Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah merambah ke dunia sanitasi.
dijelaskan bahwa septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank)
berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari
lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem
desinfektan, hemat lahan, anti bocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan
mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus.
Pengembangan sistem pengolahan air limbah terus dilakukan, yang mendaur ulang air
buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan, bersuci diri) maupun air limbah
(air buangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan kembali untuk mencuci
kendaraan, membilas kloset, dan menyirami taman, serta membuat sumur resapan air
(100x100x200 cm) dan lubang biopori (10x100 cm) sesuai kebutuhan.
4.6. Memperkuat Keterkaitan dengan Alam
Konsep green building adalah mendekatkan kembali antara tata cara pembangunan
dengan alam sekitarnya sehingga terjadi kesesuaian antara infrastruktur yang
dihasilkan oleh rekayasa teknik dengan kondisi alamiah lingkungan sekitar.
Penggunaan bahan-bahan alami tanpa merusak lingkungan lebih dikedepankan.
4.7. Pemakaian Kembali/Renovasi Bangunan
Penerapan konsep green building untuk menggunakan kembali bangunan yang ada
dengan sedikit melakukan renovasi untuk mencapai tujuan fungssionalnya lebih
dianjurkan dibandingkan membanguan bangunan baru. Hal ini disebabkan karena
dengan membangun kembali sebuah bangunan akan mengkonsumsi energi lebih
banyak, pemanfaatan air, pembuangan zat-zat ke udara selama proses pembangunan,
pemanfaatan lahan dari kawasan hijau menjadi lahan terbangun.

Please leave the footers empty

Srudi Penerapan Konsep Green Building Pada Industri Jasa Konstruksi

5. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam usaha untuk mendapatkan apa yang ada dalam tujuan penelitian maka tahap
awal adalah mendapatkan sejumlah data yang berasal dari berbagai pihak yang terkait
dengan pengelola proyek dan pihak lain yang berkompeten dalam green building.
Data yang telah terkumpul dipilah-pilah dan kemudian dianalisis secara deskriptif.

6. ANALISIS
Responden dalam penelitian ini adalah konsultan dan kontraktor. Dalam analisis ini
terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu: (a) Pasar green building; (b) Informasi
dan pemain pasar green building; (c) Klasifikasi produk-produk green building.
1. Profil Responden
Dalam penelitian ini, yang menjadi responden adalah kontraktor dan konsultan
perencana yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden yang
terlibat dalam penelitian ini adalah 30 responden.
P rofes i res ponden

Kelompok umur responden

60

46.67

50

50
50

Prosentase

P ros entas e

40
40
30
20
10

30
20
10

10

36.67

40

0

0
K ontraktor

K ons ultan

Kurang dari 20
th

K ontraktorkons ultan

Antara 31-40 th

60

80
70
60
50

66.67

23.33
10

Lebih dari 40 th

53.33

50

Prosentase

Prosentase

Antara 20-30 th

Pengalaman bekerja responden

Latar belakang pendidikan terakhir responden

40
30
20
10
0

10

6.66

40

30

30
20
10

13.33
3.33

0
Setingkat SMA

Setingkat D3

Setingkat S1 / lebih

Kurang dari 1
th

Antara 1-3 th

Antara 3-5 th

Lebih dari 5 th

Gambar 5: Profil Responden

2. Pasar green building
Dari hasil pengolahan data menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden (53%) pernah terlibat green building.
2. Sebagian responden mengatakan signifikan (33%) bahwa implementasi green
building dianggap mampu menaikkan laju pertumbuhan penjualan.
3. Sebagian besar responden menyatakan cukup tinggi (53.33%) tingkatan komitmen
masyarakat terhadap green building.
4. 50% responden menyatakan signifikan bahwa dampak yang diharapkan dari green
building terhadap keuntungan di masa datang.
5. Sebagian besar responden (17 responden) menjadikan alasan untuk terlibat dalam
green building adalah menjadi bagian industri yang bermanfaat bagi lingkungan.
Jangan menulis apapun pada footer

5

10

11
1

1

Triple buttom line reporting

Penghargaan green building

3

Mendapatkan biaya
pemeliharaan yang lebih murah
seperti efisiensi energi dan
peningkatan produktifitas

Menjadi bagian industri yang
bermanfaat bagi lingkungan

Memperluas bisnis dengan klienklien green building

Return on investment (ROI)
yang lebih tinggi dalam
penjualan

Keuntungan dari publikasi

0

0

1
Penyaluran minat dan bakat

3

4
Persyaratan kontrak

Jumlah responden yang menjawab

15

17

20

Wulfram I. Ervianto

Gambar 6: Alasan untuk Terlibat dalam Green Building
6. Sebanyak 14 responden beranggapan bahwa faktor yang dirasakan mampu
memajukan konsep green building adalah keunggulan kompetitif bagi bangunan
yang menerepkannya.
Ketersediaan dan terjangkaunya teknologi green building

6

Meningkatkan pendidikan tentang bangunan ramah lingkungan / green building

8

Kepuasan dan produktifitas penghuni yang lebih tinggi pada bangunan hijau

8

Keunggulan kompetitif bagi proyek ‘hijau’

14

Biaya operasional gedung yang lebih rendah, memburuknya kondisi lingkungan

8

Peraturan pemerintahan / Undang-Undang Bangunan Gedung

7

Permintaan pelanggan (client)

4

Hasil yang lebih baik dari green building

4

Mengurangi biaya energi

11
0

2

4

6

8

10

12

14

16

Gambar 7: Faktor-faktor dalam Memajukan Green Building
7. Sebanyak 16 responden beranggapan bahwa faktor penghambat penerapan konsep
green building adalah kurangnya pemahaman tentang bangunan yang green.
Jumlah responden yang menjawab
10

Kurangnya studi-studi kasus dan penelitian
6

Tidak ada insentif fiskal dari pemerintah

12

Tidak dikenal produk dan bahan bangunan yang berlabel ramah lingkungan (ecolabeling)
6

Tidak ada koordinasi dan konsistensi dalam pemeringkatan perangkat dan standar
Metode-metode perhitungan yang berbeda seperti modal vs biaya operasi

4
18

Kekurangan pemahaman
8

Kekurangan pendidikan
7

Anggaran bahwa biayanya mahal
0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Gambar 8: Faktor-faktor Penghambat Penerapan Konsep Green Building

Please leave the footers empty

20

Srudi Penerapan Konsep Green Building Pada Industri Jasa Konstruksi

7. KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Alasan penerapan green building adalah: (a) kehidupan dan kesehatan yang lebih
baik; (b)mendukung ekonomi lokal; (c) biaya operasional yang rendah; (d)
kewajiban moral; (e) kepedulian lingkungan.
2. Faktor Pendukung Penerapan Green Building adalah: (a) Keunggulan kompetitif
bagi proyek green; (b) Mengurangi biaya energi; (c) Meningkatkan pendidikan
tentang bangunan ramah lingkungan/green building, kepuasan dan produktifitas
bangunan yang lebih tinggi pada green building, biaya operasional gedung yang
lebih rendah, memburuknya kondisi lingkungan.
3. Faktor Penghambat Penerapan Green Building adalah: (a) Kurangnya pemahaman
tentang green building; (b) Tidak dikenal produk dan bahan bangunan yang
berlabel ramah lingkungan (ecolabeling); (c) Kurangnya studi-studi kasus dan
penelitian tentang green building.
4. Dampak positif dari green building adalah: (a)Mengurangi biaya energi; (b)
Kehidupan dan kesehatan yang lebih baik; (c) Melindungi lingkungan; (d)
Mengurangi perubahan iklim dan emisi karbon.; (e) Meminimalisir dampak
negatif ekologis bangunan gedung; (f) Memaksimalkan penggunaan cahaya
matahari untuk interior; (g) Menggunakan kembali bahan bangunan habis pakai;
(h) Biaya operasional bangunan relatif lebih rendah.
5. Dampak negatif dari green building adalah: (a) Anggaran biayanya menjadi lebih
tinggi; (b) Break even point bangunan green akan lebih lama.

8. DAFTAR PUSTAKA
1. Glavinich T.E.(2008) Contractors Guide to Green Building Construction :
Management, Project Delivery, Documentation, and Risk Reduction, John Wiley.
2. Kibert C.J. (2008) Sustainable Construction John Wiley & Sons, Inc.Hoboken,
New Jersey.

Jangan menulis apapun pada footer