Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

(1)

PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PENGAJAR TARI

DALAM MENINGKATKAN POTENSI DIRI ANAK

(Studi Kasus Pada Sanggar Tari SIR Istana Maimun Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

ELVIRA LUBIS

110904108

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Elvira Lubis

NIM : 110904108 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari dalam Meningkatkan Potensi Diri

(Studi Kasus Pada Sanggar Tari SIR Istana Maimun Medan) Medan, Maret 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Emilia Ramadhani, S. Sos, M.A Dra. Fatma Wardy Lubis, MA NIP.1997310202006042001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196895251992031002


(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, Semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Elvira Lubis

NIM : 110904108

Tanda Tangan :


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, Yos Iriandy Lubis dan Cut Mariani, yang paling mengenal peneliti, mendoakan serta memberi dukungan terhadap semua usaha peneliti dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis. M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

4. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta kak Maya yang baik dan sabar dalam membantu urusan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku dosen pembimbing peneliti yang telah meluangkan waktu dan berbagai ilmu yang sangat berharga serta keramahan selama peneliti melakukan bimbingan.

6. Ibu T. Sita Nelita, kak Lisfi dan Kak Dea selaku informan penelitian dan juga adik-adik dari sanggar SIR Istana Maimun Medan yang telah membantu peneliti dalam memberikan informasi yang dibutuhkan untuk skripsi ini beserta waktu telah telah diluangkan.

7. Kepada Abang-abang dan adikku tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti.

8. Kepada M. Fachrul Rozi Simatupang yang telah membantu peneliti dalam mencari judul penelitian.


(5)

9. Kepada Achmad Kurniadi dan Indra Pramana yang telah memberikan semangat serta motivasi peneliti dalam menyelesaikan penelitian.

10.Kepada David Sebayang yang telah meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam proses penelitian.

11.Kepada kawan-kawan Mira, Adin, Nurul, Deby, Tamara, Ayas, Ririn dan seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi 2011 yang telah memotivasi peneliti untuk menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan cepat dan hasil yang maksimal dan memberikan hubungan persahabatan yang kuat selama berkuliah.

12.Semua pihak yang tidak bisa peneliti uraikan satu persatu yang telah turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik disadari maupun tidak disadari.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, peneliti bersedia untuk diberikan saran maupun kritik yang bertujuan membangun penelitian peneliti agar lebih baik lagi. Terima Kasih..

Medan, Maret 2015


(6)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elvira Lubis

NIM : 110904108

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberi kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non- ekslusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Peran Komunikasi Antrpribadi Pengajar Tari dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak

(Studi Kasus pada Sanggar Tari SIR Istana Maimun Medan)

Dengan Hak Bebas Royalti Non ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Maret 2015 Yang Menyatakan


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peran Komunikasi Antarpribadi Pengajar Tari dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus pada Sanggar Tari SIR Istana Maimun Medan). Penelitian ini menggunakan perspektif interpretif sebagai pendekatan. Dimana perpektif interpretif adalah sebuah pemahaman tentang bagaimana membangun, memahami fenomena-fenomena melalui interaksi dan bagaimana kita bertindak dalam menghadapi fenomena-fenomena yang telah diciptakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi antarpribadi pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didik dan juga intensitas komunikasi efektif yang dilakukan. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Efektif, Psikologi Komunikasi, Potensi Diri, dan Anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif Studi Kasus. Terdapat dua macam informan didalam penelitian ini, yaitu tiga orang pengajar tari sebagai informan utama dan dua orang anak didik sebagai informan tambahan. Informan utama berguna untuk memperoleh informasi sebagai data penelitian berdasarkan tujuan penelitian dan informan tambahan berguna untuk memverifikasi data yang diperoleh dari informan utama. Adapun teknik yang digunakan dalam pemilihan informan adalah teknik Purposive Sampling, yaitu pemilihan informan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data didalam penelitian ini adalah menggunakan Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan melalui metode observasi dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peran komunikasi antarpribadi pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didik berdasarkan komponen dari komunikasi antarpribadi dan komunikasi efektif yang dilakukan oleh pengajar tari terhadap anak-anak didiknya di dalam sanggar SIR Istana Maimun Medan. Sehingga potensi itu sendiri dapat terwujud menjadi bakat yang sangat membanggakan.

Kata Kunci:


(8)

ABSTRACT

Title of this research is The Role of Interpersonal Communication Dance Teachers to Enhance Children's Potential (Case Studies in Maimonides Palace Dance Studio SIR Medan). This reseaerch uses an interpretive perspective as an approach. Where interpretive perspective is an understanding of how to build, to understand phenomena through interaction and how we act in the face of phenomena that have been created. This research aims to determine the role of interpersonal communication dance teacher in increasing potential of the students and also the intensity of effective communication which still doing. The theory used in this reseach is Interpersonal Communication, Effective Communication, Psychology of Communication, Potential, and Children. The method used in this research is a qualitative case study method. There are two kinds of informants in this study, three of teachers as key informants and two additional students as informants. Key informants useful to obtain information as research data based on objective research and supplemental informants useful to verify the data obtained from key informants. The techniques used in the selection of informants is purposive sampling technique, namely the selection of informants based on certain criteria that made the researcher based research purposes. The data collection techniques in this research is to use Research Library (Library Research) and field research through observation and in-depth interviews. The results of this study showed the role of interpersonal communication in the dance teachers improve students' potential based on the components of interpersonal communication and effective communication is done by teaching dance to children students in the studio SIR Maimoon Palace Medan. Then the potencial it self can be bakat that really proud.

Keywords:


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 7

2.2 Uraian Teoritis ... 7

2.2.1 Komunikasi Antarpribadi ... 8

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 8

2.2.1.2 Proses Komunikasi Antarpribadi ... 9

2.2.1.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 10

2.2.1.4 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi ... 11

2.2.1.5 Sifat-Sifat Komunikasi Antarpribadi ... 12

2.2.2 Komunikasi Efektif ... 13

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Efektif ... 13

2.2.2.2 Pengaruh Komunikasi Efektif ... 14

2.2.2.3 Ciri-Ciri Komunikasi Efektif ... 16

2.2.2.4 Karakteristik Komunikasi Efektif ... 17

2.2.3 Psikologi Komunikasi ... 17

2.2.3.1 Pengertian Psikologi Komunikasi ... 17

2.2.3.2 Tujuan Psikologi Komunikasi ... 18


(10)

2.2.4 Potensi Diri ... 19

2.2.4.1 Pengertian Potensi Diri ... 19

2.2.4.2 Macam-macam Potensi Diri ... 20

2.2.5 Anak ... 21

2.2.5.1 Pengertian Anak ... 21

2.2.5.2 Masa Perkembangan Anak ... 21

2.3 Model Teoretik ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 23

3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif ... 23

3.1.2 Studi Kasus ... 24

3.2 Objek Penelitian ... 25

3.3 Subjek Penelitian ... 25

3.4 Kerangka Analisis ... 25

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5.1 Penentuan Informan ... 27

3.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.5.3 Keabsahan Data ... 28

3.6 Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 30

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.2 Visi dan Misi ... 31

4.1.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan ... 32

4.1.4 Profil Informan Utama ... 34

4.1.5 Penyajian Data dari Informan ... 36

4.1.6 Informan Tambahan ... 65

4.2 Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Saran ... 85


(11)

5.4 Praktis ... 86 DAFTAR REFERENSI

LAMPIRAN

- Pedoman Wawancara - Hasil Wawancara - Biodata Peneliti


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.2 Reduksi Data I (Komponen Tujuan Komunikasi Antarpribadi) 77 4.2 Reduksi Data II (Komponen Komunikasi Efektif) 78


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peran Komunikasi Antarpribadi Pengajar Tari dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus pada Sanggar Tari SIR Istana Maimun Medan). Penelitian ini menggunakan perspektif interpretif sebagai pendekatan. Dimana perpektif interpretif adalah sebuah pemahaman tentang bagaimana membangun, memahami fenomena-fenomena melalui interaksi dan bagaimana kita bertindak dalam menghadapi fenomena-fenomena yang telah diciptakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi antarpribadi pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didik dan juga intensitas komunikasi efektif yang dilakukan. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Efektif, Psikologi Komunikasi, Potensi Diri, dan Anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif Studi Kasus. Terdapat dua macam informan didalam penelitian ini, yaitu tiga orang pengajar tari sebagai informan utama dan dua orang anak didik sebagai informan tambahan. Informan utama berguna untuk memperoleh informasi sebagai data penelitian berdasarkan tujuan penelitian dan informan tambahan berguna untuk memverifikasi data yang diperoleh dari informan utama. Adapun teknik yang digunakan dalam pemilihan informan adalah teknik Purposive Sampling, yaitu pemilihan informan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data didalam penelitian ini adalah menggunakan Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan melalui metode observasi dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peran komunikasi antarpribadi pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didik berdasarkan komponen dari komunikasi antarpribadi dan komunikasi efektif yang dilakukan oleh pengajar tari terhadap anak-anak didiknya di dalam sanggar SIR Istana Maimun Medan. Sehingga potensi itu sendiri dapat terwujud menjadi bakat yang sangat membanggakan.

Kata Kunci:


(14)

ABSTRACT

Title of this research is The Role of Interpersonal Communication Dance Teachers to Enhance Children's Potential (Case Studies in Maimonides Palace Dance Studio SIR Medan). This reseaerch uses an interpretive perspective as an approach. Where interpretive perspective is an understanding of how to build, to understand phenomena through interaction and how we act in the face of phenomena that have been created. This research aims to determine the role of interpersonal communication dance teacher in increasing potential of the students and also the intensity of effective communication which still doing. The theory used in this reseach is Interpersonal Communication, Effective Communication, Psychology of Communication, Potential, and Children. The method used in this research is a qualitative case study method. There are two kinds of informants in this study, three of teachers as key informants and two additional students as informants. Key informants useful to obtain information as research data based on objective research and supplemental informants useful to verify the data obtained from key informants. The techniques used in the selection of informants is purposive sampling technique, namely the selection of informants based on certain criteria that made the researcher based research purposes. The data collection techniques in this research is to use Research Library (Library Research) and field research through observation and in-depth interviews. The results of this study showed the role of interpersonal communication in the dance teachers improve students' potential based on the components of interpersonal communication and effective communication is done by teaching dance to children students in the studio SIR Maimoon Palace Medan. Then the potencial it self can be bakat that really proud.

Keywords:


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Komunikasi adalah suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin (communicatio) yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana komunikator mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari komunikan. Kata sifat dari komunikasi berupa communis yang artinya umum atau bersama-sama (Arifin, 1995: 19). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.Menurut Carl I. Hovland (dalam Mulyana, 2008: 46-68), komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) meyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain apabila komunikasi itu memang komunikatif. Sedangkan menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Mulyana, 2008: 69), menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih. Komunikasi digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan, baik yang bersifat verbal ataupun non verbal.

Salah satu bentuk komunikasi yang menjadi pokok pembahasan peneliti adalah komunikasi antarpribadi. Suatu cara untuk memandang komunikasi adalah komunikasi tersebut sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan lambang antarpribadi dengan makna-makna yang dikaitkan dengan lambang-lambang tersebut. Oleh karena itu komunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara orang-orang. Jadi ukuran komunikasi antarpribadi yang efektif adalah bahwa informasi telah disampaikan dan adanya hubungan yang dibangun.

Pada kehidupan, hampir sebagian besar komunikasi yang kita gunakan adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi sebagai pembentuk


(16)

makna melalui pesan verbal dan non verbal melalui pertukaran oleh setiap individu dalam suatu hubungan. Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang terlibatdi dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Devito Joseph A, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang bersifat langsung. Seseorang memerlukan komunikasi antarpribadi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Seperti mencari kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup (dalam Liliweri, 1991: 13).

Klasifikasi komunikasi antarpribadi yang terjadi dapat berupa komunikasi intim, percakapan sosial, interogasi dan wawancara. Seperti yang disebutkan diatas, suatu carauntuk memandang komunikasi adalah sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan lambang-lambang antarpribadi dengan makna-makna yang dikaitkan dengan lambang-lambang tersebut. Oleh karena itu komunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara orang-orang. Jadi ukuran manajemen komunikasi antarpribadi yang efektif adalah bahwa informasi disampaikan dan hubungan dibangun (Ron Ludlow & Fergus Panton, 1996: 6). Keefektifan kita dalam hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan kita mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan atau mempengaruhi oranglain sesuai kehendak kita (Supraktiknya 1995:24).

Anak merupakan anugerah yang tak ternilai dari Sang Pencipta di dalam sebuah keluarga. Setiap anak pada dasarnya dilengkapi oleh potensi didalam dirinya masing-masing. Ketika potensi itu dibuat untuk bisa lebih meningkat, potensi tersebut akan berubah menjadi sebuah bakat. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak akan tampak, muncul, berkembang dan menjadi keahlian secara alami dengan dorongan dan pembelajaran (Heri, 1999: 61). Mereka juga bisa menjadi bintang yang bersinar dengan cara yang unik dan indah. Sebagian akan menerangi dunia dengan prestasi seni, akademis ataupun atletik.


(17)

Begitu pentingnya arti seorang anak di dalam sebuah keluarga sehingga tanggung jawab dalam mendidiknya untuk menjadi manusia yang berkualitas nantinya pada saat mereka menjadi suatu hal yang sangat penting pula (Sears, 2004: 7). Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diberikan kepada anak yang dikemudian hari pendidikan itu dapat membawanya menjadi seseorang yang berkualitas. Pendidikan yang diberikan kepada anak dapat melalui pendidikan formal maupun informal. Pendidikan formal mereka dapatkan melalui sekolah. Sedangkan pendidikan informal dapat mereka peroleh dari lingkungan tempat tinggal dan juga melalui interaksi dengan orang-orang disekeliling mereka setiap harinya. Dan diantara dua macam tersebut, yang menjadi salah satu tempat pendidikan untuk dilakukannya penelitian adalah tempat pendidikan informal seperti tempat-tempat untuk mengasah berbagai potensi untuk anak. Seperti misalkan salah satunya tempat pelatihan tari tradisional yang menjadi tempat dilakukannya penelitian. Banyak anak-anak yang mempunyai potensi dalam menari dan memilih untuk mendalaminya ke tempat sanggar-sanggar tari. Maka dari itu, peneliti ingin melihat bagaimana peran komunikasi antarpribadi seorang pengajar tari terhadap masing-masing anak didiknya didalam tempat pelatihan tari tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan potensi diri anak.

Potensi sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang masih terpendam didalam diri seseorang yang kemudian menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata pada dirinya (Wiyono, 2006: 37). Dengan demikian potensi diri adalah suatu bakat yang masih terpendam didalam diri seseorang yang kemudian bisa dikembangkan lagi menjadi suatu kekuatan dari dirinya.

Bagi seorang pengajar tari merupakan kewajibannya dalam mengajar dan melatih anak didik tarinya untuk bisa menjadi seorang penari yang berbakat dan berkualitas. Tetapi dalam mewujudkan itu semua dibutuhkannya pendekatan yang sangat mendalam terhadap masing-masing anak didik tari yang bertujuan agar mereka bisa meningkatkan potensi yang sudah ada sebelumnya pada diri mereka. Untuk melakukan pendekatan ini, seorang pengajar tari bisa menggunakan komunikasi antarpribadi secara efektif. Selain itu juga seorang pengajar tari sangat berpengaruh dalam menumbuhkan semangat anak didiknya dalam berlatih.


(18)

Pengajar tari ini harus mampu berinteraksi dengan baik dengan anak didiknya dan menerapkan komunikasi yang efektif ketika menemukan akar masalah, seperti mencari jalan keluar dan memberi solusi terbaik bagi anak didik yang mengalami permasalahan dalam proses belajar tari.

Salah satu tempat pelatihan tari tradisional yang menjadi tempat dilakukannya penelitian adalah sanggar tari SIR Istana Maimun Medan. Peneliti memilih tempat sanggar tari tradisional ini karena sanggar ini mempunyai salah satu anggota yang dididik sejak berumur ±10 tahun hingga sekarang menjadi seorang penari yang sangat berbakat hingga menjadi pimpinan di salah satu sanggar lainnya. Dibalik keberhasilan salah satu anak didiknya ini adalah adanya peran komunikasi antarpribadi seorang pengajar pada sanggar tari ini yang awalnya membuat potensi yang ada pada diri anak didiknya menjadi meningkat.

Sanggar SIR saat ini mempunyai banyak anak didik yang rata-rata berusia dibawah 12 tahun yang berjumlah ±70 orang junior dan ±30 orang berusia diatas 12 tahun yang disebut sebagai senior. Keseluruhan anak didik pada sanggar ini adalah anak perempuan. Anak-anak yang berusia dibawah 12 tahun pada dasarnya sangat membutuhkan pelatihan khusus untuk bisa menggali lebih dalam potensi yang ada didalam diri mereka masing-masing untuk kemudian bisa mereka tingkatkan sesuai dengan yang diinginkan. Sanggar ini juga sudah banyak mencapai prestasi yang sangat membanggakan. Banyak berbagai penghargaan yang mereka dapatkan. Ini membuktikan bahwa sanggar tari SIR ini telah berhasil dalam mengembangkan bakat-bakat anak didik dan bahkan bisa meningkatkannya menjadi bakat yang luar biasa.

Sanggar tari SIR (Sri Indera Ratu) Istana Maimun merupakan suatu tempat pelatihan tari tradisional dan sudah berdiri dari 46 tahun yang lalu sebagai Duta Kesenian Sumatea Utara. Sanggar SIR ini dibentuk dan dipimpinnya oleh Alm. Dra. T. Sita Syaritsa pada tanggal 31 Agustus 1968 yang awalnya beranggotakan hanya enam orang. Anggota tersebut terdiri dari keluarga dekat T. Sita, seperti adik, kemanakan dan tetangganya. Saat ini anggota dari SIR berjumlah ±100 orang (termasuk senior & junior). Sanggar ini didirikan sebagai wadah pengembangan kesenian dan kebudayaan yang saat ini telah diperluas menjadi


(19)

wadah dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan Nasional pada umumnya serta kesenian dan kebudayaan khususnya di daerah Sumatera.

T. Sita awalnya menderita sakit pada bagian pinggang belakang dan dokter menganjurkan untuk berolahraga ringan yang bisa memulihkan kembali kesehatannya. Semasa remajanya, karena beliau sangat aktif dan hobi dalam bidang seni tari dan lagu, maka untuk memulihkan kembali kesehatannya, beliau langsung memilih untuk mengajar tari dan membentuk sebuah grup kesenian yang bernama Sanggar SIR (Sri Indera Ratu).

Tanggal 23 Februari 2003, T. Sita meninggal dunia dan kemudian grup kesenian yang dipimpin selama 35 tahun tersebut dilanjutkan oleh anak sulungnya yaitu T. Lisa Nelita dengan beberapa pemusiknya yang merupakan anak-anak dan cucu dari T. Sita. Selain menjalankan tugas sebagai ketua himpunan,T. Lisa juga merupakan seorang pengajar di sanggar tarinya sendiri dan sudah ±12 tahun ia menjalaninya hingga sekarang. Banyak berbagai macam tarian yang sudah diajarkan kepada anak didik tarinya. Dalam mengajarkan berbagai macam tarian, pastinya T. Lisa mempunyai cara tersendiri sebagai seorang pengajar yang sekaligus pimpinan dari sanggar SIR ini.

Pada studi ini, penelitian dilakukan karena peneliti merasa tertarik terhadap dunia tari tradisional. Dimana didalam dunia tari, peran seorang pengajar sangat penting sekali untuk meningkatkan potensi yang ada didalam diri masing-masing anak didiknya sehingga anak didikpun bisa berprestasi dibidang seni tari ini. Kesuksesan sebuah sanggar juga bisa dilatarbelakangi oleh kinerja para pengajar tarinya sendiri. Seperti yang sudah terbukti di sanggar tari SIR Istana Maimun Medan. Sanggar ini merupakan sanggar terlama di Sumatera Utara yang sudah melakukan pertunjukkan di dalam dan luar negeri. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa sanggar SIR Istana Maimun Medan mempunyai sistem pengajaran yang baik. Sebagian besar anak didik di sanggar tersebut sudah dikatakan berhasil. Mereka mempunyai prestasi yang membanggakan. Prestasi tersebut dapat ditunjukkan dengan menjadi seorang penari yang handal sampai sudah ada yang membuka sanggar tari sendiri. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat bagaimana peran komunikasi antarpribadi seorang pengajar tari dalam


(20)

meningkatkan potensi diri anak didiknya. Subjek penelitian ini adalah pengajar tari pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan yang berjumlah 3 orang.

1.2Fokus Masalah

Melalui konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan yang menjadi fokus masalah adalah “Bagaimana peran komunikasi antarpribadi pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui peran komunikasi antarpribadi pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan.

2. Untuk mengetahui intensitas komunikasi efektif yang dilakukan pengajar tari pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti dan memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.

2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian.

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Perspektif/Paradigma Kajian

Perspektif dalam bidang keilmuan sering disebut paradigma (paradigm), kadang-kadang disebut pula sebagai mazhab pemikiran (school of thought) atau teori. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2011: 8-9).

Perspektif dalam penelitian ini menggunakan perspektif interpretif. Interpretif teori mencari sebuah pemahaman tentang bagaimana membangun memahami fenomena-fenomena melalui interaksi dan bagaimana kita bertindak dalam menghadapi fenomena-fenomena yang telah kita ciptakan. Teori-teori interpretif ini membantu dalam pemahaman kita mengenai sebuah fenomena sosial yang dibangun melalui hubungan komunikasi dan membantu untuk merefleksikan kerumitan antara fenomena sosial dan proses kontruksi sosial (Miller, 2005: 57-61). Sesuai dengan tujuan penelitian ini yang mencoba memahami, menggali pandangan dan pengalaman orang lain untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan.

2.2Uraian Teoritis

Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatian. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006: 45). Sebelum peneliti melakukan penelitian, hendaknya mengetahui teori-teori apa saja yang digunakan dalam menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti.


(22)

Teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah: 2.2.1 Komunikasi Antarpribadi

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang yang bertatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun non verbal. Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu pertama, komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Kedua, komunikasi triadik (Triadyc) yaitu komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, diantarnya seorang komunikator dan dua orang komunikan. (Mulyana, 2008: 81). Apabila komunikasi diadik dan triadik dibandingkan, maka komunikasi yang lebih efektif adalah komunikasi diadik karena komunikatornya memusatkan perhatiannya hanya kepada seorang komunikan.

Devito (1984) mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Berdasarkan definisi Devito ini, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan, misal antara suami-istri, ibu/bapak dengan anaknya, dan seorang pengajar dengan anak didik. Pentingnya komunikasi antarpribadi ini karena prosesnya yang dialogis, bukan monologis. Komunikasi dialogis ini biasanya selalu lebih baik daripada monologis. Komunikasi dialogis adalah komunikasi antara dua orang yang berinteraksi secara aktif. Artinya ada proses komunikasi timbal balik. Sedangkan komunikasi secara monologis tidak terdapat interaksi secara aktif. Komunikator secara aktif dan komunikan hanya menjadi pendengar atau pasif (dalam Effendy 2003:60).


(23)

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi dan membujuk orang lain. Karena kita dapat menggunakan alat indera kita dalam mempertinggi daya bujuk pesan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting sampai kapan pun. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya.

2.2.1.2 Proses Komunikasi Antarpribadi

Komunikator dan komunikan memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan maka dapat dikatakan komunikasi tersebut berlangsung secara efektif. Komunikasi antarpribadi dapat dikatakan efektif apabila prtemuan komunikasinya merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan prosesnya tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat diperoleh.

Komunikasi antarpribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan tatap muka. Komunikasi antarpribadi yang dianggap paling sukses adalah melalui tatap muka, karena dalam komunikasi antarpribadi yang dilakuka melalui tatap muka tersebut pengirim pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara langsung dengan melihat, mendengar, mencium, meraba dan merasa. Proses komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang sebagai media penyimpan pesan. Adapun lambang-lambangnya yaitu:

a. Lambang Verbal

Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk bahasa. Dengan bahasa, seorang komunikator dapat mengungkapkan pikirannta mengenai hal atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa depan kepada komunikannya.

b. Lambang Non Verbal

Lambang non verbal ini merupakan lambang yang dipergunakan dalam komunikasi berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari, dan lainnya. Batasan komunikasi non


(24)

verbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu cara dan symbol statusnya.

2.2.1.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Adapun tujuan komunikasi antarpribadi adalah : a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.

Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri kepada orang lain. Dengan begitu kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita dan memahami lebih dalam tentang sikap dan perilaku lain. Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

b. Mengetahui dunia luar.

Komunikasi antarpribadi ini juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan di sekitar kita dengan baik tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna.

Manusia pada umumnya diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga dengan begitu didalam kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Hubungan yang demikian digunakan dalam komunikasi antarpibadi yang dapat membantu mengurangi kesepian, ketegangan, serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

d. Mengubah sikap dan perilaku.

Komunikasi antarpribadi ini sering kita lakukan untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain. Dengan komunikasi antarpribadi, kita dapat mempengaruhi seseorang melalui bujukan-bujukan yang dapat


(25)

mengubah pola berpikir orang lain. Dengan demikian, komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan untuk mempersuasikan orang lain. e. Bermain dan mencari hiburan.

Kegiatan komunikasi antarpribadi ini juga mencakup untuk memperoleh kesenangan. Hal ini sangat diperlukan karena dapat memberikan suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

f. Membantu orang lain.

Ketika teman kita dihadapkan dengan suatu persoalan, kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran kepada teman kita tersebut dan berusaha untuk membantu menyelesaikannya. Dengan begitu, dengan komunikasi antarpribadi, kita dapat menolong orang lain. (Fajar 2009, 78).

2.2.1.4 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi

Hubungan antarpribadi terdapat beberapa didalamnya menurut Judy C. Pearson (dalam Devito, 1997: 121), diantaranya adalah:

1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita.

2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.

3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.

4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi.

5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantungan satu sama lainnya dalam proses komunikasi.


(26)

6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu pada seseorang maka itu tidak dapat diubah lagi. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau menghapuskan yang sudah dikatakan.

7.

2.2.1.5 Sifat-sifat Komunikasi Antarpribadi

Menurut pendapat Reardon, Effendy, Porter dan Samover (dalam Liliweri, 1991: 13), sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah:

a. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku verbal maupun non verbal di dalamnya.

b. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku yang spontan. c. Komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses yang berkembang. d. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik,

mempunyai interaksi dan koherensi.

e. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

f. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. g. Komunikasi antarpribadi merupakan persuasi antar manusia.

Keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah ditentukan oleh sifat dan mutu informasi yang diterima dan ini pada gilirannya ditentukan oleh sifat dan mutu hubungan di antara pribadi yang terlibat. Orang cenderung mengalami kepuasan pribadi ketika mereka berhubungan dengan teman-teman, keluarga, dan orang-orang lain yang mereka kenal baik, yakni dengan orang-orang yang mereka rasa nyaman (Ron Ludlow & Fergus Panton, 1996: 7).

Komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi, kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi ini juga kita bisa mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa mengubah nilai-nilai dan sikap hidup seseorang. Singkatnya, komunikasi antarpribadi ini mempunyai banyak berbagai macam kegunaan.


(27)

2.2.2 Komunikasi Efektif

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat didalam komunikasi. Komunikasi efektif ini mempunyai tujuan untuk memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang diberikan (Effendy, 2003: 69).

Para peminat komunikasi dalam memahami komunikasi sehingga komunikasi itu dapat dikatakan efektif adalah dengan sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell dalam karyanya, The Structure and Fuction of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. Paradigma lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:

a. Komunikator (communicator), yaitu seseorang yang menyampaikan pesan kepada komunikan.

b. Pesan (message), yaitu isi ataupun simbol yang disampaikan oleh komunikator, baik berupa verbal maupun nonverbal. Terdapat 3 bentuk pesan yaitu pertama, informatif adalah memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi sendiri; kedua, persuasif adalah bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran sehingga terjadi perubahan pada pendapat atau sikap; ketiga, koersif adalah memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk perintah.

c. Media (channel, media), yaitu saluran berupa alat atau wahana yang digunakan seorang komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran non verbal.

d. Komunikan (communicant), yaitu seseorang yang menerima pesan dari sumber.


(28)

e. Efek (effect), yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan tersebut, misalnya menambah pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku dan sebagainya. 2.2.2.2 Pengaruh Komunikasi Efektif

Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (Lubis, 2012: 146-150), komunikasi efektif menimbulkan lima hal yaitu:

1. Pengertian

Arti pokok pengertian ini adalah penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimasudkan oleh komunikator. Dalam hal ini, komunikator dikatakan efektif bisa penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikannya (kadang-kadang komunikator menyampaikan pesan tanpa disengaja, yang juga dipahami dengan baik). Semakin banyak jumlah orang yang terlibat dalam konteks komunikasi, semakin sulit pula untuk menentukan seberapa cermat pesan diterima.

2. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu. komunikasi ini dimaksudkan untuk menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan kita terhadap orang berinteraksi dengan kita.

3. Pengaruh pada sikap

Komunikasi dilakukan agar komunikasi bertindak sesuai harapan komunikator berdasarkan atas kehendaknya sendiri. Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita. Proses mengubah dan merumuskan


(29)

kembali sikap atau pengaruh sikap (attitude influence) berlangsung terus seumur hidup.

4. Memperbaiki Hubungan

Dengan berkomunikasi maka akan tercipta hubungan yang positif dan mempertahankan hubungan yang salin memuaskan. Sudah menjadi keyakinan umum bahwa bila seseorang dapat memilih kata yang tepat pula, mempersiapkannya jauh sebelumnya, dan mengemukakannya dengan tepat pula, maka hasil komunikasi yang sempurna dapat dipastikan. Namun keefektifan komunikasi secara keseluruhan masih memerlukan suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Bila hubungan manusia masih dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator bisa berubah-ubah.

5. Tindakan

Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Dan jauh lebih sukar lagi mendorong orang untuk bertindak. Tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikan. Tindakan adalah hasil akumilasi dari seluruh proses komunikasi. Banyak orang berpendapat bahwa komunikasi apapun tidak ada gunanya bila tidak memberikan hasil sesuai dengan yang diinginkan. Yang dimaksud disini adalah mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan dan ini merupakan hasil yang sulit untuk dicapai. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan perngertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik (Rahkmat, 2004:13-16).

Menurut Onong U. Effendy (2003: 69), faktor-faktor penunjang komunikasi efektif diantaranya faktor yang berasal dari komunikan, apabila komunikasinya memang mendukung, maka


(30)

tinggal bagaimana komunikatornya melakukan langkah-langkah selanjutnya untuk mewujudkan komunikasi yang efektif.

2.2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Efektif

Operasionalisasi konsep peran seorang pengajar tari didalam penelitian ini dapat diukur melalui 5 ciri komunikasi efektif menurut Kumar (2000, 121-122) melalui :

a. Keterbukaan (Openess)

Yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide/gagasan suatu permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut/malu, keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

b. Empati (Empathy)

Yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain.

c. Dukungan (Supportiveness)

Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Setiap pendapat, ide/gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan/hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan.

d. Rasa positif (Positiveness)

Yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesamaan (Equality)

Yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Suatu komunikasi yang akrab dan jalinan pribadi pun lebih


(31)

kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap dan sebagainya.

2.2.2.4 Karakteristik Komunikasi Efektif

Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterprestasikan pesan yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim. Kenyatakaannya, sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahpahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supraktiknya, 1995:34).

Menurut Johnson (1981), ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar dapat mengirimkan pesan secara efektif, yaitu: pertama, kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah dipahami. Kedua, sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas di mata penerima. Ketiga, kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima. Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan (Supraktiknya, 1995:35).

2.2.3 Psikologi Komunikasi

2.2.3.1 Pengertian Psikologi Komunikasi

Komunikasi sangat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman manusia. Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang dibesarkan oleh para peneliti psikologi. Bapak ilmu komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt Lewis adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.

Psikologi berasal dari kata “psyche” dan “logos”; masing-masing kata itu mempunyai arti “jiwa” dan “ilmu”. Jadi psikologi adalah ilmu


(32)

yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan dan tingkah laku manusia (Zulkifli, 2005, 4). Dengan demikian, psikologi komunikasi yang pada awalnya merupakan salah satu disiplin ilmu yang berasal dari psikologi sosial kemudian berkembang menjadi bagian dari komunikasi yang luas. Psikologi komunikasi sangat bermanfaat dalam membantu kita memahami berbagai situasi sosial dimana kepribadian menjadi penting di dalamnya, atau bagaimana penilaian seseorang (judgements) menjadi bias karena adanya faktor kepercayaan dan perasaan serta bagaimana seseorang memiliki pengaruh terhadap orang lain (Morissan, 2010: 4).

Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu, bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur dan persuasi. Persuasi sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.

2.2.3.2 Tujuan Psikologi Komunikasi

Adapun tujuan psikologi komunikasi adalah:

a. Agar kita mampu mengkonsumsi hasil analisa psikologi secara verbal dan efektif.

b. Untuk memiliki kemampuan persuasi (bujukan, rayuan) untuk dapat mengarahkan seseorang sesuai dengan tujuan yang dimiliki.

c. Agar mampu menjabarkan laporan psikologi secara tertulis.

Psikologi komunikasi berusaha untuk menganalisis proses berkomunikasi antar individu atau dengan diri sendiri dengan sejelas-jelasnya. Bila suatu komunikasi berhasil, maka tujuan yang kita inginkan dapat dicapai. Selain itu kepribadian yang kita miliki pun akan berkembang dengan baik. Pada diri manusia terdapat jiwa yang melatarbelakangi manusia melakukan suatu tindakan atau perilaku termasuk di dalamnya komunikasi.


(33)

2.2.3.3 Fungsi Psikologi Komunikasi

Fungsi psikologi komunikasi tidak terlepas dari fungsi komunikasi itu sendiri, dan fungsinya banyak sekali dalam kehidupan manusia. Diantaranya adalah:

a. Komunikasi memungkinkan kita untuk mengumpulkan informasi tentang orang lain.

b. Komunikasi menolong seseorang memenuhi kebutuhan interpersonal. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan sosial kita, baik itu merasakan kenyamanan, persahabatan, diterima, dan disayangi.

c. Komunikasi membentuk identitas pribadi. d. Komunikasi mempengaruhi orang lain.

2.2.4 Potensi Diri

2.2.4.1 Pengertian Potensi Diri

Kata potensi berasal dari serapan bahasa inggris, yaitu potencial. Artinya dua kata, yaitu (1) kesanggupan dan tenaga; (2) kekuatan dan kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya, secara sederhana potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi, 2007: 86). Menurut Endra K Pihadhi (2004: 6), potensi bisa disebutkan sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi diri yang dimaksud disini suatu kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan diolah.

Sedangkan menurut Sri Habsari (2005: 2), potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bisa dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Sedangkan diri adalah seperangkat


(34)

proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki. Dengan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan latihan dan sarana yang memadai.

2.2.4.2 Macam-macam Potensi Diri

Manusia memiliki beragam potensi (Nashori, 2003: 89) diantaranya adalah:

a. Potensi berfikir

Setiap orang memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran yang baru.

b. Potensi emosi

Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Setiap manusia memiliki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai, cenderung kepada keindahan.

c. Potensi fisik

Adakalanya manusia memiliki potensi yang luar biasa untuk membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh. Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat dan selalu menunjukkan permainan yang baik.

d. Potensi sosial

Pemilik potensi sosial yang besar memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari kemampuan belajarnya. Baik dalam dataran pengetahuan maupun keterampilan.


(35)

2.2.5 Anak

2.2.5.1 Pengertian Anak

Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa. Tanpa kehadiran seorang anak, maka keluarga tidak akan lengkap. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 2003: 4), anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungannya. Di dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Sangat diperlukan optimalisasi perkembangan anak, karena anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga, terutama orangtua. Sehingga dengan begitu kebutuhan anak tersebut dapat terpenuhi secara baik.

Anak juga merupakan makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya. Mereka juga membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya.

2.2.5.2 Masa Perkembangan Anak

Menurut Langeveld (dalam Zulkifli, 2005: 20), terdapat 5 pembagian masa perkembangan anak, yaitu:

a. Masa bayi, yang berusia sampai 2 tahun.

b. Masa kanak-kanak, yang berusia 2 sampai 6 tahun. c. Masa anak sekolah, yang berusia 6 sampai 12 tahun. d. Masa remaja, yang berusia 12 sampai 19/21 tahun. e. Masa dewasa, yang berusia 21 tahun ke atas.

Jadi anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dari masa kanak-kanak sampai masa anak sekolah yang berusia sampai dengan 12 tahun. Karena didalam sanggar SIR Istana Maimun Medan, anak-anak lah yang lebih mendominan menjadi anak didik dan juga dalam meningkatkan potensi biasanya dilakukan sejak masa kanak-kanak yang sehingga potensi tersebut berubah menjadi bakat dari si anak tersebut.


(36)

2.3 Model Teoretik

Kerangka pemikiran sebagai dasar pemikiran peneliti dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian. Hal ini juga sama halnya seperti yang dikatakan bahwa kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001: 40).

Kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan pada gambar berikut :

Dari kerangka pemirikan diatas, peneliti ingin mengungkapkan bagaimana peran komunikasi antarpribadi pengajar tari pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan. Peneliti akan menganalisisnya dari komponen tujuan komunikasi antarpribadi dan komponen komunikasi efektif. Komponen komunikasi antarpribadi berupa mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan & memelihara hubungan menjadi bermakna, mengubah sikap & perilaku, bermain dan mencari hiburan, juga membantu orang lain. Dan komponen komunikasi efektif berupa keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan. Dalam hal ini, tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah peran komunikasi antarpribadi yang

● Komunikasi Antarpribadi : a. Mengenal diri sendiri dan

orang lain.

b. Mengetahui dunia luar. c. Menciptakan dan memelihara

hubungan menjadi bermakna. d. Mengubah sikap dan perilaku. e. Bermain dan mencari hiburan. f. Membantu orang lain.

● Komunikasi Efektif : a. Keterbukaan. b. Empati. c. Dukungan. d. Rasa Positif. e. Kesamaan. Potensi Diri Anak

Sanggar Tari SIR


(37)

dilakukan oleh pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didik. Tentunya di dalam proses meningkatkan potensi diri anak didik ini pasti menemukan kendala-kendala dan peneliti juga akan melihat bagaimana komunikasi antarpribadi tersebut dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala yang ditemukan serta bagaimana komunikasi antarpibadi dapat dikatakan efektif.


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mencari masalah dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah susunan logis yang dibutuhkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mendapatkan hasil sebenarnya dari asumsi yang ditentukan sebelumnya. Metode penelitian bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peneliti akan mengumpulkan serta menganalisis data yang ada. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana, 2001:134).

3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghadirkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-sedalam-dalamnya. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-orang, sebagaimana dirasakan orang-orang bersangkutan. Oleh karena itu, salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bahwa tidak ada hipotesis yang spesifik pada saat penelitian dimulai. Hipotesis justru dibangun selama tahap-tahap penelitian, setelah diuji atau dikonfrontasikan dengan data yang diperoleh peneliti selama penelitian tersebut (Mulyana, 2011: 155-156).

Metode penelitian kualitatif dibedakan dengan metode penelitian kuantitatif dalam arti metode peneltiian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka atau metode statistik. Pembicaraan yang sebenarnya isyarat dan tindakan sosial lainnya adalah


(39)

bahan mentah untuk analisis kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif (Mulyana 2011: 150).

3.1.2 Studi Kasus

Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Penelitian studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti dengan menggunakan metode wawancara (riwayat hidup), pengamatan, penelaahan dokumen, hasil survey dan data apa pun untuk menguraikan suatu kasus secara lebih terinci (Mulyana, 2001: 201).

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba (dalam Mulyana, 2001: 201) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut: a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni

menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara penelitian dan responden.

d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan.

e. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.


(40)

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian yang akan diteliti adalah pengembangan hubungan dalam komunikasi antarpribadi pada pengajar tari dengan anak didik dalam meningkatkan potensi diri anak pada sanggar tari SIR (Sri Indera Ratu) Istana Maimun Medan.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merujuk pada informan atau responden yang akan dimintai keterangan mengenai penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah pengajar tari pada sanggar tari SIR (Sri Indera Ratu) Istana Maimun Medan yang berjumlah 3 orang. Seluruh pengajar yang merupakan subjek dari penelitian ini mempunyai kewajiban dalam melatih dan meningkatkan potensi diri masing-masing anak didik. Peneliti memilih pengajar tari sebagai informan karena disesuaikan dengan tujuan dari penelitian dan kebutuhan penelitian.

3.4 Kerangka Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen menurut Speadly (dalam Sugiyono, 2007: 68), yaitu:

1. Tempat

Tempat adalah dimana penelitian akan berlangsung. Tempat berlangsungnya penelitian adalah di Sanggar Tari SIR Istana Maimun Medan. Istana Maimun Medan terkadang disebut juga sebagai Istana Putri Hijau, merupakan Istana Kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini di dominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di Istana ini sering diadakan pertunjukkan musik maupun tari tradisional. Tari sendiri merupakan gerakan secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu. Tari tradisional adalah tari yang berkembang di daerah tertentu yang


(41)

berpijak dan berpedoman luas pada adaptasi kebiasaan turun-temurun dan dianut oleh masyarakat pemilik tari tersebut.

2. Pelaku

Pelaku dalam penelitian ini adalah subjek penelitian sebagai informan yang sesuai dengan penelitian yaitu pengajar tari Sanggar SIR Istana Maimun Medan yang berjumlah 3 orang.

3. Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku dalam situasi yang sedang berlangsung. Kegiatan yang akan diteliti adalah peran komunikasi antarpribadi pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didalam sanggar tari SIR Istana Maimun Medan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data. Maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2007: 244).

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Observasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja panca indra mata dibantu dengan panca indra yang lainnya (Bungin, 2007:115).

b. Wawancara Mendalam (Indepth/Qualintative Interview), yaitu secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau dengan orang yang diwawancarai, dengan tau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2008:18). Peneliti


(42)

berada langsung ditempat penelitian dan secara mendalam melakukan wawancara untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan dan mendukung penelitian.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dengan membaca/mencari literature yang bersangkutan dengan penelitian, untuk mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian dilakukan melalui buku-buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sebagainya.

3.5.1 Penentuan Informan

Penentuan jumlah subjek penelitian atau informan ini dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling Technique. Purposive Sampling Technique adalah cara penentu jumlah informan sebelum penelitian dilaksanakan dengan menyebutkan secara jelas siapa yang dijadikan informan serta informasi apa yang diinginkan dari masing-masing informan (Bungin, 2007: 135). Informan dalam penelitian ini adalah pengajar tari pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan yang berjumlah 3 orang.

3.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi untuk dilakukannya penelitian adalah di Sanggar tari SIR Istana Maimun Medan. Tetapi untuk tempat yang lebih spesifik lagi, peneliti akan menyesuaikan tempat penelitian dengan tempat yang ditentukan oleh informan.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari 2015. Dikarekan peneliti harus menyiapkan terlebih dahulu segala keperluan dan hal-hal yang dibutuhkan sebelum melakukan penelitian ke lapangan. Yang bertujuan agar peneliti mendapatkan hasil yang maksimal.


(43)

3.5.3 Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Keikutsertaan

Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Karena untuk penelitian kualitatif, orang-orang turun secara langsung untuk melakukan wawancara dan observasi terhadap informan-informannya. Karena itu peneliti memiliki waktu yang lama bersama dengan informan di lapangan, bahkan hingga tercapainya kejenuhan pengumpulan data.

b. Ketekunan Pengamatan

Pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang menggunakan semua panca indera termasuk pendengaran, perasaan dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan di lapangan maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula (Bungin, 2008: 255-256)

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong 2005:248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menafsirkannya, memaknai, dan menemukan pola, menemui apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif Miles dan Hubermain.

Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama (Sugiyono, 2007: 92), yaitu: 1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan dilapangan. Mereduksi data berarti merangkum dan memilih


(44)

hal-hal yang pokok untuk kemudian memfokuskan pada hal-hal penting dengan mencari tema dan pola sesuai dengan masalah penelitian. Data diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dilakukannya analisis data melalui reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan (Sugiyono, 2008: 247).

2. Penyajian Data (Display Data)

Setelah proses reduksi berlangsung, maka langkah berikutnya adalah penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanaya pengambilan tindakan dan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan maupun hubungan antar kategori. Penyajian data yang sering dilakukan adalah teks yang bersifat naratif untuk mempermudah memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami sebelumnya (Sugiyono, 2007: 249).

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data yang harus selalu diuji kebenarannya dan kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin.


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sanggar tari SIR (Sri Indera Ratu) Istana Maimun Medan yang bertempat di Jl. Sultan Maimum Al Rasyid No. 66 Medan. Istana Maimun Medan terkadang disebut juga sebagai Istana Putri Hijau, merupakan Istana Kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Pada waktu-waktu tertentu, di Istana ini sering diadakan pertunjukkan musik maupun tari tradisional.

Sanggar tari SIR Istana Maimun Medan ini merupakan sebuah tempat pelatihan tari-tari tradisional yang pada awal mulanya dibentuk dan dipimpin oleh Alm. Hj. Dra. T. Sita Syaritsa pada tanggal 31 Agustus 1968. Sanggar ini awalnya beranggota enam orang yang terdiri dari keluarga dekat T. Sita tersebut, seperti adik, kemanakan dan tetangganya. Saat ini sanggar SIR Istana Maimun Medan telah mempunyai anggota berjumlah ± 100 orang yang didalamnya anak-anak dibawah 12 tahun yang lebih mendominan dan berjumlah 70 orang serta anggota keseluruhnya adalah perempuan.

Sanggar ini didirikan berawal dari sakit yang diderita oleh T.sita pada bagian pinggang belakang. Kemudian dokter menganjurkannya untuk berolahraga ringan. Karena semasa remajanya T. Sita tersebut sangat aktif dalam bidang seni tari, maka dari itu T. Sita memilih mengajar tari untuk pemulihan kembali kesehatannya.

Tanggal 23 Februari 2003, T. Sita meninggal dunia. Himpunan Seni Budaya SIR (Sri Indera Ratu) digantikan dan dilanjutkan oleh anak sulungnya bernama T. Lisa Nelita. Himpunan seni budaya SIR Istana Maimun Medan yang telah berdiri dari 47 tahun yang lalu sebagai Duta Kesenian Sumatera Utara telah melakukan pertunjukkan tari di dalam dan di


(46)

luar negeri. Himpunan ini juga merupakan himpunan seni budaya terlama di Sumatera Utara yang telah banyak mendapatkan berbagai piagam penghargaan dan sudah menjadikan anak didiknya menjadi penari yang berhasil dan berbakat.

4.1.2 Visi dan Misi

Visi :

Sanggar tari SIR (Sri Indera Ratu) Istana Maimun Medan merupakan Himpunan Seni Budaya yang berkualitas.

Misi :

a. Mewariskan kepada generasi mendatang untuk memperkenalkan nilai-nilai kesenian tradisional sebagai perekat dan pemersatu bangsa dalam mempererat tali silaturahmi dan nilai persahabatan, menggali, memelihara serta melestarikan khasanah budaya bangsa.

b. Menghimpun serta membentengi pergaulan anak didik pada masyarakat luas agar tidak terpengaruh dengan budaya asing yang menjurus ke arah yang negatif.

c. Dapat dihandalkan dalam berbagai event serta mengembangkannya dalam berbagai aktivitas kegiatan regional maupun forum dunia internasional yang merupakan aset kekayaan seni budaya dalam memperkenalkan potensi pariwisata.

d. Menjadikan seluruh anak didik menjadi penari yang berbakat. e. Mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan serta

melestarikan kebudayaan yang ada di Sumatera Utara dalam bentuk seni tari, lagu dan musik.


(47)

4.1.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data di Lapangan

Pada saat melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Tahap Awal

Tahap awal ini, peneliti datang ke sanggar SIR Istana Maimun Medan untuk latihan rutin nari pada tanggal 27 Januari 2015. Sesudah latihan selesai, peneliti langsung bertemu dengan ketua himpunan dari sanggar yang juga sebagai pengajar tari dan kedua pengajar tari lainnya, guna untuk meminta izin penelitian secara langsung. Peneliti juga didalam kesempatan ini menjelaskan secara singkat mengenai tujuan dari penelitian yang akan dilakukan dan menjelaskan bahwa peneliti sangat membutuhkan data serta waktu untuk observasi dan wawancara mendalam. Setelah mendapakan izin dari ketiga pengajar tari tersebut, peneliti langsung menanyakan waktu yang kosong untuk akansegera dilakukannya penelitian. Hanya ketua himpunan yang sebagai pengajar tersebut saja yang sudah memberikan waktu yang pasti kepada peneliti, selebihnya akan menghubungi peneliti ketika mereka ada waktu yang kosong.

Pada tanggal 1 Februari 2015, peneliti melakukan wawancara pertama di sanggar SIR dengan ketua himpunan sekaligus pengajar tari pada sanggar SIR sebagai informan 1 (pertama). Wawancara yang dilakukan sebelum informan 1 (pertama) mengajarkan tari. Kemudian pada tanggal 2 Februari 2015, peneliti dihubungi oleh salah satu pengajar yaitu informan 2 (kedua) dalam penelitian dan peneliti langsung bertemu di rumah informan yang bertempat tinggal di sanggar SIR itu juga. Karena informan 2 (kedua) ini merupakan anak pertama dari informan 1 (pertama) yang sebagai ketua himpunan sanggar. Kemudian untuk informan 3 (ketiga), peneliti bertemu ketika selesai latihan tari pada tanggal 3 Februari 2015. Selain peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing


(48)

informan, peneliti juga melakukan observasi ke sanggar SIR pada waktu anak-anak didik dari sanggar tersebut sedang latihan.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui komunikasi tatap muka (face to face communication) melalui wawancara mendalam antara peneliti dengan masing-masing dari ketiga informan serta teknik observasi langsung. Observasi dilakukan dalam jadawal rutin tari sebanyak tiga kali. Peneliti memperhatikan pertemuan dari awal hingga akhir dan mengambil hasil pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah melakukan wawancara mendalam, peneliti melakukan observasi tersebut. Ketika melakukan wawancara, peneliti menggunakan alat bantu perekam agar setiap kata-kata yang disampaikan oleh informan dapat didengar dan dianalisa dengan baik. Selain itu, peneliti juga menyiapkan buku catatan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam proses pengumpulan data yang dilakukan.

c. Teknik Pengolahan Data

Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari informan, maka selanjutnya peneliti melakukan proses pengolahan data dari hasil wawancara dan diskusi yang telah dilakukan peneliti dengan ketiga informan. Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil wawancara terhadap informan penelitian serta hasil observasi yang telah dilakukan. Kemudian peneliti menguraikan jawaban-jawaban informan berdasarkan penuturan informan yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan sesuai dengan kerangka pemikiran penelitian.


(49)

4.1.4 Profil Informan Utama

Terkait dengan pemilihan informan, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik ini merupakan cara penentuan jumlah informan dengan kriteria-kriteria sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti memilih pengajar tari pada sanggar SIR (Sri Indera Ratu) Istana Maimun Medan yang berjumlah tiga orang sebagai subjek penelitian (informan).

Adapun kriteria-kriteria dari subjek penelitian ini adalah:

a. Ketiga subjek penelitian merupakan pengajar tari pada sanggar tari SIR (Sri Indera Ratu) Istana Maimun Medan yang masih aktif mengajar hingga sekarang.

b. Subjek penelitian setidaknya telah mengajar selama lebih dari satu tahun dan mempunyai pengalaman dalam mengajar tari.

c. Subjek penelitian mempunyai banyak berbagai macam prestasi di bidang seni tari, berikut akan diuraikan berbagai macam prestasi yang sudah di dapat. Tetapi yang diuraikan hanya yang diingat oleh masing-masing informan. Diantaranya adalah:

i. T. Lisa Nelita (Informan pertama) :

- Menerima penghargaan piagam penghargaan dari panitia lomba Seni Budaya Mahasiswa USU dalam pelaksanaan lomba seni budaya mahasiswa USU (1976).

- Mengikuti pagelaran kesenian dan kebudayaan Nasional di Spanyol, Swiss dan Jerman (1976).

- Mengikuti pagelaran kesenian dan kebudayaan Sumatera Utara di Australia(1985).

- Menjadi Duta Sumatera Utara di Penang Fair, Malaysia (1986). - Mengikuti acara kesenian dalam rangka ulangtahun Garuda

Indonesia Airlines ke 40 di London(1989).

- Mengikuti acara undangan pemerintahan Singapura dalam rangka Hari Kemerdekaan Singapura ke 25.


(50)

- Mengikuti pesta Gendang di World Trade Center Singapura (1992).

- Undangan Penang Fair mewakili SUMUT (2000).

- Mengikuti pagelaran Kesenian dan Kebudayaan di beberapa kota di Negara Afrika Selatan (Pretoria, Harare, Cape Town) pada tahun 2000 atas undangan dari Duta Besar RI di Afrika. - Mengikuti pagelaran Kesenian dan Kebudayaan di Mexico

City, Colima dan Monterrey atas undangan Duta Besar RI di Mexico (2005).

- Mengikuti acara di berbagai kota di Indonesia, seperti mengisi acara di Istana Maimun Medan, Istana Merdeka Jakarta yang atas undangan Presiden RI, Kirab Remaja di Bandung, pagelaran Seni Budaya Melayu di Palembang, dll. ii. T. Lisfi Iswana (Informan kedua):

- Mengikuti pagelaran Kesenian dan Kebudayaan di Mexico City dalam memperkenalkan budaya-budaya Indonesia (2010). - Pelantikan kepengurusan Kesultanan Maimun di Maimun

Medan sebagai penari dengan membawa tari persembahan(2012).

- Seminar dan penyambutan Kementerian Luar Negeri, Malaysia sebagai penari dengan pakaian adat tradisional di Hotel Tiara Medan (2012).

- Pelantikan dan penyambutan Bupati Madina Deli Serdang di PRSU Medan(2013).

- Gerakan Medan Maimun untuk Prabowo & Hatta sebagai penari dan pembawa tepak sirih di Maimun (2014). - Mengisi acara-acara besar di Medan mewakili sanggar


(51)

iii. T. Deya Rizka (Informan ketiga):

- Mengikuti pagelaran Kesenian dan Kebudayaan di Mexico City, Colima dan Monterrey atas undangan Duta Besar RI di Mexico (2005).

- Mengikuti pagelaran Kesenian dan Kebudayaan di Mexico City dalam memperkenalkan budaya-budaya Indonesia (2010). - Pelantikan kepengurusan Kesultanan Maimun di Maimun

Medan sebagai penari dengan membawa tari persembahan(2012).

- Seminar dan penyambutan Kementerian Luar Negeri, Malaysia sebagai penari dengan pakaian adat tradisional di Hotel Tiara Medan (2012)

- Pelantikan dan penyambutan Bupati Madina Deli Serdang di PRSU Medan sebagai penari (2013).

.

- Gerakan Medan Maimun untuk Prabowo & Hatta sebagai penari di Maimun (2014).

- Mengisi acara-acara besar di Medan mewakili sanggar SUMUT.

Berdasarkan data yang telah berhasil peneliti kumpulkan dari informan selama melakukan penelitian ini, peneliti telah menemukandata jenuh. Data jenuh ini peneliti peroleh dari wawancara mendalam terhadap 3 (tiga) informan.

4.1.5 Penyajian Data dari Informan

Dari temuan data yang telah berhasil dikumpulkan selama melakukan penelitian, peneliti selanjutnya menganalisis data-data tersebut berdasarkan komponen tujuan komunikasi antarpribadi dan komponen komunikasi efektif. Peneliti akan menganalisis peran seorang pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didik pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan dan potensi diri anak difokuskan adalah anak-anak yang


(52)

berusia dibawah 12 tahun sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti memilih tiga informan sebagai subjek penelitian dan ketiganya merupakan pengajar tari pada sanggar tari SIR. Peneliti menggunakan teknik Purposive

Sampling untuk mengumpulkan informan. Teknik Purposive Sampling

adalah penarikan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006: 154). Berikut adalah analisis data dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada masing-masing informan utama di dalam penelitian ini:

1. Informan 1 (pertama)

Nama : T. Lisa Nelita

Tempat & Tanggal Lahir : Medan, 27 April 1962

Usia : 53 Tahun

Agama : Islam

Suku : Melayu

Alamat : Jl. Sultan Maimun Al Rasyid

No.66 Istana Maimun Medan

Jabatan : Ketua Himpunan & pengajar

tari Sanggar SIR Istana Maimun

Medan

Lama menjabat : 12 Tahun

Ciri-ciri : Wanita yang sudah

terlihat berumur, berwajah tirus dan lonjong, berkulit coklat muda, berambut pendek hitam bergelombang, tinggi kira-kirasekitar 150 cm

Tempat & Waktu Wawancara : Sanggar SIR; Minggu, 1 Februari 2015; pukul 09.00 WIB


(53)

A.Interpretasi Data

Informan 1 (pertama) mulai terjun ke dunia tari sejak berumur 10 tahun yang diperkenalkan oleh ibunya sendiri. Informan 1 (pertama) ini, dari tahun 2003 hingga sekarang telah meneruskan jabatan ibunya sebagai Ketua Himpunan Seni Budaya pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan, sekaligus menjadi pengajar tari di sanggar tersebut. Informan 1 (pertama) telah mengajarkan tari selama ± 12 tahun. Informan 1 (pertama) ini juga sudah banyak mendapatkan berbagai piagam penghargaan dan juga sangat berprestasi di bidangnya ini. Jadi tidak heran, bahwa kerja kerasnya dalam meneruskan jabatan ibunya ini telah membuahkan hasil yang bisa dilihat dari piagam-piagam yang didapat dan memiliki anak didik yang sekarang sudah berhasil membuka tempat sanggar sendiri. Kewajibannya dalam menjalankan tugas sebagai Ketua Himpunan dan juga pengajar tari adalah dengan tetap memegang dan menjalankan visi misi dari sanggarnya tersebut. Jadwal latihan rutin tari yang dibuat oleh informan 1 (pertama) adalah pada hari minggu jam 10.00 sampai jam 12.00 untuk junior; dan untuk senior ada di hari minggu juga jam 12.30 sampai 14.00 dan di hari selasa jam 19.30 sampai 21.00. Informan 1 (pertama) menjadwalkan 2 kali latihan untuk senior karena tidak semua senior yang bisa datang di hari minggu dan biasanya mereka datang untuk latihan pada hari selasa.

B. Analisis Komponen Tujuan Komunikasi Antarpribadi i. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain.

Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri kepada orang lain. Hal seperti ini akan membuat kita mendapatkan perspektif baru tentang diri kita dan memahami lebih dalam tentang sikap dan perilaku lain. Informan 1 (pertama) yang dikenal dengan sebutan Nde, telah menjalankan tujuan komunikasi antarpribadinya dengan baik yaitu mengenal dirinya sendiri dan juga


(1)

Hasil Wawancara (Informan Tambahan Kedua)

A. Biodata Informan Tambahan

1. Nama : Putri Sarah

2. Tempat & Tanggal Lahir : Medan, 23 Januari 2003

3. Usia : 12 Tahun

4. Agama : Islam

5. Suku : Padang

6. Alamat : Jl. Brigjend Katamso No. 278 Medan

7. Asal Sekolah & Kelas : Kelas 6 SD Global Prima 8. Lama Menjadi Anggota SIR : 2 Tahun

B. Pertanyaan Umum

1. Apakah ada dari salah satu pengajar tari yang terlihat seperti memperhatikan adik atau teman-teman adik di dalam sanggar?

“Kayanya ada kak, kadang nde, kak ifi sama kak deya suka kali nengok-nengok kami kalo entah lagi ngapain-ngapain. Tapi enggak tau kenapa kami diperhatikan kek gitu kak.”

2. Apakah pengajar adik ada memberitahu adik dan teman-teman tentang bagaimana dunia luar dan membuat wawasan adik pun bertambah?

“Ada sih kadang-kadang. Ngasih tau kek mana diluar gitu kan kak? Adaaa. Terus kami di nasehati buat hati-hati diluar. Karna banyak yang aneh-aneh diluar sana katanya. Jadi ya makin tau putri kek mana diluar. Kadang putri dikasih tau kek gitu sama mama aja. Tapi pengajar nari putri ada ngasih tau juga kok kaya mama.”


(2)

3. Apakah adik merasa nyaman berada didalam sanggar SIR dan merasa adanya rasa kebersamaan satu dengan yang lainnya?

“Iya kak, nyaman putri. Karna kawan-kawan putri baek-baek. Terus pengajarnya juga baek-baek. Enggak ada yang galak-galak. Senang putri jadinya. Kami kaya kompak gitu kak semuanya.”

4. Apakah adik atau salah satu teman adik pernah diberi nasihat dari pengajarnya karena ada melakukan sikap ataupun perilaku yang tidak baik didalam sanggar?

“Jahat-jahat gitu kak? Adalah kawan putri. Dia jahat kali memang. Suka kali gangguin kawan-kawan putri. Yang rambutnya ditarik lah, yang digelitikinnya dari belakang pas latihan. Putri kalo ada dia pas latihan, malas kali putri kak. Tapi itu dulu. Itulah pengajar-pengajar putri sering negur dia. Heh enggak boleh gitu kata nde. Terus kak Deya juga sama kak ifi datangin dia bilang jangan kek gitu. Terus dia ketawa-ketawa pulak kak kalo dikasih tau sama kak Deya sama kak Ifi. Tapi habis itu langsung enggak gitu lagi dia.”

5. Apakah ketika sedang waktu istrihat, adik dan yang lainnya ada berkumpul seperti mengobrol dan bercanda-canda? Jika ada, apakah hal itu dapat membuat adik dan teman-teman adik terhibur?

“Ih seringla kak, pas istirahat kami kek gitu. Nde, kak Deya sama kak Ifi lucu-lucu kak. Jadi kami sering ketawa-ketawa dibuatnya. Terhibur pastila kak, namanya udah dibuat ketawa. Terus jadi enggak terasa capek putri pun kak. Karna kayanya kebanyakan ketawa aja di sanggar.”


(3)

6. Apakah adik pernah terbuka atau menceritakan kesulitan-kesulitan yang adik alami dengan salah satu pengajar? Dan jika ada, apakah pengajar adik tersebut mau membantu dan kesulitan itu akhirnya dapat adik lewati?

“Putri enggak pernah kak. Tapi ada kawan putri pernah kek gitu. Dia kaya susah kali pas latihan. Putri tanya kenapa kok susah kali. Maksud Putri kan kak biar Putri ajari. Terus kayanya dia malu. Tapi kak Deya nanya langsung ke dia, barula Putri tau dia rupanya enggak bisa dikasih gerakan banyak-banyak gitu. Susah ngapal dia kak. Habis itu langsung diajari kak Deya dia.”

7. Apakah menurut adik, pengajar-pengajar tari adik adalah pengajar yang baik? Jika ia, apakah alasannya?

“Iya kak memang, pengajar-pengajar Putri mau dengar keluhan kami tanpa marah-marah. Enggak pernah pun pengajar Putri marah. Baek-baek kali. Kadang nengok kami susah ngikuti gerakan aja mau langsung dibantui.”

8. Apakah dari salah satu pengajar ada memberikan dukungan yang akhirnya membangkitkan semangat adik dan juga teman-teman adik?\

“Semua pengajar Putri sering kali ngasih semangat kami kak. Kadang nyeritain yang udah didapat sama pengajar-pengajar Putri. Kami ya makin semangat la kak, kami pengen kaya pengajar-pengajar kami. Jadi Putri pernah bilang, kalau Putri udah pande kali nari, bawa Putri kemana-mana. Terus kata Nde, iya kak. Malahan bisa sampe ke Luar Negeri nanti dibawa.”

9. Apakah ada salah satu pengajar adik yang menceritakan tentang bagaimana dunia tari?

“Ada sih kadang. Pas istirahat gitu dikasih tau. Kata pengajar Putri, dari nari bisa ngasilin duit banyak kak. Terus bisa buka sanggar


(4)

sendiri lagi. Putri makin suka kalila jadinya nari-nari. Putri pengen semua tarian bisa Putri narikan.”

10.Apakah ketiga pengajar didalam sanggar tersebut mempunyai sikap yang sangat adil terhadap adik maupun teman-teman adik?

“Iya kak. Adil semuanya sama kami. Enggak ada dibeda-bedain kok. Sama semuanya baek. Cerita-cerita kamipun kak diterima semua sama pengajar Putri.”


(5)

BIODATA PENELITI

Nama : Elvira Lubis

Tempat & Tanggal Lahir : Medan, 2 Januari 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

NIM : 110904108

Departemen : Ilmu Komunikasi

Alamat : Jl. Sempurna Ujung Komp. Sempurna Garden

No. 39 B, Medan Kota

Pendidikan : TK Ulumul Qur’an Medan

SD Swasta Eria Medan SMP Negeri 3 Medan SMA Negeri 2 Medan

FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi 2011

Nama Orangtua:

1. Ayah : Yos Iriandy Lubis

2. Ibu : Cut Mariani

Anak ke- : Tiga dari empat bersaudara Nama Saudara : Hendy Pratama Lubis

Iwan Friandy Lubis M. Rivai Lubis


(6)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Elvira Lubis

NIM : 110904108

PEMBIMBING : Emilia Ramadhani, S.Sos., M.A

NO. TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8 Januari 2015

15 Januari 2015

20 Februari 2015

23 Februari 2015

27 Februari 2015

2 Maret 2015

4 Maret 2015

Acc BAB I dan II

Acc BAB III dan Panduan Wawancara

Penyerahan BAB IV

Revisi BAB IV

Revisi BAB IV

Acc BAB IV

Acc BAB V dan UMH


Dokumen yang terkait

Landmark Kota Medan (Persepsi dalam Arsitektur) Studi Kasus : Istana Maimun

14 153 99

Tari Piring (Studi Etnografi Mengenai Komodifikasi Tari Piring di Kota Medan)

6 162 130

Analisis Strategi Komunikasi Antar Pribadi Yayasan Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Melakukan Pendampingan Anak Jalanan (Street Base) Di Kota Medan (Studi Kasus Rumah Singgah Sanggar Kreatifitas Anak (SKA) binaan PKPA)

1 42 141

Peran Komunikasi Antar Pribadi(Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Untuk Mensosialisasikan Bantuan Operasional Sekolah Kepada Siswa SD. Advent Timbang Deli Medan).

0 57 127

Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi : (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

6 51 77

Analisis Pola Komunikasi Kelompok Dalam Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)

2 50 105

Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 35

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 6

PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PENGAJAR TARI DALAM MENINGKATKAN POTENSI DIRI ANAK

0 0 12