Analisis Pola Komunikasi Kelompok Dalam Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS POLA KOMUNIKASI KELOMPOK TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK GERAK TARI TRADISIONAL PADA ANAK

(Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)

Oleh

FITRIA HANI APRINA

Latar belakang penelitian ini adalah dalam seni tari, setiap penari harus mampu berkomunikasi secara kelompok dengan baik dan mencapai suatu kesepahaman dan penguasaan teknik yang sama agar tercapainya suatu tujuan. Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui peran komunikasi kelompok dalam membentuk penguasaan anak terhadap teknik gerakan tari, kemudian untuk mengetahui, menggambarkan dan menjelaskan pola komunikasi yang terjadi antara tim pengajar dan anak dalam kelompok sanggar tari Sasana Budaya Bandar Lampung, dan yang terakhir untuk menganalisa tingkat efektifitas pola komunikasi kelompok sanggar Sasana Budaya terhadap penguasaan anak dalam memaknai gerak tari.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive (disengaja). Penelitian ini juga menggunakan Teori Pencapaian Kelompok. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi kelompok berperan untuk menunjang pemahaman anak dalam menguasai gerak tari. Pada analisis hasil penelitian telah dijelaskan bahwa pola komunikasi kelompok dalam sanggar ada dua, yaitu : pola roda dan pola bintang. Kedua pola tersebut terbukti efektif dalam membantu anak-anak saling bertukar informasi dengan pengajar atau penari anak lainnya sehingga tercapailah kesepahaman dan penguasaan terhadap teknik gerak tari.


(2)

Traditional Dance to Children

(A Case Study at Dance Studio Sasana Budaya Bandar Lampung)

By

FITRIA HANI APRINA

This research background is in dance, each dancer must be able to communicate with her group and reachs an understanding and masters the same techniques to achieve a goal. The purpose of this study is: To determine the group communication model in shaping the child’s mastery of the technique of dance movement, then to determine, describe, and explain model communication that occurs between teaching team and children in the group dance studio Sasana Budaya Bandar Lampung, and the last to analyze the effectiveness of group communication model towards mastery of children to understanding dance.

This research uses descriptive qualitative method. Informants in this study were taken by using purposive (intentional). This study also uses group achievement theory. Results showed that the group communication is role to support the understanding of the child in mastering dance. On the analysis of the results of the research has been explained that communication model in the study are : wheel pattern and star pattern. Both patterns are shown to be effective in helping children to exchange information with teachers or other children dancers and resulting understanding and mastery of dance technique.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kota Metro pada tanggal 22 April 1992 dan diberi nama Fitria Hani Aprina. Penulis merupakan puteri kedua dari pasangan M. Haika, BE. dan Rani Junaida, S.IP. dan juga sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Sejak kecil penulis dibesarkan di Kota Metro.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Kota Metro tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Pertiwi Teladan Kota Metro pada tahun 2004, Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kota Metro pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Pada tahun 2013, penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Radar Lampung Visual Televisi di bagian Produksi selama bulan Juli-Agustus.


(8)

Seiring dengan ungkapan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,

Kupersembahkan Karya Kecilku ini Untuk :

Ayah dan Ibu tercinta, atas semua kasih sayang, pengorbanan, kesabaran,

didikan, nasehat, bimbingan, panutan, motivasi serta doa yang tidak

pernah putus yang menuntun dan mengasihiku hingga sekarang,

Titahku tersayang, Annesya Novrika Anggraini, semoga semua harapan

dan impian terkabul, menjadi orang sukses dan menjadi kakak yang

melindungi serta menjadi panutan,

Terimakasih atas semua motivasi, doa dan semangat untuk terus berjuang

hingga akhir dari pendidikanku.


(9)

Berakal dengan hidup sederhana lebih menyelamatkan daripada berharta

tanpa berakal.

(penulis)

Don’t Walk

, Run!

(running man)


(10)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pola Komunikasi Kelompok Dalam Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung). Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT. atas segala kebesaran, kuasa, kesempatan serta petunjuk yang diberikan. Engkau lah Rahmatan lil Alamin. Serta Nabi Muhammad SAW. Semoga kami bisa meneladani akhlak dan perbuatanmu.

2. Untuk ayah M. Haika, BE., ayah terhebat di jagat raya. Segala yang ayah lakukan dari saya kecil hingga sekarang, tanpa hentinya terhatur kata terima kasih atas kasih sayang, doa serta perhatianmu. Semoga anakmu ini bisa menjadi apa yang diharapkan serta menjadi kebanggaan di hari tuamu. Untuk ibu Rani Junaida, S.IP., ibu tangguh nan cantik se Indonesia Raya. Aku tahu doa-mu tak putus dan tiada henti. Terima kasih ibu, semoga aku bisa menjadi harapan dan pengharapanmu. Bisa membahagiakan dan mensejahterakan hingga dipenghujung usiamu. Annesya Novrika Anggraini, S.E. Terima kasih dukungan moral serta finansial selama ini. Semoga kita berdua sehat dan sukses. Serta menjadi kebanggaan orangtua.


(11)

3. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Ibu Andi Windah, S.I.Kom, MComn&MediaSt., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingannya. Bapak Toni Wijaya, S.Sos, MA., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia membahas skripsi dan meluangkan waktunya. Dengan sabar membimbing, memberi masukan, saran, kritik serta selalu membantu penulis.

6. Keluarga besar Sanggar Sasana Budaya Bandar Lampung. Kak Andi dan Mba Indah. Serta delapan informan penari anak Anindya, Sattiya, Adelia, Jemima, Yeni, Rheasilva, Nirbita dan Amelia.

7. Seluruh staff, administrasi dan karyawan FISIP Unila, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis.

8. Keluarga besar di Metro, Gunung Sugih, Bandar Lampung dan Bekasi. Untuk semangat dan doa yang diberikan. Buat Yayik Nooh, Tante serta Om, sepupu-sepupu Arifa Mega Putri, Anida Masila, Gita Amelia, Winda Armalia, Erviza Feby, Fitra Aditya, Indra Budi, Nico Kurnia..


(12)

selesai. Semoga kamu cepat menyusul dan kita bisa sukses bersama. To be right me and you as ‘we’ is far from easy. Keluarga Siregar. Tante Juna, Cece, Nenek, Uncu yang kasih semangat untuk segera wisuda. Adik-adik manis nan super Raja, Reza, Alel dan Abay. Terima kasih atas kehangatan keluarga kalian.

10.Keluarga Sanggar Kartini Club. Bunda Candra, Mba Ajeng, Mba Ayu dan Lina. Teman dan penari senior yang juga turut memberikan semangART Kak Ucil, Mba Nova, Ayu Silvia, Mba Sisil, Mba Ning.

11.Sahabat-sahabat SD-SMP. Fina, Miranti, Mentari, Hanna, Devi, Dyta, Arnet, Mahasti, Rendra, Erdit, Gindha dan Riyan. Sahabat SMA. Yunice, Tyas, Ridha, Dafi, Risky dan Fery. Terima kasih atas doa dan semangatnya. Peluk dari jauh!

12.Kakak tingkat Komunikasi. Kak Momon (Ghufron), Kak Boengky, Kak Mia, Kak Dendi dan seluruh senior. Para favorite Kom10. Siti Fatimah (Terima kasih semangat dan canda tawanya selama ini. Manusia yang bisa tau selain

Leni, kalo gw lagi ‘unmood’. Yuk jangan nyerah, kamu juga pasti bisa Cips!), Leni Destia Edward (Super multi talented. Nyanyi oke, nari oke, acting oke. Manggil cici, cici, cici dengan manja. Buruan skripsi jangan males! Biar bisa debut.), Dina Ulia (Ratu kreatif, jago gambar, bersuara unik nan khas-


(13)

kaya bidadari surga dan selalu perfectionist. Terlalu baik jadi orang dan sabar banget sama gw. Pokoknya Dina bisa, pasti bisa. Jangan nyerah.), Ani Annisa Lasmah (Miss Korea, all k-pop, dvd berjalan. Apapun itu dia berbakat jadi penyanyi. Smart, tapi rada jutek walaupun sebenernya dia baik dan royal sekali. Primbon jelek terhadap yang kribo-kribo. Ciye kompre!.), Hesty Prihastuti (Nyonya moody. Bete dikit kena semprot. Tapi hatinya made in ibu peri. Baik banget dan sabar sekali karena udah jadi penolong gw pepancean urus syarat-syarat kompre yang sealaihim tanpa ngeluh. Semangat nyah, November kan ya? Ayolah?), Amalia Nurdin (Suara nyaring, tapi gw selalu dibuat ngakak sama anak ini. Mak lo juga semangat, gak ada yang gak bisa. Terus dikerjain biar kita wisuda bareng.), Fina Yulanda (Si kurus tinggi. Semangat ya dul, hasil keliling kita ngitarin Sukarame dan berurusan dengan para bocah metal itu jangan sampe sia-sia. Go wisuda go!), Pratama Dio Ananto (Laki-laki baik calon uztad. Nolong tanpa pamrih selalu buat tenang dan menenangkan. Ngajarin ilmu agama sekaligus ilmu aneh. Hehe. Cepet kerjain sekelik. Biar langsung ta’aruf sama ukhti idaman.), Oemar Madri Bafadhal (Omes. Yang kribo-kriwel. Melankolis. Cowo branded, super hi-tech, baik dan selalu kasih obrolan ringan tapi smart. Langgeng sama etong ya. Buru wisuda biar bisa nikah muda.), M. Hafiz Wiratama (Apa ya jan, hal paling lucu pas lo adu nyolot sama Sumi itu menarik banget. Gak berenti ketawa. Semangat jan, bentar lagi kelar.), Imam Mubaraq (Ciye Imam ciye. Suka buat skandal ya sama wanita-wanita. Hayo kalo suka sama temen gw jangan setengah-setengah. Haha. Thanks yam mam, udah bantuin gw.


(14)

apapun itu jangan nyerah duluan ya. Tantangan pasti selalu bisa ditaklukan. Semangat di, pasti selesai.), Emirullyta Harda Ninggar (Hai Ata, terima kasih untuk ghibahan-ghibahan yang suka buat ketawa jumpalitan. Semangat ya ta, film aja dianalisis apalagi perasaan doi? Hehe!), Putri Baiq, Tita, Shinta, Beatrixc, Obit, Dewi, Rina, Vie, Tia, Deka, Putri, Atode, Waskito, Aji, Adi, Sigit, Pandu, Ardika, Ahong, Azul (Kaka Micky), Jerican, Jeri Pratama, Chandra, Kak Adit serta anak-anak lain yang gak disebut terima kasih untuk semuanya.

13.Teman-teman Wisma Juwita. Noni Yulia Marna, Kak Fani, Kak Erin, Muti si k-popers, Siti si lugu, Febe, Made, Kadek.

Dari semuanya, penulis mengucapkan sanjungan terima kasih serta juga maaf dengan semua kekurangan dan kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga Allah SWT. selalu melindungi, merekatkan, menjaga ikatan persahabatan dan persaudaraan kita, serta memberikan kebaikan di setiap hela nafas hingga akhir nanti. Amiinnnn…

Bandar Lampung, 23 September 2014

Penulis,


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

JUDUL DALAM ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

SURAT PERNYATAAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 7

2.2 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi ... 11

2.3 Pola Komunikasi ... 13

2.4 Tinjauan Tentang Tari ... 19

2.4.1 Pengertian Tari ... 19

2.4.2 Tari Tradisional dan Budaya ... 21

2.5 Tinjauan Tentang Psikologi Anak ... 23

2.6 Perkembangan Seni Pada Anak ... 25

2.7 Tinjauan Tentang Pengertian Penguasaan ... 27

2.8 Penguasaan Teknik Gerak Tari ... 28

2.9 Proses Komunikasi Dalam Tari ... 30

2.10 (Group Achievement Theory) Teori Pencapaian Kelompok... 33


(16)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 39

3.2 Definisi Konsep ... 41

3.3 Fokus Penelitian ... 42

3.4 Penentuan Informan ... 43

3.5 Jenis Data ... 46

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.7 Teknik Analisis Data ... 47

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 49

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 49

4.1.2 Struktur Organisasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 51

4.1.3 Tujuan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 53

4.2 Keanggotaan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 53

4.3 Aktivitas Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Informan... 58

5.2 Komunikasi Kelompok di Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 64

5.3 Pola Komunikasi Kelompok Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 68

5.4 Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak ... 72

5.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

5.5.1 Komunikasi Kelompok Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 74

5.5.2 Pola Komunikasi Kelompok Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 78

5.5.3 Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak ... 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9 Tabel 2. Kriteria Informan ... 44 Tabel 3. Daftar Prestasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung 55


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Sanggar ... 51

Gambar 2. Tim Pengajar (Kak Andi) ... 59

Gambar 3. Tim Pengajar (Mba Indah) ... 60

Gambar 4. Informan Penari Anak 1 ... 60

Gambar 5 Informan Penari Anak 2 ... 61

Gambar 6 Informan Penari Anak 3 ... 61

Gambar 7 Informan Penari Anak 4 ... 62

Gambar 8 Informan Penari Anak 5 ... 62

Gambar 9 Informan Penari Anak 6 ... 63

Gambar 10 Informan Penari Anak 7 ... 63


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan kutipan dari Kathleen K. Reardon dalam buku “Interpersonal Communication Where Minds Meet” (1987), komunikasi berasal dari bahasa latin communis atau common dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna, ‘commonness’. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita sering mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktifitas dimana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat. (Sendjaya, 2007: 4)

Dalam hidup, manusia berkelompok, oleh karena itu salah satu komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi kelompok. Dalam kutipan Burgoon dan Ruffner pada bukunya yang berjudul Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/Communication mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi dari tiga atau lebih individu untuk memperoleh yang dikehendaki seperti berbagai


(20)

informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

Dalam dunia seni, khususnya sanggar tari, komunikasi mempunyai arti penting demi tercapainya kesamaan makna yang dimaksud oleh komunikator (tim pengajar) kepada komunikan (murid). Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh.

Pengertian tari menurut Wahyudianto dalam Pengetahuan Tari (2008: 9) merupakan bagian dari kesenian, dan kesenian adalah produk manusia membudaya. Ini menunjukkan bahwa tari adalah produk manusia, melalui olahan tubuhnya yang bergerak dalam ruang dengan kekuatan unsur genetiknya. Biasanya tarian sering dilakukan oleh kelompok secara bersamaan, sehingga melahirkan gerak massal yang selaras dan mempunyai nilai estetika. Oleh karena itu, komunikasi kelompok sangat dibutuhkan dalam seni tari.

Komunikasi kelompok yang tercipta, dapat mendekatkan satu dengan yang lainnya, dan membuat suatu kelompok sanggar tari menjadi kompak dan solid. Oleh karena itu, komunikasi kelompok merupakan faktor yang sangat penting demi tercapainya tujuan suatu sanggar tari. Berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian tersebut, sangat bergantung oleh adanya komunikasi yang baik. Dalam suatu kelompok tari penyampaian pesan tidak hanya melalui verbal saja, tetapi seorang pengajar juga menggunakan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal digunakan untuk


(21)

3

menunjang komunikasi verbal mereka dengan mencontohkan gerak tarian dengan menggerakan anggota tubuh.

Berdasarkan pra survey yang telah dilakukan sebelumnya di sanggar tari “Sasana

Budaya” Bandar Lampung, anak-anak memiliki minat yang cukup besar dalam dunia tari. Sejak usia dini mereka sudah mulai bisa menangkap, memahami, serta mengaplikasikan dan merealisasikan gerak yang diajarkan oleh guru mereka. Serta lewat sanggar tari yang mereka naungi, anak-anak sudah mulai mengenal apa itu komunikasi kelompok, siapa itu ketua dan siapa anggota.

William Umboh, seorang koreografer tari anak-anak di Jakarta, mengatakan pada dasarnya anak-anak suka menari. Mereka hanya tidak mengerti konsep gerakannya. Anak-anak cukup kooperatif, karena pada dasarnya anak suka mendengarkan musik. Banyak anak yang suka menari karena menari bisa dijadikan alat melatih kepekaan dan kepercayaan diri. (Sumber : http://areamagz.com/article/read/2013/09/2, diakses tanggal 18 Februari 2014 jam 1:36 WIB)

Anak laki-laki ataupun perempuan pada dasarnya suka menari mengikuti irama yang menarik hati. Usia prasekolah, anak sudah mampu mengoordinasikan seluruh anggota tubuhnya dalam rangkaian gerak sederhana. Menari merupakan aktivitas menarik bagi anak. Anak-anak mampu mengekspresikan diri karena lewat menari juga menunjukkan kualitas rasa percaya diri yang baik. (Sumber : http://www.tabloid-nakita.com/mobile/read/1197/yuk-menari, diakses tanggal 18 Februari 2014 jam 1:35 WIB)


(22)

Latar belakang terciptanya penelitian ini adalah, penulis tertarik dengan fakta bahwa dalam seni tari, setiap penari harus mampu berkomunikasi dengan baik dan mencapai suatu kesepahaman dan penguasaan teknik yang sama agar tercapainya suatu tujuan. Walaupun berbeda suku, budaya, ras, usia dan agama jika sudah didalam suatu kelompok tari, maka mereka adalah satu. Artinya setiap individu mempunyai tujuan lewat hobi yang sama, yaitu menari.

Penari anak-anak memiliki kepekaan yang berbeda dari orang dewasa. Mereka mudah menangkap dan menyerap dengan baik, tetapi pada dasarnya anak-anak tidak jauh dari dunia bermain. Disaat belajar sekalipun anak-anak tidak bisa sepenuhnya serius dan berkonsentrasi. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti sejauh apa usaha tim pengajar mengkomunikasikan maksud dari gerak tari yang akan disampaikan kepada anak-anak. Sehingga anak-anak bisa menerima dan mengaplikasikan gerakan tersebut selaras dengan tujuan dan makna dari gerak tarian.

Alasan penulis memilih sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung sebagai lokasi penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:

1. Berdasarkan fakta di lapangan bahwa ada dua sanggar tari di Bandar Lampung yang memiliki anggota penari anak, yaitu Kerti Buana dan Sasana Budaya. Penulis memutuskan untuk memilih sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung karena berdasarkan hasil pra survey, penari anak disana lebih banyak memiliki prestasi dan aktif dalam berbagai event dan lomba tari.


(23)

5

2. Berdasarkan hasil pra survey dan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media online Radar Lampung, sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung tercatat telah banyak memiliki prestasi pada event lomba tari, yang bisa disimpulkan bahwa sanggar ini cukup produktif dan terbilang efektif dalam menjalankan komunikasi dalam kelompoknya. (Sumber : http://www.radarlampung.co.id/read/pendidikan, diakses tanggal 18 Februari 2014 jam 1:34 WIB)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peran komunikasi kelompok dalam membentuk penguasaan anak terhadap teknik gerakan tari?

2. Bagaimanakah pola komunikasi antara tim pengajar dan anak dalam

kelompok sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung?

3. Bagaimana tingkat efektifitas pola komunikasi kelompok terhadap penguasaan anak dalam memaknai gerak tari?


(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran komunikasi kelompok dalam membentuk penguasaan anak terhadap teknik gerakan tari.

2. Untuk mengetahui, menggambarkan dan menjelaskan pola komunikasi yang

terjadi antara tim pengajar dan anak dalam kelompok sanggar tari “Sasana

Budaya” Bandar Lampung.

3. Untuk menganalisa tingkat efektifitas pola komunikasi kelompok sanggar

“Sasana Budaya” terhadap penguasaan anak dalam memaknai gerak tari.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya terhadap kajian komunikasi kelompok serta diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan peran komunikasi kelompok yang terdapat dalam gerakan tari.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi hal yang positif kepada masyarakat luas, khususnya kepada sanggar tari, sehingga masyarakat serta sanggar tari itu sendiri dapat mengetahui peran komunikasi kelompok dalam membentuk pemahaman teknik pada gerakan tari.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:

1) Peran Komunikasi Antarpribadi Dalam Membentuk Pemahaman Teknik Pada Gerakan Parkour. Penelitian ini dilakukan oleh Ghufron Irfandi Pamungkas, S.I.Kom. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Fisip Universitas Lampung pada tahun 2011. Hasil penelitiannya adalah KAP dapat membentuk pemahaman teknik pada gerakan parkour, terdapat 3 aktivitas KAP dalam parkour, terdapat 4 manfaat KAP dalam parkour, terdapat 2 bentuk KAP dalam membentuk pemahaman teknik teknik gerakan parkour, yaitu verbal dan nonverbal, dan peran KAP dalam membentuk pemahaman teknik pada gerakan parkour mengacu pada model interaksional.


(26)

2) Pola Komunikasi Antara Pemain Asing dan Pemain Lokal Dalam Tim Softball. Penelitian ini dilakukan oleh Boengky Pramudya Wijaya, S.I.Kom. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Fisip Universitas Lampung pada tahun 2011. Hasil penelitiannya adalah pemahaman mengenai cara berkomunikasi dan berinteraksi antara pemain asing dan pemain lokal dalam sebuah tim softball, yang ternyata

mereka semua tidak “pandang bulu” dalam berkomunikasi, komunikasi

yang terjadi antara pemain asing dan pemain lokal tersebut tidak hanya menggunakan bahasa verbal, yang berupa bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, tetapi juga menggunakan bahasa non verbal, pola komunikasi yang terjadi antara pemain asing dan pemain lokal di luar lapangan adalah pola bintang, dan hambatan yang terjadi dalam interaksi dan komunikasi antara pemain asing dan pemain lokal tersebut adalah masalah miss-understanding dalam penggunaan kata dan bahasa.

Dari kedua hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan di atas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu pola komunikasi kelompok dan pemahaman teknik yang terbentuk melalui komunikasi verbal dan nonverbal. Akan tetapi dari kedua penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti.


(27)

9


(28)

(29)

11

Adapun titik perbedaan pada penelitian yang akan penulis lakukan adalah: peneliti pertama dan kedua fokus pada Komunikasi Antarpribadi, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan fokus pada Komunikasi Kelompok. Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan persamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian-penelitian yang sudah dilakukan.

Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Analisis Pola Komunikasi Dalam Kelompok Tari Terhadap Pemahaman Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak” dapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian–penelitian yang sebelumnya

2.2 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (2002: 885) pola adalah suatu sistem kerja atau cara kerja sesuatu, sedangkan menurut kamus antropologi pola adalah rangkaian unsur- unsur yang sudah mantap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. (Suyoto,1985: 327)

Maka berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola adalah cara kerja yang terdiri dari unsur- unsur terhadap suatu perilaku dan dapat dipakai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan gejala perilaku itu sendiri. Denis Mc.Quail (2004) menyatakan bahwa secara umum pola komunikasi terbagi menjadi 6 tingkatan yakni sebagai berikut :


(30)

1. Intrapersonal Communication yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi, melalui pancaindra dan sistem syaraf misalnya berfikir, merenung, mengingat- ingat sesuatu, menulis surat dan menggambar.

2. Interpersonal Communication yaitu komunikasi yang di lakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, misalkan percakapan tatap muka, diantara dua orang, surat menyurat pribadi, dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasi juga lebih bersifat pribadi, dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya untuk ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang terlibat.

3. Komunikasi dalam kelompok yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok, pada tingkatan ini setiap individu masing- masing berkomunikasi sesuai dengan pesan dan kedudukannya dalam kelompok bukan bersifat pribadi

4. Komunikasi antar kelompok atau asosiasi yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya atau suatu asosiasi dengan asosiasi lainnya, jumlah pelaku yang terlibat dalam komunikasi jenis ini boleh jadi hanya dua atau beberapa orang saja tetapi masing-masing membawa pesan dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok masing-masing.


(31)

13

5. Komunikasi organisasi adalah mencakup kegiatan organisasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi, bedanya komunikasi kelompok adalah bahwa sifat komunikasi ini lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melaksanakan kegiatan komunikasinya.

6. Komunikasi dengan masyarakat luas yaitu pada tingkat kegiatan ini komunikasi ditujukan pada masyarakat luas.

2.3Jenis Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah di gunakan dalam komunikasi. Menurut Canggara (dalam Rakhmat, 2012) pola komunikasi terdiri dari pola komunikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear dan pola komunikasi sirkular.

1) Pola komunikasi Primer

Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan mengunakan suatu lambang sebagai media atau saluran. Dalam proses komunikasi primer ini menggunakan lambang bahasa dan anggota badan dalam menyampaikan pesan komunikasi atau memberikan respon atas pesan tersebut.


(32)

Bahasa sangat penting dalam berkomunikasi antar manusia , karena bahasa tersebut akan dapat mengungkapkan maksud tertentu. Selain itu dengan bahasa juga menimbulkan dua macam pengertian, yaitu makna denotatif yang berarti makna sesungguhnya dan makna konotatif yang memiliki makna ganda dan terkadang bersifat emosional atau evaluatif yang mengarahkan ke arah negatif.

Sedangkan lambang nonverbal digunakan dalam proses komunikasi dengan menggunakan anggota badan yang meliputi bibir, kepala, tangan,dan jari. Selain itu lambang non verbal dapat berupa gambar, bagan, tabel sebagai alat penyampai pesan. Tetapi kelemahan cara ini lambang non verbal hanya sebagai pembantu, sehingga belum dicapai secara efektif.

2) Pola komunikasi Sekunder

Pola komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya. Dalam proses komunikasi secara sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih.


(33)

15

3) Pola Komunikasi Linear

Linear disini mengandung makna lurus, yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Dalam proses komunikasi ini pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi. Komunikasi linier dalam prakteknya hanya ada pada komunikasi bermedia, tetapi dalam komunikasi tatap muka juga dapat dipraktekkan, yaitu apabila komunikasi pasif.

Sebagai contoh seorang ayah yang memarahi anaknya dan anaknya hanya diam. Selain itu dalam komunikasi periklanan pola linier ini juga dapat digunakan karena respon dari konsumen sifat pasif, yaitu hanya mengkonsumsi tapi ada kalanya mendapat tanggapan balik yang berupa komplain. Sedangkan pola komunikasi menengah juga termasuk dalam pola ini karena pola komunikasi ini sifatnya searah, terutama dapat dipraktekkan dalam komunikasi organisasi.


(34)

4) Pola Komunikasi Sirkular

Sirkular secara harfiah berarti bulat, bundar, atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan. Dengan adanya umpan balik tersebut komunikator akan mengetahui komunikasi berhasil atau gagal yaitu umpan baliknya positif atau negatif. Dengan mengetahui umpan balik itu pula akan diperoleh hasil komunikasi yang lebih baik.

Dalam pola komunikasi sirkular ini umpan balik memang dapat terjadi secara langsung, tetapi dengan mengetahui umpan balik secara langsung ini pula, terutama umpan balik negatif yang mengakibatkan berlanjut atau tidak komunikasi yang telah dijalani. Pola komuniksi sirkular ini dasarkan pada perspektif interaksi yang menekankan bahwa komunikator atau sumber memberi respon secara timbal balik pada komunikator lainnya.

Perspektif interaksional ini menekankan tindakan yang bersifat simbolis dalam suatu perkembangan yang bersifat proses dari suatu komunikasi manusia. Pola sirkular mekanisme umpan balik dalam komunikasi ini dilakukan antara komunikator dan komunikan saling mempengaruhi.


(35)

17

Dalam proses ini pelaku komunikasi baik komunikator maupun komunikan mempunyai kedudukan yang sama, sehingga proses komunikasi dapat dimulai dan berakhir dimana saja. Dengan adanya proses komunikasi yang terjadi secara sirkular, akan memberi pengertian bahwa komunikasi perjalannya secara memutar.

Pola komunikasi kelompok juga terbagi menjadi 4 macam yang terdiri dari (Widjaja,2000: 102) :

1. Pola roda: seseorang dapat berkomunikasi pada banyak orang

Contoh ilustrasi :

Seseorang, biasanya pemimpin, menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.

2. Pola rantai: seseorang berkomunikasi pada seseorang yang lain dan seterusnya

B

A C

D E


(36)

Contoh ilustrasi :

A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan dengan C, C dapat berkomunikasi dengan dengan D, dan begitu seterusnya.

3. Pola lingkar: hampir sama dengan pola rantai namun orang terakhir berkomunikasi pada orang pertama

Contoh ilustrasi :

Setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin.

4. Pola bintang: semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota A

B

C

D E

A

B

C D


(37)

19

Contoh ilustrasi :

Disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all channel, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.

2.4Tinjauan Tentang Tari

2.4.1 Tari Sebagai Seni Estetika

Dari sekian banyak kesenian yang ada di Indonesia, tari adalah salah satu cabang seni yang merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Hadirnya tari di lingkungan kehidupan manusia bersamaan dengan peradaban manusia tersebut. Sebagai ekspresi seni, tari dapat menjadi sebuah media komunikasi melalui media gerak.

Istilah tari memiliki makna dan definisi yang luas, namun terdapat satu definisi umum yang kiranya sudah menjadi generalisasi bahwa definisi dari istilah tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh yang ritmis. Dari pernyataan ini sudah jelas bahwa unsur utama dari tari adalah tubuh, tari dapat diibaratkan sebagai bahasa gerak yang merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal.


(38)

Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh. Maka tidak heran apabila banyak ahli-ahli dalam bidang kesenian khususnya seni tari yang membuat pengertian atau definisi tentang tari dengan penjabaran yang berbeda namun memiliki makna yang hampir sama.

Adapun pengertian tari menurut Pangeran Suryodiningrat, dalam Heni rohayani (2007: 2) : “tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu”.

Sedangkan Edy Sedyawati dkk (1986: 73-74), mengemukakan tentang beberapa definisi tari sebagai berikut :

a. Tari adalah gerak-gerak ritmis, baik sebagian atau seluruhnya, dari anggota badan yang terdiri dari pola individual atau berkelompok disertai ekspresi atau sesuatu ide tertentu.

b. Tari adalah paduan pola-pola di dalam ruang yang disusun atau dijalin menurut aturan pengisian waktu tertentu.

c. Tari adalah gerakan spontan yang dipengaruhi oleh emosi yang kuat. d. Tari adalah paduan gerak-gerak indah dan ritmis yang disususun

sedemikian rupa sehingga memberi kesenangan kepada pelaku dan penghayatnya.

e. Tari adalah gerak-gerak terlatih yang telah disusun dengan seksama untuk menyatakan tata laku dan tata rasa.


(39)

21

Dari beberapa definisi tari yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa tari adalah rangkaian gerak yang dibuat dengan pola tertentu dan memiliki unsur estetis. Tari mempunyai kedudukan yang kuat dalam kehidupan manusia sebagai media komunikasi dalam wujud gerak untuk menyampaikan pesan atau maksud tertentu.

Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, tari pun ikut melangkah dan berkembang. Manusia menciptakan tari sesuai dengan ungkapan hidup, dan jika manusia masih mampu untuk mengungkapkan ungkapan hidup dalam wujud gerak, maka tari akan tercipta dan terus berkembang.

(Sumber: http://irfanpandu.blogspot.com/2012/10/pengertian-tari.html, Penulis Irfan Pandu, diakses tanggal 26 November 2013 jam 00.00 WIB)

2.4.2 Tari Tradisional dan Budaya

Seni tradisi merupakan seni yang dihasikan oleh masyarakat secara turun-temurun. Kehadiran kesenian terbentuk atas dasar dukungan masyarakat dalam membentuk serta menciptakan kesenian baru sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan yang dimiliki oleh masyarakat sebagai penyangga dari keberadaan

kesenian. Sal Murgiyanto mengatakan adalah “tradisi merupakan akar

perkembangan kebudayaan yang memberi ciri khas identitas atau kepribadian suatu bagsa. (2004: 15). Yang disebut sebagai tari tradisional adalah tari yang keberadaanya sudah cukup lama dalam kehidupan manusia. Tari tradisi sebagai bagian dari seni adalah wujud dari karya yang dihasilkan sejak puluhan tahun lalu.


(40)

Secara etimologis istilah tradisional berasal dari bahasa Inggris tradition yang berarti adat atau kebiasaan secara turun temurun melalui proses pewarisan dari generasi ke generasi sebagai warisan budaya yang luhur. Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia. Rusliana (1983: 7) dalam buku pengantar Ethnologi I mengatakan :

“Tradisional merupakan pola alihan dari bahasa Inggris tradition menunjukan pengertian yang sama, yaitu adat istiadat artinya tari tradisi merupakan tarian sebagai warisan budaya leluhur yang hidup dan tetap berpijak sesuai dengan adat

kebiasaan yang berlaku pada masyarakat dalam berbagai kegunaan.”

Kelangsungan sebuah tradisi sangat bergantung dari adanya penyegaran atau inovasi yang terus menerus dari para pendukungnya dalam mengembangkan keunikan perorangan, detail, kebiasaan, persepsi intern dan ekstern. Tari tradisi Indonesia mulai ada gejalanya setelah Indonesia merdeka sebagai refleksi kebebasan manusia di segala bidang.

Tari sebagai bentuk seni tidak hanya sebagai ungkapan gerak, tetapi juga membawa serta nilai rasa irama yang mampu memberikan sentuhan estetis. Selain aspek-aspek estetis, para penata tari juga mempertimbangkan norma-norma moral dan kesusilaan yang berlaku di wilayahnya. Saat menyusun suatu koreografi, konsep-konsep estetik dan adat yang berakar pada budaya setempat sangat memberi warna pada wujud tariannya. Nilai-nilai budaya lokal inilah yang membedakan antara tarian suatu daerah dengan daerah lainnya. Nilai ini pula yang sekaligus memberikan identitas terhadap tarian bersangkutan.


(41)

23

Dengan kata lain, setiap budaya memiliki konsep tersendiri yang menunjukkan bahwa aspek-aspek itu tersusun secara terpadu sehingga membentuk suatu tari atau koreografi yang khas.

2.5 Anak dan Perkembangan Kejiwaan

Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagaiilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.

Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:

1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.

2. Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.


(42)

3. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan psikologi anak adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan dan perkembangan stuktur jasmani, perilaku, dan fungsi mental manusia yang dimulai sejak terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang mati.

Psikologi anak sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup. Serta mempelajari bagaimana proses berpikir pada anak-anak, memiliki persamaan dan perbedaan, dan bagaimana kepribadian seseorang berubah dan berkembang.

Masa Kanak-kanak Awal (Early Chilhood)

Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD.


(43)

25

Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood)

Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kkanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson menekankan masa ini sebagai masa

timbulnya “sense of accomplishment” dimana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk menerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan atau menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk mengenyam dunia pendidikan.

2.6Perkembangan Seni Pada Anak

Aspek perkembangan seni anak adalah suatu aspek yang kadang terlupakan, padahal melalui seni, anak dapat mengembangkan beberapa aspek perkembangan lainnya, seperti menyanyi sambil belajar huruf dan angka untuk membantu mengembangkan aspek perkembangan kognitif atau menggunting, menggambar dan menari untuk mengembangkan aspek perkembangan kognitif, fisik, dan motorik anak.


(44)

Sejak dalam kandungan, anak usia dini sebenarnya telah memiliki rasa kepekaan terhadap seni dan estetika. Oleh sebab itu, terkadang ada wanita yang sedang hamil merasa anak dalam perutnya menjadi tenang setelah diperdengarkan musik karya Mozart. Selain itu, menurut para ahli, sedini mungkin orang tua atau para pendidik anak usia dini dapat mengasah rasa keindahan dan kemampuan seni anak. (Ernawulan Syaodih, Materi Pokok Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini, 2011: 2.26)

Kemampuan anak untuk merasakan dan melakukan berbagai keterampilan atau kemampuan seninya dapat ditimbulkan dan dikembangkan sejak dini melalui pelatihan dan bimbingan yang terarah sambil disesuaikan dengan karakteristik belajar anak usia dini yaitu bermain sambil belajar.

Tujuan tari diberikan kepada anak : Umum :

1. Penanaman dan pemupukan jiwa berkebudayaan nasional dalam arti luas. 2. Penanaman dan pengembangan rasa estetiskepada anak.

3. Memberi bimbingan kemampuan anak mengungkapkan rasa estetisnya. 4. Tercapainya ketajaman cipta, halusnya rasa, kuatnya kemauan serta

kemerdekaan jiwa. Khusus :

1. Memberi tempat penyaluran ekspresi gerak. 2. Membina apresiasi seni.


(45)

27

Dari tujuan tersebut jelas bahwa tujuan mempelajari gerak tari berkaitan dengan budi pekerti dan perilaku anak. Untuk itulah anak jangan dipaksakan menerima materi yang tidak sesuai dengan tingkat usia yang dimiliki. Hal ini akan sangat berbahaya bagi perkembangan psikologis anak dalam menapak masa depan. Tari dalam tataran ini harus mampu merangsang dan mengembangkan imajinasi serta memberikan kebebasan bagi anak-anak untuk menemukan sesuatu. (Murgiyanto, 1993: 22)

2.7 Tinjauan Tentang Pengertian Penguasaan

Penguasaan berasal dari kata kuasa yang berarti memiliki kewenangan. Secara hakiki pengertian penguasaan relatif sama dengan penguasaan atas sesuatu obyek. Definisi penguasaan adalah kewenangan untuk mengelola suatu obyek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008), penguasaan adalah pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Menurut Harjanto (2008) bahwa ranah kognitif meliputi enam sub ranah yang disusun mulai dari sederhana yaitu ingatan lalu dilanjutkan pada pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Sedangkan pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap pengertian dari sesuatu obyek. Dalam hal ini tidak cukup hanya sampai mengetahui tetapi juga memahamai konsep tersebut dengan baik.

Penguasaan suatu obyek yang berhubungan dengan pembelajaran lebih tertuju pada materi yang bersifat teoritis maupun praktek dan merupakan suatu proses atau cara untuk memahami suatu bidang pengetahuan atau keterampilan tertentu.


(46)

Jadi ranah penguasaan sudah merupakan integrasi antara pengetahuan dan pemahaman. Dengan demikian konsep penguasaan tari dapat diartikan kemampuan dalam penguasaan materi tari sebagai gambaran keterampilan yang dimiliki seseorang.

(Sumber: http://diglib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-23015-BAB%2520II%2520, diakses tanggal 26 April 2014 jam 22:00 WIB)

2.8 Penguasaan Teknik Gerak Tari

Sebagai praktisi seni tari, sudah menjadi sebuah keharusan untuk memahami dan menguasai dengan baik dan benar mengenai teknik dan filosofi dari tari itu sendiri. Dengan pembelajaran dan informasi dari sumber-sumber terpercaya, lambat laun tari akan menjadi sebuah kebutuhan dan disiplin dalam setiap praktisi yang memiliki pemahaman dalam setiap jiwa. Pengetahuan-pengetahuan inilah yang harus diberikan kepada masyarakat luas dan memberikan edukasi yang benar tentang tari mulai dari sejarah dan filosofi yang terkait di dalamnya.

Gerak tari merupakan unsur utama dari tari. Gerak di dalam tari bukanlah gerak yang realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dan estetis. Gerak tari selalu melibatkan unsur anggota badan manusia. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan maksud-maksud tertentu dari koreografer.


(47)

29

Gerak di dalam tari adalah gerak yang indah. Yang dimaksudkan dengan gerak yang indah adalah gerak yang telah diberi sentuhan seni. Gerak-gerak keseharian yang telah diberi sentuhan seni akan menghasilkan gerak yang indah. Misalnya gerak berjalan, lari, mencangkul, menimba air di sumur, memotong kayu dan sebagainya, jika diberi sentuhan emosional yang mengandung nilai seni, maka gerak-gerak keseharian tersebut akan tampak lain. Gerakan tari yang indah membutuhkan proses pengolahan atau penggarapan terlebih dahulu, pengolahan unsur keindahannya bersifat stilatif dan distortif : (Wahyudianto, 2008: 17)

1. Gerak Stilatif

Gerak yang telah mengalami proses pengolahan (penghalusan) yang mengarah pada bentuk-bentuk yang indah.

2. Gerak Distorsif

Pengolahan gerak melalui proses perombakan dari aslinya dan merupakan salah satu proses stilasi.

Dengan penguasaan secara mendalam dan matang akan teknik-teknik pada gerakan tari akan memberikan bekal yang bermanfaat bagi praktisi dalam mempraktikkan setiap gerakan tari. Dengan kata lain, hal ini akan mengurangi resiko cedera dan yang terpenting praktisi akan merasakan manfaat di setiap gerakan yang mana sesuai dengan filosofi tari itu sendiri, gerakan efektif dan efisien.


(48)

2.9 Proses Komunikasi Dalam Tari

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, jalan hidup manusia dilakukan tentu saja dengan cara berkelompok. Pada hakikatnya, bila manusia berada dalam keadaan sendiri atau hidup sendiri, yang akan terjadi adalah perasaan tidak berarti yang membuat hidup terasa sulit, terutama untuk dapat bertahan hidup dalam atmosfer dunia yang penuh dengan saling keterkaitan.

Manusia dalam hidupnya, memiliki kepentingan untuk selalu memenuhi kebutuhannya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan biologis seperti makan dan minum, serta memenuhi kebutuhan psikologis seperti kesuksesan dan kebahagiaan, manusia membutuhkan komunikasi antara yang satu dengan yang lain. Para pakar psikologi berpendapat, kebutuhan utama manusia terkait dengan kegiatan yang dilakukan untuk menghadirkan jiwa yang sehat. Pada proses kegiatan tersebut,manusia membutuhkan hubungan sosial yang baik dan benar, khususnya bersifat ramah. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan sempurna bila manusia membina komunikasi yang baik dengan manusia lainnya.

Komunikasi menjadi suatu hal yang sangat penting karena kita pasti melakukanya di kehidupan kita sehari-hari. Manusia sejak lahir sudah berkomunikasi, contohnya seorang bayi dengan cara menangis mengkomunikasikan keinginannya. Sebagai seorang ibu, yang memiliki naluri , ia pasti sudah mengerti maksud tangisan bayinya yang belum bicara, misalnya dengan segera memberikan asi. Dari apa yang dilakukan terbukti bahwa komunikasi yang dilakukan manusia , sebenarnya merupakan hal pokok dalam kehidupan manusia.


(49)

31

Melalui bahasa tubuh (gerak), seni tari merupakan media komunikasi. Tari menjadi simbol pencerahan. Melalui perayaan ritual maupun hiburan, di dalamnya terkandung spirit akan identitas yang merupakan perwujudan dari suatu filosofi, nilai dan bentukan sejarah, serta tradisi dan budaya tertentu. Seni tari merupakan salah satu wahana ekspresi, sebuah proses harmonisasi tubuh dan pikiran melalui gerakan.

Menurut Onong Uchjana Effendy, proses komunikasi pada intinya terbagi menjadi empat tahap, salah satunya terjadi secara sirkular. Proses komunikasi secara sirkular adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus komunikan ke komunikator. Sirkular secara harfiah berarti bulat atau bundar. (Effendy, 2007: 15)

Konsep umpan balik ini sangat penting dalam proses komunikasi, karena dengan terjadinya umpan balik komunikator dapat mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau negatif. Komunikasi kelompok ini dilakukan secara tatap muka langsung. Dalam situasi tatap muka, komunikator akan mengetahui tanggapan komunikan pada saat komunikator sedang menyampaikan pesannya. Umpan balik atau feedback jenis ini dinamakan immediate feedback (umpan balik seketika atau umpan balik langsung).

Seorang komunikator dalam kelompok tari akan menyampaikan pesannya kepada komunikan, kemudian komunikan dengan segera akan menanggapinya melalui feedback atau umpan balik, dan arus komunikasi ini akan terus berputar.


(50)

Prosesnya terjadi pada saat briefing atau pemberian arahan dan pemahaman sebelum dan setelah latihan tari, seorang pengajar akan menyampaikan pesannya berupa arahan kepada beberapa anggota lainnya kemudian para anggota akan menanggapi pesan tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan jika merasa kurang jelas. Proses ini akan terus berlangsung hingga timbul sebuah pemahaman baik dari para anggota maupun dari pengajar itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan komunikasi kelompok dalam suatu kelompok tari salah satunya yaitu dengan mengadakan briefing sebelum dan sesudah latihan tari. Hal ini dikarenakan, pada saat briefing terjadi proses komunikasi antara pengajar dan penari anak. Dari situ dapat diketahui bagaimana feedback itu dapat berlangsung segera sehingga pada akhir briefing akan mencapai evaluasi yang diinginkan.

Dengan adanya briefing dapat meminimalisir masalah yang sering timbul dalam komunikasi seperti salah pengertian, yaitu adanya perbedaan persepsi terhadap suatu pesan. Hal itu tidak terlepas dari adanya perbedaan latar belakang dan kebudayaan antar anggota tari. Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pengajar perlu menyesuaikan teknik- teknik komunikasi dengan para anggota seraya memperhatikan azas individual. Keterbukaan pengajar dalam hal program latihan akan membantu terjadinya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Anggota perlu diberi pengertian tentang kesamaan persepsi terhadap suatu pesan.


(51)

33

2.10 Group Achievment Theory (Teori Pencapaian Kelompok)

Berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melaui pemeriksaan masukan dari anggota (member input), variabel-variabel yang perantara (mediating variable), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan dari anggota kelompok dapat diidentifikasi sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individu. Sedangkan variabel-variabel perantara merujuk pada struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status atau norma dan tujuan-tujuan kelompok. Dan yang dimaksud dengan keluaran atau output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variable) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables) yang sebaliknya variable ini mengarah dari produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement). (Djuarsa, 1994: 113)

Menurut Stogdill (1959) menganggap bahwa teori-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi yang memiliki kelemahan teoritis tertentu. Maka dari itu, Stogdill mengajukan teori prestasi (pencapaian) kelompok. Teori ini menyertakan masukan (input), variable media, dan prestasi (output) dari suatu kelompok.

Teori ini merupakan hasil pengembangan dari teori-teori sebelumnya yang tergolong dalam tiga orientasi yang berbeda, seperti : orientasi penguat (teori-teori belajar), orientasi lapangan (teori-teori tentang interaksi), dan orientasi kognitif (teori-teori tentang harapan).


(52)

Proses terjadinya dalam kelompok dimana dimulai dari masuikan ke keluaran melalui variable-variabel media. Dalam teori ini akan terdapat umpan balik (feedback).

Faktor yang mempengaruhi suatu kelompok, yaitu : a. Masukan dari anggota

Kelompok adalah suatu sistem interaksi yang terbuka. Struktur dan kelangsungan sistem sangat bergantung pada tindakan-tindakan anggota dan hubungan antara anggota.

Tiga elemen penting yang termasuk dalam masukan anggota :

1. Interaksi sosial, hubungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terdiri atas aksi dan reaksi antara anggota-anggota kelompok yang berinteraksi.

2. Hasil perbuatan yang dapat diaplikasikan dalam bentuk kerja sama, berencana, menilai, berkomunikasi, membuat keputusan. 3. Harapan, kesediaan untuk mendapatkan suatu penguat, fungsi dari

harapan ini adalah sebagai dorongan (drive), perkiraan tentang menyenangkan atau tidaknya hasil, dan perkiraan tentang kemungkinan hasil itu akan benar-benar terjadi.

b. Variabel media

Variabel media menjelaskan mengenai beroperasi dan berfungsinya suatu kelompok. Elemen-elemen variabel media :


(53)

35

1. Struktur formal (struktur formal mencakup fungsi dan status dimana kelompok terdiri atas individu-individu yang masing-masing membawa harapan dan perbuatannya sendiri).

2. Struktur peran (struktur peran mencakup tanggung jawab dan otoritas dimana individu yang menduduki posisi tertentu hampir tidak berpengaruh pada status dan fungsi posisi tersebut).

c. Prestasi kelompok

Prestasi kelompok merupakan tujuan dari kelompok. Tiga unsur yang menentukkan prestasi kelompok :

1. Produktivitas (derajat perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok).

2. Moral (derajat kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya).

3. Kesatuan (tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan (stress) ). (Sarlito Wirawan, 2002)

Input variable dalam penelitian ini berupa interaksi antara tim pengajar kepada penari anak. Serta harapan-harapan yang terkandung selama proses pentrasferan ilmu. Adapun mediating variable disini adalah tujuan dalam sanggar tari tersebut. Yaitu adanya target pencapaian. Melalui proses belajar, menerima, menangkap, dan mengaplikasikannya.


(54)

Keluaran atau output kelompok yang dimaksud adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Berdasarkan pra survey yang telah dilakukan

pada sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung telah terbukti adanya pencapaian dan tujuan kelompok atau prestasi-prestasi yang sudah diraih. Oleh karena itu penulis menggunakan metode Group Achievement Theory dalam penelitian ini.

2.11 Kerangka Pikir

Komunikasi dibutuhkan dimana saja termasuk dalam tari, apalagi dalam kelompok tari. Komunikasi kelompok menjadi salah satu faktor dalam sukses atau tidaknya prestasi suatu kelompok tari. Komunikasi kelompok membuat hubungan antar pengajar dan anggota terjalin dengan baik. Komunikasi ini dapat terjadi di dalam maupun di luar sanggar. Apabila komunikasi kelompok dapat berjalan dengan lancar, maka kondisi suatu kelompok tari akan baik pula.

Dalam penelitian ini menggunakan teori pencapaian kelompok (group achievement theory).

 Teori ini berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member input), variabel perantara, dan keluaran dari kelompok.

 Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan.


(55)

37

Seperti yang telah dibahas dalam latar belakang bahwa anak merupakan peminat yang cukup besar dalam tari. Hal ini berdasarkan pra survey yang telah dilakukan pada sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung. Anak-anak menyukai tari karena mereka bisa mengekpresikan diri dan menyalurkan bakat dan hobi mereka dalam dunia seni.

Supaya komunikasi dapat berjalan dengan lancar antara pengajar dan penari anak, maka haruslah bersikap yang baik dalam menjalankan perannya masing-masing dengan cara memperbanyak interaksi antara mereka sendiri. Interaksi dapat berupa komunikasi verbal maupun nonverbal. Dengan menyampaikan pesan yang mudah diterima oleh sesama penari anak serta didukung dengan sikap bersahabat antar penari anak, maka komunikasi kelompok dapat dengan mudah dilakukan. Selain itu, setiap penari anak juga harus dapat beradaptasi dengan kebiasaan, tingkah laku, sifat dan kepribadian anggota satu dengan anggota yang lain, sehingga akan mempermudah jalannya proses komunikasi kelompok. Agar lebih mudah dalam memahami kerangka pikir ini, maka dapat dilihat dari bagan kerangka pikir berikut :


(56)

Bagan 1. Kerangka Pikir

Penguasaan Teknik Pada Gerak Tari

Komunikator

Guru Tari

Komunikan

Anggota Anak

Pola KomunikasiKelompok

Group Achievement Theory Teori Pencapaian Kelompok


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dimana fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang fungsi, makna, dan bentuk ungkapan larangan. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006: 72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.


(58)

Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen.

Seperti pendapat yang dikemukakan Bogdan dan Taylor (1975) dalam Maleong

(2002: 3) yang menyatakan “metode kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 2006: 11). Penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan menggambarkan data-data secara sistematis, jelas, faktual serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya tentang bentuk komunikasi kelompok antara tim pengajar dan murid di sanggar tari.


(59)

41

3.2Definisi Konsep

Untuk menghindari penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep-konsep yang ada, maka dalam penelitian ini dirumuskan definisi konsep-konseptual sebagai berikut :

1. Komunikasi Kelompok

Komunikasi Kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Komunikasi kelompok yang yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu aktivitas interaksi yang selalu dilakukan sebelum dan sesudah menari sebagai sarana penyampaian pesan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar, prinsip, teknik-teknik dan berbagai pengetahuan lainnya, biasanya dalam bentuk percakapan langsung dan bisa juga dalam bentuk kelompok kecil.

2. Pola Komunikasi Kelompok

Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah di gunakan dalam komunikasi. Menurut Canggara (dalam Rakhmat, 2012) pola komunikasi terdiri dari pola komunikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear dan pola komunikasi sirkular.


(60)

Pola komunikasi kelompok juga terbagi menjadi 4 macam yang terdiri dari pola roda, pola rantai, pola lingkar dan pola bintang. (Widjaja,2000: 102)

3. Penguasaan Teknik Gerak Tari

Penguasaan merupakan suatu obyek yang berhubungan dengan pembelajaran lebih tertuju pada materi yang bersifat teoritis maupun praktek dan merupakan suatu proses atau cara untuk memahami suatu bidang pengetahuan atau keterampilan tertentu. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan penguasaan yaitu proses perbuatan yang diawali dengan proses mengetahui kemudian mengerti dengan baik dan benar berbagai pesan yang disampaikan yang berisi pengetahuan dasar, teknik-teknik dan tata cara, serta berbagai pengetahuan lainnya mengenai seni tari, serta dapat mempraktekannya kembali.

3.3Fokus Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif sangat penting adanya fokus penelitian, karena fokus penelitian akan membatasi ruang lingkup penelitian yang akan diteliti dan memegang peranan yang sangat penting dalam memadu serta menjalankan suatu penelitian.


(61)

43

Penelitian ini akan difokuskan pada :

1. Komunikasi kelompok sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung, dengan indikator penilaian jumlah interaksi antara pengajar dan penari anak, proses penyampaian pesan tari kepada penari anak, dan mengetahui sejauh mana komunikasi verbal dan non verbal dalam proses mengajar.

2. Pola komunikasi kelompok sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung, dengan indikator penilaian peran pemimpin terhadap keaktifan penari anak, dan sistem komunikasi penari anak kepada pengajar.

3. Penguasaan teknik gerak tari pada anak di sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung, dengan indikator penilaian feedback penari anak kepada pengajar, frekuensi dapat mengulang gerakan tanpa bimbingan dari pengajar, dan mengetahui kendala dalam proses mengajar.

3.4 Penentuan Informan

Teknik pemilihan informan adalah teknik purposive (disengaja) yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. (Singarimbun & Effendi, 2000: 35) Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan.


(62)

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah anggota (guru dan penari anak)

dari sanggar tari “SasanaBudaya” Bandar Lampung dengan kriteria sebagai berikut : 1. Informan memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai teknik-teknik

tari serta mampu mempraktekkan teknik-teknik tersebut dengan baik dan benar.

2. Informan memiliki pengaruh didalam sanggar tari dan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik.

3. Informan merupakan anggota yang aktif mengikuti latihan dan aktivitas tari.

Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas dan hasil pra survey yang dilakukan penulis, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini terdapat 10 orang.

Alasan pemilihan informan dalam penelitian ini adalah :

1. Dua orang pengajar yang mempunyai kewajiban dalam menginformasikan dan mengajarkan teknik-teknik tari kepada murid, memiliki pengaruh di dalam sanggar tari karena memegang peranan penting dalam keberlangsungan sanggar tari tersebut, dan selalu aktif mengikuti setiap kegiatan sanggar tari.

2. Khusus untuk murid, penulis sengaja menentukan hanya 8 orang sebagai informan karena penulis melihat dari latar belakang dan kualitas pendidikan informan tersebut yang telah mencukupi untuk memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan penulis, serta pencapaian prestasi yang telah diraih.


(63)

45

Dengan kriteria anak yang duduk dikelas 4-5 SD (berdasarkan tinjauan pustaka masa anak sekolah ini salah satunya berlangsung dari umur 10 – 11 tahun), dan minimal telah menjadi anggota sanggar selama 3 – 8 tahun.

Tabel 2. Kriteria Informan

No Nama Umur Kelas Masa

Anggota 1 Anindya Amelia

Fairuz

11 Tahun 5 SD 7 Tahun

2 Putri Aulia Az-Zahra 11 Tahun 5 SD 7 Tahun

3 Yeni Tsuroya 11 Tahun 5 SD 6 Tahun

4 Malica Aulia

Salsabila F

11 Tahun 5 SD 6 Tahun

5 Adelia Dewi Lestari 10 Tahun 4 SD 8 Tahun 6 Jemima Dayinta

Helau

11 Tahun 5 SD 6 Tahun

7 Rheasilva Nabilah 11 Tahun 5 SD 5 Tahun 8 Tria Ayu Pebriana 10 Tahun 4 SD 5 Tahun 9 Siti Naila Tika

Amalia

10 Tahun 4 SD 5 Tahun

10 Amelia Putri 10 Tahun 4 SD 5 Tahun

11 Nirbita Yafi 10 Tahun 4 SD 5 Tahun

12 Sattiya Apriliyanti 11 Tahun 5 SD 3 Tahun

= Penari berusia 10-11 tahun yang berprestasi hingga tingkat nasional dan telah menjadi anggota selama 3-8 tahun

Apabila penulis merasa kekurangan dalam pengambilan data dari informan yang dimaksud, tidak menutup kemungkinan untuk menambah jumlah informan dalam penelitian ini.


(64)

3.5 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari sanggar tari dengan permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya :

1. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan bentuk

komunikasi kelompok dalam sanggar tari “Sasana Budaya”. Wawancara ini

dilakukan secara mendalam kepada informan yang telah ditunjuk. Baik secara langsung, maupun menggunakan media.


(65)

47

2. Observasi

Yaitu pengumpulan data yang penting dalam penelitian ilmiah dengan melakukan pengamatan, pencatatan, serangkaian perilaku dan sebagainya secara langsung. Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati

secara langsung ke objek penelitian yaitu sanggar tari ”Sasana Budaya”.

Observasi dapat dilakukan saat penari sedang menjalani latihan atau perlombaan.

3. Dokumentasi dan Studi Pustaka

Yaitu penggunaan bahan dokumenter yang diperoleh dari tempat latihan atau perlombaan ataupun dari penari itu sendiri berupa data yang relevan dengan penelitian dan pengumpulan data dari berbagai literatur pendukung.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dan interpretatif. Analisis data dilakukan dengan cara mengatur secara sistematis pedoman wawancara, catatan lapangan, data kepustakaan untuk mendapatkan pengetahuan dari data, kemudian memformulasikan secara deskriptif, selanjutnya memproses data tersebut.


(66)

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

Tahap Pertama : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai dengan topik masalah.

Tahap Kedua : Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

Tahap Ketiga : Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan atau menafisirkan informasi terhadap masalah yang diteliti.

Tahap Keempat : Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang berdasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dan fokus penelitian.


(67)

49

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Profil Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Seiring dengan pesatnya perkembangan disegala bidang, maka berbagai dampak pembangunan juga mempengaruhi masyarakat di daerah, khususnya bagi generasi muda di daerah Lampung. Terutama berhubungan dengan hal seni dan budaya yang berasal dari luar negeri dimana budaya tersebut kurang sesuai dengan kondisi negara kita.

Guna mengimbangi masuknya seni dan budaya dari luar, maka seluruh masyarakat terutama generasi muda berupaya untuk melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya daerah, sehingga mereka tidak terjerumus kedalam kegiatan yang negatif, dan dapat menyalurkan minat serta bakat yang mereka miliki.


(68)

Saat ini telah banyak berdiri sanggar-sanggar tari di Bandar Lampung. Bahkan sekolah atau jurusan di Perguruan Tinggi juga telah mengembangkan studi pendidikan tari yang bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan budaya daerah tanpa meninggalkan kekhasan budaya Lampung itu sendiri.

Proses terbentuknya Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung berawal dari pemilik sanggar yaitu pasangan suami istri, Ahmad Afandi dan Indah Afriyani. Secara kebetulan keduanya merupakan alumni penari Kota Bandar Lampung. Pada suatu hari, ada sekelompok anank yang ingin private tari dengan mereka, lambat laun semakin banyak kelompok anak yang meminta private tari untuk event tertentu. Banyaknya desakan dari wali murid anak-anak yang mereka bina, oleh karena itu pada tanggal 05 April 2006 didirikan Sanggar Tari Sasana Budaya yang bersifat independen dan tidak berafiliasi dengan salah satu partai manapun.

Semakin hari semakin banyak anak-anak yang minat bergabung dalam sanggar mereka. Sehingga mereka putuskan diawal tahun 2009 latihan tari berdomisili di PKOR Wayhalim Bandar Lampung, Gedung A. Tetapi untuk kepentingan lain-lain sanggar ini beralamatkan di Jalan Teratai 21 Kedaton Bandar Lampung 35148. Telepon : 0721-707536 No. Hp : 085669700481; 085669752183; 085768359275

Mengingat sudah semakin berkembangnya Sanggar Tari Sasana Budaya di Bandar Lampung, tim pengurus memutuskan untuk membuat logo sanggar sebagai simbol penguat organisasi yang memiliki filosofi dan ciri khas Provinsi Lampung.


(69)

51

Logo yang terlihat sederhana ini diharapkan dapat mewakili identitas sanggar dan menghantar visi serta misi sanggar dalam menggapai sukses.

Berikut gambar logo Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lamppung :

4.1.2 Struktur Organisasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Bertambahnya jumlah keanggotaan, membuat Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung membentuk struktur organisasi yang lengkap sebagai wadah apresiasi yang kokoh serta terstruktur melalui sanggar tari dengan perlindungan dari Pemerintah Bandar Lampung.


(70)

Bagan 2. Struktur Organisasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Pembina

Drs. M. Hisyam Siswoyo

Ketua Ahmad Afandi

Wakil Ketua Eka Mutia Mirza

Sekretaris Sri Handayani

Bendahara Indah Afriyani

Widyastuti

Seksi Pelatihan Yuliana

Seksi Humas Hanna Difetra Al-Fath


(71)

53

4.1.3 Tujuan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Dalam sebuah organisasi atau komunitas pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut sangat penting sebagai bukti eksistensi dan target pencapaian dari organisasi atau komunitas. Hal ini menjadi pedoman bagi organisasi atau komunitas untuk menjalankan eksistensinya di masyarakat. Begitu juga dengan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung, dalam setiap aktivitasnya memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan dari Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung, yaitu :

1. Mengarahkan anak-anak sejak dini untuk menyenangi seni dan budaya, baik yang menyangkut seni tari maupun musik tradisional daerah Lampung, disamping memupuk rasa percaya diri.

2. Mengarahkan dan membekali anak-anak sejak dini agar tidak terjerumus kedalam tindakan yang negatif, seperti minuman keras dan narkoba.

3. Melestarikan budaya daerah guna menunjang budaya nasional.

4.2Keanggotaan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Sejak berdiri 8 tahun yang lalu, Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung secara berangsur sedikit demi sedikit mulai berkembang. Usaha tekun dengan terus memegang teguh tujuan dan harapan yang ingin dicapai, dimulai dari orang-orang terdekat hingga mencakup kawasan yang luas telah mengenal sanggar tari tersebut.


(72)

Banyaknya pencapaian prestasi yang diraih, membuat Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung dikenal banyak orang. Awal berdiri, sanggar hanya memiliki 10 anggota. Lalu bertambah menjadi 30 anak dalam waktu dua bulan. Sampai sekarang di tahun 2014 Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung mempunyai anggota kurang lebih sebanyak 450 (empat ratus lima puluh) orang mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa, sampai dengan masyarakat umum.

4.3Aktivitas Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Kegiatan utama di Sanggar Sasana Budaya Bandar Lampung ini adalah mengadakan latihan rutin. Para anggota diberikan pelajaran dan pelatihan seni musik yang meliputi berbagai macam musik tradisional Lampung dan seni tari oleh para pelatih yang sudah berpengalaman dengan tujuan untuk mempelajari dan menguasai teknik serta gerakan tari. Kegiatan latihan rutin ini juga menjadi sarana untuk membina hubungan diantara sesama anggota sekaligus sarana menyalurkan bakat tari.

Waktu pelatihan satu minggu 3 kali, yaitu :

a. Hari Selasa pukul 14.00–16.00 WIB (istirahat 5-10 menit) bertempat di Gedung A PKOR Wayhalim

b. Hari Jumat pukul 14.00–16.00 WIB (istirahat 5-10 menit) bertempat di Gedung A PKOR Wayhalim

c. Hari Minggu pukul 14.00-16.00 WIB (istirahat 5-10 menit) bertempat di Gedung A PKOR Wayhalim


(73)

55

Aktivitas rutin ini dimulai dari olah tubuh (pemanasan). Hal ini dilakukan agar anak-anak relaks dan menghindari cidera saat menari. Dimulai dari melemaskan otot-otot tangan, jari, badan hingga kaki serta melakukan gerakan tari sederhana seperti ukel, mendak dan bit. Dilanjutkan dengan pengenalan gerakan, seorang pelatih (Kak Andi) berdiri didepan dan mencontohkan gerakan tanpa musik lalu anak-anak mengikuti. Tahap selanjutnya mengulangi gerakan dengan musik bersama pelatih. Terakhir, pengulangan gerakan tanpa pelatih dan sesi tanya jawab seputar gerakan yang belum mengerti.

Berbagai kegiatan telah diikuti baik dalam rangka festival, lomba, pentas seni maupun pada acara resmi yang bersifat daerah maupun nasional. Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung pernah mengikuti Festival Nasional Tari Kreasi Anak-Anak 2013 di Surabaya Jawa Timur dan mendapat predikat Juara Umum. Dan pada bulan Mei 2014, anak-anak mengikuti audisi Indonesia Mencari Bakat (IMB) di Jakarta. Sayangnya mereka belum beruntung untuk dapat lolos ke tahap yang lebih lanjut. Selain kegiatan tersebut, Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung dari awal berdiri hingga sekarang telah banyak berpartisipasi dalam lomba tari.

Berikut daftar prestasi yang telah dicapai Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung :


(74)

Tabel 3. Daftar Prestasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

No. Prestasi

1. Juara Harapan II Modern Dance Lotus 2007 2. Juara II Tari Dangdut Melayu HUT PKKBI 3. Festival Teluk Stabas 2008

4. Juara II Modern Dance SDB Fair Banten Expo 2008 5. Juara I Tari Daerah 2008

6. Festival Tari Melayu Nusantara di Palembang 2008 7. Juara I Festival Tari Anak Ceria 2009

8. Juara Harapan I Modern Dance Millenium 2009 9. Festival Teluk Stabas 2009 Banten Expo 2009 10. Juara III Tari Kreasi Modern 2010

11. Juara I Lomba Tari Tradisi 2010 12. Pembukaan Festival Krakatau 2010 13. Festival Legian Beach Bali 2010 14. Penutupan Lampung Fair 2012

15. Juara II Modern Dance Sophie Paris 2011 16. Penutupan Lampung Fair 2012

17. Penutupan Festival Krakatau 2012 18. Pagelaran Tari Kontemporer 2012 19. Juara Harapan III Modern Dance 2012 20. Juara II Modern Dance 2012


(75)

57

21. Pendukung Acara Pemilihan Top Model 2012 22. Juara Harapan II Modern Dance 2012

23. Juara Harapan III Tari Kreasi 2012 24. Juara Harapan I Tari Kreasi 2012 25. Juara Harapan II Modern Dance 2012 26. Juara Harapan III Modern Dance 2012 27. Juara Harapan I Modern Dance Anak 2012 28. Juara Harapan II Modern Dance Anak 2012 29. Juara Harapan III Modern Dance Anak 2012 30. Juara II Lomba Tari Tradisi 2013

31. Juara I Tari Kreasi 4-6 Tahun 2013

32. Juara III Dance Competition Ramayana 2013

Dari tabel diatas, cukup banyak bukti pencapaian dari sanggar tersebut. Hal itu yang membuat para pelatih memiliki semangat untuk dapat lebih intensif bersama mengelola sanggar sehingga apa yang menjadi maksud dan tujuan sanggar dapat tercapai dan terus menelurkan prestasi-prestasi yang mengharumkan nama Provinsi Lampung dibidang seni tari.


(76)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan informan yaitu pengajar dan penari anak, maka didapatkan kesimpulan dari analisis pola komunikasi kelompok dalam penguasaan teknik gerak tari tradisional pada anak sebagai berikut :

1. Komunikasi kelompok yang dilakukan oleh pengajar dan penari anak dapat membentuk penguasaan teknik gerak tari tradisional. Komunikasi kelompok digunakan untuk menyampaikan pesan dan memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan untuk membentuk penguasaan teknik gerak tari yang diharapkan.

2. Terdapat dua pola komunikasi yang terjalin dalam aktivitas sanggar, yaitu : a. Pola roda. Pola ini terjadi saat proses mengajar dimulai. Digunakan

ketika pengajar memimpin olah tubuh serta saat pengajar memberikan contoh gerak tari yang akan diajarkan. Komunikasi hanya terpusat oleh satu orang yakni trainer leader.


(77)

89

b. Pola bintang. Pola ini terjadi saat sesi evaluasi (tanya jawab) berlangsung. Dimana semua anggota baik pengajar maupun penari anak dapat berkomunikasi dengan siapa saja tanpa ada batasan siapa pemimpin dan siapa anggota.

3. Terdapat 4 manfaat komunikasi kelompok dalam sanggar a. Sebagai penguat pesan dan penjelas pesan.

b. Sebagai media tukar menukar informasi, pikiran, pengalaman dan pengetahuan tentang tari.

c. Sebagai media untuk membina hubungan pertemanan dan kekeluargaan.

d. Mengatasi konflik-konflik pribadi yang dapat merusak hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang berimbas pada kekompakan saat menari secara berkelompok.

4. Ada dua bentuk komunikasi kelompok yang dilakukan oleh pengajar dan penari anak yaitu komunikasi nonverbal dengan mencontohkan gerak tari kepada anak. Dengan gesture (bentuk tubuh) tertentu. Serta ditunjang dengan komunikasi verbal yakni penjelasan gerak tari dengan kata-kata seperti ukel, berputar, balik, mendak, jinjit dll.


(78)

5. Efektivitas komunikasi kelompok dalam menganalisis pola komunikasi kelompok terhadap penguasaan teknik gerak tari tradisional pada anak selalu mengacu pada teori pencapaian kelompok. Didalamnya terdapat komponen-kompenen yang menentukan suatu pencapaian dalam kelompok. Dengan kerjasama yang baik, maka akan tercipta penguasaan terhadap gerak tari yang sempurna, sehingga penguasaan yang sempurna akan menghantarkan tercapainya prestasi-prestasi yang membanggakan. Hal tersebut sudah menjadi bukti bahwa pola yang ada dalam sanggar sangat efektif dalam mencapai penguasaan tari pada anak.

6.2 SARAN

Saran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kajian komunikasi kelompok dalam sanggar tari diharapkan agar lebih objektif dalam melihat sudut pandang masalah dari segi positif dan negatif. Sehingga penelitian ini menjadi bijaksana dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari komunikasi kelompok itu sendiri.

2. Kepada tim pengajar agar lebih mengoptimalkan komunikasi verbal dalam proses pembelajaran guna menunjang komunikasi nonverbal. Dengan adanya komunikasi yang baik dan jelas akan memudahkan anak memahami setiap gerakan yang diberikan pengajar.


(1)

Keterangan : Minggu keempat. Pengajar dan anak sharing dan berdiskusi tentang gerakan yang belum dimengerti.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 58 136

PERAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MEMBANGUN KEKOMPAKAN GERAK PENARI PADA TARI SAMAN (STUDI PADA PENARI SAMAN DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI SMPN 25 BANDAR LAMPUNG)

0 10 41

PERAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MEMBANGUN KEKOMPAKAN GERAK PENARI PADA TARI SAMAN (STUDI PADA PENARI SAMAN DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI SMPN 25 BANDAR LAMPUNG)

2 102 113

PERAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MEMBANGUN KEKOMPAKAN GERAK PENARI PADA TARI SAMAN (STUDI PADA PENARI SAMAN DALAM EKSTRAKURIKULER SENI TARI SMPN 25 BANDAR LAMPUNG)

0 10 16

ANALISIS POLA KOMUNIKASI KELOMPOK TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK GERAK TARI TRADISIONAL PADA ANAK (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)

1 45 82

GERAK DASAR TARI TRADISIONAL docx

0 6 10

1. Menjelaskan keunikan peragaan ragam gerak dasar tari tradisional. 2. Menjelaskan unsur pola lantai dan properti dalam meragakan gerak tari tradisional dengan hitungan. 3. Menjelaskan unsur pola lantai dan properti dalam meragakan gerak tari tradisional

19 1257 14

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL UNTUK MEMPROMOSIKAN SANGGAR TARI TRADISIONAL METTA BUDAYA PADA ANAK-ANAK

2 11 132

Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 35

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA GERAK TARI TRADISIONAL SIGEH PENGUTEN LAMPUNG - Raden Intan Repository

2 7 191