336860876 Studi Kasus Ham Otonomi Korupsi

Contoh Pelanggaran Ham yang Terjadi di Sekolah
Tarik Biaya Sekolah Kepsek Bisa Dituduh Pelanggaran HAM
Jakarta – Sekolah yang memungut biaya sekolah anak terutama pada keluarga miskin, bisa
dikenakan pelanggaran HAM, karena salah satu hak anak yang dilindungi negara adalah hak
untuk mendapatkan pendidikan secara cuma-cuma. “Apalagi masyarakat miskin termasuk
dalam golongan yang dilindungi Undang-undang untuk mendapatkan pendidikan cumacuma. Kepala sekolah dapat dikenai pasal pelanggaran HAM,” demikian pengamat
pendidikan Ade Irawan dari Koalisi Pendidikan di Jakarta, Senin (14/7).
Menurutnya pihak Koalisi Pendidikan sudah mendirikan pos-pos pengaduan di beberapa
daerah untuk menampung semua keluhan masyarakat termasuk soal pungutan biaya
sekolah anak. “Namun masyarakat bisa langsung mengadukan pada Komnas HAM dan
Komisi Perlindungan Anak,” katanya.
Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah diisyaratkan berhati-hati menetapkan biaya pendidikan
tinggi karena bisa menutup ruang bagi masyarakat tidak mampu mengenyam pendidikan,
dan akhirnya bisa dilaporkan pelanggaran Hak Azazi Manusia (HAM) di bidang pendidikan.
"Kepsek perlu hati-hati menetapkan biaya pendidikan tinggi, karena jika memberatkan
masyarakat apalagi bagi siswa miskin, dapat dilaporkan sebagai pelanggaran HAM," kata
praktisi hukum dari LBH Padang, Sudi Prayitno, di Padang, Sabtu (12/7). Dia mengatakan hal
tersebut, terkait sejumlah sekolah setingkat SD, SMP dan SMA di Kota Padang menetapkan
biaya tinggi bagi siswa barunya. Informasi yang terhimpun di Kota Padang, biaya masuk
sekolah bagi siswa baru setingkat SMP mulai Rp 315.000/siswa sampai Rp 445.000/siswa dan
untuk siswa SMA dipungut rata-rata diatas Rp1 juta /siswa termasuk uang pembangunan.

Sudi mengatakan, biaya pendidikan tersebut dinilainya tinggi dan memberatkan masyarakat
dan bisa dilaporkan sebagai bentuk pelanggaran HAM apalagi kondisi itu mengakibatkan
terhambatnya sebagian masyarakat mengenyam bangku sekolah. Pendidikan itu, katanya,
telah diatur konstitusi, jadi jika penyelenggaraannya terkesan memberatkan maka dapat
dilaporkan sebagai pelanggaran HAM dan konstitusi. "Semestinya pendidikan bisa dinikmati
masyarakat dengan biaya murah, karena telah diatur oleh konstitusi dan juga banyak
bantuan lainnya untuk biaya pendidikan tersebut," katanya.
2. Menganalisis kasus
Kasus pelanggaran hak anak dalam bidang pendidikan memang seakan-akan sudah
membudaya. Apalagi hubungannya dengan biaya pendidikan. Antara si kaya dan si miskin
sering terjadi diskriminasi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya
sama mereka dapatkan. Karena si miskin tidak mampu membayar uang pendidikan yang
terlalu mahal atau membeli buku untuk belajar maka akan menimbulkan faktor psikis bagi
anak dalam mengikuti belajar di sekolah.

Pada kasus ini satuan pendidikan tertentu (sekolah) turut andil menjadi pelaku tindak
ketidakadilan dalam memberikan pelayanan di bidang pendidikan. Sekolah tidak mampu
memberikan kebijakan yang dapat memberikan keadilan bagi para siswanya. Dengan
menetapkan biaya sekolah yang cukup tinggi tentunya akan memberatkan para siswa yang
berasal dari golongan kurang mampu. Padahal sekarang ini telah ditetapkan pendidikan

gratis untuk SD-SMP.
Terjadinya kasus pelanggaran hak anak dalam bidang pendidikan di atas telah melanggar hak
asasi manusia terhadap beberapa aturan hukum yang berlaku. Hukum yang terkait dengan
kasus tersebut adalah UU RI No.39 tahun 1999 tentang HAM yaitu pasal 31 tentang hak
mendapatkan pendidikan, UU RI No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.
a. Pasal 31 ayat 1 berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Dari
bunyi pasal tersebut sudah jelas bahwa setiap anak harus mendapatkan haknya untuk
mendapatkan pendidikan. Jika ada salah satu warga atau siswa yang sengaja dibuat untuk
tidak dapat mendapatkan pendidikan karena alasan biaya yang terlalu mahal maka
pemerintah wajib menetapkan kebijakan lain yang dapat diterima oleh semua warga agar
dapat bersekolah.
b. Pasal 31 ayat 2 berbunyi “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya”. Dari bunyi pasal tersebut sudah jelas bahwa pemerintah
wajib membiayai pendidikan bagi siapapun tanpa adanya perbedaan ras, suku, agama, jenis
kelamin, dll. Tentunya pihak sekolah tidak boleh sewenang-wenang dalam membuat
anggaran biaya massuk sekolah di setiap satuan pendidikan.
c. Pasal 31 ayat 3 berbunyi “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional,yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. Dengan
adanya pendidikan dan setiap anak memperoleh pendidikan diharapkan bunyinpasal 31 ayat

3 dapat terwujud.
d. Pasal 31 ayat 4 berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang –
kurangnya 20 % dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional”.
Dengan adanya anggaran pendidikan dari negara diharapkan dapat membantu dalam
memberikan pendidikan bagi setiap warga dan agar pihak sekolah tidak sewenang-wenang
dalam menetapkan biaya sekolah.
e. Pasal 31 ayat 5 berbunyi “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai – nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradapan kesejahteraan umat manusia”. Dengan pendidikan yang maju diharapkan semua
warga dapat mengikuti perkembangan zaman.
3. Langkah-langkah yang dapat ditempuh
Semua pihak yang terkait dan berperan dalam memajukan bangsa ini harus dapat
membantu anak-anak yang mendapatkan perlakuan yang melanggar HAM. Beberapa
langkah yang dapat ditempuh untuk membantu anak-anak agar tidak menjadi korban dari
perbedaan hak untuk mendapatkan pendidikan dan pelanggaran hak anak antara lain:
a. Langkah pertama, mengenal anak yang bersangkutan.
Dalam kehidupan masyarakat tentunya manusia tidak terpisah dengan manusia lainnya.
Dengan saling mengenal satu sama lain kita akan mengetahui karakteristik anak dan

mengetahui pula ekonomi keluarga seperti apa. Sehingga kita yang merasa hidup diatas
mereka dapat memberikan bantuan kepada mereka.
b. Langkah kedua, memberikan perhatian kepada anak yang bersangkutan.
Sebagai makhluk sosial sudah sepantasnya kita saling tolong menolong. Dalam hal ini kita
dapat memberikan bantuan berupa semangat atau motivasi, dorongan moral dan jalan
keluar dari masalah yang mereka hadapi.
c. Langkah ketiga, mencari orang yang dapat memberikan bantuan.
Pada kasus diatas merupakan sebuah kasus pelanggaran HAM yaitu hak untuk mendapatkan
pendidikan. Dikarenakan tingginya biaya masuk sekolah membuat warga miskin tidak
mampu untuk masuk sekolah. Seharusnya pihak sekolah memberikan kebijakan lain agar
antara si kaya dan si miskin dapat sama-sama menikmati pendidikan.
d. Langkah keempat, menghubungi pihak perlindungan anak atau KOMNAS HAM.
Dengan adanya perlindungan yang diberikan oleh pemerintah diharapkan dapat
memberikan motivasi prinsip bagi perkembangan mental anak.

1. Tragedi Trisakti

PENYEBAB.
Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia
sepanjang 1997 - 1999. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke

gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul
12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian.
Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak
majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah
mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di
universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun
berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI,
Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon
Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi
dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.
Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam
keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru
tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara
diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan
peringatan.

HAK YANG DI LANGGAR

Salah satu hak yang dilanggar dalam peristiwa tersebut adalah hak dalam kebebasan
menyampaikan pendapat. Hak menyampaikan pendapat adalah kebebasan bagi setiap
warga negara dan salah satu bentuk dari pelaksanan sistem demokrasi pancasila di
Indonesia. Peristiwa ini menggoreskan sebuah catatan kelam di sejarah bangsa Indonesia
dalam hal pelanggaran pelaksanaan demokrasi pancasila.. Dari awal terjadinya peristiwa
sampai sekarang, pengusutan masalah ini begitu terlunta-lunta. Sampai sekarang, masalah
ini belum dapat terselesaikan secara tuntas karena berbagai macam kendala. Sebenarnya,
beberapa saat setelah peristiwa tersebut terjadi, Komnas HAM berinisiatif untuk memulai
untuk mengusut masalah ini. Komnas HAM mengeluarkan pernyataan bahwa peristiwa ini
adalah pelanggaran HAM yang berat. Masalah ini pun selanjutnya dilaporkan ke Kejaksaan
Agung untuk diselesaikan. Namun, ternyata sampai sekarang masalah ini belum dapat
diselesaikan bahkan upayanya saja dapat dikatakan belum ada. Belum ada satupun langkah
pasti untuk menyelesaikan masalah ini. Alasan terakhir menyebutkan bahwa syarat
kelengkapan untuk melakukan siding belum terpenuhi sehingga siding tidak dapat

dilaksanakan. Seharusnya jika pemerintah benar-benar menjunjung tinggi HAM, seharusnya
masalah ini harus diselesaikan secara tuntas agar jelas agar segala penyebab terjadinya
peristiwa dapat terungkap sehingga keadilan dapat ditegakan.
PENYELESAIAN
Agar masalah ini dapat cepat diselesaikan, diperlukan partisipasi masyarakat untuk ikut turut

serta dalam proses penuntasan kasus ini. Namun, sampai sekarang yang masih berjuang
hanyalah para keluarga korban dan beberapa aktivis mahasswa yang masih peduli dengan
masalah ini. Seharusnya masyarakat dan mahasiswa tidak tinggal diam karena pengusutan
kasus ini yang belum sepenuhnya selesai. Walaupun sulit untuk menuntaskan kasus tersebut
secara sepenuhnya, tetapi jika masyarakat dan mahasiswa ingin bekerjasama dengan pihak
terkait seharusnya masalah bisa diselesaikan, dengan catatan stakeholder yang
bersangkutan harus jujur dalam memberikan informasi. Di luar itu semua, ada hal lain yang
sebenarnya bisa diambil oleh masyarakat dan mahasiswa dalam peristiwa tersebut, yaitu
semangat melawan pemerintahan yang tidak adil dan tidak sesuai dengan kehendak rakyat.
Walaupun bisa dibilang bahwa Indonesia dari tahun ke tahun terus membaik dan
berkembang dari segi pembangunan, tetapi tetap banyak masalah yang sebenarnya bisa
terlihat jika kita berbicara dari tentang pemerintahan. Beberapa contoh masalah-masalah
pemerintahan yang ada, yaitu korupsi, perebutan kekuasaan untuk kepentingan golongan,
berbagai praktik kecurangan dalam menapai kekuasaan, dan masalah lainnya. Dari masalahmasalah tersebut, seharusnya masyarakat dan mahasiswa banyak mengambil peran dalam
pengarahan dan evaluasi kepemimpinan. Untuk peran mahasiswa tak dapat dipungkiri akan
semakin besar karena di pundak mereka ada sebuah beban tanggung jawab dimana para
mahasiswa dituntut harus membentuk pemimpin-pemimpin yang cakap untuk mengelola
Indonesia yang lebih baik di masa depan. Agar peristiwa ini tak kembali terulang, Hak
kebebasan berpendapat setiap warga negara benar-benar harus ditegakan.


Sumber: Kamtoboys Cancers
PELANGGARAN HAM
2. Marsinah
PENYEBAB
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa yang aktif dalam aksi
unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat
dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggul Angin
Sidoarjo. 3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon
Militer (Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh. 4 Mei 1993, para buruh
mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus menaikkan upah

pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per hari mereka
perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.Sampai dengan tanggal 5
Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan
perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan
karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa
digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa
mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah
karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk

menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah
itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah
tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada
tanggal 8 Mei 1993.

HAK YANG DI LANGGAR
Kasus pembunuhan Marsinah merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat.
Alasannya adalah karena telah melanggar hak hidup seorang manusia. Dan juga karena
sudah melanggar dari unsur penyiksaan dan pembunuhan sewenang-wenang di luar
putusan pengadilan terpenuhi. Dengan demikian, kasus tersebut tergolong patut dianggap
kejahatan kemanusiaan yang diakui oleh peraturan hukum Indonesia sebagai pelanggaran
HAM berat.
Jika merujuk pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
1945), jelas bahwa tindakan pembunuhan merupakan upaya berlebihan dalam menyikapi
tuntutan marsinah dan kawan-kawan buruh. Jelas bahwa tindakan oknum pembunuh
melanggar hak konstitusional Marsinah, khususnya hak untuk menuntut upah sepatutnya.
Hak tersebut secara tersurat dan tersirat ditegaskan dalam Pasal 28D ayat (2) UUD NRI tahun
1945, bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Penyelesaian

Hak Asasi setiap manusia harus dihargai oleh manusia yang lain yang dalam kasus ini adalah
hak asasi berpendapat dan hak untuk hidup. Selain itu, kasus marsinah yang tak kunjung usai
ini diakibatkan oleh kurangnya transparansi dan kredibilitas para penyidik. Seharusnya
kredibilitas dan transparansi penyidikan lembaga terhadap suatu kasus haruslah dijaga oleh
para penegak hukum sehingga tercipta keadilan dan ketentraman masyarakat Indonesia

Sumber: Kamtoboys Cancers
3. Peristiwa Pembunuhan Munir

PENYEBAB
Delapan tahun silam, tepatnya pada 2004, Indonesia dikejutkan oleh meninggalnya seorang
aktivis HAM, Munir Saib Thalib. Kematianya menimbulkan kegaduhan politik yang menyeret
Badan Intelijen Negara (BIN) dan instituti militer negeri ini. Berdasarkan hasil autopsi,
diketahui bahwa penyebab kematian sang aktivis yang terkesan mendadak adalah karena
adanya kandungan arsenik yang berlebihan di dalam tubuhnya. Munir meninggal ketika
melakukan perjalanan menuju Belanda. Ia berencana melanjutkan studi S2 Hukum di
Universitas Utrecht, Belanda, pada 7 September 2004. Dia menghembuskan nafas
terakhirnya ketika pesawat sedang mengudara di langi Rumania.
HAK YANG DI LANGGAR
Hak yang di langgar dalam kasus munir yaitu karena telah menghilangkan nyawa dengan

sengaja atau sudah melanggar hak untuk hidup. Banyak orang yang terlibat dalam kejadian
itu. Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya
terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan, terungkap bahwa
pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat tugas
palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir semakin
terkuat tatkala Pollycarpus ‘meminta’ Munir agar berpindah tempat duduk dengannya.
Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari
sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20 Desember
2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun hukuman penjara. Meskipun sampai saat ini,
Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan
skenario pemalsuan surat tugas dan hal-hal yang janggal. Namun, timbul pertanyaan, untuk
apa Pollycarpus membunuh Munir. Apakah dia bermusuhan atau bertengkar dengan Munir.
Tidak ada historis yang menggambarkan hubungan mereka berdua.
Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi Pollycarpus dari
agen Intelinjen Senior adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni Mayor Jenderal (Purn)
Muchdi Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah menduduki jabatan sebagai
Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang ditinggali Prabowo Subianto (pendiri Partai
Gerindra). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Deputi Badan Intelijen Indonesia
PENYELESAIAN
Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di Indonesia. Kasus Munir juga
merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat otoriter.

Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini agar meninggalkan
cara-cara yang bersifat otoriter k arena setiap manusia atau warga Negara memiliki hak
untuk memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas rasa
aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang
seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.

Sumber: Kamtoboys Cancers
4. Peristiwa Tanjung Priok

Kronologi

Abdul Qadir Djaelani adalah salah seorang ulama yang dituduh oleh aparat keamanan
sebagai salah seorang dalang peristiwa Tanjung Priok. Karenanya, ia ditangkap dan
dimasukkan ke dalam penjara. Sebagai seorang ulama dan tokoh masyarakat Tanjung Priok,
sedikit banyak ia mengetahui kronologi peristiwa Tanjung Priok. Berikut adalah petikan
kesaksian Abdul Qadir Djaelani terhadap peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984, yang
tertulis dalam eksepsi pembelaannya berjudul “Musuh-musuh Islam Melakukan Ofensif
terhadap Umat Islam Indonesia”.
Tanjung Priok, Sabtu, 8 September 1984
Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa membuka sepatu, memasuki Mushala asSa’adah di gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram pengumuman yang
tertempel di tembok mushala dengan air got (comberan). Pengumuman tadi hanya berupa
undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan Sindang. Tanjung Priok, Ahad, 9
September 1984 Peristiwa hari Sabtu (8 September 1984) di Mushala as-Sa’adah menjadi
pembicaran masyarakat tanpa ada usaha dari pihak yang berwajib untuk menawarkan
penyelesaan kepada jamaah kaum muslimin. Tanjung Priok, Senin, 10 September 1984
Beberapa anggota jamaah Mushala as-Sa’adah berpapasan dengan salah seorang petugas
Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut yang akhirnya
dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur yang kebetulan lewat. Usul mereka
supaya semua pihak minta penengahan ketua RW, diterima. Sementara usaha penegahan
sedang.berlangsung, orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak ada urusannya
dengan permasalahan itu, membakar sepeda motor petugas Koramil itu. Kodim, yang
diminta bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera melakukan
penangkapan. Ikut tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya termasuk Ketua Mushala asSa’adah.
Tanjung Priok, Selasa, 11 September 1984

Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang berwajib untuk meminta pembebasan empat
orang jamaah yang ditahan oleh Kodim, yang diyakininya tidak bersalah. Peran Amir Biki ini
tidak perlu mengherankan, karena sebagai salah seorang pimpinan Posko 66, dialah orang
yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan untuk menjadi penengah jika ada masalah
antara penguasa (militer) dan masyarakat. Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan ternyata
sia-sia.
Tanjung Priok, Rabu, 12 September 1984
Dalam suasana tantangan yang demikian, acara pengajian remaja Islam di Jalan Sindang
Raya, yang sudah direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala as-Sa’adah, terus
berlangsung juga. Penceramahnya tidak termasuk Amir Biki, yang memang bukan mubalig
dan memang tidak pernah mau naik mimbar. Akan tetapi, dengan latar belakang rangkaian
kejadian di hari-hari sebelumnya, jemaah pengajian mendesaknya untuk naik mimbar dan
memberi petunjuk. Pada kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain, “Mari kita
buktikan solidaritas islamiyah.
Kita meminta teman kita yang ditahan di Kodim. Mereka tidak bersalah. Kita protes
pekerjaan oknum-oknum ABRI yang tidak bertanggung jawab itu. Kita berhak membela
kebenaran meskipun kita menanggung risiko. Kalau mereka tidak dibebaskan maka kita
harus memprotesnya.” Selanjutnya, Amir Biki berkata, “Kita tidak boleh merusak apa pun!
Kalau adayang merusak di tengah-tengah perjalanan, berarti itu bukan golongan kita (yang
dimaksud bukan dan jamaah kita).” Pada waktu berangkat jamaah pengajian dibagi dua:
sebagian menuju Polres dan sebagian menuju Kodim.
Setelah sampai di depan Polres, kira-kia 200 meter jaraknya, di situ sudah dihadang oleh
pasukan ABRI berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di
tangan. Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu berteriak,
“Mundur-mundur!” Teriakan “mundur-mundur” itu disambut oleh jamaah dengan pekik,
“Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Saat itu militer mundur dua langkah, lalu memuntahkan
senjata-senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan
mereka, selama kurang lebih tiga puluh menit. Jamaah pengajian lalu bergelimpangan sambil
menjerit histeris; beratus-ratus umat Islam jatuh menjadi syuhada. Malahan ada anggota
militer yang berteriak, “Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak!” Lebih
sadis lagi, mereka yang belum mati ditendang-tendang dan kalau masih bergerak maka
ditembak lagi sampai mati.
Tidak lama kemudian datanglah dua buah mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam
kecepatan tinggi yang penuh dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan
peluru-peluru dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang bertiarap
dan bersembunyi di pinggir-pinggir jalan. Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di
atas jamaah pengajian yang sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah
tertembak atau yang belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang
dilalui oleh mobil truk tersebut. Jeritan dan bunyi tulang yang patah dan remuk digilas mobil
truk besar terdengarjelas oleh para jamaah umat Islam yang tiarap di got-got/selokanselokan di sisi jalan.

Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti dan turunlah militer-militer itu untuk mengambil
mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan melemparkannya ke dalam truk, bagaikan
melempar karung goni saja. Dua buah mobil truk besar itu penuh oleh mayat-mayat atau
orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun bagaikan karung goni.
Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian itu pergi, tidak lama
kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran yang bertugas
menyiram dan membersihkan darah-darah di jalan raya and di sisinya, sampai bersih.
Sementara itu, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh
Amir Biki. Kira-kirajarak 15 meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh militer
untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3 orang
pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Amir Biki. Begitu jaraknya kira-kira 7 meter dari
kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu diberondong dengan peluru yang
keluar dari senjata otomatis militer yang menghadangnya. Ketiga orang pimpinan jamaah itu
jatuh tersungkur menggelepar-gelepar. Melihat kejadian itu, jamaah pengajian yang
menunggu di belakang sambil duduk, menjadi panik dan mereka berdiri mau melarikan diri,
tetapi disambut oleh tembakan peluru otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian jatuh
tersungkur menjadi syahid. Menurut ingatan saudara Yusron, di saat ia dan mayat-mayat itu
dilemparkan ke dalam truk militer yang beroda 10 itu, kira-kira 30-40 mayat berada di
dalamnya, yang lalu dibawa menuju Rumah Sakit Gatot Subroto (dahulu RSPAD).
Sesampainya di rumah sakit, mayat-mayat itu langsung dibawa ke kamar mayat, termasuk di
dalamnya saudara Yusron. Dalam keadaan bertumpuk-tumpuk dengan mayat-mayat itu di
kamar mayat, saudara Yusron berteriak-teriak minta tolong. Petugas rumah sakit datang dan
mengangkat saudara Yusron untuk dipindahkan ke tempat lain.
Sebenarnya peristiwa pembantaian jamaah pengajian di Tanjung Priok tidak boleh terjadi
apabila PanglimaABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau
berusaha untuk mencegahnya, apalagi pihak Kopkamtib yang selama ini sering sesumbar
kepada media massa bahwa pihaknya mampu mendeteksi suatu kejadian sedini dan seawal
mungkin. Ini karena pada tanggal 11 September 1984, sewaktu saya diperiksa oleh
Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, saya sempat berbincang-bincang dengan
Kolonel Polisi Ritonga, Kepala Intel Kepolisian tersebut di mana ia menyatakan bahwa
jamaah pengajian di Tanjung Priok menuntut pembebasan 4 orang rekannya yang ditahan,
disebabkan membakar motor petugas. Bahkan, menurut petugas-petugas satgas Intel Jaya,
di saat saya ditangkap tanggal 13 September 1984, menyatakan bahwa pada tanggal 12
September 1984, kira-kira pukul 10.00 pagi. Amir Biki sempat datang ke kantor Satgas Intel
Jaya.
Penyebab

1. Petugas koramil menyiram pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan air
got (comberan)

2. Pembakaran motor anggota koramil oleh orang tidak dikenal yang menyebabkan pihak
koramil tidak terima.
HaK yang dilanggar

Dibunuhnya jamaah-jamaah pengajian oleh pasukan ABRI
Penyelesaian

1.
Warga seharusnya tidak melakukan demonstrasi karena bisa berakibat pada
kerusuhan.
2.
Jika melakukan demonstrasi, seharusnya kedua belah pihak yaitu ABRI dan warga
menahan emosi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3.
Pelaku pembunuhan (ABRI) wajib diadili dengan seadil-adilnya agar menimbulkan
efek jera.

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Korupsi di Indonesia telah menjamur di berbagai segi kehidupan. Dari Instansi tingkat desa,
kota, hingga pemerintahan, bisa di bilang korupsi sudah membudaya di Indonesia. Tetapi
usaha untuk memberantas korupsi memang bukan suatu yang sia-sia. Penyelesaian korupsi
masih tebang pilih dan pelaksanaan hukumnya masih belum maksimal. Masih banyak
korupsi yang berkeliaran di Indonesia, dan masih sangat pintar para korupsi untuk
mengelabui menyuap agar kasus tersebut tak segera muncul dipermukaan.
Seperti kasus dalam makalah ini, kasus Angelina Sondakh yang menjadi tersangka Kasus
Suap Wisma Atlet SEA Games yang melibatkan sejumlah politikus Indonesia lainnya. Ini
merupakan sedikit gambaran bahwasanya perkorupsian di Indonesia masih sangat
membudidaya dan belum mampu diberantas hingga akar-akarnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian korupsi ?
Apa pengertian korupsi menurut para ahli ?
Apa sebab-sebab terjadinya korupsi ?
Apa jenis dan tipe korupsi menurut para ahli ?
Apa bentuk-bentuk dari korupsi ?
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian korupsi
Untuk mengetahui pengertian korupsi menurut para ahli
Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya korupsi
Untuk mengetahui jenis dan tipe korupsi menurut para ahli
Untuk mengetahui bentuk-bentuk korupsi

DASAR / LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN KORUPSI
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968) adalah

perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat,
dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka
dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan
masyarakat luas dengan berbagai macam modus.
2.2

PENGERTIAN KORUPSI MENURUT PARA AHLI

Henry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done with an intent to give some
advantage inconsistent with official duty and the rights of others”, (terjemahan bebasnya:
suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang
tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak – hak dari pihak lain). menurut Black adalah
perbuatan seseorang pejabat yang secara melanggar hukum menggunakan jabatannya
untuk mendapatkan suatu keuntungan yang berlawanan dengan kewajibannya
S Hornby istilah korupsi diartikan sebagai suatu pemberian atau penawaran dan
penerimaan hadiah berupa suap (the offering and accepting of bribes), serta kebusukan atau
keburukan (decay).
David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai bidang, antara lain
menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi
dan menyangkut bidang kepentingan umum.
Wertheim yang menggunakan pengertian yang lebih spesifik. Menurutnya, seorang
pejabat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi, adalah apabila ia menerima hadiah dari
seseorang yang bertujuan memengaruhinya agar mengambil keputusan yang menguntungan
kepentingan si pemberi hadiah. Kadang – kadang pengertian ini juga mencakup perbuata
menawarkan hadiah, atau bentuk balas jasa yang lain.
David H Baley mengatakan, korupsi sementara dikaitkan dengan penyuapan adalah suatu
istilah umum yang meliputi penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pertimbangan
keuntungan pribadi yang tidak selalu berupa uang. Batasan yang luas dengan titik berat pada
penyalahgunaan wewenang memungkinkan dimasukkannya penyuapan, pemerasan,
penggelapan, pemanfaatan sumber dan fasilitas yang bukan milik sendiri untuk mencapai
tujuan-tujuan pribadi dan nepotisme ke dalam korupsi.
Robert Klitgaard memahami bahwa korupsi ada manakala seseorang secara tidak halal
meletakkan kepentingan pribadi di atas kepentingan rakyat, serta cita – cita yang menurut
sumpah akan dilayaninya.8 Korupsi muncul dalam banyak bentuk dan membentang dari soal
sepele sampai pada soal yang amat besar. Korupsi dapat menyangkut penyalahgunaan
instrument-instrument kebijakan seperti soal tarif, pajak, kredit, sistem irigasi, kebijakan
perumahan, penegakan hukum, peraturan menyangkut keamanan umum, pelaksanaan
kontrak, pengambilan pinjaman dan sebagainya. Di samping itu, ditegaskan pula bahwa
korupsi itu dapat terjadi tidak saja di sektor pemerintahan, tapi juga di sektor swasta, bahkan
sering terjadi sekaligus di kedua sektor tersebut.
John A Gardiner dan David J Olson dalam bukunya “Theft of the City”, korupsi
menyangkut segi – segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau

aparatur pemerintahan, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor
ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga dan klik, golongan ke dalam kedinasan
dibawah kekuasaan jabatannya.
2.3 SEBAB – SEBAB TERJADINYA KORUPSI
Banyak faktor penyebab korupsi terjadi. Akan tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan,
sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi / kelompok / keluarga / golongannya sendiri atau faktor – faktor lain, seperti:
Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.
Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
Kurangnya pendidikan.
Adanya banyak kemiskinan.
Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi.
Struktur pemerintahan.
Keadaan masyarakat yang semakin majemuk, dll
2.4 JENIS DAN TIPE KORUPSI MENURUT PARA AHLI
Jenis-jenis korupsi menurut Para Ahli :
Menurut Piers Beirne dan James Messerschmidt adanya empat tipe korupsi yaitu:
Political Bribery berkaitan dengan kekuasaan di bidang legislative sebagai badan
pembentuk undang-undang. Badan legislative tersebut dikendalikan oleh suatu kepentingan
karena dana yang dikeluarkan pada masa pemilihan umum sering berhubungan dengan
aktivitas perusahaan tertentu yang bertindak sebagai penyandang dana.
Political Kickbacks adalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan sistem kontrak
pekerjaan borongan antara pejabat pelaksana atau pejabat terkait dengan pengusaha yang
memberikan kesempatan atau peluang untuk mendapatkan banyak uang bagi kedua belah
pihak.
Election Fraud adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan kecurangan-kecurangan
dalam pemilihan umum, baik yang dilakukan oleh calon penguasa atau calon anggota
parlemen ataupun oleh lembaga pelaksana pemilihan umum.
Corrupt Campaign Practice adalah korupsi yang berkaitan kegiatan kampanye dengan
menggunakan fasilitas negara dan bahkan juga menggunakan uang negara oleh calon
penguasa yang saat itu memegang kekuasaan.
Menurut Benveniste memberikan pemahaman terhadap korupsi atas empat jenis, yaitu:
Discretionary corruption, yakni korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam
menentukan kebijaksanaan, sekalipun tampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang
dapat diterima oleh para anggota organisasi.

Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa atau
maksud-maksud hukum, peraturan, dan regulasi tertentu.
Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk
memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
Ideological corruption, ialah jenis korupsi illegal maupun discretionary yang dimaksudkan
untuk mengejar tujuan kelompok.
Tipe korupsi menurut Para Ahli
Tipe korupsi menurut Vito Tanzi
Korupsi transaksi, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan diantara seorang donor
dengan resipien untuk keuntungan kedua belah pihak.
Korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekanan pemaksaan untuk menghindari
bahaya bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang dekat dengan pelaku korupsi.
Korupsi investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang merupakan investasi untuk
mengatisipasi adanya keuntungan di masa datang.
Korupsi nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus baik dalam
pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-proyek bagi keluarga dekat.
Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat keuntungan
karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders information) tentang berbagai
kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan.
Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang menjadi intrik
kekuasaan dan bahkan kekerasan.
Korupsi defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan diri dari
pemerasan.
Tipe korupsi menurut Syed Hussein Alatas, dibagi menjadi 7 jenis, yaitu :
Korupsi transaktif (transactive corruption) yaitu menunjukkan kepadaadanya kesepakatan
timbal balik antara pihak pembeli dan pihak penerima, demi keuntungan kedua belah pihak
dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.
Korupsi yang memeras (extortive corruption) adalah jenis korupsi dimana pihak pemberi
dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya,
kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya.
Korupsi investif (investive corruption) adalah pemberian barang atau jasa tanpa ada
pertalian langsung dari keuntungan tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan
diperoleh di masa yang akan datang.
Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption) adalah penunjukan yang tidak sah terhadap
teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan, atau tindakan
yang memberikan perlakuan yang mengutamakan dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk
lain, kepada mereka, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.
Korupsi defensif (defensive corruption) adalah perilaku korban korupsi dengan pemerasan,
korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri.

Korupsi otogenik (autogenic corruption) yaitu korupsi yang dilaksanakan oleh seseorang
seorang diri.
Korupsi dukungan (supportive corruption) yaitu korupsi tidak secara langsung menyangkut
uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain.
2.5 BENTUK-BENTUK DARI KORUPSI
Berikut dipaparkan berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku yang dikeluarkan
oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK : 2006)
Kerugian Keuangan Negara
Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau korporasi;
Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada.
Suap Menyuap
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya;
Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya;
Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut;
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji;
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan
agar melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya;
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena
telah melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya;
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau pa¬tut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan
atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya;
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi
putusan perkara;
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advokat untuk menghadiri sidang pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan,
berhubung dengan perkara;

Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara.
Penggelapan Dalam Jabatan
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau uang/surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut;
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu
buku-buku atau daftar – daftar yang khusus untuk pemeriksaan adminstrasi;
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau
daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang
berwenang, yang dikuasai karena jabatannya;
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut;
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut;
Pemerasan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta
atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada
dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta
atau menerima atau memotong pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
Perbuatan Curang
Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan
bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang

yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam
keadaan perang;
Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang;
Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara
RI melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang;
Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI atau Kepolisian
Negara RI melakukan perbuatan curang dengan sengaja membiarkan perbuatan curang.
Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan
sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
PEMBAHASAN
3.1 KRONOLOGIS KASUS KORUPSI
Dalam makalah ini saya mencoba menghadirkan satu contoh kasus yaitu kasus yang dialami
oleh Angelina Patricia Pingkan Sondakh atau yang lebih dikenal dengan Angelina Sondakh.
Motivasi Angelina Sondakh melakukan korupsi yaitu kesempatan ada, yaitu adanya proyek
Wisma Atlet SEA Games Palembang dan Kemendikbud yang melibatkan dirinya atau status
kekuasaannya dalam pengambilan keputusan dan menjalankan proyek tersebut. Selain itu
kondisi keluarga yang sedang bersedih atas kepergian suaminya dan dia menjadi orang tua
tunggal ketiga anaknya, tentu ini menyangkut ekonomi keluarga. Lingkungan kerja juga
mempengaruhi Angelina dalam melakukan korupsi ini.
Mahkamah Agung menjatuhkan hukuman 12 Tahun penjara terhadap Angelina Patricia
Pinkan Sondakh dalam kasus korupsi di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta
Kementrian Pemuda dan Olahraga. Ketua Majelis Kasasi Artidjo Alkostar mengatakan
terdakwa dalam pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding hanya dikenakan pasal 11
UU Tipikor, sedangkan Majelis Kasasi menerapkan pasal 12 A UU Tipikor. Terdakwa ini aktif
meminta fee kepada Mindo Rosalina Manulang sebesar 7 persen dari nilai proyek dan
disepakati 5 persen. Dan harusnya sudah diberikan ke terdakwa 50 persen pada saat
pembahasan anggaran dan 50 persen setelah Dipa turun. Dalam putusan kasasi ini majelis
juga mewajibkan Angelina Sondakh mengembalikan uang suap Rp.12,58 miliar ditambah
2,350 juta dolar AS yang sudah diterimanya, jika tidak dibayar maka harus diganti dengan
kurungan selama 5 tahun.

Dalam pertimbangannya, Artidjo mengungkapkan bahwa terdakwa aktif memprakarsai
pertemuan untuk memperkenalkan Mindo kepada sekretaris Dirjen Pendidikan Tinggi
Kemendiknas Haris Iskandar dalam rangka mempermudah upaya penggiringan anggaran di
Kemdiknas. Terdakwa ikut mengajukan program usulan kegiatan di sejumlah Perguruan
Tinggi, itu sifatnya aktif. Dia beberapa kali memanggil Haris Iskandar dan Dadang Sugiarto
dari Kemdiknas ke kantor DPR dan terdakwa minta memprioritaskan pemberian alokasi
anggaran terhadap PT, jelas Artidjo. Angelina Sondakh sebelumnya hanya divonis 4,5 tahun
penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menguatkan vonis dari
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat.
Mantan politikus Partai Demokrat telah dinyatakan secara sah terbukti melakukan tindak
pidana korupsi secara berlanjut dengan menerima hadiah atau janji terkait dengan
jabatannya dengan terbukti melanggar Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi junto Pasal 64 ayat 1 KUHP. Atas putusannya /ini, KPK mengajukan kasasi
karena tidak sesuai dengan tuntutannya yang meminta agar Angie dihukum 12 tahun
penjara ditambah denda Rp.500juta subsider enam bulan kurungan.
3.2 ANALISA KASUS KORUPSI
Saya akan menganalisa kasus korupsi Angelina Sondakh. Kasus korupsi yang melibatkan
Angelina Sondakh ini termasuk pengertian korupsi menurut Wertheim, “yang menggunakan
pengertian yang lebih spesifik. Menurutnya, seorang pejabat dikatakan melakukan tindak
pidana korupsi, adalah apabila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
memengaruhinya agar mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi
hadiah. Kadang-kadang pengertian ini juga mencakup perbuata menawarkan hadiah, atau
bentuk balas jasa yang lain.”
Kasus korupsi ini termasuk jenis korupsi menurut Piers Beirne dan James Messerschmidt,
yaitu “Political Kickbacks adalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan sistem kontrak
pekerjaan borongan antara pejabat pelaksana atau pejabat terkait dengan pengusaha yang
memberikan kesempatan atau peluang untuk mendapatkan banyak uang bagi kedua belah
pihak.” Karena didalam kasus disebutkan bahwa “Direktur PT Duta Graha Indah(DGI),
Mhuhammad El Idrus dan seorang penghubung bernama Mindo Rosalinda Manulang (Rosa).
Menyerahkan uang suap dalam bentuk 3 lembar cek senilai Rp.3,2 miliar kepada Wafid
muharam, Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga (Seskemenpora), yang juga langsung
ikut ditangkap di kantornya. Suap tersebut merupakan uang balas jasa dari PT DGI karena
telah memenangi tender proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan.
Kasus ini menyeret nama Muhammad Nazarudin, karena Rosa sebagai bawahan Nazar di PT
Anak Negeri, bahkan Rosa pernah menjabat Direktur Pemasaran perusahaan yang dibentuk
oleh mantan Bendahara Partai Demokrat itu. Nazarudin dan Rosa juga kemudian menyeret
nama Angie sebagai salah satu tersangka, lantaran disebut menerima uang darinya terkait

proyek pembangunan wisma Atlet SEA Games di Palembang. PT Anak Negeri mengeluarkan
Rp.10 miliar melalui Angie. Sebanyak Rp.5 miliar untuk Angie, Rp.5 miliar sisanya tidak
diketahui, namun diduga digunakan sebagai pelicin ke Badan Anggaran DPR agar anggaran
segera turun.” Dan untuk tipe korupsinya, menurut saya kasus ini mengarah kepada tipe
korupsi menurut Vito Tanzi, “Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang
pejabat mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders
information) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan.” Menurut
saya, Angie adalah orang dalam, karena pada saat itu ia menjabat sebagai anggota Badan
Anggaran DPR. Ia pasti berperan dalam kasus korupsi ini, karena ia menerima uang atas
balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek Wisma Atlet SEA Games dan
sebagian uang tersebut diduga digunakan sebagai pelicin ke Badan Anggaran DPR agar
anggaran tersebut segera turun.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Tindakan korupsi di katakan perbuatan tak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan,
ketidak jujuran, atau kecurangan. Korupsi memiliki konotasi adanya tindakan-tindakan hina,
fitnah atau hal – hal buruk lainnya. Dengan demikian, korupsi merupakan tindakan yang
merugikan negara baik secara langsung maupun tidak langsung. Korupsi merupakan suatu
penyimpangan atau pelanggaran. Dimana norma sosial, norma hukum, norma etika pada
umumnya secara tegas menganggap korupsi sebagai tindakan yang buruk.
4.2 SARAN
Korupsi dapat merugikan negara, korupsi terjadi karena adanya kesempatan. Sehingga kasus
korupsi yang terjadi di Indonesia tidak pernah habis, dan akan terjadi terus-menerus seiring
berjalannya waktu. Sehingga pendidikan anti korupsi sangat penting bagi seseorang hingga
diperguruan tinggi, agar kelak ia tidak terjerumus untuk melakukan tindak korupsi dimasa
depan. Dan pola pikir seseorang juga harus berubah supaya disetiap ada kesempatan, kita
tidak terpengaruh untuk melakukan tindakan korupsi.

Studi Kasus Gayus Tambunan Pegawai Pajak Yang Korupsi
Studi Kasus Gayus Tambunan Pegawai Pajak Yang Korupsi

Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin. Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga, seorang dari
empat tim jaksa peneliti, lantas melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Tanggal 7
Oktober 2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri menetapkan Gayus sebagai tersangka dengan
mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan(SPDP).
Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri, Gayus dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni
pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. “Karena Gayus seorang pegawai negeri dan
memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin. Seiring hasil penelitian jaksa, hanya terdapat satu
pasal yang terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu
penggelapannya.Itu pun tidak terkait dengan uang senilai Rp.25 milliar yang diributkan
PPATK dan Polri itu. Untuk korupsinya, terkait dana Rp.25 milliar itu tidak dapat dibuktikan
sebab dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan produk perjanjian Gayus
dengan Andi Kosasih.

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72